You are on page 1of 11

Dampak Perubahan Iklim

Written by Administrator Tuesday, 03 March 2009 03:37

http://iklim.dirgantara-lapan.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=60&Itemid=37
Simulasi Dampak Perubahan Iklim pada Ketinggian Muka Laut

Perubahan iklim merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari dan memberikan dampak terhadap berbagai segi kehidupan. Dampak ekstrem dari perubahan iklim terutama adalah terjadinya kenaikan temperatur serta pergeseran musim. Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai.

Dampak Perubahan Iklim Regional

Pola musim mulai tidak beraturan sejak 1991 yang mengganggu swasembada pangan nasional hingga kini tergantung import pangan. Pada musim kemarau cenderung kering dengan trend hujan makin turun salah satu dampak kebakaran lahan dan hutan sering terjadi. Meningkatnya muka air danau khususnya danau Toba makin susut dan mungkin danau/waduk lain di Indonesia, konsentrasi es di Puncak Jayawija Papua semakin berkurang dan munculnya kondisi cuaca ekstrim yang sering yang menimbulkan bencana banjir bandang dan tanah longsor di beberapa lokasi dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa kajian dari IPCC 4AR yang menyinggung Indonesia secara spesifik antara lain : Meningkatnya hujan di kawasan utara dan menurunnya hujan di selatan (khatulistiwa). Kebakaran hutan dan lahan yang peluangnya akan makin besar dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas El-Nino. Delta Sungai Mahakam masuk ke dalam peta kawasan pantai yang rentan. (Murdiyarso, 2007).

Dampak perubahan iklim terhadap pertanian

Diperkirakan produktivitas pertanian di daerah tropis akan mengalami penurunan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara 1-2o C sehingga meningkatkan risiko bencana kelaparan. Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal, terutama pada sektor penyediaan pangan di daerah subtropis dan tropis. Terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola hujan, akibatnya Indonesia harus mengimpor beras. Pada tahun 1991, Indonesia mengimpor sebesar 600 ribu ton beras dan tahun 1994 jumlah beras yang diimpor lebih dari satu juta ton (KLH, 1998). Adaptasi bisa dilakukan dengan menciptakan bibit unggul atau mengubah waktu tanam. Peningkatan suhu regional juga akan memberikan dampak negatif kepada penyebaran dan reproduksi ikan. padi terkena bencana banjir dan

Tabel 1 : Luas tanaman dan puso (ha) pada tahun 1988-1997 (Yusmin, 2000) Tahun Keterangan

kekeringan

Kebanjiran(ha)

Kekeringan(ha)

Puso(ha)

1987 1988 1989 1990 1991 1992

El-Nino La-Nina Normal Normal El-Nino Normal

*** 130.375 96.540 66.901 38.006 50.360

430.170 87.373 36.143 54.125 867.997 42.409

*** 44.049 15.290 19.163 198.054 16.882

1993 1994 1995 1996 1997

Normal El-Nino La-Nina Normal El-Nino

78.480 132.975 218.144 107.385 58.974

66.992 544.422 28.580 59.560 504.021

47.259 194.025 51.571 50.649 102.254

Gambar

1.

Proyeksi

Perubahan

Produktivitas

Pertanian

di

Indonesia

Dampak Perubahan iklim terhadap kenaikan Muka Air Laut.

Naiknya permukaan laut akan menggenangi wilayah pesisir sehingga akan menghancurkan tambak-tambak ikan dan udang di Jawa, Aceh, Kalimantan dan Sulawesi (UNDP, 2007). akibat pemanasan global pada tahun 2050 akan mendegradasi 98 persen terumbu karang dan 50% biota laut. Gejala ini sebetulnya sudah terjadi di kawasan Delta Mahakam Kalimantan Timur, apabila suhu air laut naik 1,50C setiap tahunnya sampai 2050 akan memusnahkan 98% terumbu karang. di Indonesia kita tak akan lagi menikmati lobster, cumi-cumi dan rajungan. Di Maluku, nelayan amat sulit memperkirakan waktu dan lokasi yang sesuai untuk menangkap ikan karena pola iklim yang berubah.

Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini membawa banyak perubahan bagi kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan terumbu karang dan punahnya berbagai jenis ikan. Sehingga akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai. Kenaikan muka air laut juga akan merusak ekosistem hutan bakau, serta merubah sifat biofisik dan biokimia di zona pesisir.

Gambar 2 : Tingkat kerawanan bencana di Indonesia

Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan.

Frequensi timbulnya penyakit seperti malaria dan demam berdarah meningkat. Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan. Pemanasan global juga memicu meningkatnya kasus penyakit tropis seperti malaria dan demam berdarah. Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan. Faktor iklim berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit tular vektor seperti demam berdarah dengue (DBD) dan malaria. Semakin tinggi curah hujan, kasus DBD akan meningkat. suhu berhubungan negatif dengan kasus DBD, karena itu peningkatan suhu udara per minggu akan menurunkan kasus DBD. Penderita alergi dan asma akan meningkat secara signifikan. Gelombang panas yang melanda Eropa tahun 2005 meningkatkan angka "heat stroke" (serangan panas kuat) yang mematikan, infeksi salmonela, dan "hay fever" (demam akibat alergi rumput kering).

Dampak perubahan iklim terhadap sumber daya air.

Pada pertengahan abad ini, rata-rata aliran air sungai dan ketersediaan air di daerah subpolar serta daerah tropis basah diperkirakan akan meningkat sebanyak 10-40%. Sementara di daerah subtropis dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang sebanyak 10-30% sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya.

Dampak perubahan iklim terhadap Ekosistem

Kemungkinan punahnya 20-30% spesies tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,5-2,5oC. Meningkatnya tingkat keasaman laut karena bertambahnya Karbondioksida di atmosfer diperkirakan akan membawa dampak negatif pada organisme-organisme laut seperti terumbu karang serta spesies-spesies yang hidupnya bergantung pada organisme tersebut. Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flaura dan fauna khususnya di Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30% atau sebanyak 90-95% karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut. (Sumber World Wild Fund (WWF) Indonesia)

Dampak perubahan iklim Sektor Lingkungan

Dampak perubahan iklim akan diperparah oleh masalah lingkungan, kependudukan, dan kemiskinan. Karena lingkungan rusak, alam akan lebih rapuh terhadap perubahan iklim. Dampak terhadap penataan ruang dapat terjadi antara lain apabila penyimpangan iklim berupa curah hujan yang cukup tinggi, memicu terjadinya gerakan tanah (longsor) yang berpotensi menimbulkan bencana alam, berupa : banjir dan tanah longsor. Dengan kata lain daerah rawan bencana menjadi perhatian perencanaan dalam mengalokasikan pemanfaatan ruang.

Dampak perubahan iklim pada Sektor Ekonomi

Semua dampak yang terjadi pada setiap sektor tersebut diatas pastilah secara langsung akan memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia akibat kerugian ekonomi yang harus ditanggung.

Dampak perubahan iklim pada pemukim perkotaan

Kenaikan muka air laut antara 8 hingga 30 centimeter juga akan berdampak parah pada kota-kota pesisir seperti Jakarta dan Surabaya yang akan makin rentan terhadap banjir dan limpasan badai. Masalah ini sudah menjadi makin parah di Jakarta karena bersamaan dengan kenaikan muka air laut, permukaan tanah turun: pendirian bangunan bertingkat dan meningkatnya pengurasan air tanah telah menyebabkan tanah turun.Namun Jakarta memang sudah secara rutin dilanda banjir besar:p ada awal Februari,2007,banjir di Jakarta menewaskan 57 orang dan memaksa 422.300 meninggalkan rumah, yang 1.500 buah di antaranya rusak atau hanyut.Total kerugian ditaksir sekitar 695 juta dolar.

