You are on page 1of 28

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE PADA MATA PELAJARAN IPA TERPADU DENGAN TEMA KEBAKARAN HUTAN

UNTUK SISWA KELAS VII SMP

PROPOSAL PENELITIAN Untuk memenuhi tugas matakuliah Seminar Pendidikan Fisika Yang dibina oleh Ibu Endang Purwaningsih

Oleh: Zuhriya Rohmawati (109321422604)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FISIKA September 2012

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mendasari perkembangan teknologi dan konsep hidup harmonis dengan alam. Dewasa ini teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat pesat. Komputer sebagai salah satu media dari teknologi informasi dan komunikasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sehingga kebutuhan akan suatu sistem komputerisasi pada segala bidang juga ikut meningkat. Pekerjaan yang dahulunya membutuhkan tenaga manusia, kini telah tergantikan oleh mesin, yang hampir semuanya hampir dikendalikan oleh komputer. Kini komputer telah berkaitan erat dengan dunia pendidikan. Bahkan komputer menjadi mata pelajaran wajib di sekolah. Dalam dunia pendidikan, kita tahu bahwa komputer berperan penting sebagai alat bantu dalam pengolahan data serta dapat memecahkan masalah yang kecil sampai dengan masalah yang sangat komplek sekali pun. Penggunaan komputer yang dilengkapi dengan program aplikasi dapat memberikan hasil yang berkualitas. Jadi, dengan demikian penanganan sistem pembelajaran berbantuan komputer sangatlah tepat. Namun banyak guru di sekolah masih belum mampu untuk menghadirkan bentuk pembelajaran berbantuan komputer. Dr. Howard Gardner, psikolog kognitif dan ko-direktur Project Zero di Universitas Harvard menemukan beberapa jenis kecerdasan, yaitu spasial-visual (spatial intelligence), linguistik-verbal (linguistic intelligence), interpersonal (interpersonality intelligence), musikal-ritmik (musical intelligence), naturalis (naturalistic intelligence), badan-kinestetik (bodily-kinesthetic intelligence), intrapersonal (intrapersonality intelligence), logis-matematis (logical mathematic intelligence), dan eksistensial (existential intelligence) (DePorter, 1999). Setiap siswa pastinya memiliki kecerdasan yang berbeda. Setiap siswa akan menikmati 1

dan merasa nyaman terhadap apa yang mereka kerjakan jika hal itu sesuai dengan kecerdasan mereka. Sebagian orang sering beranggapan bahwa fisika itu sulit dan penuh dengan rumus-rumus, sedangkan biologi banyak mengandalkan hafalan, dan kimia hanya berkaitan dengan unsur-unsur dan persamaan reaksi. Oleh karena itu sebagai mata pelajaran yang di ujian nasionalkan, fisika, kimia, dan biologi yang saling memiliki keterkaitan kini telah dikemas ke dalam tema tertentu yakni berupa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terpadu. Dalam KTSP pada jenjang SMP/MTs menuntut pembelajaran IPA (Fisika, Biologi dan, kimia) secara terintegrasi dalam bentuk tema atau topik yang dikenal dengan nama IPA Terpadu. Hal-hal yang dipelajari dalam IPA terpadu adalah sebab akibat, hubungan kausal dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam. Melalui pembelajaran IPA terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman langsung (Depdiknas, 2006), sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima dan menerapkan konsep yang telah dipelajarainya. Dengan demikian, siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh, bermakna, dan aktif. Tema tentang kebakaran hutan merupakan salah satu tema yang dapat memperpadukan materi fisika, biologi, dan kimia. Cara pengemasan media untuk mata pelajaran IPA terpadu yang ada saat ini masih banyak yang berupa buku paket dari sekolah, Buku Kerja Siswa (BKS), dan modul IPA terpadu. Kebanyakan guru IPA terpadu di sekolah lebih sering menjelaskan teori dari buku yang digunakan, dan masih banyak yang belum menjelaskan keterpaduan antara fisika, biologi, dan kimia terhadap tema tertentu. Selain itu peneliti juga menemukan bahwa pengemasan media pembelajaran IPA terpadu di suatu SMP tidak berupa tema tertentu yang di dalamnya membahas perpaduan antara materi fisika, kimia, dan biologi. Padahal Pembelajaran IPA terpadu menuntut guru IPA yang professional, menguasai materi IPA secara terpadu (Fisika, Kimia dan Biologi), mampu mengemas dan mengembangkan materi dalam bentuk tema atau topik dengan menggunakan sarana dan prasarana yang memadai.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijelaskan di atas, peneliti memandang perlunya untuk mengembangkan suatu media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mempelajari dan memahami materi ajar IPA terpadu pada tema kebakaran hutan dengan berbasis pada kecerdasan ganda (mulitiple intelligence), sehingga memberikan keluwesan dan keleluasaan bagi siswa. Multimedia interaktif adalah salah satu altenatif jawabannya, dengan pengembangan paket pembelajaran dalam bentuk CD-ROM Interaktif, akan dapat menggali kemampuan individual siswa serta menimbulkan daya tarik, sehingga diharapkan dapat melahirkan motivasi bagi siswa dalam meningkatkan prestasi hasil belajar dan meningkatkan kecerdasan. Disamping itu multimedia interaktif ini juga diharapkan dapat menjembatani permasalahan keterbatasan kemampuan daya serap siswa dan keterbatasan kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Untuk memahami dan memberikan perlakuan sesuai dengan karakteristik mahasiswa secara individual, serta dengan adanya bantuan multimedia interaktif ini dapat menjembatani persoalan rendahnya aktualisasi diri siswa, sehingga materi-materi yang kurang dipahami dapat di eksplorasi kembali melalui media pembelajaran multimedia interaktif ini.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka untuk rumusan masalah dalam penelitian ini dimunculkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik multimedia interaktif IPA terpadu berbasis multiple

