You are on page 1of 34

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DAN MEDIA PERAGA FRUIT

BLOK PADA MATERI OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR SISWA KELAS VII MTS MUHAMMADIYAH BANDA ACEH

A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Semakin baik kualitas pendidikan, maka semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya. Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya demi mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur. Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar yang memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Sebagaimana yang tecantum dalam Standar Isi (BSNP, 2006) bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, juga mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Selain itu, matematika merupakan induk dari berbagai macam ilmu, semua ilmu yang dipelajari pasti berkaitan dengan matematika. Sesuai dengan pernyataan Erman Suherman, dkk (2001:60) bahwa khususnya bagi siswa, matematika diperlukan untuk memahami bidang ilmu lain seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi, geografi, ekonomi.
1

Begitu pentingnya matematika oleh karena itu matematika dipelajari mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan tertinggi. Pendidikan
http://amalliarizky.blogspot.com/2013/01/pentingnya-pengembangan-bahan-ajar.html (di akses tangga l 9 maret 2013).
1

matematika dapat membentuk kemampuan berpikir kritis, logis, tanggung jawab, kreatif serta dinamis sehingga manusia mampu menemukan ide-ide baru yang berguna bagi kepentingan teknologi dalam peranan perbaikan hidup manusia. Matematika menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2003:6) merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.2 Dalam pembelajaran matematika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran induktif dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Menurut Muhammad Sholeh (1998:34) matematika sebagai ilmu pengetahuan dasar sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi. Namun kenyataannya matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sukar oleh siswa. Salah satu penyebab kesukaran matematika adalah karakteristik matematika yang abstrak, konseptual, dan prinsipnya berjenjang dan prosedur pengerjaannya yang banyak memanipulasi bentuk-bentuk.
3

Menurut Montimer J. Alder dan Charles Van

Doren (2006:316) pada kenyataannya kondisi umum yang ditemui adalah minimnya persiapan siswa dalam menghadapi materi baru, banyak siswa yang datang ke sekolah tanpa persiapan pengetahuan. Sebagai cara mengantisipasi
2 3

http://www.scribd.com/doc/89740382/BABI-PTK (di akses tangga l 9 maret 2013). ibid

masalah ini diupayakan siswa agar mempunyai pengetahuan dasar terhadap bahan ajar, yaitu siswa didorong untuk memahami, mempelajari, dan menghafal kosa kata, simbol, dan hubungan antar symbol dalam matematika. Pemahaman matematika merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan sebagai hafalan tapi lebih jauh lagi. Pemahaman matematika juga salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, guru adalah pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa siswa kepada tujuan yang ingin dicapai yaitu agar bahan yang disampaikan dipahami sepenuhnya. Beberapa faktor yang dapat mempengarui kegiatan belajar mengajar, antara lain: 1. Faktor guru (penguasaan materi, memilih pendekatan yang tepat); 2. Faktor siswa (taraf berfikir siswa); 3. Faktor sarana (terbatasnya alat peraga/alat bantu).4 Faktor pertama adalah guru, dimana seorang guru harus menguasai materi dengan baik serta dapat menyajikannya dengan baik pula sehingga memudahkan siswa dalam menerima materi tersebut. Caranya adalah guru mampu memilih pendekatan, model serta metode yang sesuai dengan materi untuk diterapkan dalam pembelajaran sesuai dengan kondisi dan keadaan siswa yang akan diajarkan. Faktor kedua adalah siswa, yang dimaksud dengan faktor siswa disini yaitu taraf berfikir atau kecerdasan siswa. Hal ini sangat diperlukan dalam proses
http:/repository.upi.edu/operator/upload/s-pgsd-0702482-chapter 1.pdf (di akses tanggal 9 maret 2013).
4