Suatu penelitian memperkirakan bahwa paduan kenaikan muka air laut setinggi 0,5 meter dan turunnya tanah yang terus berlanjut dapat menyebabkan enam lokasi terendam secara permanen dengan total populasi sekitar 270,000 jiwa, yakni: tiga di Jakarta Kosambi, Penjaringan dan Cilincing; dan tiga di Bekasi Muaragembong, Babelan dan Tarumajaya.Banyak wilayah lain di negeri ini juga akhir-akhir ini baru dilanda bencana banjir. Banjir besar di Aceh, misalnya, di penghujung tahun 2006 menewaskan 96 orang dan membuat mengungsi 110,000 orang yang kehilangan sumber penghidupan dan harta benda mereka. Pada tahun 2007 di Sinjai, Sulawesi Selatan banjir yang berlangsung berhari-hari telah merusak jalan dan memutus jembatan, serta mengucilkan 200.000 penduduk. Selanjutnya masih pada tahun itu,banjir dan longsor yang melanda Morowali, Sulawesi Utara memaksa 3.000 orang mengungsi ke tenda-tenda dan barak-barak darurat.

Last Updated on Thursday, 10 September 2009 07:19


INILAH.COM, Jakarta Perubahan iklim yang kian tak menentu kini jadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Pasalnya, anomali cuaca, yang dipicu kekeliruan manusia dalam menjaga keseimbangan alam, telah mengakibatkan penderitaan di hampir seluruh penjuru dunia. Perubahan iklim itu tak hanya memicu terjadinya berbagai bencana alam, tetapi juga melahirkan gangguan kesehatan terhadap penghuni bumi. Untuk itulah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memfokuskan pada upaya perlindungan kesehatan dari dampak buruk perubahan iklim dalam

peringatan

Hari

Kesehatan

Dunia

yang

jatuh

pada

Senin,

April

2008.

Mengambil tema 'Melindungi kesehatan dari perubahan iklim', WHO menempatkan kesehatan sebagai inti pembicaraan dalam dialog global mengenai perubahan iklim. Pemilihan tema ini didasarkan pada realita bahwa perubahan iklim telah menjadi ancaman terhadap keamanan kesehatan publik. Namun, kampanye mengatasi dampak buruk perubahan iklim terhadap kesehatan manusia itu tak bisa dilakukan sendiri oleh masing-masing negara. Upaya itu baru akan berhasil jika dilakukan melalui kerjasama global, seperti misalnya meningkatkan pengawasan dan pengendalian penyakit-penyakit infeksi, memastikan penggunaan air tanah yang kian surut, dan mengkoordinasikan tindakan kesehatan darurat. Itu semua penting dilakukan, karena perubahan iklim jelas-jelas akibat dari kegiatan manusia yang tak peduli terhadap keseimbangan alam, yang kemudian berimplikasi serius terhadap kesehatan publik. Apa saja dampak buruk perubahan iklim itu? Yang tampak nyata di depan mata adalah gangguan cuaca seperti panas yang amat terik (gelombang panas) hingga curah hujan di atas rata-rata yang disertai badai, banjir, kekeringan, dan berbagai bencana alam lainnya. Selain itu perubahan iklim juga berdampak pada pasokan air dan makanan, munculnya pola-pola baru penyakit infeksi, dan merebaknya penyakit yang terkait dengan ekosistem. Nah, kejadian-kejadian itulah yang kemudian meningkatkan risiko kesehatan. Memang, iklim dan cuaca telah memberikan pengaruh kuat terhadap kesehatan, yaitu kematian akibat gelombang panas, dan akibat bencana alam seperti banjir. Jangan lupa juga bahwa iklim dan cuaca ini juga mempengaruhi pola penyakit menular yang mematikan, contohnya malaria dan demam berdarah dengue, kata Direktur Jenderal WHO Dr Margaret Chan akhir pekan lalu. Ia mengatakan bahwa perubahan iklim itu akan memberikan dampak lebih parah terhadap negaranegara berkembang yang sebagian masih miskin. Ketiadaan dana telah membuat mereka tak mampu lagi melaksanakan berbagai program persiapan dan tanggap darurat. Akibatnya, korban yang berjatuhan karena penyakit terkait perubahan iklim lebih banyak ditemukan di negara-negara berkembang. Ditambah lagi, di banyak negara berkembang, terutama Indonesia, tindakan hukum terhadap perilaku manusia yang memicu pemanasan global dan kerusakan ekosistem, sangat lemah. Bahkan ada beberapa kasus, seperti pembalakan liar, yang dilakukan secara berjamaah antara pemegang hak pengusahaan hutan, aparat keamanan, oknum Departemen Kehutanan, dan cukong. Mereka hanya memikirkan uang ketimbang dampak kerusakan lingkungan akibat pembalakan liar itu. Mereka juga tidak sadar bahwa kerusakan lingkungan ini juga akan menyebabkan merebaknya penyakit