intelligences? 2. 3. Bagaimana multimedia interaktif IPA terpadu yang pernah digunakan guru? Bagaimana rancangan multimedia interaktif IPA terpadu berbasis multiple

intelligences pada tema kebakaran hutan? 4. Bagaimana hasil uji coba lapangan multimedia interaktif IPA terpadu

berbasis multiple intelligence pada tema kebakaran hutan yang dikembangkan?

C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik multimedia interaktif berbasis multiple

intelligence pada tema kebakaran hutan 2. 3. Mengetahui model multimedia interaktif yang pernah digunakan guru Mengetahui rancangan model multimedia interaktif berbasis multiple

intelligence pada tema kebakaran hutan 4. Mengetahui hasil uji coba lapangan multimedia interaktif berbasis multiple

intelligence pada tema kebakaran hutan yang dikembangkan

D. Spesifikasi Produk Produk multimedia interaktif ini memiliki spesifikasi: 1. Produk yang peneliti hasilkan berupa paket pembelajaran multimedia

interaktif. Paket pembelajaran ini akan dikemas dalam bentuk CD (Compact Disk). 2. Di dalam CD multimedia interaktif ini akan dilengkapi dengan panduan

penggunaan CD interaktif, tutorial materi yang terdiri dari standar kompetensi, kompentensi dasar, indikator, peta konsep, materi yang dilengkapi dengan gambar, animasi dan video, glosarium, contoh soal-soal latihan, dan quiz. 3. Materi disajikan dengan berbasis pada multiple intelligence untuk

mengembangkan 6 jenis kecerdasan. a. Spatial Intelligence Di dalam multimedia interaktif dilengkapi video, gambar yang kontekstual dan visualisasi lainnya yang dapat membantu siswa berpikir dalam citra dan gambar. b. Linguistic Intelligence Materi dalam CD multimedia interaktif ini disajikan dalam bahasa Inggris agar siswa mengenal istilah-istilah IPA yang digunakan di dunia. Namun glosarium disajikan dalam bahasa Indonesia agar siswa bisa memahami beberapa makna dari istilah-istilah IPA. Selain itu siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam berbahasa Inggris. c. Interpersonality Intelligence

Di dalam multimedia interaktif ini terdapat petunjuk agar siswa melakukan kegiatan eksperimen secara berkelompok agar dapat mengembangkan keterampilannya melalui kerjasama dan berkomunikasi dengan teman-temannya. d. Musical Intelligence Di dalam CD multimedia interaktif ini akan dilengkapi dengan musik tertentu untuk meningkatkan semangat dan fokus dalam memahami pelajaran. e. Naturalistic Intelligence Di dalam CD multimedia interaktif ini terdapat konsep-konsep yang erat kaitannya dengan alam dan memungkinkan terjadinya interaksi dengan proses alam sehingga siswa dapat berpikir dalam acuan alam. f. LogicalMathematic Intelligence Di dalam CD interaktif ini terdapat kegiatan eksperimen, latihan soal dan kuis yang dapat melatih siswa untuk memecahkan masalah secara logis dan ilmiah sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir dengan penalaran. 4. 5. CD multimedia interaktif menggunakan software Swishmax. CD multimedia interaktif dapat dikembangkan lebih lanjut dengan

menambahkan fitur-fitur baru yang lebih menarik sesuai dengan perkembangan teknologi.

E. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberiakan manfaat kepada berbagai pihak baik secara langsung ataupun secara tidak langsung, terutama dalam peningkatan kualitas belajar. 1. Bagi siswa Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran interaktif berbasis multiple intelligence pada tema kebakaran hutan diharapkan dapat menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan, efektif dan efisien. Selain itu dapat membantu mengembangkan kecerdasan siswa dan membantu meningkatkan pemahaman materi siswa terhadap mata pelajaran IPA terpadu.

