You are on page 1of 27

I.

Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Kecelakaan kapal tidak hanya berakibat fatal pada kapal, muatan dan awak kapal saja. Pada beberapa kondisi, hal ini juga memberi akibat langsung pada lingkungan, baik laut maupun pesisir, serta juga mempengaruhi kinerja industri pantai dan pesisir. Begitu pula halnya dengan kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan kapal tidak hanya mencakup kerugian nominal akibat tidak mampu beroperasinya kapal dan hilangnya nilai muatan yang di angkut, namun lebih jauh dari itu, kerugian akan meliputi biaya penanggulangan pencemaran, kompensasi terhadap industri perairan laut dan pesisir yang terganggu, serta kerugian akibat hilangnya kesempatan berusaha akibat pencemaran yang diakibatkannya. Hal ini dibuktikan oleh kecelakaan yang menimpa kapal tanker MV NAHKODKA di laut Jepang pada Januari 1997 [1] serta kapal tanker MV PRESTIGE di perairan barat laut Spanyol pada November 2002 [2]. Dari dua kasus diatas, ada 4 masalah umum yang dihadapi dan harus dipecahkan, yakni: 1. Penemuan dan pengaplikasian teknologi dan hardware untuk penyelamatan dan pengumpulan tumpahan bahan bakar serta polutan lainnya. 2. Kompensasi terhadap kerusakan lingkungan 3. Pembenahan dan penerapan peraturan internasional terhadap kapal-kapal substandard dan Port State Control 4. Standar prosedur penanggulangan dan pelokalisiran wilayah yang terkena dampak Poin (1) dan (2) diatas dapat digolongkan sebagai upaya untuk memaksimalkan langkah korektif yang dapat dilakukan pasca kecelakaan. Tanpa mengesampingkan peran kedua poin tersebut, pada penelitian ini titik berat akan diberikan terhadap 2 poin terakhir, yang merupakan upaya preventif terhadap meningkatnya kecenderungan kecelakaan kapal serta upaya pro-aktif dalam menyiapkan langkah penanggulagan optimal jika seandainya kecelakaan kapal yang berakibat fatal terhadap lingkungan terjadi. Berkaitan dengan poin (3) hingga saat ini International Maritime Organization (IMO) telah menghasilkan beberapa konvensi yang bertujuan untuk menjamin keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan polusi seperti MARPOL, SOLAS, ISM CODE dan lainnya [3]. Namun pada pelaksanaannya masih banyak sekali terdapat bias yang utamanya disebabkan karena ketidaksiapan dari beberapa negara anggota yang telah menandatangani konvensi tersebut dengan alasan keterbatasan biaya dan sumber daya manusia. Hal ini diperparah lagi dengan kecenderungan perusahan pemilik kapal untuk membeli kapal-kapal bekas, dan kemudian melakukan modofikasi secukupnya hanya untuk memenuhi peraturan internasional modern, dan terkadang mereka memperlakukan kapal bekas tersebut seperti layaknya kapal baru [4]. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kelayakan kapal untuk beroperasi. Mengingat pembelian kapal-kapal bekas merupakan salah satu solusi terhadap kelangkaan armada laut yang sulit dihindari, maka dalam penelitian ini akan didisain sebuah machinery reliability database yang komprehensif. Dalam database ini, semua component history dan catatan perawatan permesinan di kapal akan ter-record dan akan menjadi acuan utama dalam pembuatan pola perawatan permesinan terencana (planned maintenance system) [5]. Upaya ini sedikit banyak akan menekan peluang kegagalan beroperasi dari permesinan di kapal dan

diharapkan akan menekan tingkat kecelakaan kapal di laut akibat gagal beroperasinya permesinan kapal

tersebut. Pemanfaatan database dan analisa keluaran dari database ini akan sangat memudahkan perusahaan pemilik kapal untuk melakukan manajemen perawatan kapal- kapalnya, dan jikalau hal ini bisa dijadikan standar dalam pola perawatan semua kapal berbendera Indonesia, maka pihak Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) pun akan sangat dimudahkan dalam memonitor kelayak-lautan permesinan kapal-kapal di Indonesia. Diharapkan dalam penelitian ini, design umum database serta analisa keluaran dari database tersebut dapat dibuat dalam bentuk modul-modul umum, dan pihak pemakai (pemilik kapal, awak kapal serta Biro Klasifikasi) dapat mengembangkan modul tersebut sesuai dengan hasil/keluaran yang mereka harapkan. Program pembuatan database keandalan permesinan di kapal ini serta aplikasi pemakaiannya secara komprehensif dengan pihak-pihak terkait (perusahan pelayaran, BKI, ITS, dan lainnya) akan menjadi program utama yang pertama dalam penelitian ini. Selanjutnya, berkaitan dengan poin (4), hingga saat ini Indonesia belum memiliki standar prosedur penanggulangan dan pelokalisiran wilayah yang terkena dampak akibat kecelakaan kapal. Jika pun ada, prosedur tersebut sangat parsial dan hanya mengatur prosedur penanggulangan masing-masing pihak saja. Hal ini mungkin disebabkan karena ketidakjelasan langkah antisipatif yang harus diambil, serta ketidaktahuan pihak terkait yang mesti dilibatkan dalam penanggulangannya. Sebagai salah satu antisipasi dari kondisi ini, maka pemahaman terhadap perlunya menjamin keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan polusi hendaknya ditunjang dengan usaha-usaha memberikan pengalaman terlibat langsung dalam upaya penanggulangan kecelakaan kapal kepada semua pihak yang berkaitan dan terkena dampak langsung. Hal ini bisa diakukan dengan menyiapkan sebuah perangkat simulasi komputer dimana didalamnya dimungkinkan membuat skenario kejadian kecelakaan kapal dan semua pihak yang terlibat dalam simulasi tersebut diberikan akses ke server melalui sebuah unit komputer dihadapannya dan akan berperan sebagai salah satu pihak yang terlibat langsung dalam penanggulangannya. Pihak-pihak yang bisa dilibatkan meliputi: kapten kapal, pemilik kapal, Maritime Safety Agency, salvage company, Gubernur daerah dimana kecelakaan terjadi, kepala/staf pelabuhan, kepala/staf organisasi nelayan, kepala/staf stasiun pembangkit listrik setempat, kepala/staf pemadam kebakaran, perwakilan dari pemilik kapal, surveyor, staf dari dinas lingkungan hidup, mass media, tenaga sukarelawan, ahli dari perguruan tinggi, dan lainnya. Simulasi komputer ini dibuat sedemikian rupa sehingga semua pihak yang terlibat memahami benar tugasnya serta mudah menjalankan tugasnya dengan bantuan komputer. Dengan fasilitas internet, simulasi dengan skala internasional (kecelakaan kapal asing dan kapal indonesia diperankan oleh masing-masing pihak di negara yang berlainan) bisa dilakukan sehingga pengalaman menghadapi permasalahan hukum laut internasional yang berkaitan dengan kecelakaan kapal ini bisa didapatkan. Program simulasi komputer ini serta pelaksanaan simulasinya akan menjadi program utama yang kedua dalam penelitian ini. 1.2. Roadmap Penelitian Topik penelitian tentang ship safety operation hingga saat ini telah menjadi topik yang begitu penting untuk dibahas. Hal ini sangat didasari oleh awarness berbagai pihak atas isu lingkungan khususnya lingkungan laut serta isu keselamatan manusia (safety of life at sea). International Maritime Organization dan organisasi lainnya telah mengeluarkan beberapa aturan terbaru yang pada dasarnya dimaksudkan untuk memberikan instrumen yang lebih kuat dalam melakukan proteksi terhadap lingkungan serta keselamatan di

laut. Beberapa peraturan baru tersebut adalah:

1. 2. 3. 4.