pembelajaran. Karena kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa sebagai penentu kualitas belajar siswa. Semakin tinggi kecerdasan seorang siswa, semakin besar peluang siswa tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kecerdasan siswa, semakin sulit siswa mencapai kesuksesan belajar. Inilah faktor utama dalam pembelajaran yang memeran peranan yang sangat penting. Faktor terakhir adalah faktor sarana. Matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan bersifat abstrak sebagaimana yang disebutkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Herman Hudoyo juga mengemukakan bahwa tidak sedikit siswa beranggapan matematika itu sukar dipelajari sehingga mereka kurang berminat dalam mempelajarinya, hal ini karena ilmu matematika banyak sekali hubungannya dengan benda-benda dan konsep-konsep abstrak yang harus dianalisa.5 Pendidikan tidak akan berhasil secara optimal apabila masih terpaku pada pembelajaran konvensional serta terbatasnya alat bantu atau alat peraga. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan aktivitas dan antusiasme siswa dalam proses pembelajaran dan memudahkan siswa dalam mempelajari materi tertentu, khususnya matematika sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan sempurna. Untuk itu pula diperlukan alat bantu atau alat peraga untuk memudahkan siswa memahami konsep matematika tersebut. Pengalaman penulis saat melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di MTs Muhammadiyah Banda Aceh menunjukkan bahwa pelajaran matematika masih dianggap sulit dan membosankan. Kesan sulitnya pelajaran matematika
5

Herman Hudoyo, Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Malang: IKIP Malang, 1990)

hal. 4.

menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam mempelajari matematika. Selain matematika bersifat abstrak, kurangnya pemahaman siswa dalam memahami konsep dasar matematika menjadi penyebab utama kegagalan siswa dalam mempelajari matematika di tingkat lanjut. Siswa yang tidak mengerti konsep tertentu menyebabkan tidak mengertinya konsep-konsep lain sehingga konsep itu saling berkaitan secara logis. Untuk itu diperlukan benda yang berfungsi untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep matematika. Salah satu materi yang dipelajari di MTs Muhammadiyah Banda Aceh yang banyak siswa mengalami kendala dalam mempelajarinya adalah materi operasi hitung bentuk Aljabar. Masalah yang paling menonjoladalah pada operasi penjumlahan dan pengurangan siswa sering keliru malakukan operasi

penjumlahan atau pengurangan tanpa memperhatikan suku-suku sejenis seperti: 2x+4y dijumlahkan dengan 3y+5x siswa langsung menyelesaikan (2+3)x +(4+5)y= 5x + 9y, disini siswa langsung menjumlahkan bedasarkan urutan posisi letaknya nya tanpa mengelompokkan terlebih dahulu suku-suku sejenisnya. Begitu juga pada operasi perkalian, siswa tidak memperhatikan langkah yang di haruskan seperti menggunakan cara skema atau sifat distributif. Di perasi ini banyak dari siswa yang mengalami kekeliruan proses pengerjaan seperti, tentukan hasil perkalian bentuk aljabar (5x+2y)(3x+4y) dalam penyelesaianya banyak diantara siswa melakukan seperti halnya pada operasi penjumlahan. Padahal materi ini sangat penting karena merupakan konsep dasar dari matematika yang menjadi materi prasyarat terhadap materi-materi selanjutnya. Tingkat penguasaan materi prasyarat sangat berperan dalam menentukan tingkat kesiapan belajar siswa

dalam matematika. Apabila materi ini kurang mampu dikuasai oleh siswa, maka siswa akan sulit untuk menerima materi matematika selanjutnya, misalnya pada system persamaan linear, faktorisasi suku aljabar, persamaan kuadrat,dan materi yang termasuk dalam materi aljabar. Serta darimhasil ulangan harian ke-4, semester 1, tahun pelajaran 2012/2013 di Muhammadiyah Banda Aceh, pada materi operasi hitung pada bentuk aljabar menunjukkan bahwa, dari 2 kelas siswa yang mendapatkan nilai di bawah 60 sebanyak 68% atau tergolong siswa belum tuntas, dan siswa yang mendapatkan nilai di atas atau sama dengan 60 sebanyak 32% atau tuntas. Secara umum kesulitan-kesulitan yang di hadapi oleh siswa dalam mempelajari materi operasi hitung bentuk aljabar adalah: (1) Kesulitan dalam menggunakan konsep yang merupakan prasyarat untuk melakukan operasi hitung dalam bentuk aljabar, (2) Kesulitan dalam memilah-milah atau mengelompokkan suku-suku sejenis, (3) Kesulitan dalam melekukan operasi penjumlahan dengan dua atau lebih suku yang tidak sejenis, (4) Kesulitan dalam melekukan operasi perkalian dua buah atau lebih bentuk aljabar, (5) Materi operasi hitung bentuk aljabar haruslah benar-benar di mengerti oleh siswa karena materi tersebut merupakan prasyarat terhadap materi persamaan dan

pertidaksamaan linear satu variabel pada KD berikutnya, (6) Kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita.6 Di kelas VII, MTs Muhammadiyah, selain masalah hasil belajar yang masih rendah, khususnya pada kompetensi dasar operasi bentuk aljabar, terdapat pula kendala dalam proses pembelajaran, contohnya selama proses pembelajaran

