You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TEKNIK PEWARNAAN BAKTERI

Oleh: UMI MALINDA 2011210250 C/8 LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sifat mkroba yang transparan dan sulit untuk dilihat secara kasap mata serta struktur dan sifat fisik yang khas membuat keberadaannya sulit untuk diketahui. Karena sebagian besar mikroba tidak berwarna, maka untuk melakukan pengamatan, untuk mengetahui keberadaannya diperlukan pewarnaan dengan menggunakan warna. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat Fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecetan. (Jimmo, 2008) Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah Perwana Sederhana dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja (Gupte, 1990). Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang diguanakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian diicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies. (Dwidjoseputro, 1994) Teknik pewarnaan warna bakteri daapat dibedakan menjadi empat macam yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan negatif, pewarnaan differensial dan pewarnaan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan yang sudah di fiksasi, dinamakan pewarna sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan differensial. Sedangkan pengecetan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecetan ini adalah pengecetan endospora, flagella dan pengecetan kapsul. (Waluyo, 2010) B. Tujuan Praktikum 1. Melakukan beberapa teknik pewarnaan untuk identifikasi dan pengelompokkan mikroorganisme. 2. Mengamati morfologi sel bakteri. C. Manfaat Praktikum Dengan melakukan praktikum tekink pewarnaan kita dapat mengetahui dan mengelompokkan mikroorganisme serta mengetahui morfologi sel bakteri dengan cara mengamati sel bakteri tersebut.

BAB II STUDI PUSTAKA A. Pewarnaan Bakteri Bakteri merupakan mikroorganisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri sangat kecil, bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1.000 kali atau lebih. (waluyo, 2004). Sel bakteri memiliki panjang yang beragam. Sel beberapa spesies dapat berukiran 100 kali lebih panjang dari pada sel spesiesnya yang lain. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai dengan suatu zat pewarna kimia agar mudah diamati atau dilihat dengan jelas daklam hal ukuran, bentuk, susuan dan keadaan struktur internal dan butiran. Sel-sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola (silindris) atau spiral (heliks). (Pelzar & Chan, 2007 Pewarnaan bakteri dapat bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri sperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas dari oada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya. Teknik pewarnaan bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pengecetan sederhana, pengecetan differensial dan pengecetan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal satu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan cahaya. Alasana inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan struktur seperti spora, flagella, dan bahan inklusi yang mengandung zat pati dan granula fosfat. (Entjang, 2003) Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang slah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari in bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawasenyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakteri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri. Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut warna basa, jika warna terdapat ion negatif, maka disebut zat warna basa. B. Macam-macam Pewarnaan Secara garis besar, teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Pewarnaan sederhana Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen / fukhsin) tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Pewarnaan sederhana merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudaah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut. Pewarnaan sederhana merupakan satu cara yang cepat untuk 3

melihat morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh zat warna yang banyak digunakan adalah biru metilen (30-60 detik) ungu kristal (10 detik) dan fukhsin-karbol (5 detik). 2. Pewarnaan differensial dibagi pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam a. Pewarnaan differensial Pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. - Pewarnaan gram Pewarnaan gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni grampositif dan gram-negatif berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunua, ilmuan Denmark Hans Christian Gram (1853-1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri klebsiella pneumonie. Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu Gram psitif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecetan tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus Mycobakterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteribakteri dari dua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak permeable terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bkteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram. Dalam pewarnaan Gram diperlukan empat reagen, yaitu: Zat warna utama (violet kristal) Mordan (larutan iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama. Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan untuk melunturkan zat warna utama. Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel yang telah kehilangan catb utama setelah perlakuan dengan alcohol. Bakteri Gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan aalkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka. Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatfi dengan pencucian alkohol yang emungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif memiliki membra tunggal yang dilapisi peptidoglikan yang tebal (25-50 nm) sedangkan bakteri gram negatif lapisan peptidoglikannnya tipis (1-3nm).

Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting untuk membantu determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara bakteri Gram positif dan Gram negatif yaitu: Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu: Stryktur dinding sel nya tipis, sekitar 10-15 mm, berlapis tiga atau multilayer. Dinding sel mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikamn terdapat di dalam. Lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit kurang lebih 10% dari berat kering, tidak mengandung asam terkoat. Kurang rentan terhadap senyawa penisilin. Pertunmbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal violet. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana. Tidak resisten terhadap gangguan fisik. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat. Peka terhadap steptomisin. Toksin yang dibentuk Endoktosin.

Ciri-ciri bakteri Gram positif yaitu: Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer. Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat. Bersifat lebih rentan terhadap penisilin. Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit. Lebih resisten terhadap gangguan fisik. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut Tidak peka terhadap streptomisin Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin

Pewarnaan Tahan Asam Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA). Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis . Ada beberapa cara pewarnaan tahan asam, namun yang paling banyak adalah cara menurut Ziehl-Neelsen.(anonymous,2009)

3. Pewarnaan khusus untuk melihat struktur tertentu : pewarnaan flagel, pewarnaan spora, pewarnaan kapsul. 5

Pewarnaan Spora Spora bakteri (endospora) tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa, diperlukan teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein adalah pewarnaan spora yang paling banyak digunakan. Endospora sulit diwarnai dengan metode Gram. Untuk pewarnaan endspores, perlu dilakukan pemanasan supaya cat malachite hijau bisa masuk ke dalam spora , seperti halnya pada pewarnaan Basil Tahan Asam dimana cat carbol fuschsin harus dipanaskan untuk bisa menembus lapisan lilin asam mycolic dari Mycobacterium .

Pewarnaan flagel Pewarnaan flagel dengan memberi suspense koloid garam asam tanat yang tidak stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel. Pewarnaan kapsul Pewarnaan ini menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar belakang. Yang berwana biru gelap.

BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan bahan 1. Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam pewarnaan bakteri antara lain membutuhkan kaca benda (object glass) bersih, sengkelit / jarum ose, pembakar bunsen (pmbakar spiritus), pipet tetes, penjepit kayu, mikroskop, kertas saring, corong, kertas lensa, rak tabung, tabung reaksi, bekare gkass, batang pengaduk, corong glass, kapas berlemak,tissue, dan krek api. 2. Bahan Bahan yang diperlukan untuk dipergunakan dalam pewarnaan bakteri antara lain biakan bakteri B.subtilis (untuk sederhana), E.coli (untuk gram negatif), S.aureus (untuk gram positif), K.pneumoniae (Untuk kapsul), B.subtilis (untuk spora / suspensinya) berumur 24 jam dengan kerapatan 25% T dalam medium kaldu pepton atau dalam medium nutrient agar miring, serta dibutuhkan minyak imersi dan xylol. Selain itu dibutuhkan pereaksi dan zat warna untuk pewarnaan bakterinya yaitu gentilen violet, karbol fuchsin, air suling steril, metilen biru, larutan lugol, alkohol 96% dan tinta cina. B. Cara kerja 1. Penyiapan preparat Apusan Bakteri (Bakterial smear) - Siapkan object glass yang bersih. Lewatkan dulu diatas api menyala pembakar spiritus untuk menghilangkan lemak-lemak yang masih menempel. Jarum ose atau sengkelit diflambir (disterilkan dengan memijarkan bagian kawat logam diatas api menyala pembakar spiritus sampai merah membara diseluruh bagian), biarkan selama 10 detik hingga dingin. Bekerjalah di daerah aseptik dengan radius kurang lebih 20 cm dari pembakar spiritus. - Untuk membuat preparat apusan yang berasal dari biakan cair, ambil satu sengkelit biakan, kemudian tempatkan pada permukaan object glass yang bersih. Jika berasal dari biakan padat (agar miring, sebelumnya teteskan satu tetes air suling steril atau NaCl fisiologis steril pada object glass, kemudian ambil satu sengkelit biakan dari agar miring dan suspensikan pada air suling yang ada pada permukaan kaca benda tersebut. - Ratakan biakan pada permukaan object glass dengan cara memutar jarum ose dengan putaran yang searah hingga diperoleh apusan yang tipis. - Rekatkan (fiksasi) apusan bakteri dengan cara melewatkan preparat diatas api menyala pembakar spiritus, hingga preparat membentuk lapisan tipis yang merekat pada kaca benda. Jangan memanaskan berlebihan karena akan merusak struktur bakteri. 2. Pewarnaan sederhana - Preparat yang telah dikeringkan dan difiksasi (direkatkan) diletakkan di tempat pewarnaan, dituangi zat warna yang telah disaring, misalnya : air, metilen biru, gentilen violet, atau karbol fuchsin yang ditipiskan 1:10 (karbol fuchsin Ziel Zielsen). Diamkan selama 30-60 detik. - Zat warna dibuang, dibilas dengan air mengalir dari kran. - Preparat dikeringkan di antara dua kertas saring atau di udara. - Amati hasil pewarnaan. Hasil pewarnaan : Bakteri berwarna biru (menggunakan metilen biru), ungu (menggunakan gentilen violet) atau merah (menggunakan karbol fuchsin). 3. Pewarnaan Gram 7

