You are on page 1of 21

.

Pengertian Bilangan Prima Dalam sejarah awal perkembangannya, pengertian bilangan prima adalah bagian dari himpunan bilangan bulat positif, sehingga dapat didefinisikan bilangan prima adalah bilangan bulat positif yang hanya dapat terbagi oleh satu dan bilangan itu sendiri (bilangan prima adalah bilangan yang tepat memiliki dua faktor). Definisi ini dapat saja berkembang jika konteks semesta pembicaraannya diperluas menjadi himpunan bilangan bulat, sehingga pada masa sekarang dikenal adanya bilangan prima negatif (negative prime) dan bilangan prima positif (positive prime). Dalam beberapa usaha penemuan yang bertujuan mengkaji hubungan antar bilangan prima, dikenal pula adanya pengertian bilangan prima kembar (twin primes) yang merupakan pasangan bilangan prima yang memenuhi kaidah p dan p + 2 dengan p adalah prima. Contoh : 3 dan 5, 11 dan 13, 29 dan 31. 2. Sejarah Bilangan Prima 2.1.Bilangan Prima pada Rumusan Pythagorean Triples Dalam sejarah Yunani kuno tercatat nama besar Pythagoras (570 500 SM), ia sangat terkenal lewat `Theorem of Pythagoras` dan memunculkan bilangan ganda 3 atau dikenal dengan istilah Pythagorean Triples yang sebenarnya telah ada sejak 1000 tahun sebelum masa Pythagoras. Menurut catatan sejarah bangsa Babilonia telah mengenal ganda 3 tersebut, yang terkenal dengan nama Babylonian Triples. Di dalam Babylonian tablet Plimton 322, yang diperkirakan berasal dari tahun 1700 S M, tercatat Babylonian Triples tersebut ketenarannya terkalahkan oleh ketenaran nama Pythagorean Triples. Sebenarnya, diantara keduanya terdapat perbedaan. Pada Babylonian Triples disyaratkan bahwa u dan v sebagai generator 2uv, u2 v2 dan u2 + v2 yang merupakan ukuran sisi-sisi segitiga siku-siku, harus relatif prima dan tidak mempunyai faktor prima selain 2, 3 atau 5. Sebagai contoh, tiga angka seperti (56,90,106) adalah Babylonian Triples hal ini dimungkinkan karena jika u = 9 dan v = 5 dan disubstitusikan pada generatornya akan menghasilkan bilangan 56, 90, 106, tetapi untuk ketiga bilangan (28,45,53) adalah bilangan Pythagorian Triples tetapi bukan Babylonian Triple, karena untuk u = 7, u memiliki faktor prima 7 bukan 2 atau 3 atau 5. 2.2. Bilangan Prima di Rumusan Bilangan Sempurna Bilangan Prima dalam Rumusan Bilangan Sempurna, sesuai karya Euclid dalam buku IX Elements (300 SM) diberikan bukti dari sebuah proposisi, yaitu : Jika 2n 1 adalah prima maka 2n 1.(2n 1) adalah bilangan sempurna (perfect number). Bukti preposisi tersebut adalah sebagai berikut : Karena 2m 1 adalah prima maka 2m 1 = p dengan p prima sehingga Untuk n = 2m-1.(2m 1) dan n = 2m-1. p, dengan pembagi-pembagi : 1, 2, 22, , 2m-1, p, 2p, , 2m-1.p Jumlah pembagi-pembaginya : 1 + 2 + 22 + + p + 2p + + 2m-1.p S(n) = (1+2+22++2m-1).(1+p) = ( 2m-1).(1+p) = p . (1+p), dengan p = 2 m-1 dan p+1 = 2m- 1+1=2m = p . 2m, sementara n = 2m-1. p maka 2n = 2.2m-1 . p = 2m . p = p . 2m Pada masa itu bangsa Yunani telah menemukan 4 bilangan sempurna yaitu 6, 28, 496 dan 8128 (Kart : 458). Berkenaan dengan bilangan sempurna ini, sekitar 2000 tahun kemudian seorang matematikawan Euler pada tahun 1947 telah mampu menunjukkan bahwa semua bilangan sempurna yang didapat dari rumusan di atas adalah genap. Tidak diketahui sampai hari ini apakah