2. Bagi guru Sebagai bahan masukan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan bagi guru mengenai media pembelajaran interaktif, sehingga dapat menjadi salah satu alternatif media pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi IPA terpadu berbasis multiple intelligence pada tema kebakaran hutan seperti yang peneliti kembangkan. 3. Bagi peneliti Sebagai rujukan bagi peneliti lain pada umumnya dalam mengembangkan media pembelajaran interaktif, dan bagi peneliti sendiri pada khususnya untuk mengembangkan media ini pada materi lain.

F. Asumsi Keterbatasan Semua yang dibuat manusia pasti tidak ada yang sempurna. Begitu pula dengan produk ini yang memiliki keterbatasan. Keterbatasan dari produk yang peneliti kembangkan ini hanya dapat digunakan pada komputer. Selain itu produk ini hanya mencakup satu tema sehingga hanya bisa digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap tema yang dipilih peneliti.

G. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan pengertian dalam penelitian, maka peneliti mengemukakan beberapa definisi operasional berikut ini: 1. Pengembangan Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. 2. Media Pembelajaran Interaktif Media pembelajaran interaktif merupakan media yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan penggunanya dapat mengontrol elemen-elemen yang ada di dalamnya. Pada penelitian ini media pembelajarannya berupa multimedia yang menggabungkan gambar, animasi, suara dan teks secara interaktif.

3.

IPA Terpadu IPA terpadu merupakan sebuah mata pelajaran yang dikemas ke dalam

tema tertentu yang di dalamnya membahas perpaduan materi-materi fisika, kimia, dan biologi yang saling memiliki katerkaitan. 4. Multiple Intelligence Teori Multiple Intelligences adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa di dalam diri individu terdapat berbagai macam kecerdasan dimana kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Multimedia Interaktif Multimedia menurut bahasa multi (latin Nouns) adalah banyak bermacammacam sedangkan medium adalah sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa sesuatu. Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi. Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh penguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film. Sedangkan multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif adalah: multimedia pembelajaran interaktif dan aplikasi game. Dalam multimedia interaktif memungkinkan terjadinya proses belajar. Jadi dalam pembelajaran yang utama adalah bagaimana peserta didik belajar. Belajar dalam pengertian aktifitas mental peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Dengan demikian aspek yang menjadi penting dalam aktifitas belajar adalah Bagaimana menata unsur-unsurnya pembelajaran dapat mengubah perilaku peserta didik. Dari uraian di atas, apabila kedua konsep tersebut kita gabungkan maka multimedia interaktif dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang piliran, perasaan, perhatian dan kemauan yang belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, sesuai dengan tujuan. Menurut Mulyani (2010) Berbagai keunggulan penerapan multimedia interaktif meliputi: 1) multiple media, maksudnya teks, audio, grafik, gambar

diam dan gambar gerak dapat dikombinasikan dalam suatu sistem yang mudah dioperasikan, 2) learner participation, maksudnya materi multimedia dapat membantu memelihara perhatian peserta didik dan memberikan peluang lebih kepada peserta didik untuk berpartisipasi ketimbang bentuk lain.3) Individualization, maksudnya penyajian pencabangan materi multimedia melepaskan kendali belajar sepenuhnya pada peserta didik khususnya dalam proses pembelajaran. 4) Flexibility, maksudnya peserta didik memiliki kebebasan dalam memilih pelajaran, mengevaluasi pemahaman, sesuai dengan minat dan keinginan melalui menu. 5) multimedia interaktif lebih mendukung belajar mandiri ketimbang belajar bersama. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar peserta didik dapat ditingkatkan dan proses belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar peserta didik dapat ditingkatkan.

B. IPA TERPADU Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan (Depdiknas, 2006:1).

Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA (Depdiknas, 2006: 4) meliputi empat unsur utama yaitu: 1. sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; 2. proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; 3. produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; 4. aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan seharihari. Keempat ubsur di atas merupakan ciri IPA yang utuh dan sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam pembelajaran IPA keempat unsur ini diharapkan muncul, agar siswa mengalami proses pembelajaran secara uth, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, dan metode ilmiah. Untuk dapat mencapai hal ini maka dapat dilakukan dengan cara menerapkan pembelajaran IPA yang terpadu. IPA terpadu merupakan sebuah mata pelajaran yang dikemas ke dalam tema tertentu yang di dalamnya membahas perpaduan materi-materi fisika, kimia, dan biologi yang saling memiliki katerkaitan (Yuliati, 2008). Melalui pembelajaran IPA terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menerima dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Menurut Yuliati (2008), karakteristik pembelajaran IPA terpadu antara lain a. Pembelajaran berpusat pada siswa, karena pembelajaran terpadu merupakan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk bereksplorasi. Siswa aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan yang harus dikuasainyasesuai perkembangannya. b. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan (Bermakna), yakni IPA terpadu mengkaji fenomena dari berbagai aspek yang memungkinkan terbentunya jalinan skemata yang dimiliki siswa sehingga berdampak pada kebermaknaan materi yang dipelajari siswa.