dan

gangguan

lain

terhadap

kesehatan

umat

manusia,

termasuk

mereka

sendiri.

Berdasarkan laporan terbaru Intergovernmental Panel on Climate Change, (IPPC), cukup banyak bukti bahwa umat manusia telah menyebabkan terjadinya perubahan iklim, yang berimplikasi luas terhadap kesehatan manusia. Namun, sebenarnya banyak risiko kesehatan itu yang seharusnya bisa dielakkan, yaitu intervensi pemerintah melalui peningkatan program kesehatan dan langkah preventif terhadap upaya perusakan lingkungan dan ekplorasi sumber daya alam secara berlebihan. Tanpa keterlibatan pemerintah, niscaya akan lebih banyak korban berjatuhan akibat penyakit dan dampak perubahan ilim di masa mendatang. [P1]

http://www.inilah.com/read/detail/21737/perubahan-iklim-ancam-kesehatan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Perubahan iklim akan mempengaruhi perubahan cuaca regional/kawasan dalam bentuk cuaca ekstrim, kenaikan temperatur, perubahan pola curah hujan, dan kenaikan muka air laut. Dalam terminologi perubahan iklim komponen ini dikenal dengan bahaya (hazard) perubahan iklim.

Menurut Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE yang kini berkantor di Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI memaparkan bahaya perubahan iklim di Indonesia bagi masa depan kesehatan yang ditandai dengan: (1) peningkatan curah hujan yang cukup signifikan pada bulan-bulan tertentu dengan peningkatan variabilitas di daerah tertentu, (2) penurunan curah hujan di bulan-bulan kering, sementara pada bulan bulan musim basah curah hujan meningkat, (3) kenaikan temperatur permukaan rata-rata. Bahaya perubahan iklim mempengaruhi kesehatan melalui jalur kontaminasi mikroba dan transmisi dinamis. Selain itu bahaya perubahan iklim mempengaruhi agro-ekosistem dan hidrologi, serta sosio-ekonomi dan demografi. Proses tersebut dipengaruhi juga oleh modulasi berupa kondisi sosial, ekonomi dan pembangunan. Kemudian Prof Tjandra juga menjelaskan dampak kesehatan yang dapat terjadi dari proses tersebut diantaranya efek peningkatan temperatur terhadap kesakitan dan kematian, bencana akibat cuaca ekstrim, peningkatan pencemaran udara, penyakit bawaan air dan makanan, dan penyakit bawaan vektor dan hewan pengerat.