Industry codes of practice and guidelines The International Safety Management Code (ISM Code) Domestic port state control arrangements The revision of the Convention on Training, Certification and Watchkeeping (STCW95) 5. The International Labor Organization (ILO) conventions 6. Perbaikan terhadap beberapa konvensi yang dimaksudkan untuk proteksi terhadap lingkungan. Sebagai contoh, penerapan ISM Code dimaksudkan untuk membangkitkan dan mempertahankan safety culture dalam dunia pelayaran. Beberapa hasil penelitian terakhir mengarah pada perbaikan aturan tersebut khususnya berkaitan dengan penjaminan keselamatan terhadap proses bongkar-muat terhadap kapal-kapal bulk carrier serta pemakaian peralatan navigasi mutakhir dalam meningkatkan tingkat keselamatan dunia pelayaran. ISM Code yang dibukukan dalam konvensi SOLAS Chapter IX [6] telah menjadi keharusan sejak 1 juli 1998 akan mengharuskan 128 negara dan hampir 97% kapal niaga di dunia untuk mengikuti aturan-aturan yang ada di dalamnya, termasuk di dalamnya adalah kapal penumpang, kapal penumpang cepat, kapal tanker dan pengangkut gas, kapal curah dan kapal-kapal lainnya. Sejak juli 2002, aturan ISM Code ini juga berlaku untuk semua kapal niaga diatas 500 ton serta mobile offshore drilling units. ISM Code juga dimaksudkan sebagai standar internasional dalam pengoperasian dan manajemen kapal dengan memberikan aturan-aturan keselamatan dalam pengoperasian kapal serta lingkungan/kondisi kerja yang aman, pengamanan terhadap semua potensi resiko yang teridentifikasi, pengembangan secara berkelanjutan kemampuan manajemen keselamatan personil di kapal dan di darat, dll. Contoh yang lain adalah amandemen terhadap Annex I MARPOL 73/78 pada April 2005 yang mengharuskan bahwa semua kapal tanker harus menggunakan lambung ganda (double hull) [7] guna lebih menjamin tidak terjadinya tumpahan minyak kelaut jika kapal mengalami insiden, sehingga semua kapal tanker konvensional dengan lambung tunggal (single hull) tidak akan lagi bisa dioperasikan. Selanjutnya ANNEX 3 resolution MEPC.125(53) yang diadopsi pada 22 Juli 2005 tentang Ballast Water Management Systems [8] juga mangatur sistem lebih ketat tentang air ballast yang dibawa kapal yang dapat merusak biota laut. Dari beberapa contoh konvensi-konvensi baru yang dijelaskan di atas, jelas sekali terlihat bahwa hal tersebut dimaksudkan lebih pada sebagai upaya preventif terhadap kecelakaan yang akan membawa dampak terhadap lingkungan dan keselamatan manusia. Namun metode yang akan dikembangkan dalam penelitian ini lebih bersifat korektif terhadap dampak-dampak insiden kapal. Disamping itu penelitian ini juga dimaksudkan untuk membekali semua pihak yang terlibat dan terkena dampak akibat bencana di laut khususnya kecelakaan kapal berupa prosedur yang efisien dalam melakukan penanggulangannya. Ini dilakukan dengan mendisain sebuah perangkat simulasi komputer dimana didalamnya dimungkinkan membuat skenario kejadian kecelakaan kapal dan semua pihak yang terlibat dalam simulasi tersebut diberikan akses ke server melalui sebuah unit komputer dihadapannya dan akan berperan sebagai salah satu pihak yang terlibat langsung dalam penanggulangannya.

Guna mendukung usaha menekan tingkat kecelakaan kapal akibat kegagalan sistem di kapal, maka penelitian ini juga dimaksudkan untuk mendisain pengembangan database permesinan di kapal yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh pihak perusahaan pelayaran, pemilik kapal, galangan, Biro Klasifikasi kapal dan pihak lainnya dalam melakukan pendataan kegagalan permesinan di kapal serta menggunakan data tersubut dalam menyusun strategi pemeliharaan kapal dan perbaikan disain sistem di kapal serta tujuan- tujuan lainnya. Pada tahun 1995, setelah terjadinya bencana besar gempa bumi Hanshin dan Awaji di Jepang, sebuah kelompok peneliti di Kobe melakukan studi tentang pola optimum penanggulangan terhadap bencana alam dan bencana industri dalam skala besar [9]. Salah satu subyek dasar yang diteliti adalah terkait dengan penerapan teknologi mutakhir dan sumber daya manusia khususnya yang berhubungan dengan manajemen resiko terhadap bencana yang terjadi. Metode yang dipergunakan adalah dengan melakukan evaluasi terhadap proses penanggulangan bencana berdasarkan penilaian resiko yang diakibatkannya. Hasil dari kelompok penelitain ini adalah berupa modifikasi terhadap sistem pencegahan dan penanggulangan bencana yang telah ada pada saat itu. Kelompok peneliti ini juga telah melakukan studi terhadap penanggulangan bencana kecelakaan kapal yang mengakibatkan tumpahan minyak dalam jumlah besar. Penelitian ini lebih dititik beratkan pada pola pengembangan teknologi yang bisa di pergunakan dalam pengumpulan tumpahan minyak (oil spill recovery) disamping pengembangan sistem manajemen resiko yang meliputi tata organisasi dan prosedur penanggulangannya. Didasari oleh pentingnya penelitian tersebut di atas, Artana [10] mengembangkan simulasi komputer yang dapat digunakan untuk melakukan simulasi penanggulangan kecelakaan kapal. Simulasi ini masih sangat sederhana dengan database yang kecil. Kelemahan simulasi ini yaitu pada keterbatasannya untuk melakukan analisa hasil simulasi menjadi suatu acuan dalam menyusun sistem dan prosedur penanggulangannya. Disamping itu simulasi yang dikembangkan ini belum mampu melakukan penilaian terhadap keefisienan simulasi tersebut. Simulasi yang dikembangkan ini sudah menggunakan jaringan LAN sebagai media transformasi respon dari peserta simulasi. Det Norske Veritas (DNV) [11] menyusun standar prosedur penanggulangan bahaya di laut khususnya pada beberapa insiden yang menyebabkan terjadinya tumpahan minyak kelaut. Sekalipun standar prosedur ini sangat komprehensif, namun tidak semua pihak dapat mengaplikasikannya sebab sangat tergantung dengan kesediaan fasilitas dimana kecelakaan kapal tersebut terjadi. Disamping itu, prosedur ini juga tidak memungkinkan pihak-pihak lain selain yang ada di kapal untuk ikut berpartisipasi dalam proses penanggulangannya. Penelitian-penelitian lainnya yang berkaitan dengan penanggulangan bencana dilaut umumnya bersifat sangat teknis (simulasi penyebaran tumpahan minyak [12], early detection of fire onboard [13], dll) dan tidak memungkinkan kita untuk menggunakannya dalam menyusun sistem dan prosedur pananggulangan yang optimal. Karena itu penelitian yang diusulkan dalam proposal ini akan secara konmprehensif dilakukan dalam kerangka sepertoi terlihat pada gambar dibawah ini.