c. Belajar melalui pengalaman langsung (otentik), maksudnya siswa dilibatkan secara langsung pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. d. Lebih memperhatikan proses daripada hasil belajar. Pada pembelajaran IPA terpadu (pada jenjang pendidikan dasar) dikembangkan guided inquiry yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai proses penilaian. Pembelajaran terpadu dilaksanakan sesuai minat dan kemampuan siswa sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus menerus. e. Sarat dengan muatan keterkaitan (holistik), yakni memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus. Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan tema atau topik tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek mata pelajaran dalam bidang kajian IPA. Tema dapat dibahas dari sudut biologi, fisika, dan kimia. Pembahasan tema juga dimungkinkan hanya dari aspek biologi dan fisika, atau kimia dan biologi, atau fisika dan kimia saja. Menurut Fogarty (dalam Depdiknas, 2006:8) berikut ini disajikan tiga model keterpaduan IPA berisi baik kelebihan maupun keterbatasan masingmasing model.

Tabel 1. Karakteristik Pembelajaran Terpadu Model Connected, Webbed dan Integrated.

Model Model Hubungan (connected model)

Model Jaring Laba-Laba (webbed model)

Karakteristik Kelebihan Menghubungkan Peserta didik akan satu konsep dengan lebih mudah konsep lain, topik menemukan dengan topik lain, keterkaitan karena satu keterampilan masih dalam lingkup dengan keterampilan satu bidang studi lain, ide yang satu dengan ide yang lain tetapi masih dalam lingkup satu bidang studi misalnya IPA atau IPS Dimulai dengan Tema yang menentukan tema familiar membuat yang kemudian motivasi belajar dikembangkan meningkat subtemanya dengan Memberikan memperhatikan pengalaman kaitannya dengan berpikir serta disiplin ilmu atau bekerja bidang studi lain interdisipliner Dimulai dengan identifikasi konsep, keterampilan, sikap yang overlap pada beberapa disiplin ilmu atau beberapa bidang studi. Tema berfungsi sebagai konteks pembelajaran

keterbatasan Model ini kurang menampakkan keterkaitan interdisiplin

Sulit menemukan tema

Model Terpadu (integrated model)

Hubungan Fokus antarbidang studi terhadap jelas terlihat melalui kegiatan kegiatan belajar belajar, terkadang mengabaika n target penguasaan konsep Menuntut wawasan yang luas dari guru

(Sumber: Rustaman et al dan Forgaty dalam Depdiknas, 2006)

Model pembelajaran IPA terpadu yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu model hubungan (connected model), dimana dalam model ini mengguanakan sebuah tema yang menghubungkan satu konsep dengan konsep lain dalam lingkup mata pelajaran IPA. Setelah selesai pembelajaran diharapkan siswa dapat menemukan keterkaitan antara konsep tersebut. Manfaat yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu (Depdiknas, 2006:9) antara lain sebagai berikut. a. Dengan menggabungkan berbagai mata pelajaran akan terjadi penghematan waktu, karena ketiga disiplin ilmu (fisika, kimia dan biologi) dapat diajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan. b. Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antar konsep fisika, kimia, dan biologi. c. Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karen peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran. d. Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA. e. f. Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan. Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, sehingga memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya. g. Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.

C. Teori Multiple Intelligence Selama ini kita menggunakan tes IQ, tes standardisasi, dan prestasi kognitif akademis untuk mengukur kecerdasan. Namun pada tahun 1983, seorang

psiokolog kognitif dan ko-direktur Project Zero di Universitas Harvard, Dr.Howard Gardner, mengembangkan teori Kecerdasan Berganda (multiple intelligence). Dalam karyanaya Gardner menemukan beberapa jenis kecerdasan, tidak hanya satu yang dapat diukur dan dijumlah sebagaimana kecerdasan IQ. Teorinya menawarkan pandangan yang lebih luas mengenai kecerdasan dan menyatakan bahwa kecerdasan adalah suatu kesinambungan yang dapat dikembangkan seumur hidup (DePorter, 1999: 96). Menurut Armstrong (2000:1), Gardner menetapkan cara dengan memetakan kemampuan rata-rata terbesar yang dimiliki manusia dengan mengelompokkan kemampuan mereka ke dalam 8 kategori yang luas atau intelligences. a. Linguistik-Verbal (Linguistic Intelligence) berpikir dalam kata-kata. Kecerdasan linguistik atau verbal merupakan kemampuan untuk menggunakan bahasa secara efektif. Kecerdasan ini termasuk tindakan berpikir dalam kata-kata, mencakup kemahiran dalam berbahasa untuk berbicara, menulis, membaca, menghubungkan, dan menafsirkan. Logicall b. Spasial-Visual (Spatial Intelliegence) berpikir dalam citra dan gambar. Melibatkan kemampuan untuk memahami hubungan ruang dan citra mental, dan secara akurat mengerti dunia visual. Cara untuk mengembangkannya bisa dengan menggambar, mensketsa, mencoret-coret, visualisasi, citra, grafik, desain, tabel, seni, video, film, dan ilustrasi. c. Interpersonal (Interpersonality Intelligence) berpikir lewat berkomunikasi dengan orang lain. Ini mengacu pada keterampilan manusia sehingga dapat dengan mudah membaca, berkomunikas, dan berinteraksi dengan orang lain. Cara untuk mengembangkan bakat ini bisa dengan memimpin, mengorganisasi, berinteraksi, berbagi, menyayangi, berbicara, sosialisasi, manipulasi, menjadi pendamai, permaiana kelompok, klub, teman-teman, dan kelompok kerjasama. d. Musikal-Ritmik (Musical Intelligence) berpikir dalam irama dan melodi. Gardner berkata, ada beberapa peran yang dapat diambil oleh individuindividu yang cenderung musikal, dari komposer avant-garde yang berusaha menciptakan idiom baru hingga pendengar yang belum berpengalaman yang mencoba memahami sejak anak-anak (DePorter, 1999:97).