Hasil pengamatan (observasi ke kelas) di MTs Muhammadiyah, (selama Ppl 2012).

berlangsung hanya sedikit siswa yang berani bertanya kepada guru, hanya sedikit siswa yang berani mengajukan diri untuk mengerjakan soal ke depan kelas kecuali ditunjuk oleh guru, saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak tahu beberapa istilah matematika atau pengetahuan prasyarat yang sebenarnya didapatkan pada pelajaran sebelumnya, pembelajaran matematika di kelas masih berjalan monoton, belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat, belum ada kolaborasi antara guru dan siswa, metode yang digunakan bersifat konvensional. Selain itu juga buku paket yang disediakan sekolah yang diijinkan untuk dipakai dan dibawa pulang tidak dimanfaatkan siswa untuk mempelajari materi baru. Selain kondisi di kelas pengelolaan guru dalam proses pembelajaran diantaranya masih kuatnya dominasi guru dalam proses pembelajaran, guru secara aktif menjelaskan materi, memberikan contoh dan latihan, sementara siswa bekerja secara prosedural dan memahami matematika tanpa penalaran, disamping itu guru dalam pembelajarannya masih indoktrinasi yaitu mendudukkan dirinya sebagai maha tahu, maha benar, dan dalam proses pembelajarannya guru belum mengembangkan kemampuan belajar siswa dalam berfikir kritis, logis dan kreatif. Menurut Abdurrahman Asyari (2000), belajar hendaknya mampu memberikan bekal life skills yang memungkinkan siswa survive dalam kondisi yang bagaimanapun. Belajar jangan hanya dimaksudkan untuk mengasah otak, tetapi juga untuk mengasah qolbu suapaya tercipta rasa positif seperti lebih percaya diri, tabah, tenang, tidak mudah gelisah, mau menghargai orang

lain, tidak mematikan semangat orang lain dan pantang menyerah. 7 Guru adalah pengajar dan pendidik. Ia berfungsi sebagai pemicu keberhasilan siswa. Sedangkan siswa merupakan sasaran pendidikan yang sekaligus sebagai salah satu alat ukur dalam penentuan tingkat keberhasilan pada proses pembelajaran. Guru mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi. Guru harus mampu membuat pembelajaran menjadi menyenangkan, apalagi pembelajaran yang terkesan kaku seperti matematika. Hal ini diperlukan untuk membangkitkan kemauan siswa untuk mempelajari materi tertentu. Soekisno mengemukakan Untuk menumbuhkan motivasi, kreativitas dan kemampuan menganalisis, maka harus dikembangkan pembelajaran yang tidak hanya mentransfer pengetahuan kepada siswa tetapi juga membantu siswa untuk mencerna dan membentuk pengetahuan mereka agar mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan seharihari.8 Guru harus menguasai dan menyajikan materi dengan baik khususnya materi matematika, sehingga memudahkan siswa dalam menerima materi secara tepat dan benar. Untuk itu, dalam proses pembelajarn matematika diperlukan kemampuan seorang guru yang professional dalam menggunakan alat peraga dan memilih model pembelajaran yang sesuai. Alat peraga berperan sangat penting dalam proses pembelajaran yaitu untuk menumbuhkan motivasi siswa dan memudahkan siswa dalam memahami materi

Meningkatkan kemeampuan siswa .. di akses tanggal 29 April 2013 dari http://mgmprdk.blogspot.com/ 8 Soekisno dalam Rijalul Fadhli, Efektifitas Pendekatan Quantum Teaching pada materi Pokok Himpunan di Kelas VII MTsN Negeri Rukoh Banda Aceh , (Banda Aceh: PMA IAIN Ar Raniry, 2010) hal. 4.

