You are on page 1of 22

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Defenisi tentang tanah sangatlah bervariasi

terkadang sangatlah sulit bagi kita untuk memberikan

defenisi yang tepat pada tanah, kerena pandangan dan

kepentingan yang beraneka ragam tentang tanah. Ada yang

mengatakan bahwa tanah adalah tubuh alam (natural body)

yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat gaya-gaya

alam (natural material) pada permukaan bumi, tanah dapat

pula diartikan sebagai tempat tumbuhnya tanaman, defenisi

lainnya tentang tanah adalah tanah merupakan hasil

pelapukan batuan dan pelapukan sisa-sisa bahan organik

dari organisme (vegetasi dan hewan) yang hidup

didalamnya.

Bahan organik merupakan bahan penting dalam

menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia,

maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah

bahan pemantap agregat tanah, selain itu bahan organik

adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah.

Perombakan sisa-sisa tanaman dan penyusun beberapa

campuran oleh mikroorganisme tanah dimana bahan organik

merupakan fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai

penyusun tanah. Hasil aktivitas mikroorganisme ini

1
adalah dimana tanah berisi sejumlah besar campuran bahan

organik dalam berbagai tahap perombakan. Humus adalah

kata yang digunakan berhubungan dengan bahan organik yang

telah mengalami perombakan secara ekstensif dan sampai

perubahan yang lebih jauh.

Kesuburan tanah selain berasal dari residu makhluk

hidup atau yang bersifat alami, kesuburan tanah juga

dapat ditingkatkan dengan penambahan pupuk anorganik.

Pupuk anorganik yang banyak dibutuhkan oleh tanah dalam

pertumbuhan tanaman antara lain adalah urea. Pupuk ini

disebut juga sebagai pupuk N, karena mengandung lebih

banyak nitrogen. Urea ini berfungsi dalam perkembangan

vegetatif dari tanaman. Selain itu, kelebihan pupuk ini

juga dapat membuat tanaman menjadi hangus, terutama yang

memiliki daun yang agak peka.

Salah satu tanaman yang umumnya menggunakan pupuk

urea adalah tanaman jagung (Zea mays L.). Tanaman jagung

(Zea mays L.) merupakan tanaman yang berfotosintesis C4,

maksudnya mempunyai kapasitas fotosintesis tinggi.

Selain jagung (Zea mays L.), yang termasuk dalam golongan

C4 adalah sorgum dan tebu.

2
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan

praktikum pupuk dan pemupukan untuk mengetahui pengaruh

pupuk yang berbeda terhadap pertumbuhan dan perkembangan

tanaman jagung (Zea mays L.).

I.2.Tujuan dan Kegunaan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui pupuk

urea dengan cara aplikasi benih di atas pupuk terhadap

pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada pasir

halus.

Kegunaannya adalah sebagai bahan informasi dan

acuan dalam aplikasi dan rekomendasi penggunaan pupuk

N,P,K dan pupuk kandang pada pasir halus dan tanaman

jagung (Zea mays L.)

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Alfisol

Tanah-tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi

di horison B (Horison argilik) dibedakan menjadi Afisol

(pelapukan belum lanjut) dan Ultisol (pelapukan lanjut).

Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim sedang,

tetapi dapat pula ditemukan di daerah tropika dan

subtropika terutama di tempat-tempa dengan tingkat

pelapukan sedang (Hardjowigeno, 1993).

Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai

berbukit. Proses pembentukan Alfisol di Iowa memerlukan

waktu 5000 tahun karena lambatnya proses akumulasi liat

untuk membentuk horison argilik. Alfisol terbentuk di

bawah tegakan hutan berdaun lebar (Hardjowigeno, 1993).

Alfisol terbentuk dari bahan induk yang mengandung

karbonat dan tidak lebih tua dari pleistosin. Di daerah

dingin hampir semuanya berasal dari bahan induk berkapur

yang masih muda. Di daerah basah bahan induk biasanya

lebih tua daripada di daerah dingin (Munir, 1984).

Alfisol merupakan tanah yang subur, banyak

digunakan untuk pertanian, rumput ternak, atau hutan.