Mahal, Resiko Tinggi, Waktu Panjang, Resources besar

Technology and Hardware Kompensasi kerusakan lingkungan Sispro Penanggulangan Marine Hazard Sub-standard Ship and Port State Control

Simulasi Phisik

Schenario development Database development

Ship Safety operation issues

Simulasi Komputer

Software development Simulasi SISPRO Development

Reliability Database

Reduction on accidents due to ship and machinery failures

Gambar 1. Roadmap penelitian Penelitian yang diusulkan disini pada prinsipnya akan mencoba mengembangkan perangkat simulasi penanggulangan kecelakaan kapal yang dapat dipergunakan sebagai acuan dalam menyusun sistem dan prosedur penanggulangannya. Penelitian ini juga akan mengembangkan model database sistem permesinan di kapal dengan harapan bahwa ini akan menurunkan peluang terjadinya kegagalan permesianan di kapal saat beroperasi sehingga peluang terjadinya insiden juga akan berkurang. Simulasi komputer dipilih mengingat dibandingkan dengan pelaksanaan simulasi fisik maka akan jauh lebih murah, resiko yang ditimbulkannya lebih rendah, fleksibel mengingat bisa dilakukan dimana saja, serta membutuhkan resources yang relatif kecil. 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, antara lain: 1. mengembangkan serta mengevaluasi teknologi dan engineering hardwaresoftware yang bisa dipergunakan untuk mengatasi kecelakaan kapal dan dampak yang diakibatkannya (marine hazard) 2. melakukan evaluasi terhadap risk management system yang meliputi sistem prosedur penanganan marine hazard maupun pihak-pihak yang berkepentingan didalamnya (human resources) 3. mencari metode alternative yang optimum untuk melatih pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan marine hazard termasuk didalamnya masyarakat umum dan dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan serta ketrampilan dan pengalaman dalam penanganannya.

4. Mengembangkan disain database keandalan kapal dan permesinannya guna dapat dipergunakan sebagai acuan dalam melakukan manajemen perawatan kapal sehingga dapat mengurangi peluang gagal beroperasinya kapal dan permesinan yang nantinya akan mengurangi tingkat kecelakaan kapal. Dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan mampu: 1. memberikan pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif terhadap upaya optimal dalam penanggulangan kecelakaan kapal maupun marine hazard lainnya untuk pihak- pihak yang terkait dalam penanggulangannya maupun untuk masyarakat pada umumnya. 2. Menekan biaya pelatihan secara langsung (simulasi phisik) terhadap penanganan marine hazard melalui pemanfaatan software simulasi. Melalui simulasi ini juga dimungkinkan melibatkan lebih banyak pihak yang berkaitan langung atau tidak langsung terhadap penanganan marine hazard. 3. melakukan evaluasi terhadap manajemen perawatan permesinan di kapal guna menekan tingkat kegagalan operasi permesinan di kapal yang secara langung akan menekan tingkat kecelakaan kapal yang diakibatkannya. Dari produk yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan mampu: 1. memberikan fasilitas alternatif bagi berbagai pihak (pengelola pelabuhan, SAR, Angkatan Laut RI, Pemerintah Daerah, dan lainnya) berupa software marine hazard simulation yang bisa dimanfaatkan untuk melatih kesiapan penanganan kecelakaan kapal dan marine hazard di wilayahnya masing-masing. 2. dari poin (1) diatas, diharapkan dapat disusun sistem prosedur yang optimal dalam penanggulangan kecelakaan kapal dan marine hazard lainnya, berdasarkan kemampuan dan fasilitas yang ada di daerah dimana kecelakaan terjadi. 3. memberikan fasilitas reliability database yang komprehensive yang dapat dimanfaatkan untuk menyusun sistem perawatan terencana dan inspeksi terhadap permesinan di kapal. Hal ini diharapkan mampu menekan tingkat resiko kecelakaan kapal akibat kegagalan operasi permesinan di kapal serta diharapkan mampu menekan total biaya operasional dari kapal itu sendiri. 4. Reliability database yang akan didisain dalam penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi perusahaan pelayaran untuk menjadikannyasebagai tool untuk mengimplementasikan cost effective, quality dan safety managenet. Bagi badan pembuat peraturan (biro klasifikasi kapal) database ini dapat dijadikan referensi untuk memperbaharui atau menunjang proses analisa dan validasi dari peraturan-peraturan yang ada sekarang. Bagi industri kapal, database ini dapat dipergunakan sebagai sarana untuk analisa dalam meminimalkan total life cost dari permesinan dikapal serta safety dan Quality dari permesinan tersebut. Sementara itu, bagi engine manufacturers, database ini akan menjadi feedback dalam meningkatkan kualitas disain dan unjuk kerja permesinan dikapal. 1.4. Sistematika Penelitian Seperti yang telah disampaikan di atas, penelitian yang diusulkan disini akan mengembangkan perangkat simulasi dan database permesinan di kapal (lihat gambar 2). Data base ini akan sangat membantu mahasiswa S2 yang terlibat di dalamnya dalam menyelesaikan skripsinya berupa Penentuan Jadwal Perawatan Sistem di Kapal Dengan Pendekatan Optimasi dan Pengembangan Sistem Manajemen Perawatan Permesinan dg Pendekatan RCM pada Perusahaan Pelayaran. Penentuan jadwal perawatan optimum mutlak membutuhkan historical record sistem permesinan dan komponen yang ada dikapal.

Sama halnya dengan konsep Reliability Centered Maintenance yang sepenuhnya tergantung dengan data kegagalan sistem permesinan dan komponen yang ada dikapal. Pengembangan database ini akan sepenuhnya dibantu oleh mahasiswa S2 yang terlibat dan data yang terkumpul didalam database tersebut akan dipergunakan sebagai bahan dalam penyususnan skripsinya. Untuk bisa menngembangkan simulasi marine hazard, maka mahasiswa S2 yang terlibat akan mengembangkan 2 hal pokok yakni Pengembangan Paket Program Simulasi Marine Hazard dengan menggunakan fasiltas LAN dan Internet serta Aplikasi Text Mining Dalam Melakukan Textual Data Anaysis pada Simulasi Marine Hazard. Kegiatan 4 penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa S2 akan dikoordinir oleh 3 mahasiswa S3 dimana topik penelitian yang diambil adalah: Studi Pemilihan Manajemen Peawatan Kapal dengan Pendekatan Kriteria Jamak, Disain dan Aplikasi konsep Reliability Centered Maintenance Pada Armada Kapal, serta Studi Human Error Prediction Pada Pengoperasian Armada Kapal dengan Pendekatan THERP dan HCR.