yang dimaksud. Alat peraga adalah alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya yang diajarkan mudah dimengerti anak didik.9 Alat peraga merupakan seperangkat benda kongkret yang dirancang, dibuat atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsepkonsep atau prinsip-prinsip dalam matematika, terutama pada materi bilangan operasi hitung bentuk aljabar. Dengan pemanfaatan alat peraga, konsep/prinsip matematika pada materi tersebut akan lebih mudah dipahami karena siswa dapat mengamati langsung melalui benda-benda konkret (nyata). Pada pembelajaran matematika tentu setiap konsepnya selalu abstrak dan sulit dipahami siswa. Karena itu harus segera diberi penguatan, agar mengendap dan tahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Alat peraga yang dapat memudahkan mempelajari matematika, khususnya pada operasi hitung bentuk aljabar salah satunya adalah fruit blok aljabar. Fruit blok aljabar digunakan untuk memberikan pemahaman tentang pengerjaan

operasi hitung aljabar. Fruit blok aljabar ini benda seperti buah-buahan dengan berbagai ragam bentuk dan warna sehingga diharapkan aktivitas belajar menjadi tidak kaku dan menakutkan dengan simbol-simbol. Di samping pemanfaatan alat peraga, proses pembelajaran materi matematika perlu disampaikan melalui penggunaan model pembelajaran yang tepat juga dapat menumbuhkan aktivitas siswa. Pembelajaran matematika hendaknya tidak boleh melepaskan diri dari proses kerjasama (belajar kooperatif). Dengan bekerja sama(belajar kooperatif), seorang anak yang lebih dewasa
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Tiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 849.
9

dalam suatu konsep bisa memberi bantuan kepada temannya untuk mencapai kemampuan idealnya. Dengan bekerja sama, peluang terbentuknya insan yang islami serta memiliki ketrampilan sosial, dan kematangan emosional juga lebih besar, dan diharapkan dapat pula meningkatkan ketahanan pribadi siswa dalam belajar matematatika. Dengan pembelajaran kooperatif pula siswa di ajarkan bersilahturahmi dan bersedekah dengan iklas tanpa mengharap balasan dan imbalan. Oleh karena itu, menggunakan model pembelajaran yang meningkatkan penguasaan akademik siswa sangat di harapkan, salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan penguasan akademik siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipa numerik head together (NHT). Untuk menciptakan pembelajaran matematika yang lebih variatif dan menyenangkan serta meningkatkan keaktifan siswa MTs Muhammadiyah Banda Aceh dalam pengajaran matematika pada materi operasi hitung, maka dari itu akan diterapkan pembelajaran model Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Siswa-siswa yang mempunyai beragam kemampuan akademik dan aktif dalam pembelajaran tentu akan mendukung penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Menurut Arends Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberikan siswa lebih banyak berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.10. Dalam model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dikembangkan kegiatan membaca, menulis, dan berbicara. Selain itu siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri dan
Maria Ulfah, Penerapan Model Pembelajaran Diskusi tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Konsep Usaha dan Daya di SMP Negeri 2 Banda Aceh Tahun Ajaran 2007/2008, (Banda Aceh: IAIN Ar-Raniry, 2008). Hal. 16.
10

10

orang lain serta kerjasama terhadap anggota kelompok. Diharapkan setelah dilaksanakan pembelajaran model Numbered Heads Together (NHT), hasil belajar matematika siswa melebihi angka KKM yang telah ditentukan MTs

Muhammadiyah Banda Aceh, yaitu 60, sehingga dapat dikatakan siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT mengarahkan siswa belajar dengan cara mengkonstruksi pengetahuan yang diperoleh dari belajar sendiri dan sharing dengan teman kelompoknya. Siswa akan memperoleh pengetahuan dari bertanya, pemodelan dan dari berbagai sumber informasi yang lain.

Model pembelajaran NHT ini akan diterapkan dengan menggunakan media pembelajaran berupa alat peraga. Alat peraga diperlukan untuk membantu siswa dalam memahami konsep yang diajarkan. Konsep matematika seperti operasi bentuk aljabar bersifat abstrak sehingga siswa MTs Muhammadiyah Banda Aceh akan merasa kesulitan memahami konsep tersebut. Dengan menggunakan alat peraga matematika, konsep abstrak tersebut dapat dihadirkan dalam bentuk konkret sehingga siswa akan lebih mudah memahami konsep tersebut. Selain itu, LKS juga dimanfaatkan dalam pembelajaran untuk membantu membangun konsep siswa. Berdasarkan permasalahan di atas penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht Dan Media Peraga Fruit Blok Pada Materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar Siswa Kelas Vii Mts Muhammadiyah Banda Aceh

11

B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimakah hasil belajar siswa setelah diajarkan dengan menggunakan alat peraga fruit blok pada materi operasi hitung bentuk aljabar siswa kelas VII MTs Muhammadiyah Banda Aceh? Untuk menjawab masalah tersebut maka timbul pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa menggunakan alat peraga fruit blok dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi operasi hitung bentuk aljabar? 2. Bagaimana aktivitas siswa melalui pembelajaran menggunakan alat peraga fruit blok dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi operasi hitung bentuk aljabar? 3. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan alat peraga fruit blok dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi operasi hitung bentuk aljabar? 4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan alat peraga fruit blok dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi operasi hitung bentuk aljabar?