e.

Naturalis (Naturalistic Intelligence)berpikir dalam acuan alam. Kecerdasan ini menyangkut pertalian seseorang dengan alam, yang dapat melihat hubungan dan pola dalam dunia alamiah dan mengidentifikasi dan berinteraksi dengan proses alam. Kegiatan yang mendukung berkembangnya kecerdasan ini yakni jalan-jalan di alam terbuka, berinteraksi dengan binatang, pengategorian, menatap bintang, meramal cuaca, simulasi, dan penemuan. Badan-Kinestetik (Bodily-Kinesthetic Intelligence) berpikir melalui sensasi dan gerakan fisik. Merupakan kemampuan untuk mengendalikan dan menggunakan badan fisik dengan mudah dan cekatan. Kegiatan yang mendukung antara lain menari, berlari, melompat, menyenyuh, menciptakan, mencoba, mensimulasikan, merakit/membongkar, bermain drama, permaianan, dan indera peraba. Intrapersonal (Intrapersonality Intelligence) berpikir secara reflektif. Ini mengacu pada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri. Cara untuk mengembangkan bakat ini bisa dengan tindakan berpikir, meditasi, bermimpi, berdiam diri, mencanangkan tujuan, refleksi, merenung, membuat jurnal, menilai diri, waktu menyendiri, proyek yang dirintis sendiri, menulis dan instrokpeksi.

f.

g.

h. Logis-Matematis (Logical-Mathematics Intelligence) berpikir dalam penalaran. Melibatkan pemecahan masalah secara logis dan ilmiah dan kemampuan matematis. Kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan ini dapat dilakukan melalui bereksperimen, bertanya, menghitung, logika deduktif dan induktif, mengorganisasikan, fakta, teka-teki, dan skenario. i. Eksistensial (Existential Intelligence) kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya dengan menerima keadaannya dan keberadaannya secara otomatis, tetapi mencoba menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Menurut Armstrong (2002) salahsatu cara mengintegrasikan kecerdasan eksistensial di kelas yakni melalui sains. Misalnya guru menghubungkan asal usul manusia dengan eksistensial dengan cara membantu siswa bertanya-tanya tentang

perbedaan antara komponen biotik dan abiotik, membandingkan teori evolus Darwin dengan asalusul manusia menurut agama.

D. Kompetensi Dasar Tema Kebakaran Hutan Tema kebakaran hutan adalah tema yang dapat mengaitkan satu konsep dengan konsep lain dalam suatu bidang studi (inter bidang studi), yaitu fisika, kimia, biologi. Struktur materi pembelajaran IPA Terpadu pada tema kebakaran hutan ini disajikan pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Struktur Materi pada Tema Kebakaran Hutan Materi Fisika - Asap yang dihasilkan dari kebakaran hutan merupakan contoh dari konveksi udara Kimia - Kebakaran merupakan salah satu contoh dari perubahan kimia Biologi - Kebakaran hutan merusak ekosistem hutan Kompetensi Dasar 3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari 4. 4 Mengidentifikasi terjadinya reaksi kimia melalui percobaan sederhana

7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan 1.5 Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

Upaya-upaya mencegah dan mengatasi kebakaran hutan

Kebakaran hutan menyebabkan gangguan pernapasan pada manusia

E. Swish Max Swishmax adalah program alternatif untuk membuat animasi Flash tanpa harus menggunakan program Flash. SWiSHmax sangat mudah digunakan, Anda dapat membuat animasi kompleks berupa teks, gambar, dan suara dengan cepat dan mudah. SwishMax memiliki tampilan antarmuka/ruang kerja yang cukup bagus, yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu : - Main menu - Tollbox - Tollbar-toolbar termasuk toolbar Standar, insert, dan control - Panel-panel termasuk panel Timeline, Outline, Layout, dan Text - Status Bar Setiap komponen tersebut diatas masing-masing memiliki berbagai macam fungsi dan fasilitas yang mendukung dalam pembuatan animasi Flash. Gambar berikut menampilkan masing-masing komponen yang telah disebutkan diatas .

