You are on page 1of 6

Sampah

Sampah yang menumpuk di salah satu sudut jalan kota Pekanbaru pada tanggal 26 April 2011

Sampah yang menumpuk pada tanggal 3 Maret 2012 di Jalan Tuanku Tambusai, Pekanbaru Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.

Jenis-jenis sampah berdasarkan sumbernya


1. Sampah alam 2. Sampah manusia 3. Sampah konsumsi Berdasarkan sifatnya

Sampah organik - dapat diurai (degradable)

Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daundaun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;

Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)

Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton; Berdasarkan bentuknya

Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi sebagai: Sampah Padat Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lainlain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi: 1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan. 2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi: o Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain. o Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain. Sampah Cair Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.

Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya. Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan misalnya membuang ke selokan. Sampah alam

Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman. Sampah manusia Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air. Sampah Konsumsi Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sampah konsumsi Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri. Limbah radioaktif Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempattempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan).

SUMBER, DAMPAK, DAN PENANGGULANGAN DARI PENCEMARAN AIR


Pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air menjadi turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (PP No. 20/1990 pasal 1, angka 2 dalam Warlina 2004). Dari definisi dapat diartikan bahwa sumber atau penyebab dari pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi dan atau komposisi lain ke dalam air sehingga menyebabkan air itu tercemar. Dalam istilah sehari-hari benda-benda tersebut dapat dikatakan sebagai unsur polutan. Pada prakteknya unsur-unsur ini dapat berupa pembuangan limbah rumah tangga, limbah industri dan limbah cair ke dalam badan air (Warlina 2004). Menurut Azwir (2006) polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air yang normal akibat terkontaminasi oleh material atau pertikel, dan bukan dari proses pemurnian. Menurut Warlina (2004) beberapa sumber pencemaran air dikategorikan menjadi 2 (dua) macam, yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung yaitu meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan (Pencemaran Ling. Online 2003 dalam Warlina 2004). Semua pencemaran ini pada dasarnya berasal dari industri, rumah tangga dan pertanian. Tanah dan air tanah dapat berasal dari aktivitas manusia yang mengendap dan meresap ke dalam tanah. Sementara di atmosfer kontaminan berasal dari manusia juga yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam (Warlina 2004). Untuk mengetahui kontaminan yang ada di dalam badan air dapat dilakukan pengujian air berdasarkan standar yang telah ditentukan oleh standar internasional, standar Nasional, maupun standar dari suatu perusahaan industri (Azwir 2006). Di dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air, mutu air diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu kelas yang peruntukanya dapat digunakan untuk air baku air minum, kelas peruntukannya sebagai sarana dan prasarana rekreasi, kemudian kelas yang peruntukannya budidaya ikan, peternakan, irigasi dan lain-lain yang mutunya sama, selanjutnya kelas air yang diperuntukan untuk hal-hal lain (Azwir 2006). Menurut wardhana (1995), beberapa komponen pencemar air yang berasal dari industri, rumah tangga dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan yaitu bahan buangan padat, bahan buangan organik dan olahan bahan makanan, bahan buangan anorganik, bahan buangan cairan berminyak, bahan buangan berupa gas, dan bahan buangan zat kimia. Komponen pencemar ini dapat dilihat atau diamati berdasarkan pengamatan fisis, secara kimiawi, dan secara biologis. Indikator yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu pH, konsentrasi ion hidrogen, oksigen terlarut, kebutuhan oksigen biokimia, dan kebutuhan oksigen kimia (Warlina 2004). Adapun dampak dari pencemaran air sangatlah banyak dan luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab penyakit, hujan asan, dan sebagainya. Namun pada umumnya dampak pencemaran air dapat diketegorikan menjadi 4 (KLH 2004), antara lain :

- Dampak terhadap kehidupan biota air Umumnya banyak zat pencemar limbah yang ada menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut, sehingga menyebabkan kehidupan dalam air terganggu. Selain itu kematian dapat pula disebabkan oleh zat beracun yang merusak tanaman dan tumbuhan air. - Dampak terhadap kualitas air tanah Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas. Hal ini telah terbukti oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta. - Dampak terhadap kesehatan Peranan air sebagai pembawa penyakit bermacam-macam. Peranan tersebut adalah sebagai media hidup mikroba patogen, sebagai sarang insekta penyebar penyakit, apabila air tak cukup manusia tidak dapat membersihkan diri, dan sebagai media hidup vektor penyakit. - Dampak terdhadap estetika lingkungan Dengan semakin banyaknya polutan air, maka perairan akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping tummpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Limbah lemak dan minyak juga sangat mengganggu yang menyebabkan bau dan daerah sekitar limbah menjadi licin. Sedangkan limbah detergen atau sabun menyebabkan penumpukan busa yang banyak. Untuk itu perlu penanggulangan dalam menghadapi permasalahan pencemaran air. Palam pengandalian/penanggulangan pencemaran air, pemerintah telah mengaturnya melalui PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi maupun non-instansi (Warlina 2004). Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu secara non-teknis dan secara teknis. Secara non-teknis yaitu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur, dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran, sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalkan dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran (Warlina 2004). Menurut Sulaiman (2009) dalam prakteknya dapat juga dilakukan pengrndalian pencemaran air oleh pelaku usaha yang terdiri dari 2 (dua) cara, yaitu penetapan buku mutu air limbah dan penetapan buku mutu sungai. Buku ini dimaksudkan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup, dan menurunkan beban pencemaran lingkungan melalui upaya pengendalian pencemaran dari kegiatan RPH. Sementara sasaran dari buku ini adalah mendorong penanggungjawaban usaha dan/atau kegiatan pengolahan hasil pertanian mengolah air limbah seseuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

Dalam penanggulangan pencemaran pun dapat dilakukan oleh diri kita sendiri. Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi produksi sampah yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu, kita juga dapat mendaur ulang dan mendaur pakai sampah tersebut. Menurut Warlina (2004) teknilogi dapat digunakan untuk mengatasi pencemaran air, instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah yang dioperasikan dan dipelihara dengan baik mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar.

You might also like