Studi Pemilihan Manajemen Peawatan Kapal dengan Pendekatan Kriteria Jamak

Penentuan Jadwal Perawatan Sistem di Kapal Dengan Pendekatan Optimasi RELIABILITY DATABASE Pengembangan Sistem Manajemen Perawatan Permesinan dg Pendekatan RCM pada Perusahaan Pelayaran

Reliability and Safety Research for Marine Application

Disain dan Aplikasi konsep Reliability Centered Maintenance Pada Armada Kapal

Studi Human Error Prediction Pada Pengoperasian Armada Kapal dengan Pendekatan THERP dan HCR

Pengembangan Paket Program Simulasi Marine Hazard dengan menggunakan fasiltas LAN dan Internet Aplikasi Text Mining Dalam Melakukan Textual Data Anaysis pada Simulasi Marine Hazard MARINE HAZARD SIMULATION

II. Tinjauan Pustaka


2.1 Marine Hazard Simulation Penelitian dalam bidang keselamatan kapal hingga saat ini lebih menitik beratkan pada faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kapal. Seperti terlihat pada gambar diatas, marine incident dan accident disebabkan oleh beberapa faktor. Penelitian yang banyak dilakukan dalam konteks keselamatan kapal umumnya hanya meninjau secara parsial faktor-faktor diatas. Hunt [14] telah mencoba memodelkan hubungan antara sea state dengan probabilitas capsizing kapal. Beberapa kelompok ukuran kapal dapat dihubungkan dengan peluang terbaliknya kapal berdasarkan tinggi gelombang, arus dan kecepatan angin. Furusho [15] menyatakan bahwa kesalahan yang dilakukan oleh anak buah kapal dalam

mengoperasikan permesinan di kapal disebabkan oleh kondisi tempat kerja (working environment) yang tidak nyaman, seperti kebisingan dikamar mesin akibat suara motor induk, kondisi kamar mesin yang sempit, aroma kamar mesin yang tidak nyaman, getaran yang terjadi akibat beroperasinya peralatan-peralatan di kamar mesin dan lain sebagainya. Weather Regulations

Sea State Sea State

Traffic

Marine Accident and incident

ship

Machinery Human

Working Environment

Penelitian yang diusulkan disini akan dilain pihak akan mencoba melihat dari sisi lainnya, yakni pengembangan tool yang dapat digunakan untuk menunjang usaha-usaha penanggulangan setelah insiden kapal terjadi. Di era 90-an, World Maritime University (WMU) [16] secara kontinyu mencoba melakukan simulasi penanggulangan bahaya dilaut dengan menggunakan fasilitas komunikasi telepon dan dokumen. Informasi diberikan lewat telepon dan respon dan proses pelaporan dilakukan dengan paper-based. Simulasi ini adalah inisiasi dari berkembangnya pola serupa dengan pengembangan lebih lanjut berupa pemanfaatan e-mail dan internet dalam pelaksanaannya. Artana [17] mengembangkan simulasi komputer yang dapat digunakan untuk melakukan simulasi penanggulangan kecelakaan kapal. Simulasi ini masih sangat sederhana dengan database yang kecil. Kelemahan simulasi ini yaitu pada keterbatasannya untuk melakukan analisa hasil simulasi menjadi suatu acuan dalam menyusun sistem dan prosedur penanggulangannya. Disamping itu simulasi yang dikembangkan ini belum mampu melakukan penilaian terhadap keefisienan simulasi tersebut. Simulasi yang dikembangkan ini sudah menggunakan jaringan LAN sebagai media transformasi respon dari peserta simulasi. Sementara iti, proses terbitnya peraturan-peraturan internasional dalam penanggulangan bencana di laut boleh dikatakan sudah sangat reaktif terhadap pengalaman terjadinya beberapa bencana laut dan efek terhadap lingkungan. Setiap terjadi bencana di laut dalam skala yang besar, lembaga pengatur khususnya IMO (International Maritime Organization)

telah merespon dengan cepat khususnya hal-hal yang berkaitan dengan re-design teknis kapal yang dimaksudkan untuk mencegah bencana serupa terjadi lagi dan menekan kemungkinan operator kapal melakukan kesalahan yang sama yang mengakibatkan bencana tersebut. Namun harus disadari pula bahwa ada titik tertentu didalam usaha penanggulangan bencana di laut dimana kita tidak mampu lagi mengabaikan faktor kesalahan manusia dengan semata-mata melakukan disain ulang kapal dan sistem di dalamnya. Kenyataan yang ada adalah bahwa seberapa jauhpun kita melakukan perbaikan- perbaikan terhadap disain kapal maka faktor manusialah yang akan jauh lebih menentukan dalam terjadinya kesalahan pengoperasian kapal yang mengakibatkan bencana. Dengan demikian setiap metode pendekatan baru terhadap terciptanya sistem keselamatan di laut harus mampu menciptakan sistem yang dapat memperbaiki performansi dari manusia (operator kapal dan pihak yang terlibat dalam penanggulangan bencana di laut termasuk masyarakat). Jika kita akan melakukan perbaikan ke arah ini, maka pendekatan yang didisain harus memberi arah pada perbaikan faktor manusia dengan konsep yang rasional dan sistematis dan salah satunya dapat dilakukan dengan melibatkan sebanyak mungkin pihak-pihak yang terkait dalam penanggulangan bencana di laut untuk secara aktif terlibat dan mendapat pengalaman di dalam proses penanggulangannya. Salah satu ide dasar dari pengembangan sistem penanggulangan bencana di laut di dunia saat ini adalah untuk menciptakan budaya keselamatan (safety culture) [18]. Safety culture ini membutuhkan komitmen kita untuk mempelajari situasi dan kondisi dari bencana di laut sebelum kita melakukan langkah-langkah penanggulangannya. Ini membutuhkan proses pelatihan dan perbaikan perilaku serta metode dalam mengantisipasi dan mengatasi situasi bencana yang terjadi di laut. Dan salah satu metode yang dapat menunjang proses transfer slogan safety culture menjadi usaha nyata yang dapat di pahami oleh semua pihak yang terlibat dalam kondisi bencana di laut adalah dengan menciptakan sebuah media simuasi dimana kondisi dan situasi bencana di laut dapat diskenariokan dan usaha-usaha penanggulangannya dapat secara sistematis disusun dengan mensimulasikan bencana tersebut berikut usaha-usaha penanggulangannya. Metode ini juga memungkinkan pelaksanaan pelatihan secara kontinyu mengingat rendahnya biaya yang dibutuhkan jika dibandingkan dengan melakukan simulasi phisik. Berkaitan dengan pengaruh faktor manusia di dalam inisiasi bencana di laut, Furusho [15] memberikan alternatif pendekatan statistik dalam mengidentifikasi faktor kesalahan manusia yang mengawali peluang terjadinya kecelakaan. Hasil dari penelitian seperti yang tertuang di pustaka ini berupa rekomendasi-rekomendasi yang dimaksudkan untuk menekan serendah mungkin faktor kesalahan manusia dalam pengoperasian kapal khususnya di kamar mesin. Metode ini mungkin salah satu alternatif langkah preventif bencana kecelakaan kapal dan tidak bisa dijadikan sebagai solusi penentuan langkah korektif yang optimum jika kecelakaan sudah terjadi. Det Norske Veritas (DNV) [11], lembaga klasifikasi kapal Norwegia, merupakan salah satu lembaga klasifikasi kapal yang paling progresif dalam melakukan penelitian pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kapal. DNV mengusulkan prosedur penilaian keselamatan formal (Formal Safety Assessment) dalam struktur dan metodologi yang sistematis [22]. Metode ini menggunakan pendekatan resiko dan cost-benefit analysis dalam mengembangkan prosedur dan peraturan-peraturan keselamatan kapal. Sekalipun FSA mampu memberi guidelines dalam penyusunan peraturan yang mampu menurunkan resiko terjadinya kecelakaan kapal dan proses penanggulangannya, namun metode ini hanya dapat membekali

operator kapal yang merupakan subyek langsung dari kecelakaan kapal.

