You are on page 1of 6

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan suatu kelompok yang heterogen. Obat ini termasuk dalam derifat-asetanilida, ini merupakan metabolit dari fenasetin yang dulu banyak digunakan sebagai analgetik. Pada tahun 1978 obat ini telah ditarik dari peredaran, karena efek sampingnya (karsinogen dan nefrotoksisitas). Parasetamol mempunyai aktivitas sebagai analgesik dan antipiretik dengan sedikit efek anti-inflamasi. Parasetamol dianggap sebagai obat yang paling aman untuk swamedikasi. Walaupun harus diperhatikan bahwa kelebihan dosis parasetamol dapat mengakibatkan nekrosis hati pada manusia dan hewan. (Katzung, 2004) Penjaminan mutu untuk penetapan kadar bahan aktif dalam sediaan obat perlu dilakukan dengan suatu metode yang tervalidasi dan dapat dipertanggungjawabkan bagi kedua obat tersebut sehingga terjamin keamanannya., Dalam hal ini ada beberapa metode penetapan kadar yang telah digunakan yaitu penetapan kadar zat tunggal parasetamol dan ibuprofen menurut Farmakope Indonesia IV dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Menurut beberapa artikel dan jurnal penelitian, kombinasi parasetamol, ibuprofen dan beberapa bahan aktif lain dapat diidentifikasi dengan metode KLT fase balik (Mohammad et al., 2009), Selain hal tersebut bisa juga digunakan metode spektrofotometri UV (Hassan, 2008), atau dengan menggunakan metode KCKT (Battu & Reddy, 2009). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana metode kromatografi cair kinerja tinggi dalam penetapan kadar paracetamol? b. Bagaimana metode spektrofotmetri dalam penetapan kadar paracetamol? c. Apa saja keunggulan dan kelemahan dari masing-masing metode? C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui metode yang digunakan dalam menentukan kadar parasetamol (asetaminofen).

BAB II PEMBAHASAN A. Penetapan Kadar Paracetamol (Asetaminofen) secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Kromatografi Cair Berperforma Tinggi (high performance liquid chromatography, HPLC) merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair yang biasanya disertai dengan tekanan tinggi. Seperti teknik kromatografi pada umumnya, HPLC berupaya untuk memisahkan molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap zat padat tertentu. Cairan yang akan dipisahkan merupakan fasa cair dan zat padatnya merupakan fasa diam (stasioner). Teknik ini sangat berguna untuk memisahkan beberapa senyawa sekaligus karena setiap senyawa mempunyai afinitas selektif antara fase diam tertentu dan fasa gerak tertentu. Dengan bantuan detektor serta integrator kita akan mendapatkan kromatogram. Dari hasil validasi metode analisis campuran parasetamol dan kafein untuk uji nilai ketelitian yang meliputi uji homogenitas, uji intraassay, uji inter-assay, dan rentang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Penelitian ini dimulai dengan pengujian kondisi optimum dari pengembangan metode analisis campuran klorfeniramin maleat, parasetamol, dan kafein. Analisis campuran dilakukan dengan kondisi fasa gerak dapar asetat-asetonitril (85:15) pH 5, laju alir 1,0 mL/menit dan deteksi pada panjang gelombang 244 nm, 279 nm. Pada penelitian kali ini digunakan fasa gerak pada pH 5, karena pada pengembangan metode sebelumnya hasil yang paling baik adalah pada pH 5. Selain itu juga pemilihan pada pH 5 dikarenakan untuk mencegah terjadinya kerusakan kolom. Rentang penggunaan pH untuk kolom adalah pada pH 2-pH 8. Jika digunakan pada pH < 2 maka akan terjadi pengkristalan didalam kolom sedangkan jika digunakan pada pH > 8 maka silika yang ada didalam kolom akan larut oleh basa kuat. Darihasil ini didapat bahwa waktu retensi untuk parasetamol dan kafein masing-masing zat adalah 5,517 dan 8,592 menit. Fasa gerak dalam analisis dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi merupakan hal yang paling penting, karena migrasi analit diatur oleh interaksi antara fasa gerak dan fasa diamnya. Migrasianalit terjadi karena adanya kompetisi antara fasa gerak analit untuk dapat berikatan dengan sisi-sisi aktif dari fasa diam. Fasa gerak akan berikatan dengan fasa diam setelah mendesak analit dari ikatannya. Analit yang terusir akan ikut bergerak bersama dengan fasa gerak yang sedang mengalir. Fasa gerak yang dipakai biasanya merupakan campuran dua atau lebih pelarut yang kekuatannya berbeda. Fasa gerak dicampur kemudian disaring guna menghilangkan pengotor yang akan masuk kedalam KCKT. Setelah itu fasa gerak disonikasi bersamaan dengan penghilangan gelembung udara (degas) yang bisa merusak kolom dan mengganggu analisis analit. B. Penetapan Kadar Paracetamol (Asetaminofen) secara Spektrofotometri Spektrofotometri merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Spektrofotometer terdiri dari suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200 nm hingga 800 nm dan suatu alat yang sesuai untuk menetapkan serapan (Depkes RI, 1995). Serapan maksimum dari parasetamol dan kafein berada pada panjang gelombang yang ber-dekatan yaitu 249 nm dan 272 nm. Hal ini menye-babkan terjadinya tumpang tindih (overlapping) spektrum secara total. Spektrum yang tumpang tindih menyebabkan kesulitan dalam penetapan kadar kedua senyawa ini. Metode spektrofotometri ultra violet-