Tanah ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, kapasitas

4
tukar kation tinggi, cadangan unsur hara tinggi

(Hardjowigeno, 1993).

II.2. Jenis Pupuk

Pupuk dalam arti luas, termasuk semua bahan yang

ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur

essensial bagi pertumbuhan tanaman. Tetapi istilah pupuk

biasanya berhubungan dengan pupuk buatan. Pupuk tidak

berisi unsur-unsur hara tanaman dalam bentuk unsur

seperti nitrogen, fosfor atau kalium ; tetapi unsur-unsur

tersebut ada dalam bentuk campuran yang memberikan

bentuk-bentuk ion dari unsur hara yang dapat diadsorbsi

tanaman (Foth, 1991).

Pengertian klasifikasi pupuk dapat dilihat dari

beberapa segi, yaitu (1) atas dasar pembentukannya yang

terdiri dari pupuk alam dan pupuk buatan, (2) atas dasar

kandungan unsure hara yang dikandungnya yang terdiri dari

pupuk tunggal dan pupuk majemuk, dan (3) atas dasar

susunan kimiawinya yang mempunyai hubungan penting dalam

perubahan-perubahan di dalam (Hakim, dkk., 1986).

Paling tidak ada 14 unsur essensial yang diperoleh

tanaman dari tanah, yaitu nitrogen (N), fosfor (P),

kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), mangan (Mn),

besi (Fe), belerang (S), tembaga (Cu), seng (Zn), boron

5
(B), molybdenum (Mo), dan klor (Cl). Dua dari mereka,

kalsium dan magnesium diberikan ke dalam tanah sebagai

kapur, terutama di daerah yang kekurangan unsur itu.

Tetapi dari 13 unsur tersebut, nitrogen, fosfor, dan

kalium serta Ca yang pengaruhnya paling besar pada

tanaman (Soepardi, 1983).

Aplikasi penggunaan pupuk dilakukan dengan tiga

cara, yaitu pemberian sebelum tanam, pada saat tanam dan

setelah tanam. Pemberian pupuk sebelum tanam meliputi

beberapa metode, yaitu broadcast, broadcast

incomparation, subsurface band. Aplikasi pupuk pada saat

tanam juga meliputi beberapa metode, yaitu subsurface

band, seed band, dan surface band. Sedangkan aplikasi

pupuk setelah tanam juga meliputi beberapa metode, yaitu

top dressing dan side dressing (Sutanto, 2002).

Sebelum melakukan penanaman, tanah yang sudah

diolah diberi pupuk dasar untuk menambah unsure hara di

dalam tanah agar dapat diserap oleh tanaman. Sebagai

pyupuk dasar umumnya digunakan pupuk kandang dan jenis

pupuk buatan seperti urea, TSP, dan KCl yang diberikan

pada saat penanaman (Palungkun dan Asiani, 1991).

6
2.2.1. Nitrogen (N)

Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N2)

di atmosfer, yang takarannya mencapai 78% volume, dan

sumber lainnya senyawa-senyawa yang tersimpan dalam tubuh

jasad. Nitrogen sangat jarang ditemui karena sifatnya

yang mudah larut dalam air (Poerwowidodo, 1992).

Nitrogen diserap oleh tanaman sebagai NO3- dan NH4+

kemudian dimasukkan ke dalam semua gas amino dan Protein

(Indrana, 1994). Ada juga bentuk pokok nitrogen dalam

tanah mineral, yaitu nitrogen organik, bergabung dengan

humus tanah ; nitrogen amonium dapat diikat oleh mineral

lempung tertentu, dan amonium anorganik dapat larut dan

senyawa nitrat (Buckman dan Brady, 1992).

Nitrogen yang tersedia tidak dapat langsung

digunakan, tetapi harus mengalami berbagai proses

terlebih dahulu. Pada tanah yang immobilitasnya rendah

nitrogen yang ditambahkan akan bereaksi dengan pH tanah

yang mempengaruhi proses nitrogen. Begitu pula dengan

proses denitrifikasi yang pada proses ini ketersediaan

nitrogen tergantung dari mikroba tanah yang pada umumnya

lebih menyukai senyawa dalam bentuk ion amonium daripada

ion nitrat (Jumin, 1992).

