You are on page 1of 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah swt. yang telah memberikan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Psikologi Pendidikan yang berjudul Perkembangan Afektif. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah psikologi pendidikan. Dalam makalah ini yang dibahas yaitu tentang perkembangan afektif. Dalam pembahasan perkembangan afektif ini semoga dapat memberi manfaat bagi kami para mahasiswa dan para pembaca, serta mengetahui dan memahami perkembangan afektif dalam pengajaran kimia. Dengan dibuatnya makalah perkembangan afektif , diharapkan kita dapat mengetahui lebih dalam bagaimana proses yang terkait dalam perkembangan afektif, sehingga kita sebagai orang tua dan pendidik dapat memberikan ajaran yang baik dalam pemberian materi dan motivasi belajar sebagai upaya untuk mendukung proses perkembangan afektif. Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalam penyusunan makalah ini, untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mohon sekiranya diberi masukan untuk melakukan perbaikan dan menjadi lebih baik di lain waktu. Semoga makalah ini memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. Amin.

Ciputat, 5 April 2013

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seseorang pada umunya penuh dengan dorongan dan minat untuk mencapi atau memiliki sesuatu.Sebarapa banyak dorongan-dorongan dan minatminat yang dimilikinya meruapakan dasar pengalamn emosionalnya. Perjalanan kehidupan sesorang tidak sama. Keinginan dan minat yang berbeda-beda dimiliki oleh setiap individu menurut pola hidupnya masing-masing. Selain itu jalan atau cara yang dilakukan untuk memwujudkan minat dan keinginan yang didorong oleh emosional itu berbeda satu sama lain.

Seseorang yang pola kehidupannya berlangsung mulus, di mana dorongandorongan dan keinginan-keinginan atau minatnya dapat terpenuhi atau dapat berhasil dicapai, karena cenderung memiliki perkembangan emosi yang stabil dan dengan demikian dapat menikmati hidupnya. Hal itu juga didukung dengan nilai, sikap dan moral yang ke arah positif.

Sedangkan bagi pola kehidupan yang tidak berlangsung dengan mulus atau terdapat hambatan yang membuatnya tidak terlalu menikmati hidupnya, karena emosionalnya tidak stabil. Sehingga nilai, moral dan sikapnya terkadang cenderung ke arah negatif.

Hubungan anatar emosiona dengan nilai, moral dan sikap adaah dorongan emosional dapat mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya. Karena itu, seseorang individu dalam merespon sesuatu lebih banyak dia arahkan oleh penalaran dan pertimbangan-pertimbangan yang objektif.

B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan afektif? 2. Berapa kategori dan karakteristik dalam perkembangan afektif? 3. Apa yang dimaksud dengan perkembangan emosi? 4. Bagaimana menerapkan prilaku afektif atau emosi dalam lingkungan pendidikan?

5. a. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian perkembangan dan Afektif Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai aibat dari proses kematangan dan pengalaman. Seperti yang dikatakan Van Den Daele Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif (1). Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses intregasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Lebih lanjut dari Daniel Goleman (1995) mengatakan bahwa aspek afektif merujuk kepada suatu perasaan dan pikiranpikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendrungan untuk bertindak. Domain afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa. Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori : a. Penerimaan (recerving) Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap stimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.

b. Pemberian respon atau partisipasi (responding) Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.

c. Penilaian atau penentuan sikap (valung)

Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap dan opresiasi. d. Organisasi (organization) Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup. e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)

Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa. Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa: Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat mereka. Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya.