Pewarnaan gram postif menggunakan bakteri S.aureus sedangkan pewarnaan gram negatif menggunakan bakteri E.coli. Prosedur pewarnaannya gram positif dan gram negatif sama, yaitu: - Preparat yang telah dikeringkan dan difiksasi (direkatkan) dituangi karbol gentilen violet (pewarna primer), diamkan selama 5 menit. - Zat warna dibuang, preparat dituangi larutan lugol (berfungsi sebagai mordant, yaitu zat yang membentuk kompleks yang tak larut dengan mengikat pewarna primer), diamkan selama 45-60 detik. - Preparat dimasukkan dalam silinder yang berisi alkohol 96% (decolorizing agent) sambil digoyang-goyangkan selama 30 detik atau sampai tidak ada lagi zat warna yang luntur mengalir dari preparat. - Bilas dengan air kran. - Preparat dituangi dengan karbol fuchsin (pewarna tandingan / counterstain), diamkan selama 1-2 menit. - Zat warna dibuang, bilas dengan air kran, keringkan dengan kertas saring. - Amati hasil pewarnaan. 4. Pewarnaan spora - buat suspensi pekat bakteri dalam 0,5 mL air garam 0,85% dalam tabung. - Tambahkan karbol fuchsin (pewarna primer) sama banyaknya dengan NaCl tadi (0,5 mL). - Panaskan di atas api kecil selama 6 menit atau di dalam water bath 80 derajat celcius selama 10 menit. - Buat preparat dari suspensi di atas, keringkan, rekatkan. - Rendam dalam asam belerang (H2SO4) 1% untuk membuang zat warna yang berlebihan selama 1-3 detik. - Bilas dengan air kran (decolorizing agent). - Tuangi air metilen biru (counterstain), diamkan selama 2-4 menit. - Zat warna dibuang, dibilas dengan air kran, keringkan diatas kertas saring. - Amati hasil pewarnaan. Hasil pewarnaan : Badan bakteri berwarna biru, spora berwarna merah. 5. Pewarnaan selubung (kapsul) - Teteskan NaCl 0,85% diatas alas kaca, kemudian tanamkan 1 mata sengkelit atau secukupnya biakan bakteri, campurkan. - Letakkan di sebelah campuran tadi 1 tetes tinta cina. - Campur tinta cina dengan bakteri, hapuskan dengan menggunakan alas kaca lain seperti membuat preparat rekatan darah. - Keringkan, fiksasi / rekatkandi atas api. - Tuangi karbol fuchsin yang telah ditipiskan 1:10, panaskan, 1-2 detik atau dengan karbol thionin, diamkan selama 5-10 menit. - Zat warna dibuang, dibilas dengan air kran. - Keringkan di antara kertas saring atau di udara. - Amati hasil pewarnaan. Hasil pewarnaan : Badan bakteri berwarna merah, selubung tidak berwarna dan dasar pewarnaan berwarna hitam kemerah-merahan.