7
Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman jagung

adalah merangsang pertumbuhan secara keseluruhan,

khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu, nitrogen

pun berperan penting dalam pembentukan zat hijau daun

yang sangat berguna dalam proses fotosintesis (Lingga dan

Marsono, 2000).

Kekahatan atau defisiensi nitrogen menyebabkan

proses pembelahan sel terhambat dan akibatnya menyusutkan

pertumbuhan. Selain itu, kekahatan senyawa protein

menyebabkan kenaikan nisbah C/N, dan kelebihan

karbohidrat ini akan meningkatkan kandungan selulosa dan

lignin. Ini menyebabkan tanaman jagung yang kahat akan

nitrogen tampak kecil, kering, tidak sekulen, dan sudut

daun terhadap batang sangat runcing (Poerwowidodo, 1992).

Salah satu bentuk pupuk N yang banyak digunakan

adalah urea (CO(NH2)2). Urea dibuat dari gas amoniak dan

gas asam arang. Persenyawaan kedua zat ini malahirkan

pupuk urea dengan kandungan N sebanyak 46% (Lingga dan

Marsono, 2002).

Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah

menarik uap air). Pada kelembaban 73%, pupuk ini sudah

mampu menarik uap air dan udara. Oleh karena itu urea

mudah larut dan mudah diserap oleh tanaman (Lingga dan

Marsono, 2002).

8
Urea dapat membuat tanaman hangus, terutama yang

memiliki daun yang amat peka. Untuk itu, semprotkan urea

dengan bentuk tetesan yang besar. Berdasarkan bentuk

fisiknya maka urea dibagi menjadi dua jenis, yaitu urea

prill dan urea non prill (Lingga dan Marsono, 2002).

Urea berperan dalam pertumbuhan bagian vegetatif

tanaman. Pemberian pupuk urea dalam suatu lahan sebelum

penanaman adalah sekitar 20 kg/ha (Palungkun dan Asiani,

1991).

2.2.2. Phosphor (P)

Paling sedikit ada empat sumber pokok fosfor untuk

memenuhi kebutuhan akan unsur ini, yaitu pupuk buatan,

pupuk kandang, sisa-sisa tanaman termasuk pupuk hijau,

dan senyawa asli unsur ini yang organik dan anorganik,

yang terdapat dalam tanah (Buckman dan Brady, 1992).

Unsur P diserap tanaman dalam bentuk ortofosfat

primer, H2PO4. menyusul kemudian dalam HPO42-. Species ion

yang merajai tergantung dari PH sistem tanah-pupuk-

tanaman, yang mempunyai ketersediaan tinggi pada pH 5,5-

7. kepekatan H2PO4 yang tinggi dalam larutan tanah

memungkinkan tanaman mengangkutnya dalam takaran besar

karena perakaran tanaman diperkirakan mempunyai 10 kali

9
penyerapan tanaman untuk H2PO4 dibanding untuk HPO42-

(Poerwowidodo, 1992).

Bentuk P yang lain yang dapat diserap tanaman

adalah pirofosfat dan metafosfat. Kedua bentuk ini

misalnya terdapat dalam bentuk pupuk P dan K metafosfat.

Tanaman juga menyerap P dalam bentuk fosfat organik,

yaitu asam nukleat dan phytin. Kedua bentuk senyawa ini

terbentuk melalui proses degradasi dan dekomposisi bahan

organik yang langsung dapat diserap oleh tanaman (Hakim,

dkk.,1986).

Ketersediaan phospor di dalam tanah ditentukan

oleh banyak faktor, tetapi yang paling penting adalah pH

tanah. Pada tanah ber-pH rendah (masam), phospor akan

bereaksi dengan ion besi (Fe) dan aluminium (Al). reaksi

ini akan membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang

sukar larut di dalam air sehingga tidak dapat digunakan

oleh tanaman. Pada tanah ber-pH tinggi (basa), phospor

akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk

kalsium fosfat yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat

digunakan oleh tanaman. Dengan demikian, tanpa

memperhatikan pH tanah, pemupukan phospor tidak akan

berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman (Novizan, 2002).