visibel tertentu dapat digunakan untuk meningkatkan pemecahan puncak yang saling tumpang tindih. Penentuan zero crossing parasetamol dilakukan dengan membuat kurva serapan derivat pertama masing-masing larutan dalam berbagai konsentrasi. Spektrum derivat pertama dibuat dengan memplotn ilai d /d dengan panjang gelombang. Nilai d /d diperoleh dengan membagi delta absorbansi 2- 1) dengan delta panjang gelombang , a g digu aka pada derivat pertama adalah 1 nm. Setelah ditentukan zero crossing, dilakukanlah penetapan kadar parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol kafein dengan tiga kali replikasi. Kadar terukur parasetamol rata-rata 98,17%. Kadar parasetamol dalam tablet kombi-nasi parasetamol dengan kafein, memenuhi persyaratan kadar yang tertera dalam Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Penetapan kadar parasetamol dengan spektrofotometri ultra violetvisibel aplikasi metode zero crossing ini dapat digunakan dengan melihat parameter akurasi dan presisi yang dihasilkan. Hasil pengujian presisi menunjukkan nilai RSD (Relative standard deviation atau simpangan baku relatif) pada sampel dalam 3 konsentrasi adalah 1,32%, 1,07%, dan 0,07%. Nilai RSD ini memenuhi p s a ata pada a alit aitu 3 . Hal i i menunjukkan bahwa penetapan kadar parasetamol secara spektrofotometri derivatif metode zero crossing memiliki presisi yang baik. C. Keunggulan dan Kelemahan a. Spektrofotmetri o Kelebihan spektrofotometri adalah : Dengan mengganti mata manusia dengan detektor- detektor radiasi lain, dimungkinkan studi absorbsi diluar daerah spektrum tampak, dan sering kali eksperimen spektrofotometri dilakukan secara automatic memudahkan jika yang dicari dengan analisis spektrofotometri adalah konsentrasi komponen dari suatu larutan campuran. o Kelemahan spektrofotometri adalah alat-alat yang digunakan untuk analisisnya harganya mahal, perawatannya agak sedikit susah. Hukum Bouguer-Beer menuntut radiasi monokromatik karena nilai absorbtivitas bergantung pada panjang gelombang. Nilai absorbans yang terukur mencerminkan distribusi panjang

gelombang dalam radiasi yang dalam sebuah spektrofotometer praktis, tak pernah benar- benar monokromatis. Kesulitan dalam menjaga kesetimbangan analit yang melibatkan ion- ion sering peka terhadap elektrolit yang ditambahkam, dan kegagalan mengendalikan kuat ion dapat menimbulkan masalah dalam spektrofotometri. Temperature dapat lebih menyulitkan situasi

b. Kromatografi cair kinerja tinggi o Kelebihan dari alat HPLC antara lain: Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran dengan daya memisah yang tinggi. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan analisis. Dapat digunakan bermacan-macam detektor dengan kepekaan yang tinggi. Kolom dapat digunakan kembali. Waktu analisa cukup singkat. HPLC dapat digunakan untuk isolasi zat yang tidak mudah menguap dan zat yang tidak stabil. Dapat menganalisis sampel yang kecil kuantitasnya. Teknik HPLC dapat dilakukan pada suhu kamar. o Kelemahan dari alat HPLC antara lain: Harga sebuah alat HPLC cukup mahal. Sering ada larutan standar yang tertinggal diinjektor. Pada kolom dengan diameter rata-rata partikel fase diam dengan ukuran 5 dan 3 mikrometer sela-sela partikel lebih mudah tertutup oleh kotoran, jadi harus seringkali dicuci dan kemurnian larutan harus dijaga.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Simpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut: Kromatografi Cair Berperforma Tinggi (high performance liquid chromatography, HPLC) merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair yang biasanya disertai dengan tekanan tinggi. Spektrofotometri merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Kromatografi HPLC mempunyai banyak keunggulan dalam analisis suatu zat aktif disbanding dengan metode spektrofotmetri.

DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, 2008. Daftar Obat Esensial Nasional. Jakarta : DEPKES RI. http://www.chem-is-try.org/ materi_kimia/ instrumen_analisis/ kromatografi1/ kromatografi_cair_kinerja_tinggi_hplc.html. diakses pada tanggal 14 April 2013. Katzung. Bertram G, 2004. Farmakologi Dasar Dan Klinik. SaLemba Medika: Surabaya Mutakin, et al. 2009. Uji Ketelitian Dan Rentang Metode Analisis Campuran Parasetamol, Kafein, Dan Klorfeniramin Maleat Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jurnal Farmaka. Vol. 7 (1). Naid, T., et al. 2011. Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Tablet Kombinasi Parasetamol Dengan Kofein Secara Spektrofotometri Ultraviolet-Sinar Tampak. Majalah Farmasi dan Farmakologi. Vol. 15 (2).

You might also like