ada bilangan sempurna yang ganjil. Teorema ke-20 dari buku IX The Elements Euclide menyatakan bahwa Tidak ada bilangan prima yang terakhir (There is no last Prime). Pernyataan ini menunjukan ketakberhinggaan bilangan prima (Infinitude of Prime) yang dibuktikan Euclid dengan menggunakan cara pembuktian kontradiksi. Untuk hal tersebut perhatikanlah definisi bahwa suatu bilangan p prima jika p 1 dan pembagipembaginya hanya 1 dan p dengan demikian hanya pp dan 1p. Misalkan p1, p2, p3, , pn adalah n prima berbeda maka bilangan prima dapat dinyatakan dengan: a = p1 . p2 . p3 . .pn + 1, maka p1 a , karena p1 p1 . p2 . p3 . .pn dan andaikan p1a maka p1 (a - p1 . p2 . p3 . .pn ) atau p1 1, tentu hal ini tidak mungkin terjadi karena hanya 11 , sementara p1 prima ( p1 1 ), terjadi kontradiksi, sehingga yang benar: p1a dan p2a, p3a,, pna Dengan demikian ada suatu bilangan a yang tidak terbagi oleh bilangan prima manapun dengan pengambilan suatu n. Dalam hal ini a adalah bilangan prima yang besarnya ditentukan oleh n. Nilai n dapat membesar sampai tak hingga. 2.3. Pencarian Bilangan Prima Sebenarnya Euclid dalam beberapa definisi dan proposisi buku Elements-nya menaruh perhatian yang sangat besar akan keberadaan bilangan prima ini. Dalam buku IX Elements, beliau memberikan bukti tentang ketakberhinggaan banyaknya bilangan-bilangan prima dengan menggunakan metode kontradiksi, yang dilakukan pertama kali dalam sejarah matematikan. Selain itu, Euclid juga memberikan sebuah bukti Teorema Fundamental Aritmetika : Setiap bilangan bulat dapat ditulis sebagai hasil kali bilangan-bilangan prima dalam sebuah bentuk dasar yang unik. Kemudian dikenal dengan nama Eratosthenes ( 230 SM) dengan `Eratosthenes sieve` atau saringan Eratosthenes,. Pertama-tama ia memperkenalkan metode untuk mendapatkan seluruh bilangan prima yang terbatas hingga suatu bilangan bulat positif n. Dari saringan itu akan didapat bilangan-bilangan prima yang kurang dari n, bahkan dengan saringan tersebut diturunkan suatu konjektur dalam bentuk formula yang dapat dipergunakan untuk memprediksi banyaknya bilangan prima kurang dari suatu bilangan n, yang dinyatakan dengan n. Sebagai contoh diberikan cara mencari bilangan prima kurang dari 50, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Susun bilangan asli secara berurutan kurang dari 50 2. Hilangkan bilangan 1 karena 1 bukan prima 3. Hilangkan bilangan kelipatan 2, kecuali 2 4. Hilangkan bilangan kelipatan 3, kecuali 3 5. Hilangkan bilangan kelipatan 5, kecuali 5 6. Hilangkan bilangan kelipatan 7, kecuali 7 Realisasi langkah tersebut seperti berikut ini: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50. Sehingga didapat bilangan prima yang kurang dari 50 adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47. Keberadaan formula untuk memprediksi banyaknya bilangan prima kurang dari n, yaitu n, diperkuat oleh Ernst Meissel yang sukses menunjukkan banyaknya bilangan prima kurang dari 108 sebanyak 5.761.455 pada tahun 1870. Bertelsen, melanjutkan perhitungan Ernst dan tahun 1893, ia

