You are on page 1of 4

Rencana Pemulangan Pasien ISPA (SARS) Pengertian Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan,

pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau (Doenges & Moorhouse: 94-95). Tujuan Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Discharge planning yang efektif juga menjamin perawatan yang berkelanjutan di saat keadaan yang penuh dengan stress. Rencana pulang yang dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan secara periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera dilaksanakan, Periksa apakah pasien/orang terdekat telah mendapat instruksi tertulis atau instruksi verbal tentang penanganan, obatobatan dan aktivitas yang boleh dilakukan di rumah. Tanda dan gejala yang menunjukkan perlunya kontak yang terus-menerus dengan pelayanan kesehatan perlu ditinjau.

Manfaat 1. Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di rumah sakit, dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk beberapa diagnosa. 2. Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan biaya pengobatan. 3. Bahan pendokumentasian keperawatan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga mengetahui apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan pasien. Selain itu, ringkasan pulang tersebut dapat disampaikan oleh perawat praktisi/perawat home care dan mungkin dikirim ke dokter primer/dokter yang terlibat untuk dimasukkan dalam catatan institusi untuk meningkatkan kesinambungan perawatan dengan

kerja yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan kebutuhan yang berubah (Doenges & Moorhouse: 126). Discharge Planning harus disesuaikan dengan: 1. Kebutuhan klien, tersedianya tim kesehatan 2. Dimulai sejak awal masuk rumah sakit. 3. Disusun oleh tim. Pemulangan pasien harus didasarkan pada kondisi klinis pasien. Jangan pulangkan pasien bila langkah pencegahan dan pengendalian infeksi tidak dapat dijamin untuk mengurangi risiko penularan di lingkungan rumah. 1. Sebelum pemulangan, lakukan penilaian verbal mengenai lingkungan rumah pasien (contoh daftar tilik diberikan pada Lampiran). Perlu dipastikan bahwa lingkungan rumah pasien cocok untuk memberikan perawatan yang aman di rumah. 2. Anggota keluarga harus dididik dalam hal kebersihan perorangan dan langkah dasar pencegahan dan pengendalian infeksi (misalnya, etika batuk, kebersihan tangan, penggunaan APD bila diperlukan, dan ventilasi kamar) 3. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga yang merawat mengenai membersihkan tangan yang tepat. 4. Pasien yang sistem kekebalannya terganggu, wanita hamil, penderita penyakit kronis (misalnya,penyakit jantung, paru atau ginjal, dan penyakit sickle cell), anak-anak (berusia <2 tahun)dan orang lanjut usia (berusia >65 tahun) tidak boleh bersentuhan dengan pasien sampai mereka tidak memperlihatkan gejala lagi. Tanyakan kepada pasien apakah ada anggota keluarganya yang termasuk kategori di atas. Kalau ada, bicarakan tempat perawatan alternatif selama masa isolasi pasien. 5. Pasien/keluarga yang merawat harus diberi petunjuk mengenai pemeriksaan kesehatan lanjutan dan cara menghubungi fasilitas pelayanan kesehatan, bila diperlukan. 6. Setelah kembali ke rumah dinasehatkan tetap harus Home Isolation 7. Tujuh hari setelah pulang ke rumah penderita harus kontrol ke Rumah Sakit untuk dilakukan pemeriksaan darah lengkap, X-foto dan uji lain yang abnormal 8. Minimum 14 hari setelah pulang, pasien baru diperbolehkan untuk kerja/sekolah

Indikasi pasien dapat keluar dari Rumah Sakit 1. Tidak demam selama 48 jam 2. Tidak batuk 3. Leukosit kembali normal 4. Trombosit kembali normal 5. CPK kembali normal 6. Uji fungsi kembali normal 7. Sodium plasma kembali normal 8. Perbaikan X-foto toraks Follow up penderita 1. Istirahat di rumah selama 7 hari, selama itu tinggal dalam kamar, usahakan seminimal mungkin kontak dengan orang lain 2. Dipantau dan dicatat suhu tubuh 2 kali sehari, jika suhu tubuh 38oC atau lebih atau ada gejala saluran nafas, maka harus kontrol. 3. Kontrol kembali ke RS tempat dirawat 7 hari setelah pulang : foto toraks, hitung darah lengkap dan pemeriksaan darah lainnya jika ada riwayat abnormal. 4. Pemeriksaan serologi diulang 3 minggi setelah sakit. 5. Dokter yang menentukan apakah pasien perlu diisolasi atau tidak.

Evaluasi Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus-menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan. Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah

klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau kunjungan rumah (home visit). Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel: 1. Derajat penyakit 2. Hasil yang diharapkan dari perawatan 3. Durasi perawatan yang dibutuhkan 4. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan 5. Komplikasi tambahan 6. Ketersediaan sumber-sumber

You might also like