2.2 Marine Machinery Database Dalam konteks keandalan, data menjadi salah satu faktor penting untuk dimiliki dan salah satu faktor yang paling sulit untuk didapat. Data dapat diperoleh lewat dua jalan yakni, pengujian/eksperimen (data primer) dan data operasi di lapangan (data sekunder). Data yang pertama dapat diperoleh untuk komponen yang sederhana saja yang tidak membutuhkan biaya yang besar dalam pengujiannya. Data yang kedua juga sering susah didapatkan mengingat tidak tercatatnya hal-hal penting dari pengoperasian sistem sebelumnya, atau tidak tercatatnya data dari peralatan sejenis yang bisa dijadikan acuan atau sumber data peralatan yang kita analisa. Data juga bisa diperoleh dari organisasi tertentu yang mengumpulkan data perawatan dan operasi peralatan tertentu kemudian melakukan analisa statistik terhadapnya dan hasilnya dipublikasikan dalam bentuk data handbook atau data bank. Sumber-sumber tersebut antara lain adalah: Data handbook: (1) US MIL-HDBK 217 (2) HRD3 (British Telecom) (3) INSPEC DATA Book (IEE/UKAEA) (4) ANSI/IEEE STD 500 (5) USAF RADC Noneletronic parts handbook (6) CNET (French PTT) data (7) NRPD, Nonelectronic Reliability Part Data Data bank: (1) SRS (AEA Technolgy) data bank (2) OREDA (Det Norske Veritas) offshore data bank (3) CEA (Canadian Electrical Association) generation/transmission data bank (4) NERC-GADS (North American Electricity Reliability Council) generation data Pemerintah Jepang lewat Ship Investigation Reliability Commitee (SRIC) [1] telah selama bertahun-tahun mengembangkan database permesinan di kapal bekerja sama dengan beberapa lembaga swasta dan perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan operasional kapal. Program ini menuai sukses yang luar biasa terbukti dengan makin meningkatnya keselamatan operasional kapal di Jepang dengan menurunnya tingkat kegagalan permesinan, masa pakai (life time) yang lebih panjang, Penelitian yang akan diusulkan disini akan mencoba untuk mengembangkan database sistem permesinan di kapal yang kurang lebih memiliki ide yang sama seperti yang telah dikembangkan oleh SRIC.

III. Metode Penelitian


3.1. Langkah umum Penelitian Langkah utama dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Studi Literatur Ada beberapa hal yang akan dicoba untuk di dalami dalam tahapan studi literatur ini, diantaranya adalah: Prosedur pananggulangan bencana di laut di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan kecelakaan kapal yang berakibat fatal pada lingkungan laut. Konvensi-konvensi internasional tentang pencegahan dan penanggulangan bencana di laut. Kajian-kajian teknis pencegahan polusi di laut. Kajian teknis tentang laporan-laporan evaluasi terhadap kecelakaan kapal di Indonesia. Konsep risk assessment dan risk management. Struktur global paket simulasi yang akan didisain. Struktur Global database keandalan Review terhadap konsep database keandalan yang ada di negara-negara lain Dan lain-lain. b. Survey dan Pengumpulan Data Data-data yang akan di kumpulkan dalam proses survey antara lain: Luaran dan proses simulasi yang diharapkan oleh masing-masing instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana di laut. Luaran database keandalan yang diharapkan oleh perusahaan pelayaran, badan klasifikasi Indonesia, dan galangan kapal. Data-data kecelakaan kapal di Indonesia Data pencemaran karena minyak di laut Indonesia Laporan evaluasi kecelakaan kapal dan penanggulangan pencemaran laut di Indonesia Metode perhitungan efektifitas penanggulangan bencana di laut yang dipakai oleh instansi-instansi di Indonesia. Survey tentang program simulasi sejenis yang sudah dan sedang dikembangkan. Dll. c. Pemodelan dan Pembuatan Paket Program Simulasi Proses pemodelan akan dilakukan dengan menyusun modul-modul program simulasi yang disesuaikan dengan skenario yang akan dikembangkan dalam program simulasi, output yang diharapkan didapat dari program simulasi, dan metode pengukuran efektivitas prosedur penanggulangan bencananya. d. Pelaksanaan Simulasi Simulasi akan dilakukan dengan konsep dasar seperti yang dapat diuraiakan di bawah ini:

d.1. Model Outline Partisipasi peserta simulasi dibagi menjadi beberapa grup (lihat tabel 1) yang akan berperan sebagai kapten kapal, pemilik kapal, Maritime Safety Agency, salvage company, Gubernur daerah dimana kecelakaan terjadi, kepala/staf pelabuhan, kepala/staf organisasi nelayan, kepala/staf stasiun pembangkit listrik setempat, kepala/staf pemadam kebakaran, perwakilan dari pemilik kapal, surveyor, staf dari dinas lingkungan hidup, mass media, tenaga sukarelawan, ahli dari perguruan tinggi, dan lain-lainnya. Dalam simulasi ini mereka harus dapat mengatasi konsekuensi dan tantangan dari skenario yang dikembangkan dalam rentang waktu simulasi sekitar satu minggu. Mereka harus mensimulasikan semua proses sejak kapal berlayar, kecelakaan terjadi, penanggulangan, hingga proses kompensasi akibat kerugian yang terjadi selesai dilakukan, dengan menggunakan komputernya masing-masing.
Table 1. Konsep Grup Simulasi
Grup 1 Grup 2 Grup 3 Grup 4 kapten kapal, pemilik kapal Maritime Safety Agency, salvage company, kapen kapal patroli Ketua penanggulangan bencana, direktur salvage company, kapten salvage boat, tenaga medis. Gubernur daerah dimana kecelakaan terjadi, kepala/staf pelabuhan, kepala/staf organisasi nelayan, kepala/staf stasiun pembangkit listrik setempat, kepala/staf pemadam kebakaran Ship owner Surveyor, P&I club surveyor Staf Kementrian Lingkungan Hidup, Media masa, tenaga sukarelawan, ahli dari perguruan tinggi