mengumumkan bahwa banyak bilangan prima yang kurang dari 109 adalah 50.847.478, dan hasil ini kemudian dikoreksi oleh D. H. Lehmer pada tahun 1959 yang menyatakan bahwa Bertelsen keliru, seharusnya 50.847.534, ia juga menunjukkan bahwa banyak bilangan prima kurang dari 1010 adalah sebanyak 455.052.511. Meskipun telah sebegitu jauh para matematikawan berusaha, tapi sampai saat ini belum dikenal suatu prosedur praktis yang dapat dipergunakan untuk menentukan suatu bilangan prima. Matematikawan masa lalu beranggapan bahwa bentuk 2n 1 akan menghasilkan semua bilangan prima untuk n bilangan prima, jika n bukan prima maka bilangan yang didapat adalah komposit.. Rumus berbentuk 2n 1 ini tampaknya diadopsi dari rumus bilangan sempurna 2n-1.( 2n 1) yang mempersyaratkan 2n 1 adalah prima. Sementara 2n 1 tidak prima jika n bukan prima, tetapi pada tahun 1536 Hudalricus Regius menunjukkan bahwa 211 1 = 2047 bukan prima karena 2047 = 23 x 89. Selain itu Pietro Cataldi dari Italia pada tahun 1603 melakukan verifikasi terhadap 217 1 dan 219 1 , ternyata keduanya adalah prima dan menurut Cataldi pula 2n 1 adalah prima juga untuk n = 23, 29, 31 dan 37. Pada tahun 1640, Pierre de Fermat berhasil menunjukkan bahwa Cataldi keliru untuk n = 29 dan beberapa waktu kemudian Euler menunjukkan bahwa Cataldi kali ini benar untuk n = 31. 2.3.1. Pierre de Fermat ( 1601 1665 ) Pada awal abad ke-17 Fermat membuktikan sebuah spekulasi dari Albert Girard bahwa setiap bilangan prima berbentuk 4n + 1 dapat ditulis dalam sebuah bentuk unik sebagai jumlah dari dua kuadrat, seperti 5 = 4.1 + 1 = 22 + 12 dan 13 = 4.3 + 1 = 32 + 22, dan ia juga mampu menunjukkan bagaimana suatu bilangan dapat ditulis sebagai jumlah dari 4 kuadrat. Fermat menemukan metode baru dalam memfaktorkan bilangan-bilangan besar yang didemontrasikannya pada pemfaktor-an bilangan 2027651281 = 44021 46061, yang sangat bermanfaat besar pada pengujian keprimaan suatu bilangan. Dalam korespondensi dengan seorang biarawan matematikawan Marin Mensenne (1588 1648), yang tercatat dalam suratnya pada Juni 1640 berisi 3 proposisi, yaitu : 1. Jika n bukan prima maka 2n 1 tidak dapat menjadi prima Dengan bukti : n bukan prima maka n = r.s 2n 1 = 2r.s 1 = (2r)s 1s = (2r 1).(2r.(s-1) + 2r.(s-2) + +2r + 1) 2. Jika p bilangan prima ganjil maka 2p membagi 2p 2 atau p membagi 2p-1 1 3. Pembagi-pembagi yang mungkin untuk 2p 1 adalah berbentuk 2pk + 1. Untuk kedua proposisi terakhir Fermat tidak memberikan bukti dalam suratnya tersebut. Untuk proposisi yang ketiga ia hanya memberikan konfirmasi bahwa 237 1 adalah komposit (bukan prima) dengan pengujian 2pk + 1 = 2.37.k + 1 = 74k + 1 = 74.3 + 1 = 223 adalah pembagi dari 237 1. Dalam suratnya yang lain kepada Bernard Frenicle de Bessy (1612 1675), Fermat membuat pernyataan teoremanya lebih umum dari teoremanya di atas yang sekarang kita kenal dengan nama Fermats Little Theorem: Jika p adalah suatu bilangan prima maka untuk suatu bilangan bulat positif a didapat p membagi ap a. Atau dapat pula ditulis: Jika p adalah suatu bilangan prima maka untuk suatu bilangan bulat positif a didapat aP a (modulo p). Atau dengan penambahan kondisi: Jika p adalah bilangan prima dan a suatu bilangan yang tidak habis dibagi p ( a dan p relatif prima) maka a p-1 1 (modulo p). Sebagian dari contoh-contoh yang berkenaan dengan kebenaran teori ini telah ada jauh sebelum itu, yaitu seperti yang ditulis sekitar 2000 tahun sebelumnya dalam suatu hipotesis yang dinamakan Chinese Hypothesis bahwa sebuah bilangan bulat positif n adalah prima jika dan hanya jika bilangan 2n 2 habis dibagi n. Namun sayangnya pada sebagian contoh yang lainnya terdapat kekeliruan semenjak ditemukan bahwa 2341 2 habis dibagi 341 tetapi 341 = 31 x 11,

