You are on page 1of 2

Etika Menuntut Ilmu dalam Islam

Seorang pelajar muslim hendaknya memiliki etika dalam mencari ilmu agar ilmu tersebut menjadi bermanfaat dan membawa berkah bukan justru menhhujatnya dihari kiamat. Adapun 13 kiat-kiat dalam mencari ilmu sehingga dapat menuai berkah yaitu :

1) Ikhlas karena Allah Hal utama yang harus dimiliki oleh seorang pencari ilmu adalah ikhlas karena Allah SUBHANAHU WA TAALA dalam berbicara dan beramal. Rasullulah shallallahu alaihi wa sallam, menjelaskan bahwa diterimanya amal sholeh tergantung pada niat dan keikhlasan dalam tujuan. Jadi, apabila seorang pelajar muslim selalu ikhlas, ia pasti meraih pahala yang besar dan selalu diberkahi dalam usahanya. Imam Al-Ghazali berkata Beberapa malam telah kau hidupkan dengan mengulang-ulang belajar dan menelaah berbagai buku, dan beberapa malam kau haramkan dirimu untuk tidur. Aku tidak tau apa motivasi yang mendorong mu berbuat itu?. Jika niatmu untuk meraih materi duniawi, menarik serpihannya, dan memperoleh kedudukan, lalu berbangga diri dihadapan kawan-kawan dan orang-orang sesamamu, maka celakalah engkau. Celakalah engkau ..! Namun, jika maksudmu adalah demi menghidupkan syariat nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan menyucikan akhlakmu, serta mengalahkan jiwamu yang selalu memrintahkan kejahatan, maka beruntunglah engkau. Beruntunglah engau..!

2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10)

Amalkan ilmu jauhi maksiat Tawadhuk Hormatilah ulama dan majelis ilmu Bersabar Teruslah mencari Jujur dan amanah Sebarkan dan ajarkan Zuhud terhadap dunia Menjaga dan memanfaatkan waktu a. Memanfaatkan masa muda b. Jangan suka menunda-nunda c. Waktu waktu luang dan pikiran santai 11) Kajilah ilmu berulang-ulang 12) Sopan dan memiliki rasa malu 13) Bersahabat dengan orang saleh

Hukum Meninggalkan Shalat


Pertanyaan ini merupakan salah satu pertanyaan besar jawabannya, yang selalu diperdebatkan oleh ulama salaf (terdahulu) maupun ulama khalaf (sekarang). Imam Ahmad bin Hanbal berkata: Orang yang meninggalkan shalat (dengan sengaja) adalah kafir, dan kekafirannya itu dapat mengeluarkan dari agama ini, dan harus diperangi. Sementara Imam Abu Hanifah berkata, Dia fasik, dan tidak sampai kafir, dan tidak sampai diperangi, hanya diberi hukuman ringan. Imam Malik dan Imam asy-Syafii berkata, Dia fasik, dan tidak sampai kafir, dan dia diperangi sebagai hukuman had. Apabila kita kembalikan perdebatan ini kepada kitab Allah dan Sunnah Rasulullah saw, maka kita akan lihat bahwa kafirnya orang yang meninggalkan shalat merupakan kekafiran terbesar yang mengeluarkannya dari agama. Allah SWT berfirman, Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. (QS. At-Taubah: 11) Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan,. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, Maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun, (QS. Maryam: 59-60) Dalam hadits yang bersumber dari Jabir bin Abdullah dari Nabi saw, beliau bersabda: Meninggalkan shalat itu dapat membedakan antara seseorang yang beriman dengan kesyirikan dan kekafiran. (HR. Muslim) Dari Buraidah bin al-Hashib, ia berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Perjanjian yang kita buat bersama mereka adalah shalat. Apabila ada yang meninggalkannya, berarti dia telah kafir. (HR. Ahmad, Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasai, dan Ibnu Majah) Dengan demikian diketahuilah, bahwa meninggalkan shalat adalah kekafiran yang mengeluarkannya dari agama. Termasuk dalam hadits di atas, menunjukkan terhadap kekafiran yang mengeluarkannya dari agama; karena Nabi Muhammad saw menjadikan shalat sebagai batas pemisah antara orang-orang mukmin dengan orang-orang kafir.Dimaklumi bahwa agama kafir itu bukanlah agama Islam. Maka barang siapa yang tidak mengerjakan janji ini berarti dia termasuk kelompok orang-orang kafir. Demikianlah Syaikh Muhammad Al-Utsaimin menjelaskan dalam Fiqhul Maratul Muslimah yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Akbarmedia dengan judul Shahih Fiqih Wanita (Lengkap Membahas Masalah Wanita) yang di Takhrij oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, dan termasuk buku Best Seller. Jadi, hukum meninggalkan sholat adalah dosa besar yang bisa menyebabkan kekafiran kita. Semoga kita termasuk orang yang menjaga shalat yang lima waktu, serta shalat-shalat sunnah dengan sebaik-baiknya. Wallahualam. Dikutip dari ; 1. Lihat, Shahih Fiqh Wanita, Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Takhrij Hadits Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Terbitan Akbarmedia, Hal.88 2. Ibid 3. Ibid, Hal. 91

You might also like