Gambar 1. Tampilan swishmax

BAB III METODE PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu multimedia interaktif berbasis multiple intelligences pada mata pelajaran IPA terpadu dengan tema kebakaran hutan untuk SMP. Tujuan ini dicapai melalui penelitian dan pengembangan. Menurut Sugiyono (2011) metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifitasan produk tersebut. A. Model Penelitian Dalam penelitian akan digunakan model pendekatan sistem yang dirancang oleh Walter Dick and Lou Carey, yang diperlihatkan pada gambar1. Model Dick and Carey digolongkan sebagai model yang berorientasi pada dua hal, yaitu: a)Pengetahuan, apabila model tersebut dipakai sebagai sumber informasi tentang konsep- konsep,prinsip-prinsip perencenaan instruksional dan langkah-langkahya. b.)Hasil,dengan menerapkan konsep-konsep dan prinsipprinsip perancangan yang menghasilkan suatu bahan instruksional yang dapat dipakai belajar secara mandiri tanpa bantuan guru.
Step 2 Conduct Instructional Analysis Step 9 Revice Instructions

Step 1 Assessneeds to identify goal(s)

Step 4 Write performace objective

Step 5 Develop assesment instruments

Step 6 Develop instruction strategy

Step 7 Develop and select instructional materials

Step 8 Design and conduct formative evaluation of instruction

Step 3 Analyze learners and contexts

Step 10 Design and conduct summative evaluation

Gambar 2. Model Dick and Carey Sumber: (Emzir, 2012)

B. Prosedur Pengembangan Penelitian ini dilakukan beberapa tahap, diantaranya ialah: 1. Langkah 1 melibatkan pendefinisian tujuan untuk program pembelajaran atau

produk, yang sering memasukkan suatu analisis kebutuhan. Pada langkah ini, tindakan awal yang akan peneliti lakukan adalah observasi, penyebaran angket dan wawancara ke sekolah. Peneliti akan mencari tahu apakah guru di sekolah tersebut memiliki bahan materi yang berupa paket pembelajaran multimedia interaktif yang dikemas dalam bentuk CD dan apakah CD interaktif ini sesuai keluasan materi, kedalaman materi, keakuratan fakta dan konsep, keakuratan ilustrasi, Kesesuaian dgn perkembngan ilpeng, keterkinian fitur, contoh dan rujukn, kontekstual, salingtemas. 2. Langkah 2 dan 3 dapat muncul berurutan atau bebarengan. Dalam langkah 2,

analisis instruksional dilakukan untuk mengidentifikasi keterampilanketerampilan khusus, prosedur, dan tugas-tugas belajar yang dilibatkan pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran. 3. Langkah 3 dirancang untuk mengidentifikasi entri keterampilan dan sikap

siswa, karakteristik latar pembelajaran, dan karakteristik latar dimana pengetahuan dan keterampilan baru digunakan. Analisis karakteristik siswa dan lingkungan dalam pengembangan ini yaitu dalam kegiatan pembelajaran siswa masih cenderung berpusat pada guru (teacher center). 4. Langkah 4 melibatkan penerjemahan kebutuhan dan tujuan pembelajaran ke

dalam tujuan perilaku spesifik. Tujuan perilaku mengarahkan pada suatu cara untuk mengkomunikasikan tujuan-tujuan program pembelajaran atau produk pada level-level yang berbeda dengan jenis-jenis stakeholder yang berbeda. Tujuantujuan perilaku juga menyediakan dasar-dasar untuk perencanaan item-item tes yang persis, bahan-bahan ajar, dan sistem penyampaian pembelajaran. 5. Langkah 5 mengembangkan instrumen penilaian. Instrumen-instrumen ini

dihubungkan secara langsung dengan pengetahuan dan keterampilan yang dikhususkan dalam tujuan-tujuan perilaku. Tindakan yang akan dilakukan peneliti pada langkah ini yakni mengembangkan suatu instrumen yang berupa data angket. Data angket digunakan untuk mengukur kelayakan/kevalidan multimedia pembelajaran interaktif yang dikembangkan. Dalam hal ini akan diujicobakan

kepada ahli media, ahli materi, dan audiens. Hasil dari data angket digunakan untuk menyempurnakan multimedia pembelajaran interaktif yang dikembangkan. 6. Pada langkah 6 strategi pembelajaran khusus dikembangkan untuk membantu

siswa dengan upaya mereka untuk memperoleh setiap tujuan perilaku. Strategi dalam pengembangan multimedia pembelajaran interaktif ini meliputi: penyajian informasi materi atau tutorial, praktik dan umpan balik yang diaplikasikan melalui perangkat lunak berbentuk animasi flash player, dan pengetesan yang berupa latihan kompetensi dasar dan soal quiz. 7. Langkah 7 melibatkan pengembangan materi pembelajaran, yang mungkin

mencakup baha-bahan cetakan seperti buku teks dan menual pelatihan guru, atau media lain seperti kaset audio, atau sistem video interaktif. Pada tahapan ini peneliti ingin memilih tema kebakaran hutan sebagai materi IPA terpadu yang akan dikembangkan dengan perangkat lunak swishmax 2006. 8. Langkah 8 melibatkan perancangan dan pengembangan evaluasi formatif.