C. TUJUAN PENELITIAN Sebuah penelitian memerlukan suatu penegasan arah serta tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
12

1. Ketuntasan hasil belajar siswa menggunakan alat peraga fruit blok dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi operasi hitung bentuk aljabar. 2. Aktivitas siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan alat peraga fruit blok dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi operasi hitung bentuk aljabar. 3. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan alat peraga fruit blok dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi operasi bentuk aljabar. 4. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan alat peraga fruit blok dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi operasi hitung bentuk aljabar.

D. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi peneliti a. Mendapatkan pengalaman langsung menerapkan alat peraga pada penyelesaian operasi hitung bentuk aljabar. b. Mendapat bekal tambahan sebagai mahasiswa dan calon guru matematika sehingga siap melaksanakan tugas di lapangan.

13

2. Bagi siswa Siswa lebih termotivasi dalam belajar karena dikenalkan dengan hal baru fruit blok . Siswa terlibat langsung yang pada akhirnya siswa tidak mudah lupa, paham dan mengerti sehingga hasil belajarnya meningkat. 3. Bagi guru Mendorong guru untuk kreatif dalam proses belajar mengajar, dapat merencanakan, merancang dan membuat alat peraga matematika dengan baik. Dapat menjadi masukan bagi guru matematika khususnya dalam mengambil langkah-langkah perbaikan dalam proses mengajar belajar di sekolah 4. Bagi sekolah Informasi yang didapat dari penelitian ini dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang. Salah satunya dengan memberikan fasilitas dan sarana bagi pengadaan alat peraga pengajaran matematika. E. DEFINISI OPERASIONAL Sebelum membahas lebih lanjut terlebih dahulu penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam memahaminya. Adapun istilah-istilah yang akan penulis jelaskan adalah: 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

14

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Nurulhayati mengemukakan bahwa: pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.11 Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggungjawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning. Menurut Sanjaya, pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu: 1. Perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok..
Rusman, Model-Model Pembelajaran, cetakan ke 2 (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 203.
11

15

2. Perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mareka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. 3. Perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi.12

Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaraan kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Pembelajaran Secara Tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif Manajemen seperti yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya mempunyai tiga fungsi, yaitu: (a) Fungsi manajemen sebagai perencana pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebaginya. (b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif

12

Ibid., hal. 106.

16

memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (c). Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes. 3) Kemauan untuk Bekerja Sama Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal. 4) Keterampilan Bekerja Sama Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif Menurut Roger dan david Johnson ada lima unsur darar dalam pembelajaran kooperatif (Cooperatif learning), yaitu sebagai berikut: 1. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas

tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

17

2. Tanggung

jawab

perorangan

(individual

accountability),

yaitu

keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut. 3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memeberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. 4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. 5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.13

d. Prosedur Pembelajaran Kooperatif Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut. 1) Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokokpokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

13

Ibid., hal. 212.

18

2) Belajar Kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. 3) Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan mamberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya, seperti dijelaskan sanjaya: hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya.14 4) Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik. 2. Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil; berhasil guna (usaha tindakan).15 Dalam konteks penelitian ini, efektifitas dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

14

Ibid., hal. 213. Kamus Besar Indonesia, (Pustaka Phoenix, 2007), hal. 206.

15

19

Efektifitas menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya.16 Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa.17 Efektifitas pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai. Pembelajaran matematika dikatakan efektif berdasarkan pada: ketuntasan belajar, kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran, aktivitas siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran. Jika paling sedik 3 aspek dari 4 aspek tersebut terpenuhi, dengan syarat aspek ketuntasan belajar terpenuhi maka pembelajaran tersebut dapat dikatakan efektif. Kooperatif merupakan pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil, yaitu 4-6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).18 Spencer Kagan Menyatakan NHT (Numbered Heads Together) adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif atau sering disebut disebut Kepala Bernomor.19

Starawaji, Efektifitas Pembelajaran, (Online), diakses melalui situs http://starawaji.wordpress.com/efektifitas pembelajaran. 10 Januari 2013 Suyitno, Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika, (Online), diakses melalui situs http://repository.upi.edu. 10 Januari 2013 Wina senjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, cetakan ke 5 (Jakarta: Kencana. 2008), hal. 242.
19 18 17

16

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media, 2010), hal.