Menurut Buckman dan Brady (1992), bahwa fosfor

dapat berpengaruh menguntungkan pada pembelahan sel dan

10
pembentukan lemak serta albumin, pembungaan dan

pembuahan, termasuk proses pembentukan biji, perkembangan

akar, khususnya akar lateral dan akar halus berserabut,

kekuatan batang, dan kekebalan tanaman terhadap penyakit

tertentu.

Gejala kekurangan P pada tanaman jagung dapat

menjadikan pertumbuhan terhambat (kerdil), daun-

daun/malai menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung

daun, dan juga pada jagung akan menyebabkan tongkol

jagung menjadi tidak sempurna dan kecil-kecil

(Hardjowigeno, 1993).

2.2.3. Kalium (K)

Menurut Buckman dan Brady (1992), berbagai bentuk

kalium dalam tanah digolongkan atas dasar ketersediaannya

menjadi 3 golongan besar yaitu bentuk relatif tidak

tersedia, mudah tersedia, dan lambat tersedia. Senyawa

yang mengandung sebagian besar bentuk kalium ini adalah

feldspat dan mika, lebih lanjut dijelaskan oleh Mulyani

(1999), bahwa sumber-sumber kalium adalah beberapa jenis

mineral, sisa-sisa tanaman dan jasad renik, air irigasi

serta larutan dalam tanah, dan pupuk buatan.

Unsur ini diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan

dapat dijumpai di dalam tanah dalam jumlah yang

11
bervariasi, namun jumlahnya dalam keadaan tersedia bagi

tanaman biasanya kecil. Kalium ditambahkan ke dalam tanah

dalam bentuk garam-garam mudah larut seperti KC1, K2SO4,

KNO3, dan K-Mg-SO4. Mekanisme penyerapan K mencakup aliran

massa, konveksi, difusi, dan serapan langsung dari

permukaan zarah tanah (Poerwowidodo, 1992).

Di dalam tanah, ion K bersifat sangat dinamis dan

juga mudah tercuci pada tanah berpasir dan tanah dengan

pH yang rendah. Sekitar 1-10% terjebak dalam koloid tanah

karena kaliumnya bermuatan positif. Bagi tanaman,

ketersediaan kalium pada posisi ini agak lambat.

Kandungan kalium sangat tergantung dari jenis mineral

pembentuk tanah dan kondisi cuaca setempat. Persediaan

kalium di dalam tanah dapat berkurang oleh tiga hal,

yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium

oleh air, dan erosi tanah (Novizan, 2002).

Menurut Hakim, dkk (1986), bahwa peranan kalium

secara fisiologis adalah metabolisme karbohidrat, yakni

pembentukan pemecahan, dan translokasi pati, metabolisme

nitrogen dan sintesis protein, mengawasi dan mengatur

kegiatan berbagai unsur mineral, netralisasi asam-asam

organik penting secara fisiologis, mengaktifkan berbagai

enzim, mempercepat proses pertumbuhan jaringan

12
meristematik, mengatur pergerakan stomata dan hal-hal

yang berhubungan dengan air.

Defisiensi kalium agak sulit diketahui gejalanya,

karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih

muda (Mulyani, 1999). Pada tanaman jagung, gejalanya daun

terlihakaput lebih tua, muncul warna kuning pada pinggir

dan di ujung daun yang akhirnya mengering dan rontok.

Daun mengerut (Keriting) dimulai dari daun tua. Pada

buah, ukuran tongkol menjadi lebih kecil, warna buah

tidak merata dan biji buah menjadi kisut (Novizan, 2002).

2.2.4. Belerang (S)

Belerang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang

sedikit. Akan tetapi kekurangan belerang juga dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Lingga

dan Marsono, 2000).