mengindikasikan 341 bukan prima. Jadi dalam hal ini teorema Fermat ini merupakan suatu koreksi dari sebuah hipotesis. Pada tahun 1659, Fermat mengajukan suatu konjektur bahwa bilangan-bilangan yang didapat dari rumusan berbentuk adalah selalu prima untuk n = 0, 1, 2, 3, . Bilangan-bilangan yang didapat dari rumusan ini dinamakan dengan Fermat Numbers. Namun tidak sampai 100 tahun kemudian tepatnya tahun 1732, Leonhard Euler mendapatkan bahwa untuk 232 + 1 = 4294967297 adalah habis dibagi oleh 641 dan berarti bukan prima. 2.3.2. Marin Mersenne (1588-1648) Sementara itu Marin Mersenne tampil dengan membuat suatu pernyataan pada kata pengantar dalam karyanya Cogitata Phisyca-Mathematica (1644) bahwa bilangan-bilangan yang didapat dari 2n 1 adalah prima untuk n = 2, 3, 5, 7, 17, 19, 31, 67, 127 dan 257 dan komposit untuk semua bilangan bulat positif lainnya n < mn =" 2n" m19 =" 219" n =" 257" n =" 2," u1 =" 4," 1 =" un2"> 2 maka 2m 1 adalah bilangan prima. Sebagai contoh : u1 = 4, u2 = u12 2 = 42 2 = 14, u3 = u22 2 = 142 - 2 = 194, dan u4 = u32 - 2 = 1942 2 = 37.634, dst. Untuk m = 5 maka 25 1 = 31 merupakan factor dari u4 = 37.634, karena itu 25 1 = 31 adalah prima (Anglin,25: 1994) Rumus lain bilangan prima dalam bentuk fungsi kuadarat dengan domain n bulat positif juga pernah tampil diantaranya f(n) = n2 n + 41, yang ternyata hanya berlaku untuk n < an =" banyaknya" n =" 1/" 1 =" 131071" 1 =" 524287" 1 =" 2147483647" 179951="3203431780337)." 1 =" 170141183460469231731687303715884105727" href="http://www.utm.edu/research/primes/notes/proofs/MerDiv.html">trial division++(/a) (259-1)/179951 13 1867 Landry SDA 2127-1 39 1876 Lucas Lucas sequences (2148+1)/17 44 1951 Ferrier Proth's theorem Dalam tahun 1951 Meller dan Wheeler memulai era perhitungan elektronik -EDSA machine di Cambridge Inggris dan menemukan beberapa bilangan prima, yaitu: k.M127 + 1 untuk k = 114, 124, 388, 408, 498, 696, 738, 744, 780, 934 dan 978, kemudian didapat rekor 79 digit bilangan prima baru untuk 180.(M127)2 + 1 (disini M127= 2127-1). Pada tahun berikutnya Raphael Robinson dengan menggunakan program SWAC (Standards Westeren Automatic Computer) menemukan lima bilangan prima (Mersenne prime) besar baru. Pada waktu program tersebut pertama kali digunakan