Evaluasi formatif dilakukan oleh pengembang selama program atau produk dalam proses pengembangan, untuk mendukung proses peningkatan keefektifannya. Dalam situasi yang sama, evaluasi formatif dilakukan sebagai pengganti yang dapat mengarah pada suatu pengambilan keputusan untuk menghentikan pengembangan selanjutnya. Ada 3 jenis evaluasi formatif yaitu uji perorangan (one to one), uji kelompok kecil (small group), dan uji lapangan (field evaluation). Dalam hal ini pengembang mengembangkan evaluasi formatif yang dihasilkan yaitu angket penilaian yang digunakan untuk mengumpulkan data. Data-data yang diperoleh tersebut sebagai pertimbangan untuk merevisi pengembangan multimedia interaktif pembelajaran. 9. Langkah 9 revisi pembelajaran dilakukan. Dalam pengembangan ini, data

yang diperoleh dari evaluasi formatif dan diinterpretasikan untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi siswa dalam mencapai tujuan. Selain itu hasil evaluasi formatif ini digunakan untuk merevisi pembelajaran agar lebih baik. 10. Langkah 10 merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan keberhasilan siswa setelah mempelajari materi yang dikembangkan dengan multimedia interaktif

C. Uji Coba Produk Uji coba produk merupakan bagian terpenting dalam penelitian pengembangan. Tahap ini dilakukan setelah rancangan produk selesai. Uji coba produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dibuat layak digunakan atau tidak yang dilihat dari kesesuaian dengan pengguna untuk menyelesaikan masalah pembelajaran. Uji coba, untuk melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan. Produk yang baik memenuhi 2 kriteria: kriteria pembelajaran dan kriteria penampilan. Pada tahap ini CD interaktif, diuji coba kegunaan dan kehandalannya. Selain sebagai pedoman bagi guru IPA ketika mengajar di kelas, CD interaktif ini juga bisa digunakan sebagai sebuah alternatif pola pembelajaran mandiri bagi siswa, dengan mendistribusikan CD Interaktif kepada masing-masing siswa, sehingga diperoleh masukan untuk perbaikan sistem multimedia interaktif yang dirancang, seperti terlihat pada siklus berikut:

Survey dan Analisis Materi

Desain & Pembuatan

Bebas error

Implementa si & Uji Coba


Ada error

Error

Dokumentasi

perbaikan

Gambar 3. Siklus Pengembangan Aplikasi E-Media

a.

Desain uji coba Secara lengkap, uji coba produk pengembangan biasanya dilakukan

melalui tiga tahapan, yaitu uji perseorangan/ uji ahli, uji kelompok kecil, dan uji lapangan. Dalam kegiatan pengembangan, pengembang mungkin hanya melewati dan berhenti pada tahap uji perseorangan, atau dilanjutkan dan berhenti sampai

tahap uji kelompok kecil, atau sampai uji lapangan. Hal ini sangat tergantung pada urgensi dan data yang dibutuhkan melalui uji coba itu.

b. Subjek uji coba Tema kebakaran hutan yang dipilih peneliti untuk dikembangbangkan menjadi produk CD interaktif ini diajarkan pada siswa SMP kelas VII. Sehingga produk ini akan diucicobakan pada siswa SMP kelas VII. Secara rinci subyek penelitian terdapat pada tabel 1.

Tabel 3. Subyak Penelitian

Tahapan Uji coba

Jumlah sampel

Karakteristik sampel

Proses, Orientasi, dan Hasil Uji Coba Kualitatif (expert judgement), kuisioner, interview, draf awal produk; kesesuaian substansi, metodologi, ketepatan media Kesesuaian produk dengan pemakai Kesesuaian produk dengan pemakai

Uji ahli

3 orang

Tenaga ahli: bidang studi, perancangan, multimedia

Uji kelompok kecil Uji lapangan

20 orang 2 kelas

Pemakai produk: siswa, jumlah terbatas Pemakai produk: siswa, jumlah lebih besar

c.