Prof. Tjandra juga menerangkan berdasarkan alur prosesnya, bahaya perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan manusia dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. (1) Mempengaruhi kesehatan manusia secara langsung berupa paparan langsung dari perubahan pola cuaca (temperatur, curah hujan, kenaikan muka air laut, dan peningkatan frekuensi cuaca ekstrim). Kejadian cuaca ekstrim dapat mengancam kesehatan manusia bahkan kematian. (2) Mempengaruhi kesehatan manusia secara tidak langsung. Mekanisme yang terjadi adalah perubahan iklim mempengaruhi faktor lingkungan seperti perubahan kualitas lingkungan (kualitas air, udara, dan makanan), penipisan lapisan ozon, penurunan sumber daya air, kehilangan fungsi ekosistem, dan degradasi lahan yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kesehatan manusia. Menurutnya, dampak tidak langsung berupa kematian dan kesakitan akibat penyakit. Penyakit terkait perubahan iklim dipicu oleh adanya perubahan temperatur, pencemaran udara, penyakit bawaan air dan makanan, serta penyakit bawaan vektor dan hewan pengerat. Lalu terjadinya Malnutrisi, dapat terjadi karena terganggunya sumber makanan dan panen. Dijelaskan juga, bahaya perubahan iklim dan mekanisme lebih lanjut dari bahaya tersebut yang dapat mempengaruhi sektor kesehatan. Selanjutnya, bahaya tersebut dapat berdampak pada kesehatan baik melalui dampak langsung maupun tidak langsung. Penjelasan lebih rinci tentang bahaya perubahan iklim berupa perubahan curah hujan dan kenaikan temperatur. HADRIANI P

Penanganan Perubahan Iklim


Jakarta (ANTARA News) Inisiatif pendanaan untuk penanggulangan perubahan iklim semakin bertambah menyusul meningkatnya kesadaran akan pentingnya isu perubahan iklim dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G8 di L`Aquila, Italia. Ada beberapa inisiatif untuk pendanaan upaya penanggulangan perubahan iklim seperti green fund yang diusulkan Meksiko dan berbagai proposal lain untuk menciptakan pasar untuk emisi karbon, di samping peningkatan pendanaan dari donor maupun anggaran masing-masing negara, kata Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar saat telekonferens langsung dari L`Aquila dengan wartawan di Jakarta, Jumat. Masalah perubahan iklim masuk dalam pembahasan sesi kedua dalam KTT G8 yang berlangsung di L`Aquila, Italia sejak 8-10 Juli 2009. Pada sesi tersebut disepakati deklarasi bersama untuk meningkatkan investasi serta koordinasi dalam melakukan riset dan pengembangan teknologi ramah lingkungan pada 2015 hingga dua kali lipat. Selain itu, dalam forum G8 juga disepakati pemotongan emisi sebesar 80 persen untuk negara maju dan 50 persen untuk negara berkembang pada 2050 yang diharapkan dapat mencegah kenaikan suhu dunia melebihi ambang bahaya dua derajat celcius. Di samping itu juga telah disepakati agar negara berkembang dapat tetap tumbuh dan mendapat akses dana serta teknologi untuk mitigasi emisi maupun adaptasi terhadap perubahan iklim,ujar Rachmat. Pada kesempatan itu, Presiden Obama yang mengetuai diskusi sesi perubahan iklim menyimpulkan pentingnya isu pendanaan dan teknologi untuk negara berkembang dan inisiatif