pada tanggal 30 Januari, ditemukan dua bilangan prima (M521, M607), tiga prima berikutnya ditemukan pada tanggal 25 Juni (M1279), 7 Oktober (M2203), dan 9 Oktober (M2281). Dengan kemajuan tehnologi komputer diperoleh bilangan prima Riesel yang menemukan M3217 menggunakan mesin Swedia BESK, Hurwitz menemukan M4253 dan M4423 dengan IBM 7090; Gilleis dengan ILLIAC-2 menemukan M9689, M9941 dan M11213. Tuckerman menemukan M19937 dengan IBM360. Bilangan prima terbesar untuk saat ini, didapat oleh Michael dalam The team of Michael Cameron, George Woltman, Scott Kurowski pada tanggal 14 Nopember 2001, berhasil mendapatkan bilangan prima menggunakan program yang ditulis oleh George sebagai mata rantai dari GIMPS (Great Internet Mensenne Prime Search) Internet database melalui Scotts PrimeNet. Bilangan prima tersebut merupakan Mersenne Prime ke-39 yaitu M13466917 terdiri atas 4.053.946 digit desimal. Bilangan prima kembar terbesar, diumumkan oleh Indlekofer dan Jarai pada Nopember1995 adalah 242206083 x 23880 + 1 dan 242206083 x 23880 1, keduanya terdiri atas 11.713 digit desimal. Bilangan prima faktorial terbesar, diumumkan oleh Caldwell pada tahun 1993 adalah 3610! 1, yang terdiri atas 11.277 digit desimal. Bilangan prima primorial terbesar (bilangan prima didapat dari rumus n # 1 dengan n # adalah hasil kali semua prima n) diumumkan oleh Caldwell pada tahun 1993 adalah 24029 # + 1 yang terdiri atas 10.387 digit desimal.( OConnor and Robertson: 2001). 3. Manfaat Bilangan Prima Saat ini bilangan prima dapat dimanfaatkan pada RSA dan El-Gamel yaitu suatu usaha penggunaan sandi rahasia untuk kepentingan pengamanan (Semantical Security). Dalam El-Gamel, dibutuhkan sebuah grup Zp *, yaitu grup dengan Z adalah himpunan bilangan prima dan operasi *. Kemudian Elgamel tidak hanya membutuhkan grup tetapi juga subgrup dari Zp* dengan generatornya diambil dari Grup Zp*. Hal tersebut diperlukan karena pengamanan dengan hanya menggunakan Plain Group, membuat kode keamanan El-Gamel menjadi kurang terjamin. Implikasi kebermanfaatan bilangan prima sekarang ini, digunakan untuk kode-kode rahasia kartu ATM suatu bank.

Hampir tak ada negara di dunia yang tak mengenal angka (bilangan). Semuanya mengenal angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 0. Angka-angka itu menjadi roh dalam ilmu matematika. Sulit dibayangkan, andai tak ditemukan angka-angka tersebut. Dalam berbagai literatur yang ada, tak disebutkan siapa orang yang pertama kali menemukan angka-angka atau bilangan tersebut. Yang pasti, menurut Abah Salma Alif Sampayya, dalam bukunya Keseimbangan Matematika dalam Alquran , catatan angka pertama kali ditemukan pada selembar tanah liat yang dibuat suku Sumeria yang tinggal di daerah Mesopotamia sekitar tahun 3.000 SM.

Bangsa Mesir kuno menulis angka pada daun lontar dengan tulisan hieroglif yang dilambangkan dengan garis lurus untuk satuan, lengkungan ke atas untuk puluhan, lengkungan setengah lingkaran menyamping (seperti obat nyamuk) untuk ratusan, dan untuk jutaan dilambangkan dengan simbol seorang laki-laki yang menaikkan tangan. Sistem ini kemudian dikembangkan oleh bangsa Mesir menjadi sistem hieratik.

Bangsa Roma menggunakan tujuh tanda untuk mewakili angka, yaitu I, V, X, L, C, D, dan M, yang dikenal dengan angka Romawi. Angka ini digunakan di seluruh Eropa hingga abad pertengahan.Sementara itu, angka modern saat ini, berasal dari simbol yang digunakan oleh para ahli matematika Hindu India sekitar tahun 200 SM, yang kemudian dikembangkan oleh orang Arab. Dibandingkan dari seluruh angka yang ada (1-9), angka 0 (nol) merupakan angka yang paling terakhir kemunculannya. Bahkan, angka nol pernah ditolak keberadaannya oleh kalangan gereja Kristen. Orang yang paling berjasa memperkenalkan angka nol di dunia ini adalah al-Khawarizmi, seorang ilmuwan Muslim terkenal. Dia memperkenalkan angka nol melalui karyanya yang monumental Al-Jabr wa al-Muqbala atau yang lebih dikenal dengan nama Aljabar . Angka nol ini kemudian dibawa ke Eropa oleh Leonardo Fibonacci dalam karyanya Liber Abaci , dan semakin dikenal luas pada zaman Renaisance dengan tokohtokohnya, antara lain, Leonardo da Vinci dan Rene Descartes. Pada mulanya, angka nol digambarkan sebagai ruang kosong tanpa bentuk yang di India disebut dengan sunya (kosong, hampa).Hingga kini, angka nol memiliki makna yang sangat khas dan memudahkan seseorang dalam berhitung. Namun, ada kalanya keberadaan angka nol ini dapat menimbulkan kekacauan logika. Misalnya: ''Jika suatu bilangan dibagi dengan nol, hasilnya tidak dapat didefinisikan. Bahkan, komputer sekalipun akan mati mendadak jika tiba-tiba bertemu dengan pembagi angka nol,'' jelas Sampayya.Komputer diperintahkan berhenti berpikir bila bertemu dengan sang divisor nol. Hasil yang tertera pada komputer angka menunjukkan #DIV/0!. Selain angka-angka umum (1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 0), ternyata masih ada jenis angka lain yang digunakan manusia hingga saat ini. yaitu : 1. Angka Arab