Grup 5 Grup 6

Masing-masing grup ini akan mencoba memecahkan, menganalisa dan mencari solusi dari akibat-akibat yang terjadi kecelakaan kapal (tumpahan minyak, korban jiwa, dll) dengan mensimulasikan posisi mereka berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya. Selama pelaksanaan simulasi ini, setiap pihak yang ikut berpartisipasi akan secara imajiner mengalami proses penanggulangan bencana di laut, dan berusaha untuk dapat menggambarkan proses dan sistem yang efektif dalam melakukan respon terhadap situasi yang dihadapi baik dari sudut pandang teknis, hukum, lingkungan, dan biaya. Lebih jauh dari itu, mereka juga akan dituntut untuk berkreasi dalam menentukan permesinan, hardware, sistem logistik, dan lain-lainnya. Diakhir simulasi dilakukan pertemuan antara peserta simulasi dengan didampingi oleh ahli-ahli dalam hal penanggulangan bencana di laut. Dalam pertemuan ini dibicarakan dan dianalisa efektivitas simulasi yang telah dilakukan dalam konteks lamanya waktu yang dibutuhkan dalam penanggulangan, jumlah langkah-langkah yang dalam penanggulangan, besarnya estimasi biaya yang dibutuhkan, serta kompleksitas peralatan yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana tersebut.

Pertemuan ini dilanjutkan dengan pelaksanaan simulasi dengan skenario yang sama, dan ini dilakukan berkali-kali hingga kondisi penanggulangan yang paling efektif didapatkan. d.2. Sistem e-mail dan LAN Dalam pelaksanaan simulasi ini, media komunikasi dan respon dari masing masing peserta adalah e-mail. Masing-masing peserta diberikan fasilitas satu unit komputer dan sebuah alamat e-mail. Semua langkah yang dilakukan dan respon yang diberikan di tuliskan dalam bentuk email kepada peserta lain yang dimaksudkan sesuai dengan perannya.

Gambar. 2 Konsep sistem LAN untuk simulasi Sistem email dan LAN yang mungkin dipakai dapat dilihat seperti pada gambar 2. Selain peserta yang memiliki peran dalam penanggulangan bencana, proses simulasi ini juga dimonitor oleh tim ahli yang dapat memberi nasihat selama dan setelah proses simulasi dilakukan. d.3. Skenario model kecelakaan Skenario di konsep dalam beberapa tahapan. Salah satu contoh tahapan skenario adalah sebagai berikut: Tahap pertama. Sebuah kapal tanker bertabrakan dengan kapal lainnya dan mengakibatkan tumpahnya minyak dalam jumlah tertentu dalam cuaca yang buruk dan lalu lintas laut yang padat. Tumpahan minyak kemudian menyebar dalam wilayah yang lebih besar dan mengakibatkan polusi di daerah sekitar dimana kecelakaan terjadi.

Tim penanggulangan dibawah

pimpinan Maritime Safety Agency melakukan penanggulangan awal dengan bantuan Tim SAR dan salvage engineers, dan melakukan penyelamatan terhadap terhadap korban, mencegah perluasan tumpahan minyak, dan melakukan pengumpulan tumpahan minyak. Tahap Kedua. Proses penanggulangan beralih dari operasi pertama menuju operasi kedua yang melibatkan pemilik kapal dan lain-lainnya. Tumpahan minyak meluas ke daerah pantai dan pemukiman yang mempengaruhi nelayan, wisata, dan operasi kapal feri. Pemerintah daerah setempat termasuk didalamnya pemadam kebakaran, polisi, sukarelawan, nelayan, berusaha melakukan pengumpulan tumpahan minyak di daerah pantai. Tahap ketiga. Pemasok peralatan pengumpul minyak dan bahanbahan pengikat minyak melakukan evaluasi terhadap kebutuhan logistik dalam operasi yang dilakukannya. Pemerintah daerah dan sektor swasta melakukan perhitungan biaya dan kompensasi akibat kerusakan yang diakibatkannya. P&I Club surveyor mengkalkulasi kerusakan lingkungan dan melakukan pengecekan terhadap klaim dari perorangan, grup dan perusahaan yang terkena dampak. e. Model Database Keandalan Langkah pertama dalam pengembangan database keandalan kapal dan permesinannya adalah melakukan konsolidasi partisipan yang diharapkan dapat bekerjasama. Pola kerjasama yang diharapkan nanti dapat dilihat pada gambar berikut.
SHIPS Aliran data kegagalan SHIPPING FIRM ASDP OR PERTAMINA

BKI

Aliran data perawatan Aliran analisis

Research Team

Server ITS

Gambar. 3 Pola kerjasama dan sirkulasi data Seperti terlihat diatas, ITS akan menjajagi peluang bekerjasama dengan dua lembaga pendukung yakni BKI (biro Klasifikasi Indonesia) dan beberapa perusahaan pelayaran. Data kegagalan dan perawatan kapal dan permesinannya akan di suplai oleh perusahaan pelayaran kepada BKI dan ITS. Selanjutnya data tersebut akan disimpan dan diolah oleh tim ITS dan pihak yang

terlibat berhak untuk mengambil data, data analisis serta fasilitas lainnya yang disediakan oleh tim ITS. f. Analisa Data Keandalan Prosedur yang akan dilakukan dalam melakukan evaluasi keselamatan dan resiko kapal dan permesinan adalah dengan menggunakan data-data kegagalan dan perawatan di dalam database. Analisa resiko secara kualitatif diharapkan dapat memperbaiki kinerja kapal dan permesinannya termasuk anak buah kapal dan secara keseluruhan akan memperbaiki tingkat keselamatan kapal. Kerangka kerja analisa resiko terdiri dari 3 tahapan yakni: mengidentifikasi resiko, melakukan kuantifikasi serta mengimplementasikan rekomendasi dalam menekan tingkat resiko. Hasil dari analisa kualitatif ini diharapkan mampu: 1. Mengidentifikasi dan menjelaskan bahaya dan kejadian kecelakaan yang mungkin. 2. Mengidentifikasi resiko dari point 1. 3. Mengestimasi peluang dan konsekuensi dari kejadian yang teridentifikasi. 4. Mengidentifikasi solusi untuk menekan resiko. Ada beberapa metode yang umum dipakai dalam melakukan analisa resiko yakni [10]: 1. Hazard and Operability Studies (HAZOP) 2. Failure Modes and Effects (Criticality ) Analysis (FME(C)A) 3. Fault Tree Analysis (FTA) 4. Event Tree Analysis (ETA) 5. Cause and Consequence Analysis g. Analisa Ketersediaan (availability analysis). Pada tahapan analisa ini akan ditentukan analisa kuantitatif terhapap tingkat keandalan serta ketersediaan komponen kritis sistem permesinan di kapal. Melalui analisa ini kebijakan perawatan akan menjadi lebih efektif dan tepat sasaran. Analisa kualitatif dan kuantitatif ini akan disimpan dalam database (server ITS) yang dapat diakses oleh perusahaan pelayaran yang ikut terlibat dalam memberikan datanya. 3.2. Tahapan Penelitian Penelitian ini akan dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan seperti dibawah ini: Tahun I Kegiatan penelitian yang akan dilakukan pada Tahun I: 1. Mendifinisikan permasalahan yang lebih konkrit. Ini dilakukan dengan melakukan kajian terhadap penelitian sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti baik di dalam maupun luar negeri. 2. Melakukan observasi terhadap perangkat simulasi dan database sejenis. 3. Memulai koordinasi awal dengan instansi yang akan terlibat dalam pelaksanaan simulasi dan database serta pengembangannya. 4. Studi literatur tentang prosedur pananggulangan bencana di laut di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan kecelakaan kapal yang berakibat fatal pada lingkungan laut, konvensi-konvensi internasional tentang pencegahan dan