Gejala tanaman yang kekurangan belerang umumnya

tampak pada seluruh daun muda yang berubah menjadi hijau

muda, kadang-kadang tampak tidak merata, sedikit

mengkilat agak keputihan, lantas berubah menjadi kuning-

kuning hijau. Jeleknya lagi, tanaman akan tumbuh

terlambat, kerdil, berbatang pendek, dan kurus (Lingga

dan Marsono, 2000).

13
II.3. Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Iklim

Jagung (Zea mays L.) sangat cocok ditanam di

daerah yang sejuk dan cukup dingin. Tanaman ini tumbuh

baik mulai dari 50o LU sampai 40o LS dengan ketinggian

3000 dpl. Faktor-faktor iklim yang paling mempengaruhi

peretumbuhan tanaman adalah curah hujan dan suhu. Secara

umum tanaman jagung (Zea mays L.) memerlukan air sebanyak

200 – 300 mm/bulan (Palungkun dan Asiani, 1991).

Keadaan suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman

jagung (Zea mays L.) adalah 21 – 30oC. namun pada suhu

rendah sampai 16oC dan suhu tinggi sampai 35oC, jagung

(Zea mays L.) masih dapat tumbuh. Suhu optimum untuk

perkecambahan benih berkisar 21 – 27oC (Palungkun dan

Asiani, 1991).

Jagung (Zea mays L.) dapat tumbuh hampir pada

semua jenis tanah, asalkan draenasenya baik serta

persediaan humus dan pupuk tercukupi. Kemasaman tanah

yang baik yang baik untuk pertumbuhannya adalah 5,5 – 7,0

(Palungkun dan Asiani, 1991).

14
Tanah

Tanaman jagung (Zea mays L.) dapat tumbuh pada

berbagai jenis tanah. Tanah-tanah dengan kandungan unsur

hara tinggi, kelembaban yang optimal dan factor-faktor

eksternal, seperti curah hujan, dan temperatur yang

optimum bagi pertumbuhan tanaman dapat menunjang

pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung (Zea mays L.)

(Palungkun dan Asiani, 1991).

Pengolahan tanah bertujuan untuk memberikan

kondisi yang terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan

jagung (Zea mays L.). Disamping itu, pengolahan tanah

juga untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan memberantas

atau mencegah pertumbuhan gulma (Palungkun dan Asiani,

1991).

Cara pengolahan untuk tanah berat, yaitu dua kali

pembajakan dan satu kali penggaruan, sedangkan untuk

tanah ringan cukup sekali pembajakan dan penggaruan.

Selanjutnya dibuat alur-alur untuk pengairan yang

lebarnya ± 30 cm dengan kedalaman 20 cm. jarak tiap-tiap

alur 100 – 120 cm (Palungkun dan Asiani, 1991).

15
Pemberian Pupuk Dasar

Sebelum dilakukan penanaman, tanah yang sudah

diolah diberi pupuk dasar untuk menambah unsur hara di

dalam tanah agar dapat diserap oleh tanaman. Sebagai

pupuk dasar umumnya digunakan pupuk kandang dan jenis

pupuk buatan seperti urea, TSP, dan KCl yang diberikan

pada saat penanaman (Palungkun dan Asiani, 1991).

Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman, selain diberi pupuk

dasar berupa urea, TSP, dan KCl, juga diberi Furadan 3 G

untuk memberantas ulat tanah. Dosis yang digunakan

adalah 20 kg/ha (Palungkun dan Asiani, 1991).

16
III. BAHAN DAN METODE

III.1.Tempat dan Waktu

Praktikum Pupuk dan Pemupukan dilaksanakan di

Green House Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Universitas

Hasanuddin, Makassar. Berlangsung April sampai Mei,

2004.

III.2.Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah tanah Alfisol,

air, polybag, benih jagung (Zea mays L.), dan pupuk urea.

Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, mistar,

timbangan, dan alat tulis menulis.

III.3.Metode Percobaan

Metode percobaan dilaksanakan dengan metode

penanaman benih di atas atau di dekat pupuk urea. Dengan

perlakuan :

1. 0 gram urea/polybag A1

2. 0,25 gram urea/polybag A2

3. 0,75 gram urea/polybag A3

4. 0,375 gram urea/polybag A4

5. 1,5 gram urea/polybag A5

III.4.Pelaksanaan Percobaan

17
III.4.1. Penyiapan Media Tanam

• Mengambil tanah lapisan top soil dengan menggunakan

cangkul dan sekop.