B. Perkembangan Emosi 1. Pengertian emosi

Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatanperbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Warna afektif ini kadangkadang lemah atau kadang-kadang tidak jelas (samar-samar). Dalam hal warna afetif tersebut kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas dan lebih terarah. Perasaan-perasaan tersebut disebut emosi (Sarlito, 1982:59). Di samping perasaan seneng atau tidak seneng, beberapa contoh macam emosi yang lain adalah gembira, cintah, marah, takut, cemas dan benci. Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda. Emosi dan perasaan merupakan suatu gejala emosional yang secar kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas batasnya. Pada suatu saat warna afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi; contohnya marah yang ditunjukan dalam bentuk diam. Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi adalah sebagai berikut : An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in individual, and that shows self in his over behavior. Jadi, emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahanperubahan fisik. Pada saat terjadi emosi sering kali terjadi perubahan fisik, antara lain : a. Reaksi elektris pada kulit ; meningkat apabila terpesona. b. Peredaran darah ; bertambah cepat bila marah. c. Denyut jantung ; bertambah cepat apabila terkejut. d. Pernapasan ; bernapas panjang kalau kecewa. e. Pupil mata ; membesar bila marah. f. Liur ; mongering kalau takut atau tegang. g. Pencernaan ; mencret-mencret kalau tegang. h. Otot ; ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar. i. Komposisi darah ; komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif.

2. Karakteristik perkembangan emosi pada operasional formal a. Keadaan emosi selama masa remaja. Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode Badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibata dari perubahan fisik dan kelenjar. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kuarang mempersiapkan diri untuk menhgadapi keadaan itu (2). Tidak semua remaja mengalmi masa badai dan tekanan meskipun emosi remaja seringkali sangat kuat tidak terkendali dan tampaknya irrasional, tapi pada umumnya dari tahun ke tahun jadi perbaikan perilaku emosional. Menurut Gesell pada masa usia remaja sringkali mudah marah, mudah dirangsang, dan emosinya cenderung meledak, tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Jadi, adanya badai dan tekanan dalam masa remaja ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja (3). b. Pola emosi pada masa remaja. Pola emosi masa remaja adalah sama dngan pola emosi masa kanak-kanak, perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat, dan khususnya pada pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka. c. Kematangan emosi. Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan orang lain.

Ayat tentang emosi manusia

)(

6. dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,

C. Ranah afektif 1. Penerimaan (A1)

Perkembangan model atom. Model atom Dalton Materi tersusun dari partikel kecil yang disebut atom. Atom tidak dapat dipecah lagi menjadi partikel yang lebih kecil lagi. Atom unsur tertentu mempunyai sifat dan massa yang identik. Unsur yang berbeda memiliki atom yang massanya yang berbeda pula. Pembentukan senyawa dari unsur berlangsung melalui ikatan antar atom unsur yang menyusun senyawa.

Kelemahan teori Dalton : Tidak dapat menjelaskan sifat listrik materi Tidak dapat menjelaskan cara atom-atom saling berikatan Model atom Dalton tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom unsur yang satu dengan unsur yang lain

Model atom Thomson Terdapat elektron-elektron yang tersebar dalam bola bermuatan positif. Teori atom disebut juga teori kismis Kelemahan teori Thomson:

Model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut Model atom Rutherford Pada atom terdapat inti atom yang bermuatan positif dan dikelilingi elektron bermuatan negatif. Kelemahan teori Rutherford: Tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom. Berdasarkan toeri fisika, gerakan elektron mengitari inti ini disertai pemancaran energi sehingga lamakelamaan energi elektron akan berkurang dan lintasannya makin lama akan mendekati inti dan jatuh ke dalam inti. Model atom Niels Bohr Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Elektron mengelilingi inti pada lintasan tertentu dalam keadaan stasioner (tidak melepaskan atom menyerap energi). Makin jauh dari inti energi lintasan makin tinggi. Perpindahan elektron dari lintasan luar ke dalam akan membebaskan energi (dan sebaliknya). Kelemahan teori Niels Bohr: Hanya dapat menerangkan model atom hidrogen, belum dapat menerangkan model atom berelektron banyak 2. Partisipasi (A2) Satu tingkat di atas penerimaan. Siswa lebih aktif dalam menanggapi materi yang disampaikan guru, seperti siswa bertanya kepada guru karena ketidak pahaman materi yang telah disampaikan. Di sini guru lebih menilai kemampuan siswa atau tanggapan siswa terhadap materi yang diajarkan.

Untuk menilai keaktifannya biasanya guru mengadakan diskusi kelompok, karena dari berbagai kelompok memiliki pemahaman dan inisiatif yang berbeda, akan tetapi guru lebih melihat dari kekompakan dalam kelompok untuk mendiskusikan materi yang diberikan. 3. Penilaan (A3)

Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap dan opresiasi.

BAB III PENUTUP

You might also like