penanggulangan bencana di laut, kajian-kajian teknis pencegahan polusi di laut, kajian

teknis tentang laporan-laporan evaluasi terhadap kecelakaan kapal di Indonesia, konsep risk assessment dan risk management, struktur global paket simulasi yang akan didisain. 5. Survey untuk mengumpulkan data tentang luaran dan proses simulasi serta database yang diharapkan oleh masing-masing instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana di laut, pengumpulkan data-data kecelakaan kapal di Indonesia, pengumpulan data pencemaran karena minyak di laut Indonesia, pengumpulan laporan evaluasi kecelakaan kapal dan penanggulangan pencemaran laut di Indonesia, survey tentang program simulasi sejenis yang sudah dan sedang dikembangkan. 6. Pengembangan konsep tentang modul-modul program simulasi, prosedur simulasi, pengukuran efektivitas penanggulangan bencana. 7. Pelaporan kegiatan penelitian tahun I. Tahun II Inti kegiatan penelitian yang akan diakukan pada tahun kedua adalah: 1. Melanjutkan proses pengumpulan data. 2. Menurunkan algoritma dan ekspresi matematis efektivitas proses simulasi. 3. Mengembangkan konsep penerjemahan hasil simulasi menjadi sistem dan prosedur penanggulangan bencana di laut. 4. Memulai penyusunan modul-modul paket program simulasi berdasarkan algoritma yang telah diturunkan diatas serta memulai penyusunan database keandalan. 5. Verifikasi program simulasi dan database. 6. Simulasi lokal Tahap I. Pada pelaksanaan simulasi ini instansi yang terkait dengan penanggulangan bahaya seperti yang disebutkan pada pembahasan sebelumnya akan secara aktif dilibatkan sejak tahapan perencanaan skenasrio, hingga evaluasi hasil simulasi dan penyusunan sistem dan prosedurnya. 7. Publikasi I hasil penelitian 8. Pelaporan kegiatan penelitian tahun II Tahun III Inti kegiatan penelitian yang akan diakukan pada tahun ketiga adalah: 1. Menyelesaikan paket program simulasi. 2. Melakukan simulasi lokal Tahap II. Pelaksanaannya sama seperti simulasi lokal tahap I 3. Melakukan perbaikan terhadap paket program simulasi dengan mempergunakan masukan-masukan yang diperoleh selama proses simulasi II. 4. Melakukan simulasi internasional. Dengan fasilitas internet, simulasi akan dilakukan dengan melibatkan sedikitnya satu negara counterpart, sehingga kasus kecelakaan yang melibatkan dua kapal dengan bendera yang berbeda bisa disimulasikan. 5. Ujicoba database dengan melakukan instalasi dan monitoring di BKI serta perusahaan pelayaran pendukung penelitian ini. 6. Publikasi II hasil penelitian. 7. Desiminasi hasil penelitian pada seminar/simposium internasional. 8. Pelaporan kegiatan penelitian tahun III.

IV. Organisasi Tim Peneliti


Organisasi tim peneliti dibawah ini dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan utama dan hasil-hasil yang diharapkan dari penelitian ini.
DIKTI

LPPM ITS

Ketua Tim Peneliti Anggota Tim Peneliti

Direktur Program Pasca Sarjana

Mahasiswa S3 Mahasiswa S2 Mahasiswa S2

Mahasiswa S3 Mahasiswa S2 Mahasiswa S2

Gambar. 4

Organisasi Tim Peneliti

Adapun susuanan tim peneliti adalah sebagai berikut: Tabel 2. Susunan tim peneliti (Tahun I)
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Dr. Ketut Buda Artana ST, MSc Dr. Ir. A.A. Masroeri, M.Eng Ir. Eko Budi Djatmiko, MSc, PhD Ir. Yanif Dwi Kuntjoro MT (Mayor Laut) Ir. David Napiun MSc Edi Djatmiko, ST Ir. Marthen E.H. Lamaloang NIP/NRP 132 125 668 131 407 591 131 407 592 4103301004 4104301706 4105204003 4105204001 Program Studi PPSTK-ITS PPSTK-ITS PPSTK-ITS PPSTK-ITS PPSTK-ITS PPSTK-ITS PPSTK-ITS S2/S3 S3 S3 S2 S2 Status Semester 5 3 3 3

PPSTK = Program Pasca Sarjana Teknologi Kelautan ITS

V. Jadwal Penelitian
No Activity 1st Year 1st 2nd 3rd 4th 1st 2nd Year 2nd 3rd 4th 1st 3rd Year 2nd 3rd 4th

1.

Studi literatur tentang: a. Prosedur penanggulangan marine hazard di Indonesia dan Jepang b. Struktur artsitektur perangkat lunak marine hazard c. Evaluasi tentang database keandalan yang ada saat ini (SRIC-Japan) d. Review teknologi pencegahan pencemaran laut e. Konvensi internasional tentang penanggulangan marine hazard f. Review terhadap catatan kecelakaan kapal (mahkamah maritim, dsb) g. Risk assessment and risk management h. Modeling and simulation i. Software development

2.

Survey: a.Harapan dari shipyard/shipping company/classification society/etc. b. Pengumpulan data dari shipyard/shipping company/classification society/etc. c. SRIC (The Ship Reliability Investigation Committee) d. Penanggulangan bahaya di laut ke lembaga terkait (Basarnas, gamat, AL, dll) d. Survey tentang simulasi penanggulangan marine hazard yang ada saat ini

3.

Pengembangan awal: a. Modul-modul perangkat lunak simulasi marione hazard b. Modul-modul machinery reliability database c. Prosedur pelaksanaan simulasi d. Kebutuhan hardware lainnya

4. 5.

Pengumpulan data kegagalan dari Shipbuilding companies, Shipping companies, Classification societies, Shipyards, Engine and machinery maker Evaluasi terhadap: a. Marine hazard b. Reliability database network c. Multi-parties Simulation procedures

6.