• Tanah dikeringudarakan, kemudian tanah dihomogitaskan.

• Menyiapkan 5 buah polybag ukuran 5 kg, kemudian

mengisinya dengan 5 kg tanah.

• Menlakukan penyiraman sampai kapasitas lapang.

III.4.2.Pemberian Pupuk

• Menimbang pupum urea, untuk setiap polybag masing-

masing 0,25 gr, 0,375 gr, 0,75 gr, dan 1,5 gr.

• Menaburkan pupuk ke atas tanah pada setiap polybag

sesuai dengan dosisnya maing-masing.

III.4.3. Penanaman

• Menyiapkan benih jagung (Zea mays L.), kemudian

merendam benih sehari sebelum penanaman.

• Meletakkan benih di atas atau di dekat pupuk di dalam

polybag masing-masing sebanyak 5 benih.

III.4.4.Pemeliharaan

18
Pemeliharaan dilakukan dengan cara menyiram

tanaman setiap hari dan mencabut gulma.

III.4.5.Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan dalam praktikum ini adalah

sebagai berikut :

1. Tinggi tanaman (cm).

2. Jumlah daun (helai)

3. Kenampakan morfologis tanaman.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


80
70
IV.1. Hasil
Tinggi Tanaman (Cm)

60
50 Minggu I
40 Minggu II
IV.1.1. Tinggi Tanaman (Cm)
30 Minggu III
20
10
0
19
A1 A2 (0,25 A3 (0,375 A4 (0,75 A5 (1,5)
(Kontrol) g) g) g)
Perlakuan
Gambar 1. Diagram Rata-rata Tinggi Tanaman (Cm)
Jagung (Zea mays L.) Pada Berbagai
Perlakuan.

IV.1.2. Jumlah Daun (Helai)

8
Jumlah Daun (Helai)

7
6
5 Minggu I
4 Minggu II
3 Minggu III
2
1
0
A1 A2 (0,25 A3 (0,375 A4 (0,75 A5 (1,5)
(Kontrol) g) g) g)
Perlakuan

Gambar 1. Diagram Rata-rata Jumlah Daun (Helai)


Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada
Berbagai Perlakuan.

IV.1.3. Kenampakan Morfologis

Tabel 1. Hasil Pengamatan Penampakan Morfologis Tanaman


Jagung (Zea mays L.) Pada Berbagai Perlakuan.
Penampakan Morfologis
Perlakuan
Minggu I Minggu II Minggu III

20
A1 Ujung daun Bercak-bercak Bercak-bercak
(Kontrol) menguning kuning pada kuning pada
daun dan daun dan
ujung daun ujung daun
mnegering mnegering

A2 Terdapat Pinggir daun Pinggir daun


(0,25 g) Bercak kuning menguning menguning
pada daun terdapat terdapat
bercak-bercak bercak-bercak
kuning dan kuning dan
warna merah warna merah
ungu pada ungu pada
tulang daun tulang daun

A3 Ujung daun Pinggir daun Pinggir daun


(0,375 g) mongering menguning menguning
terdapat terdapat
bercak-bercak bercak-bercak
kuning dan kuning dan
warna merah warna merah
ungu pada ungu pada
tulang daun tulang daun

A4 Ujung daun Pinggir daun Pinggir daun


(0,75 g) mongering dan menguning menguning
tanaman kerdil terdapat terdapat
bercak-bercak bercak-bercak
kuning dan kuning dan
warna merah warna merah
ungu pada ungu pada
tulang daun tulang daun

A5 Pertumbuhan Ujung daun Ujung daun


(1,5 g) tanaman kerdil mongering dan mongering dan
dan ujung daun menguning, menguning,
mengering tanaman tanaman
kerdil kerdil
Sumber : Hasil Pengamatan Di Lapangan, 2004.

V.

21
22

You might also like