You are on page 1of 6

Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia

Munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia merupakan salah satu bentuk dari pengaruh Hindu-Buddha. Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha yang berkembang di Indonesia, antara lain:

1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan bercorak Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-5 M di Lembah Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Nama Kutai diambil dari nama daerah tempat ditemukannya prasasti Kutai yang berupa 7 buah yupa. a. Aspek Politik Dari salah satu yupa yang ditemukan, dapat diketahui tentang silsilah raja Kutai. Yupa tersebut menyebutkan bahwa yang memerintah saat itu adalah Mulawarman, anak Aswawarman, cucu Kudungga. Menurut Purbacaraka, Kudungga adalah nama asli Indonesia. Pada masa kekuasaan Kudungga, diduga pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha belum ada. Kemudian, pada saat Aswawarman berkuasa, pengaruh Hindu-Buddha mulai tersebar. Hal tersebut dibuktikan dari prasasti yang menyebutkan bahwa Aswawarman disebut sebagai Wangsakerta (pendiri keluarga raja) yang menunjukkan pemakaian bahasa Sansekerta. b. Aspek Ekonomi Dari banyaknya persembahan yang diberikan raja dapat disimpulkan bahwa ekonomi Negara Kutai cukup baik. Hal ini ditunjang letaknya di tepi sungai dan kemampuan dagang serta pelayaran. c. Aspek Sosial dan Budaya Kondisi sosial masyarakat Kutai pada abad ke-5 sudah teratur dan telah berbentuk sebuah kerajaan besar. Ini mengubah kebiasaan berorganisasi masyarakat pada saat itu yang semula bersifat kesukuan menjadi kerajaan. Artinya, kehidupan sosial masyarakat Kutai sudah berkembang dan dinamis. Dalam pelapisan masyarakat terdapat golongan Brahmana, Ksatria, dan masyarakat umum. Di bidang kebudayaan dapat dikatakan Kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan atau Vratyastoma. Upacara ini mulai dilaksanakan sejak zaman Aswawarman. Pemimpin upacara tersebut adalah para Brahmana dari India. Namun, sejak zaman Mulawarman, upacara tersebut dipimpin oleh Brahmana dari orang Indonesia asli. Ini membuktikan bahwa orang Indonesia asli memiliki kercerdasan yang tinggi. Misalnya, dalam hal penguasaan bahasa Sansekerta sebagai bahasa resmi kaum Brahmana.

2. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan bercorak Hindu tertua di Jawa. Kerajaan Tarumanegara diperkirakan muncul pada abad ke-5. Prasasti-prasasti yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan Tarumanegara ditemukan di Bogor, Jakarta, dan daerah Banten Selatan. Prasasti-prasasti tersebut antara lain prasasti Ciaruten yang ditemukan di tepi Sungai Citarum Bogor, prasasti Kebon Kopi yang ditemukan di Kampung Muara Hilir, dan prasasti Tugu yang ditemukan di Cilincing, Jakarta.

a. Aspek Politik Raja yang berkuasa adalah Purnawarman dengan pusat kekuasaannya di daerah Bogor. Raja Purnawarman merupakan raja yang cakap dan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. b. Aspek Ekonomi Masyarakat Tarumanegara hidup dari pertanian, pelayaran, perdagangan, dan peternakan. Hal ini dapat dibuktikan melalui berita-berita tentang barang-barang perdagangan dari Kerajaan Tarumanegara seperti cula badak, gading gajah, dan kulit penyu. Untuk meningkatkan pertanian, Raja Purnawarman memerintahkan penggalian saluran air sepanjang 11 km seperti yang tertulis dalam prasasti Tugu. Masyarakat Tarumanegara bergotong royong membangun saluran air tersebut yang kemudian dikenal sebagai Sungai Gomati. c. Aspek Sosial dan Budaya Dengan adanya kehidupan ekonomi yang kompleks menandakan jika kehidupan sosial masyarakat Tarumanegara cukup baik, sehingga masing-masing golongan masyarakat yang ada pada masa itu dapat saling bekerja sama dan tercipta jalinan kehidupan yang baik. Dalam bidang kebudayaan, telah dikenal huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang terlihat dari tulisan-tulisan dalam prasasti.

3. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan puncak perkembangan kerajaan bercorak Buddha di Indonesia, karena wilayah kekuasaannya yang sangat luas, sehingga dijuluki Negara Nasional Pertama di Indonesia. Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 Masehi di Sumatera. Sumber sejarah yang menerangkan tentang Kerajaan Sriwijaya diperoleh dari 5 buah prasasti yang bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno, yaitu Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, dan Prasasti Telaga Batu ditemukan di Palembang, Prasasti Kota Kapur ditemukan di Bangka, dan prasasti Karang Berahi di Jambi. Sumber berita Cina berasal dari Dinasti Tang yang menyebutkan bahwa di pantai timur Sumatera Selatan telah berdiri sebuah kerajaan yang disebut shelifose atau Sriwijaya. Pendeta Buddha dari Cina bernama I Tsing yang pernah singgah di Sriwijaya pada tahun 671 meyebutkan bahwa di Sriwijaya terdapat 1.000 orang pendeta yang menguasai agama seperti di India. a. Aspek Politik Kerajaan mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa. Berdasarkan prasasti Nalanda, Balaputradewa merupakan cucu dari seorang raja dari jawa yang berasal dari keluarga Syailendra. Pada puncak kejayaannya, kekuasaan Sriwijaya mencapai wilayah yang sangat luas, antara lain menaklukkan Melayu, Palembang, Jambi, Pulau Bangka, dan Lampung. Kekuasaan Sriwijaya bertahan sampai abad ke-12 dan sesudahnya Sriwijaya mengalami kemunduran. b. Aspek Ekonomi Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim, Bandar pelabuhannya banyak dikunjungi para pedagang asing, bahkan menguasai jalur pelayaran antara Selat Sunda dan Sumatera Timur. Sriwijaya mengembangkan kegiatan perdagangan. Barang-barang dagangan yang diperjualbelikan di Pelabuhan Sriwijaya beraneka ragam seperti lada, cengkeh, pala, hasil hutan dan emas. Untuk menjaga keamanan wilayah lautnya yang luas, Sriwijaya membangun armada laut yang kuat.

c. Aspek Sosial dan Budaya Kerajaan Sriwijaya terletak pada lalu lintas internasional sehingga masyarakatnya lebih terbuka dalam menerima berbagai pengaruh asing. Para pemuda Sriwijaya juga belajar agama Buddha dan ilmu lainnya di India seperti yang tertulis di prasasti Nalanda. Kemajuan di bidang pendidikan yang berhasil dikembangkan oleh Sriwijaya tidak terjadi dalam waktu singkat. Akan tetapi sejak awal pendirian kerajaan, raja Sriwijaya merupakan sosok yang taat beragama dan selalu tampil sebagai pelindung agama.

4. Kerajaan Mataram Kuno


Pada abad ke-8 Masehi di Jawa berdiri Kerajaan Mataram Kuno yang diperintah oleh raja bernama Sanjaya.Keterangan mengenai kerajaan ini diperoleh dari beberapa prasasti peninggalannya, antara lain prasasti Canggal, prasasti Mantyasih/Kedu, dan prasasti Kalasan. Prasasti Canggal yang berangka tahun 732 Masehi , ditulis dalam huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta.Dalam prasasti ini dijelaskan bahwa pada mulanya Pulau Jawa (Jawadwipa) diperintah seorang raja bernama Raja Sana yang memerintah secara adil dan bijaksana. a. Aspek Politik Kekuasaan Dinasti Sanjaya berada di Jawa Tengah bagian utara dan kekuasaan Dinasti Syailendra bberda di Jawa Tengah bagian selatan. Untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, Kerajaan Mataram Kuno menjalin hubungan dengan Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Siam, dan Kerajaan India. Selain itu, Mataram juga mengadakan perkawinan politik untuk menyatukan Dinasti Syailendra dengan Sanjaya. b. Aspek Sosial dan Ekonomi Mata pencaharian utama masyarakat Mataram Kuno adalah di bidang pertanian, perdagangan, dan kerajinan. Pada masa Dinasti Syailendra, masyarakat Mataram Kuno telah mengenal sistem pajak. Prasasti Karang Tengah menyebut Rakryan Patapan Pu Palar mendirikan bangunan suci dan memberikan tanah perdikan sebagai simbol masyarakat yang patuh membayar pajak. Dalam sektor pertanian, usaha meningkatkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Kayuwangi. c. Aspek Budaya Kerajaan Mataram banyak meninggalkan bangunan-bangunan sejarah berupa bangunanbangunan candi baik yang bercorak Hindu maupun Buddha. Namun peninggalan yang berupa karya sastra tidak pernah sampai kepada kita, hanya saja bukti-buktinya masih tampak terlihat jelas pada relief-relief pada candi yang yang berisi cerita Lalitawistara, Jataka, Kunjarakunja, dan lain-lain.

5. Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur


Kerajaan baru yang dipindahkan Mpu Sindok dari Jawa Tengah ke Jawa Timur bernama Medang Kamulan. Kata Medang merupakan nama lain dari Mataram, sedangkan Kamulan berasal dari kata mula yang berarti pada awalnya. a. Aspek Politik Pada tahun 990, Mpu Sindok digantikan oleh keturunannya yaitu Raja Dharmawangsa. Raja ini berambisi menaklukkan Sriwijaya, karena berniat memindahkan pusat perdagangan ke wilayahnya.

Namun yang terjadi, kekuasaan Dharmawangsa justru runtuh oleh serangan kerajaan Wora-Wari yang menjadi sekutu Sriwijaya. Serangan Wora-Wari tepat pada saat Dharmawangsa sedang menikahkan putrinya dengan Airlangga. Airlangga adalah putra Raja Udayana dengan Mahendradatta dari Kerajaan Bali. Bersama dengan pengikutnya bernama Narotama, Airlangga berhasil meloloskan diri dan menyamar sebagai pertapa. b. Aspek Sosial dan Ekonomi Kehidupan ekonomi masyarakat Kediri bertumpu pada sector perdagangan dan pelayaran. Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, Airlangga membangun sistem irigasi dengan bendungan Waringin Sapta. Selain itu, Airlangga juga memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh untuk mengembangkan perdagangan. c. Aspek Budaya Kehidupan keagamaan pada masa pemerintahan Airlangga maju dengan pendirian tempat pemujaan dan pertapaan. Kitab sastra yang dihasilkan antara lain Arjuna Wiwaha yang ditulis oleh Mpu Kanwa. Agama yang berkembang saat itu adalah Hindu aliran Wisnu.

6. Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Medang Kamulan. Karena memiliki dua putra, Airlangga bersikap adil dengan membagi kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi perebutan kekuasaan. Kedua kerajaan tersebut adalah Jenggala dan Kediri. a. Aspek Politik Raja-raja yang memerintah pada masa kerajaan ini, yaitu Raja Jayawarsa, Bameswara, Jayabaya, Sarweswara, Aryeswara, Gandra, Kameswara, dan Kertajaya. Puncak kejayaan kerajaan ini terjadi pada masa pemerintahan Raja Jayabaya (1130-1157). b. Aspek Ekonomi Kediri adalah kerajaan bercorak agraris dan maritim. Masyarakat yang hidup di daerah pedalaman bermata pencaharian sebagai petani. Hasil pertaniannya melimpah karena didukung oleh tanah yang subur. c. Aspek Sosial dan Budaya Dalam kitab Lubdaka dijelaskan tentang kehidupan sosial masyarakat pada saat itu. Dalam masyarakat Kerajaan Kediri, tinggi rendahnya martabat seseorang tidak ditentukan oleh harta dan pangkatnya melainkan oleh perilakunya. Di bidang kebudayaan terjadi perkembangan yang sangat pesat dalam bidang sastra. Pada masa pemerintahan Jayabaya, raja pernah memerintah Mpu Sedah untuk mengubah kitab Bharatayuda ke dalam bahasa Jawa Kuno

7. Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok. Sumber sejarah tentang Kerajaan Singasari berasal dari kitab-kitab kuno seperti Pararaton dan Negarakertagama.

a. Aspek Politik Ketika Ken Arok berkuasa di Tumapel, di Kerajaan Kediri terjadi perselisihan antara Raja Kertajaya dengan para Brahmana. Para Brahmana melarikan diri ke Tumapel dan meminta perlindungan kepada Ken Arok. Raja Kertajaya yang mengetahui hal itu memutuskan untuk menyerang Tumapel. Namun, dalam pertempuran di ganter, ia kalah dan meninggal. Kemudian Ken Arok menyatukan Kerajaan Kediri dan Tumapel, serta mendirikan Kerajaan Singasari. Pada masa pemerintahan Kertanegara, kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan. Kertanegara berhasil mengembangkan pengaruhnya sampai ke Pahang, Sunda, Bali, Bakulapura (Kalimantan Barat Daya), dan Gurun (Malaka). b. Aspek Ekonomi Tidak banyak sumber sejarah yang dapat memberi gambaran tentang kehidupan perekonomian rakyat Singasari. Namun, diduga pusat Kerajaan Singasari di sekitar Lembah Sungai Brantas sehingga rakyat Singasari banyak menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sungai Brantas juga digunakan sebagai saran lalu lintas perdagangan. c. Aspek Sosial dan Budaya Pada masa pemerintahan Ken Arok, kehidupan sosial masyarakat Singasari, seperti kemakmuran dan keteraturan sangat terjamin. Pada masa pemerintahan Kertanegara, kerajaan dibangun dengan baik sehingga rakyat hidup aman dan sejahtera. Dalam aspek kebudayaan, terdapat banyak peninggalan kebudayaan dari Kerajaan Singasari seperti Candi Jago, Candi Kidal, dan Candi Singasari.

8. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit terletak di Jawa Timur dan berdiri sekitar abad ke-13. Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan bercorak Hindu terbesar di Indonesia, wilayah kekuasaannya sangat luas. Kerajaan Majapahit dijuluki Negara Kesatuan Kedua. a. Aspek Politik Raden Wijaya mendirikan kerajaan ini setelah Singasari diruntuhkan oleh Jayakatwang. Berawal dari membuka Hutan Tarik, kekuasaan Majapahit semakin tegak berdiri. Pada tahun 1309, Raden Wijaya wafat dan pemegang kekuasaan digantikan oleh putranya yang bernama Kala Gemet. Kala Gemet adalah seorang raja yang lemah dan kurang cakap sehingga beberapa pemerintahannya digoncang pemberontakan. Pemberontakan yang paling berbahaya dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Atas jasanya tersebut, Gajah Mada kemudian diangkat sebagai Patih Kahuripan. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, Maja Pahit mencapai keemasannya karena tumbuh menjadi kerajaan besar yang kekuasaannya sangat luas. Sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Majapahit mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh. b. Aspek Ekonomi Mata pencaharian pokok masyarakat Majapahit dari bidang pertanian dan perdagangan. Hasil pertaniannya adalah padi, lada, dan bahan makanan lainnya. Kemajuan perdagangan di Majapahit ditunjang oleh adanya pelabuhan Hujung Galuh dan Tuban yang ramai disinggahi kapal-kapal dari berbagai negara.

c. Aspek Sosial dan Budaya Rakyat Majapahit menganut agama Hindu dan Buddha, tetapi mereka hidup dengan rukun. Kerajaan mengatur kedua agama tersebut melalui dua badan, yaitu Darmadyaksa ring Kasogatan (mengatur urusan agama Buddha) dan Darmadyaksa ring Kasaiwan (mengatur urusan agama Hindu). Dalam bidang kebudayaan, banyak karya sastra yang ditulis pada masa Majapahit antara lain Negarakertagama karangan Mpu Prapanca, serta Sutasoma dan Arjunawijaya karya Mpu Tantular. Selain karya sastra, seni bangunan berupa candi seperti, Candi Panataran, Candi Bentar, Candi Tigawangi, Candi Surawarna, Candi Tikus, dan Candi Jabung.

You might also like