Angka Arab adalah sebutan untuk sepuluh buah digit (yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). Angka-angka adalah keturunan dari angka India dan sistem angka Hindu-Arab yang dikembangkan oleh matematikawan India, yang membaca urutan angka seperti "975" sebagai satu bilangan yang utuh. Angka India kemudian diadopsi oleh matematikawan Persia di India, dan diteruskan lebih lanjut kepada orang-orang Arab di sebelah barat. Bentuk angka-angka itu dimodifikasi di saat mereka diteruskan, dan mencapai bentuk Eropanya (bentuk yang sekarang) pada saat mencapai Afrika Utara. Dari sana, penggunaan mereka menyebar ke Eropa pada Abad Pertengahan. Penggunaan Angka Arab tersebar ke seluruh dunia melalui perdagangan, buku dan kolonialisme Eropa. Saat ini, Angka Arab adalah simbol representasi angka yang paling umum digunakan di dunia.

Sesuai dengan sejarah mereka, angka-angka (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9) juga dikenal sebagai Angka Hindu atau Angka Hindu-Arab. Alasan merek lebih dikenal sebagai "Angka Arab" di Eropa dan Amerika adalah karena mereka diperkenalkan ke Eropa pada abad kesepuluh melalui bangsa Arab di Afrika Utara. Dahulu (dan sampai sekarang) digit-digit tersebut masih dipergunakan oleh orang Arab barat semenjak dari Libya hingga ke Maroko. Di sisi lain, orang-orang Arab menyebut sistem tersebut dengan nama "Angka Hindu", yang mengacu pada asal mereka di India. Namun demikian, angka ini tidak boleh dirancukan dengan "Angka Hindu" yang dipergunakan orang-orang Arab di Timur Tengah (.........), yang disebut dengan nama lain Angka Arab Timur; atau dengan angka-angka lain yang saat ini dipergunakan di India (misalnya angka Dewanagari: .........). Dalam bahasa Inggris, dengan demikian istilah Angka Arab dapat menjadi bermakna ganda. Ia paling sering digunakan untuk merujuk pada sistem bilangan digunakan secara luas di Eropa dan Amerika. Dalam hal ini, Angka Arab adalah nama konvensional untuk seluruh keluarga sistem angka Arab dan India. Kemungkinan lainnya ialah ia dimaksudkan untuk angka-angka yang digunakan oleh orang Arab, dalam hal ini umumnya mengacu pada Angka Arab Timur. 2. Angka Romawi

Dahulu Kala angka Romawi Itu mengikuti sejarah Roma kuno diri dari tahap awal di Palatine Hill Latin di BC abad ke-8 dan 9 untuk jatuh dalam abad ke-2 Masehi dari perang sipil, wabah, apatis sipil dan munculnya Kristen dan kekuatan Eropa Utara. Kekaisaran Romawi telah awal inspiratif, rajin dan intelektual. Kaisar Domitianus, Aristoteles, Aristarkhus, Eratosthenes, Euclid dan Archamedes membantu membangun Roma menjadi sebuah kekuatan kuno, mengembangkan keterampilan intelektual dan matematika canggih untuk membangun Colosseum, Arch, Pantheon, Romawi Konstantinus Baths dan masyarakat sipil. Namun, sistem nomor mereka cacat, tidak punya nol (0), dan tidak ada metode tunggal untuk menghitung di atas beberapa ribu unit, (garis sering diletakkan di atas angka untuk menunjukkan kelipatan nilai mereka). Angka Romawi digunakan untuk mencatat nomor dalam batu, seni dan koin. Namun, hari ini mereka digunakan untuk daftar item, judul bab, tanggal hak cipta dan untuk menandai sekuel film seperti film-film Star Wars. Angka Romawi juga digunakan pada wajah jam dan arloji. Jika Anda telah melihat jam dengan angka Romawi, Anda mungkin telah menyadari bahwa nomor empat