spesifik dengan swasta seperti Green Fund dan pasar karbon yang efisien. Kesimpulan lainnya yang diambil adalah bahwa perubahan iklim telah berdampak pada kemiskinan sehingga perlu perhatian khusus dan cepat sehingga keputusan-keputusan konkrit perlu diambil oleh para kepala negara pada pertemuan selanjutnya termasuk pertemuan G20 bulan September 2009. Sebelum itu (September) diharapkan para kepala negara dapat membahas isu-isu spesifik dan mendorong secara politis fleksibilitas yang diperlukan sehingga dapat diselesaikan menjelang UNFCCC di Kopenhagen,tutur Rachmat. Selain isu perubahan iklim juga dibahas isu keamanan pangan dan energi. Pertemuan G8 tersebut diharapkan dapat mendorong tindak lanjut solusi permasalahan global dengan langkah-langkah, program dan pendanaan yang konkrit. Presiden Obama telah mensinyalir adanya dana sekitar 15 miliar dolar AS untuk membiayai berbagai program penanggulangan masalah keamanan pangan dan energi dunia
Perubahan Iklim Dan Penanggulangannya Saat ini kita sangat sering mengalami penyakit-penyakit ringan maupun berat yang di sebabkan oleh Perubahan Iklim. Nah seiring semakin tuanya umur Bumi ini dan semakin banyaknya populasi manusia di Bumi, menyebabkan lahan-lahan hijau seperti hutan, sawah dan lain-lain, ikut menjadi korban dari ke egoisan manusia yang hanya mementingkan diri sendiri. Contohnya: membuang sampah sembarangan, memakai bahan bahan kimia yang dapat merusak Bumi secara berlebihan, penebangan hutan secara besar-besaran dan masih bayak lagi. Seharusnya manusia harus sadar bahwa semua aktivitas yang dilakukan saat ini berpengaruh kepada Bumi, apa lagi yang berkaitan dengan alam. Sebelumnya NASA pernah memperlihatkan foto-foto yang memperlihatkan bagaimana es di Kutub Utara dan Selatan mencair setiap tahun. Nah dari itu kita bisa melihat bahwa Bumi kita sedang dalam dalam keadaan bahaya. Perubahan Iklim yang sangat tidak menentu membuat banyak orang orang di sekitar kita yang terkena penyakit-penyakit ringan, contohnya: pilek, batuk, demam dan masih banyak lagi. Kita berpikir bahwa semua penyakit tersebut karena mereka kekurangan gizi atau pun vitamin yang membuat ketahanan tubuh mereka melemah, tetapi sebenarnya tidak. Melainkan semua itu dipengaruhi oleh cuaca/iklim yang tidak menentu. Kita bisa melihat cuaca panas yang ada di langit tiba-tiba mendung seketika dan hujan dalam hitungan menit. Dari situ kita bisa berpikir cuaca/iklim saat ini sudah tidak menentu, tidak melihat bulan apa, tanggal berapa dan tahun berapa. Penyakit-penyakit ringan yang sering kita alami seharusnya sudah menjadi bahan untuk meningkatkan kewaspadaan. Dan seharusnya kita melakukan tindakan-tindakan yang bisa melestarikan Bumi kita ini agar generasi generasi di masa mendatang bisa merasakan apa yang kita rasakan saat ini. Kita bisa melakukan tindakan-tindakan kecil tapi berdampak besar bagi kelangsungan alam dan Bumi ini di masa mendatang. Misalnya: 1. Tidak membuang sampah secara sembarangan;

2. Tidak menggabungkan sampah organik dan sampah non organik;

3. Tidak menggunakan sampah plastik secara berlebihan. Gunakanlah plastik daur ulang dan bahan lain yang bisa di daur ulang;

4. Tidak menggunakan bahan-bahan kimia secara berlebihan seperti pestisida;

5. Tidak menghambur-hamburkan air bersih bila tidak berguna;

6. Selalu menggunakan bahan bahan yang bisa di daur ulang;

7. Mengurangi penggunaan barang elektronik yang menggunakan tenaga listrik;

8. Mengurangi penggunaan barang-barang yang menghasilkan emisi gas dalam jumlah besar;

9. Membuat Ruang Terbuka Hijau (RTH) kecil, seperti pekarangan rumah ataupun taman kecil di halaman rumah; dan

10. Selalu menggunakan barang-barang yang bisa mendukung mengurangi Pemanasan Global.

Cara -cara tersebut memang sederhana tetapi berdampak besar bagi Bumi kita. Nah bila hal tersebut bisa kita lakukan dalam http://achpanpb.blogspot.com/2011/01/perubahan-iklim-dan-penanggulangannya.html

You might also like