273.

20

Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) adalah sebagai berikut: 1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. 2) Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. 3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya. 4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. 5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjukan nomor yang lain. 6) Kesimpulan.20

Dalam implementasinya, tipe NHT (Numbered Heads Together) guru memberi tugas, kemudian hanya siswa bernomor, yang berhak menjawab (mencegah dominasi siswa tertentu).

5. Media Peraga AECT (Association of Education and Communication Technology) menyatakan bahwa media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.21 Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator. Sedangkan menurut
20 21

Ibid., Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2006), hal. 3.

21

Fleming adalah penyebab atau alat yang turut campu tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli. Menurut Kemp dan Dayton meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran, penerimaannya serta

pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat lambat. Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dalam dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai interpembelajaran langsung sebagai berikut: 1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku 2. Pembelajaran bisa lebih menarik 3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan 4. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan pada dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa 5. Kualiitas hasil belajar dapat ditingkatkan 6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu

22

7. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan 8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif Azhar Arsyad menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu mengefektifkan proses pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu mengefektifkan proses pembelajaran dan materi pembelajaran pada saat itu.22 Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audiovisual. Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan instruksional, dan tentu saja dengan kompetensi guru sendiri.23 6. Fruit Blok Istilah Fruit blok menunjukkan pada benda yang di bentuk sedemikian rupa sehingga bisa mengsimulasikan operasi penjumlahan dan pengurangan pada bentuk aljabar yang bentuk dasarnya adalah buah-buahan yang kemudian di bentuk sehingga bisa dimainkan oleh siswa yang nanti dapat membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Fruit blok terbuat dari gabus yang di bentuk seperti buah-buahan.

22

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Cet. VI, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005),

hal. 15. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cet. III, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 123.
23

23

7. Materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar 1. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar Pada bentuk aljabar, operasi penjumlahan dan pengurangan hanya dapat dilakukan pada suku-suku yang sejenis. Jumlahkan atau kurangkan koefisien pada suku-suku yang sejenis. Penjumlahan 2x+4y dengan 3x +2y adalah dengan mengelompokkan suku sejenis terlebih dahulu (2x+3x)+(4y+2y).

2. Perkalian Perlu kalian ingat kembali bahwa pada perkalian bilangan bulat berlaku sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan, yaitu a x (b + c) = (a x b) + (a x c) dan sifat distributif perkalian terhadap pengurangan, yaitu a x (b c) = (a x b) (a x c), untuk setiap bilangan bulat a, b, dan c. Sifat ini juga berlaku pada perkalian bentuk aljabar. a. Perkalian antara konstanta dengan bentuk aljabar

Perkalian suatu bilangan konstanta k dengan bentuk aljabar suku satu dan suku dua dinyatakan sebagai berikut. k(ax) = kax k(ax + b) = kax + kb b. Perkalian antara dua bentuk aljabar

Sebagaimana perkalian suatu konstanta dengan bentuk aljabar, untuk menentukan hasil kali antara dua bentuk aljabar kita dapat memanfaatkan sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan dan sifat distributif perkalian terhadap pengurangan.
24

Selain dengan cara tersebut, untuk menentukan hasil kali antara dua bentuk aljabar, dapat menggunakan cara sebagai berikut. Perhatikan perkalian antara bentuk aljabar suku dua dengan suku dua berikut.

(ax + b) (cx + d)

= ax x cx + ax x d + b x cx + b x d

= acx2 + (ad + bc)x + bd

F. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih memerlukan

pembuktian kebenarannya melalui suatu penelitian. Menurut Arikunto hipotesis adalah jawaban yang sementara terhadap permasalahan peneliti, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.24 Berdasarkan uraian yang telah diuraikan diatas, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut penggunaan alat peraga matematika pada pembelajaran pokok bahasan operasi hitung bentuk aljabar dengan alat peraga fruit blok di MTs Muhammadiyah Banda Aceh dapat

meningkat pemahaman konsep belajar siswa.