Simulasi local dan analisa

23

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

Seminar I Penyusunan sisten dan prosedur penanggulangan marine hazard Pengembangan perangkat lunak lebih lanjut Pelaporan Publikasi I di international journal Finalisasi reliability database dan marine hazard simulation software Simulasi Internasional Seminar II Finalisasi penyusunan sistem dan prosedur Penanggulangan marine hazard Test Database Laporan Akhir Publikasi II di international journal

24

VI. Anggaran Biaya


Item 1
Honorarium a. b. c. Total Ketua Tim Anggota Tim Mahasiswa Pasca Sarjana org-bln org-bln org-bln 1 2 4 x x x 10 10 10 1,000,000 750,000 300,000 10,000,000 15,000,000 12,000,000 37,000,000 a. Bahan habis (papers, cartridges, transparencies, etc.) b. External Hard Disk c. Reference books d. Eternet and LAN Cables e. Meeting and Consultation f. Supporting Softwares h. Local simulation and testing i. International simulation and testing Total unit unit buah unit unit pck pck pck 1 4 3 1 4 2 1 0 1,500,000 1,500,000 500,000 4,000,000 250,000 2,500,000 2,000,000 3,000,000 1,500,000 6,000,000 1,500,000 4,000,000 1,000,000 5,000,000 2,000,000 0 21,000,000 org-hari org-hari org-hari org org-hari 2 2 2 2 x x x 8 x 2 3 3 3 750,000 750,000 750,000 150,000 750,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 1,200,000 3,000,000 17,700,000 unit-bln bulan 4 x 10 10 100,000 100,000 4,000,000 1,000,000 5,000,000 a. Foto copy dokumen b. Pelaporan c. Pelaporan ke instansi terkait Total pck pck parties 1 1 2 1,500,000 1,000,000 200,000 1,500,000 1,000,000 400,000 2,900,000 a. Surat menyurat Domestik b. Surat menyurat internasional c. Fax dan Telephone Total pck pck pck 1 1 1 1,000,000 2,000,000 3,000,000 1,000,000 2,000,000 3,000,000 6,000,000 a. Penerbitan di Jurnal Nasional b. Penerbitan di Jurnal Internasional Total TOTAL ANGGARAN PER TAHUN pck pck 0 0 500,000 1,000,000 0 0 0 89,600,000 4 1 500,000 1,000,000 1 1 1 1,000,000 2,000,000 3,000,000 1 1 4 1,500,000 1,000,000 200,000 4 x 10 10 100,000 100,000 2 2 2 2 x x x 8 x 2 3 3 3 750,000 750,000 750,000 150,000 750,000 6 2 3 1 250,000 2,500,000 2,000,000 3,000,000 1,500,000 5,000,000 6,000,000 3,000,000 18,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 1,200,000 3,000,000 17,700,000 4,000,000 1,000,000 5,000,000 1,500,000 1,000,000 800,000 3,300,000 1,000,000 2,000,000 3,000,000 6,000,000 2,000,000 1,000,000 2,000,000 89,500,000 4 1 500,000 1,000,000 1 1 1 1,000,000 2,000,000 3,000,000 1 1 4 1,500,000 1,000,000 200,000 4 x 10 10 100,000 100,000 2 2 2 2 x x x 8 x 2 3 3 3 750,000 750,000 750,000 150,000 750,000 6 2 3 1 250,000 2,500,000 2,000,000 3,000,000 1,500,000 5,000,000 6,000,000 3,000,000 18,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 1,200,000 3,000,000 17,700,000 4,000,000 1,000,000 5,000,000 1,500,000 1,000,000 800,000 3,300,000 1,000,000 2,000,000 3,000,000 6,000,000 2,000,000 1,000,000 2,000,000 89,500,000 3 500,000 1,500,000 3 500,000 1,500,000 1 1,500,000 1 2 4 x x x 10 10 10 1,000,000 750,000 300,000 10,000,000 15,000,000 12,000,000 37,000,000 1,500,000 1 1,500,000 1 2 4 x x x 10 10 10 1,000,000 750,000 300,000 10,000,000 15,000,000 12,000,000 37,000,000 1,500,000

Volume

TAHUN II unit biaya

total

Volume

TAHUN I unit biaya

total

Volume

TAHUN III unit biaya

total

Material processing and supply expenses

Perjanalanan a. Survey ke pelabuhan dan perusahaan pelayaran Jakarta b. Survey ke pelabuhan dan perusahaan pelayaran Semaran c. Survey ke pelabuhan dan perusahaan pelayaran Belawan d. Survey ke pelabuhan dan perusahaan pelayaran Surabaya e. Menghadiri Seminar Nasional Total

Fasilitas dan Biaya Perlengkapan a. Sewa Komputer b. Total Biaya Internet

Pencetakan dokumen dan foto copy

Komunikasi

Publikasi

25

VI. Daftar Pustaka


1. E. Nishikawa & K. Ishida, On the Contingent Response System for Marine Disasters of Large Oil Spill, JSME Kansai.No.74 Conference No. 994-1, 1999, pp 11-15,16 2. The Economist, An Accident at Sea Creates Much Froth, November 21 2002. 3. International Safety and Management Code (ISM CODE) 1997 Edition, International Maritime Organization. 4. Hunter J.A.D, The International Safety and Management Code: Perspective of its Development the UK 5. Artana, KB, Priyanta, D., Investigation on Ship Safety Management in Indonesia: The Study to develop Failures Coding and Form as an Initial Step to Develop Ships Machinery Database, funded by DGHE, 2000 6. International Maritime Organization (IMO), Chapter IX - Management for the Safe Operation of Ships. 7. International Maritime Organization (IMO), International Convention for the Prevention of Pollution from Ships, 1973, as modified by the Protocol of 1978 relating thereto (MARPOL 73/78), Annex I: Prevention of pollution by oil 8. International Maritime Organization (IMO), Guidelines for approval of ballast water management systems (G8) 9. K. Ishida & E. Nishikawa, Maritime Hazard Models for Simulation Exercise at MET institutes, Proceeding of International Maritime Lecturers Association (IMLA 10), 1998, St Malo France 10. Artana, KB, Yanif Dwi Kuntjoro, David Napiun, Pengembangan Perangkat Simulasi Penanggulangan Marine Hazard Dengan Menggunakan Jaringan LAN, Seminar Nasional Pasca Sarjana ITS, Agustus 2005 11. Det Norske Veritas (DNV), www.dnv.com 12. Akihara. J, Matsumoto. K, Development of Oil Spill Simulation Using Run Time Data, Proc. International Symposium in Marine Engineering (ISME), October, 2005. 13. Ruminov. K, Ito. M, Genetic Algorithm of Early Detection System of Fire Onboard, Proc. Techno-Ocean, Kobe, October 2004. 14. Hunt. M, Correlation data of Sea State and Probability of Capsized of Major Cargo Ship, A Success or A Failure, Shipowners New Safety
st

Culture Conference Proceeding, The Institute of Marine Engineering (IMARE), pp. 3-7,

Journal of Marine Technology Vol. 35 No. 3, Society of Naval Architects and Marine Engineers (SNAME), January 2001.

21

15. Furusho, M, Onboard Working Environment in Relation to Ship Incidence, Proc.

Internasional Seminar JSPS-DGHE in Marine Transportation Engineering, Hiroshima-Japan, December 20, 2004
16. Artana, KB., Simulation for Marine Hazard and Text Mining Using 2005) Tokyo- Japan, October 2005 17. Artana, KB., Development of Simulation for Marine Hazard, Risk and Maintenance Management, Naval Platform Technology Seminar (NPTS 2005), Singapore, May 2005 18. Iarossi, F.J., The Foundation of Safety Culture, New Safety Culture Conference Proceeding, The Institute of Marine Engineering (IMARE), pp. 27-30, the UK Local Are Network and Internet, International Symposium on Marine Engineering (ISME

22

You might also like