ditulis sebagai IIII bukan IV, hal ini karena menambah simetri ke wajah jam walaupun saya tidak benar-benar berpikir itu menambah simetri sama sekali. Angka yang sering digunakan untuk menunjukkan waktu pada sundials juga. 3. Angka Mesir (3000-1600 SM)

Di Mesir, sejak sekitar 3000 tahun sebelum masehi, bukti sejarah yang ditemukanmenyebutkan bahwa satu disimbolkan sebagai garis vertikal, sedangkan 10 diwakilkan olehlambang ^ . Orang mesir menulis dari kanan ke kiri, jadi bilangan dua puluh tiga disimbolkanmenjadi |||^^ . Bila anda sulit mengartikannya menjadi 23, bandingkanlah dengan angkaromawi XXIII. Angka romawi tersebut pada dasarnya adalah sistem Mesir, diadaptasi olehRoma dan sampai sekarang masih kita gunakan setelah kemunculan pertamanya yaitu lebihdari 5000 tahun yang lalu.Para juru tulis firaun (yang hartanya sangat sulit untuk dihitung) menggunakan suatusistem untuk menghitung angkaangka besar. Memang sulit digunakan, tapi tidak diragukanlagi itu yang mereka pakai. Membaca versi tertulis dari angka-angka besar mesir sama sepertimenghitung total nilai dari koin-koin judi di Las Vegas. Orang-orang mesir kuno meletakanangka yang besar di kanan, dan yang kecil di kiri. Jadi, untuk keperluan demonstrasi, bayangkanlah koin A bernilai 100.000, koin B bernilai 10.000, koin C bernilai 1.000, koin D bernilai 100, koin E bernilai 10, dan koin F bernilai 1. dengan nilai-nilai itu, angka Mesir FEEEDDDDDDCCCCBBBAA bisa mewakilkan angka 234.641. Dan angka-angka besar seperti ini berperan dalam dokumen yang mendeskripsikan harta-harta milikfiraun. SimbolMesir untuk angka besar seperti 100.000, adalah suatu simbol yang seperti burung, tetapiangka-angka yang lebih kecil dilambangkan dengan garis lurus dan melengkung. 4. Angka Babylonia (1750 SM)

Orang-orang Babylonia, menggunakan sistem bilangan berbasis 60. Sistem ini benar- benar sulit digunakan, karenasecara logika seharusnyamembutuhkan 59 simbol yang berbeda (sama seperti sistemdesimal berbasis 10 saat inimempunyai simbol yang berbedasampai 9). Sebaliknya, angka di bawah 60 dilambangkan dengankelompok-kelompok sepuluh. Yang menyebabkan bentuk tertulisnya sangan aneh jika dibandingkan dengan composisiaritmatika manapun.Melalui keunggulan orang Babylonia pada bidang astronomi, sistem perhitungan berbasis 60 mereka masih ada sampai sekarang pada 60 detik dalam satu menit, dan pada pengukuran sudut, 180 derajat pada jumlah sudut segitiga dan 360 derajat pada sudut satulingkaran. Dan jauh setelah itu, saat waktu bisa diukur dengan akurat, sistem yang sama jugadigunakan dalam 60 menit dalam 1 jam.Orang Babylonia mengambil langkah crusial menuju suatu sistem perhitungan yanglebih efektif. Mereka memperkenalkan konsep nilai tempat, yaitu angka yang sama bisamempunyai nilai yang berbeda tergantung letak angka pada urutan. Untuk lebih jelas, kitaambil contoh angka 222. Pada angka tersebut terdapat tiga angka 2 yang mempunyai nilaiyang berbeda-beda, yaitu 200, 20, dan 2. Tapi konsep ini baru dan merupakan langkah yangsangat berani bagi orang Babylonia. Untuk mereka, dengan sistem perhitungan berbasis 60,sistem nilai tempat lebih sulit untuk digunakan. Untuk mereka angka simpel seperti 222mempunyai nilai 7322 bila menggunakan sistem hitung berbasis 10 yang kita gunakan (2 x60 kuadrat + 2 x 60 + 2)Sistem nilai tempat membutuhkan suatu tanda yang bermakna kosong, untuk saat-saat dimana jumlah nilai pada satu kolom sama dengan kelipatan 60. Dari sinilah awal mulaangka 0. Meskipun bilangan nol itu sendiri belum ada, dan angka 0 tidak mempunyai nilainumerik tersendiri. 5. Angka suku Maya