G. Landasan Teoritis 1. Tujuan Pembelajaran Matematika MTs Matematika adalah pelajaran yang ada disetiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah, sampai tingkat perguruan tinggi.
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 71.
24

25

Matematika sebagai salah satu ilmu yang harus dipelajari di setiap jenjang pendidikan tersebut mempunyai objek yang bersifat abstrak, sifat objek matematika yang abstrak pada umumnya dapat membuat materi matematika sulit ditangkap dan dipahami, akan tetapi hal tersebut seharusnya bukan menjadi alasan bagi siswa untuk takut terhadap pelajaran matematika, tetapi justru menjadikan siswa tertantang untuk selalu mempelajarinya. Pembelajaran matematika yang ada di sekolah diharapkan menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan bagi siswa dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan selalu termotivasi dan tidak merasa bosan dengan pembelajaran matematika. Tujuan pembelajaran matematika menurut Depdiknas, yaitu agar siswa memiliki kemampuan: a. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; b. mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas masalah; c. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; d. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; dan e. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.25 Sedangkan tujuan pembelajaran matematika menurut GBPP Matematika di SLTP/MTs adalah :
25

Asiatul Rofiah, tujuan pembelajaran matematika menurut Depdiknas, diakses tanggal 11 maret 2013 dari http://eprints.uny.ac.id/1426/1/Skripsi___Asiatul_Rofiah_(06301244083).pdf hal.2.

26

a. b. c.

d.

siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika; siswa memiliki keterampilan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah; siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika.26 Setiap tujuan yang ingin dicapai dari proses belajar matematika pada

dasarnya sasaran yang ingin dicapai sebagai hasil proses pembelajaran matematika tersebut. Karenanya sasaran tujuan pembelajaran matematika tersebut dianggap tercapai bila siswa telah memiliki sejumlah pengetahuan dan kemampuan di bidang matematika yang dipelajarinya.

2.

Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Banyak orang yang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar

adalah mencapai ilmu pengetahuan. Ada yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar itu adalah menyerap pengetahuan, padahal belajar merupakan perubahan dalam tingkah laku manusia. Menurut Slameto: belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruh sebagai hasil pengalaman sendiri dan sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.27 Proses belajar mengajar Menurut Gagne dalam Purwanto (1997), belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi

Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA UPI: 2001), hal.57. 27 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Bina Aksara, 1995), hal. 2.

26

27

siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum mengalami situasi itu ke waktu sesudah mengalami situasi tersebut. Pada dasarnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman (Sudjana, 1989).28 Berdasarkan pendapat di atas, belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu dalam interaksi dengan lingkungannya, ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang relatife tetap. Seorang siswa juga dapat dikatakan belajar setelah melihat prestasi belajarnya. Dalam hubungannya dengan belajar, maka prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi Belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara menyeluruh sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya.29 Prestasi belajar merupakan suatu kecakapan atau kompetensi yang telah dimiliki karena usaha belajar yang dilakukan secara kontinu dan tercapai tidaknya suatu kompetensi tersebut dapat diketahui melalui evaluasi. Jadi, prestasi belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai pelajaran di sekolah sesuai dengan

28

..pengertian belajardi akses tanggal 07 April 2013 dari

http://www.m-edukasi.web.id/2012/11/pengertian-belajar. html.
29

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta:

1995), Hal. 2.

28

tujuan yang ingin dicapai dan dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu yang telah diajarkan.

3. Pembelajaran Model Kooperatif Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa para ahli mengenai cooperative learning, diantaranya: a. Menurut Nurul Hayati, Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam system belajar kooperatif siswa belajar bekerja bersama anggota lainnya.30 b. Menurut Sanjaya, cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok.31 c. Johnson dan Hasan mengemukakan, cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang.32 Jadi, dari beberapa definisi di atas, model kooperatif atau cooperative learning merupakan suatu pembelajaran dimana dalam prosesnya siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah tertentu. Suatu kelompok dalam pembelajaran cooperative learning ini terdiri dari 4-6 orang. Menurut Lie, ada empat dasar dalam cooperative learning, yaitu sebagai berikut:33

30 31

Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali, 2008), hal 197. Ibid., 32 Ibid., hal. 198. 33 Ibid., hal. 201-202.