Jenis data Dalam uji coba, data digunakan sebagai dasar untuk menentukan

keefektifan, efisiensi, dan daya tarik produk yang dihasilkan. Jenis data yang akan dikumpulkan harus disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan tentang produk yang dikembangkan dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Bisa terjadi data

yang dikumpulkan hanya data tentang pemecahan masalah yang terkait dengan keefektifan dan efisiensi, atau data tentang daya tarik produk yang dihasilkan. Paparan data hendaknya dikaitkan dengan desain penelitian dan subyek uji coba tertentu. Data mengenai kecermatan isi dapat dilakukan terhadap subyek ahli isi, kelompok kecil, atau ketiganya. Dalam Uji Ahli, data yang terungkap antara lain ketepatan substansi, ketepatan metode, ketapatan desain produk, dsb.

d. Instrumen pengumpulan data Untuk menjaring data, peneliti menggunakan instrumen yang terdiri dari: a. Kuisioner Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011). Angket pada umumnya digunakan untuk meminta keterangan tentang fakta, pendapat, pengetahuan, sikap, dan perilaku responden dalam suatu peristiwa. Kuisioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan kondisi pembelajaran fisika, penggunaan media pembelajaran, implementasi pendekatan yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman, pandangan siswa dan guru tentang penggunaan CD multimedia interaktif. Model skala pengukuran yang digunakan untuk menjaring data pada variabel-variabel penelitian ini adalah menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup model skala Likert. Oleh karena angket ini dirancang menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban, maka responden hanya diminta memilih alternatif jawaban yang telah tersedia. Adapun pola pensekorannya (scoring) adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Pola Penyekoran Pernyataan

No

Pilihan

Sekor Pernyataan Positif 4 3 2 1 0

Sekor Pernyataan 0 1 2 3 4

1 2 3 4 5

Sangat setuju/ selalu/ sangat baik Setuju/ sering/ baik Ragu-ragu/ kadang-kadang/ cukup baik Tidak setuju/ jarang/ kurang baik Sangat tidak setuju/ tidak pernah/ tidak baik

Sumber: Sugiyono, 2011

Instrumen yang digunakan adalah instrumen yang betul-betul sesuai untuk mengungkap komponen-komponen yang mendukung proses pembelajaran fisika. Harapan yang ingin dicapai dalam pengembangan multimedia interaktif ini adalah meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran fisika .

b.

Observasi Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman yang cepat pada pembelajaran fisika dengan menggunakan menggunakan paket pembelajaran berbasis multimedia interaktif. c. Tes Tes hasil belajar dilakukan dengan post test untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa di dalam pembelajaran dengan menggunakan multimedia

interaktif. Bentuk tes ini berupa pilihan ganda. Tes hasil belajar tidak dimaksudkan untuk menguji validasi produk, tetapi ini dilakukan karena di dalam multimedia interaktif yang ditawarkan juga terdapat menu evaluasi yang harus dieksplorasi oleh siswa, sehingga tentunya akan muncul nilai sebagai hasil belajar siswa dengan menggunakan multimedia interaktif.

d. Analisis data Teknik analisis data yang digunakan disesuaikan dengan jenis data yang dikumpulkan. Analisis data ini mencakup prosedur organisasi data, reduksi, dan penyajian data baik dengan tabel, diagram, atau grafik. Data akan dianalisis secara deskriptif maupun dalam bentuk perhitungan statistik. Dalam penyajian hasil analisis dibatasi pada hal-hal yang bersifat faktual. Data yang diperoleh melalui angket dan observasi akan diuraikan secara deskriptif naratif. Analisis ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dari angket berupa deskriptif persentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase adalah sebagai berikut. Persentase = Keterangan: = jumlah n = jumlah seluruh angket sebagai ketentuan dalam pengambilan makna dan pengambilan keputusan, maka digunakan ketetapan sebagai berikut. x 100%

Tabel 4. Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 4

Tingkat penacapain 90% - 100% 75% - 89% 65% - 74% 55% - 64% 0 54%

Kualifikasi Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang

keterangan Tidak perlu direvisi Tidak perlu direvisi Direvisi Direvisi Direvisi

(Sumber: Sudjana dalam Anggraini, 2012)

DAFTAR PUSTAKA Adri, Muhammad. 2008. Pengembangan Paket Multimedia Interaktif sebagai Sarana Belajar Mandiri Mahasiswa. (Online), (http://muhammadadri.net diakses 04 Mei 2012) Anggraini, Dwi. 2012. Pengembangan Multimedia Interaktif dengan Menggunakan
Model ADDIE untuk Pembelajaran Seni Tari pada Siswa Sekolah Dasar. (Online), (http://repository.upi.edu diakses 04 Mei 2012)

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Armstrong, Thomas. 2000. Multiple intelligence in the classroom 2nd edition. USA: Association for Supervision and Curriculum Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu untuk SMP/MTs. Jakarta: Balitbang Depdiknas DePorter, Bobbi. 1999. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Terjemahan Ary Nilandari. 2003. Bandung: Kaifa. Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan kuantitatif & kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Munir, 2005. Konsep dan Aplikasi Program Pembelajaran Berbasis Komputer (Computer Based Interaction). P3MP: UPI. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Yuliati, Lia. 2008. Model-Model Pembelajaran Fisika. Malang:LP3 UM

You might also like