BAB IV PEMBAHASAN Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas dari pada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya. Pewarnaan sederhana bertujuan untuk mengetahui bentuk morfologis dan struktural bakteri. Pada pewarnaan sederhana, apusan bakteri diwarnai dengan pewarna tunggal, biasanya digunakan pewarna basa (yang bermuatan positif) sehingga akan berikatan dengan asam nukleat dan komponen dinding sel bakteri yang bermuatan negatif. Pada perlakuannya digunakan karbol fuchsin dan dihasilkan bakteri berwarna merah, ini dikarenakan bakteri diberi zat warna asam yang mempunyai sifat dapa bersenyawa lebih cepat dengan sitoplasma sel. Pada pewarnaan spora didapat hasil pewarnaan pada badan bakteri berwarna biru, dan spora berwarna merah. Pada pewarnaan kapsul,didapat bakteri berwarna merah selubung tidak berwarna, dan dasar pewarnaan hitam ke merah-merahan. Pada pewarnaan kapsul Disebut juga pewarnaan negatif karena materi yang dilihat (kapsul) tidak di warnai yang diwarnai adalah daerah latar belakang dan badan sel bakterinya. Kapsul tidak dapat diwarnai dengan pewarna asam maupun basa, karena kapsul adalah materi yang tidak memiliki muatan. Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram postif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding sel nya. Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawasenyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri bakteri karena reaksinya dengan sel bakteri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri. Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel dengan zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel.

Pewarnaan bakteri dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Pada bakteri gram positif menunjukkan warna ungu dan bakteri gram negatif berwarna merah.

Gambar hasil pewarnaan

Bakteri B.subtilis pewarnaan sederaha Size : 640x480

Bakteri E.coli pewarnaan Gram negatif Size : 640x480

10

Bakteri S.aureus pewarnaan Gram negatif Size : 640x480

Bakteri K.pneumoniae pewarnaan kapsul Size : 640x480

11

BAB V KESIMPULAN

Bakteri merupakan se prokariotik berukuran lebih kecil dari sel eukariotik. Bakteri mempunyai struktural yang terdiri atas membran sel, dinding sel, flagel dan pili, serta kapsul dan lendir. Bakteri diklasifikasi atas dua golongan yakni bakteri gram positif dab bakteri gram negatif. Terbagi atas bakteri berbentuk kokos (bulat), bakteri berbentuk batang, bakteri berbentuk lengkung dan bakteri yang termasuk dalam kelompok khusus. Bakteri diidentifikasi dengan metode pengecetan atau pewarnaan sel bakteri yang berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas dari pada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, substar, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Teknik pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macamyaitu pengecetan sederhana, pengecetan negatif, pengecetan differensial dan pengecetan struktural. Pewarnaan negatif merupakan metode pewarnaan dengan mewarnai latar belakangnya menjadi hitam dan gelap. Pewarnaan sederhana,merupakan pewarnaan yang paling umum digunakan yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Pada bakteri gram positif menunjukkan warna biru ungu bakteri dan bakteri gram negatif berwarna merah.

12

DAFTAR PUSTAKA Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta Waluyo,lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. UMM. Malang Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan Bailey and Scotts, 2007, Diagnostic Microbiology 12Th edition,Mosby Elsevier, Houston. Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi . Djambatan: Jakar-ta Entjang I, 2003, Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Ke- perawatan, PT.Citra Aditya Bakti, Jakarta.Iud W, 2008,

13

You might also like