29

a. Prinsip ketergantungan positif (positive interpendence), yaitu dalam cooperative learning, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kenierja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan. b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu

keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut. c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang lebih luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling member dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. d. Partisipasi dan komunikasi (participation and communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Slavin mengidentifikasi tiga kendala utama terkait dengan cooperative learning sebagai berikut:34

Miftahul Huda, Cooperative learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), hal 68-69

34

30

a. Free Rider, yaitu beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya, mereka hanya mengekor saja apa yang dilakukan oleh teman-teman satu kelompok yang lain. b. Diffusion of esponsbility adalah suatu kondisi dimana beberapa anggota yang dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-anggota lain yang lebih mampu. c. Learning a part of task specialization adlah suatu kondisi dimana siswa hanya focus pada bagian materi yang menjadi tanggung jawabnya, sementara bagian materi yang lain yang dikerjakan oleh kelompok lain hamper tidak digubris sama sekali, padahal semua materi tersebut saling berkaitan satu sama lain. Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan, yaitu:35 a. Pembelajaran yang efektif bagi semua siswa. b. Pembelajaran yang menjadi bagian integrative bagi perubahan paradigma sekolah saat ini. c. Pembelajaran yang mampu mendorong terwujudnya interaksi dan kerja sama yang sehat diantara guru-guru yang terbiasa bekerja secara terpisah dari orang lain.

4.

Alat Peraga Matematika Alat peraga adalah seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat atau

disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau

35

Ibid., hal. 59.

31

mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika. Dalam mengajar, alat peraga memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Tujuan dari penggunaan alat peraga yaitu untuk merangsang imajinasi anak dan memberikan kesan yang mendalam dalam mengajar, panca indra dan seluruh kesanggupan seorang anak perlu dirangsang, digunakan dan libatkan, sehingga tak hanya mengetahui, melainkan dapat memakai dan melakukan apa yang dipelajari.36 Penggunaan alat peraga sangat banyak manfaatnya. Manfaat menggunakan alat peraga adalah : a. Proses belajar mengajar termotivasi. Baik murid maupun guru, terutama murid, minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang, tertarik karena itu akan bersikap positif terhadap pengajaran matematika; b. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk kongkrit dank arena itu lebih tepat dipahami dan dimengerti. Dan dapat ditanamkan pada tingkattingkat yang lebih rendah; c. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dipahami; dan d. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk kongkrityaitu dalam bentuk model matematika yang dapat dipakai sebagai obyek penelitian

36

http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-alat-peraga.html.

32

maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak.37 Kelebihan penggunaan alat peraga yaitu: a. Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik; b. Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya; c. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan; d. Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti : mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya.38 Disamping memiliki kelebihan, alat peraga juga memiliki kekurangan, yaitu: a. Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntun guru; b. Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan; c. Perlu kesediaan berkorban secara material.39

Alat peraga volumetrik solid merupakan alat peraga yang dapat dibuat dengan menggunakan bahan-bahan sederhana yang ada di sekitar kita seperti karton atau kardus maupun bola plastik. Bahan-bahan yang sederhana dapat kita jadikan alat peraga volumetrik solid yang berguna dalam proses pembelajaran. Kegunaan alat peraga volumetrik solid yaitu untuk membantu siswa agar termotivasi dalam proses pembelajaran. Dengan adanya alat peraga volumetrik solid guru dapat mengkontruksi siswa, sehingga siswa dapat menemukan rumus volume bola. Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga akan lebih berkesan bagi siswa.
Tim MKPBM: Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA UPI: 2001), hal.203-204. 38 http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-alat-peraga.htm 39 http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-alat-peraga.htm
37

33

Cara menggunakan alat peraga volumetrik solid yaitu menyiapkan bangun ruang bola dan kerucut. Masing-masing mempunyai alas yang sama serta panjang jari-jari bola sama dengan tinggi kerucut. Kerucut di isi pasir sampai penuh, kemudian dituangkan kedalam setengah bola sampai setengah bola tersebut penuh. Maka akan diperoleh volume bola empat kali volume kerucut. Dengan adanya bantuan alat peraga dalam pembelajaran diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep dan prinsip matematika yang abstrak akan lebih mudah dimengerti jika disajikan dalam bentuk atau situasi yang konkret . Dengan demikian, melalui mendengar dan melihat akan diperoleh kesan yang jauh lebih mendalam.

34

You might also like