Suku maya, sama seperti suku Aztec, menggunakan sistem bilangan berbasis 20.Seperti orang babylonia, suku Maya menggunakan sistem nilai tempat, dan tentu saja, angkanol. Mereka menggunakan 3 set grafik notasi yang berbeda untuk mewakili angka:a) Dengan titik dan garis, b) Dengan figur antropomorfik, dan c) dengan simbol. Angka suku MayaFigur di atas melambangkan angka 0-10 untuk suku Maya.
Dalam matematika, terdapat dua kesepakatan mengenai himpunan bilangan asli. Yang pertama definisi menurut matematikawan tradisional, yaitu himpunan bilangan bulat positif yang bukan nol

{1, 2, 3, 4, ...}. Sedangkan yang kedua definisi oleh logikawan dan ilmuwan komputer, adalah himpunan nol dan bilangan bulat positif {0, 1, 2, 3, ...}. Bilangan asli merupakan salah satu konsep matematika yg paling sederhana dan termasuk konsep pertama yang bisa dipelajari dan dimengerti oleh manusia, bahkan beberapa penelitian menunjukkan beberapa jenis kera juga bisa menangkapnya. Wajar apabila bilangan asli adalah jenis pertama dari bilangan yang digunakan untuk membilang, menghitung, dsb. Sifat yang lebih dalam tentang bilangan asli, termasuk kaitannya dengan bilangan prima, dipelajari dalam teori bilangan. Untuk matematika lanjut, bilangan asli dapat dipakai untuk mengurutkan dan mendefinisikan sifat hitungan suatu himpunan. Setiap bilangan, misalnya bilangan 1, adalah konsep abstrak yg tak bisa tertangkap oleh indera manusia, tetapi bersifat universal. Salah satu cara memperkenalkan konsep himpunan semua bilangan asli sebagai sebuah struktur abstrak adalah melalui aksioma Peano (sebagai ilustrasi, lihat aritmetika Peano). Konsep bilangan-bilangan yg lebih umum dan lebih luas memerlukan pembahasan lebih jauh, bahkan kadang-kadang memerlukan kedalaman logika untuk bisa memahami dan mendefinisikannya. Misalnya dalam teori matematika, himpunan semua bilangan rasional bisa dibangun secara bertahap, diawali dari himpunan bilangan-bilangan asli.

Sejarah Bilangan Asli


Bilangan asli memiliki asal dari kata-kata yang digunakan untuk menghitung benda-benda, dimulai dari bilangan satu. Kemajuan besar pertama dalam abstraksi adalah penggunaan sistem bilangan untuk melambangkan angka-angka. Ini memungkinkan pencatatan bilangan besar. Sebagai contoh, orang-orang Babylonia mengembangkan sistem berbasis posisi untuk angka 1 dan 10. Orang Mesir kuno memiliki sistem bilangan dengan hieroglif berbeda untuk 1, 10, dan semua pangkat 10 sampai pada satu juta. Sebuah ukuran batu dari Karnak, tertanggal sekitar 1500 SM dan sekarang berada di Louvre, Paris, melambangkan 276 sebagai 2 ratusan, 7 puluhan dan 6 satuan; hal yang sama dilakukan untuk angka 4622. Kemajuan besar lainnya adalah pengembangan gagasan angka nol sebagai bilangan dengan lambangnya tersendiri. Nol telah digunakan dalam notasi posisi sedini 700 SM oleh orang-orang Babylon, namun mereka mencopotnya bila menjadi lambang terakhir pada bilangan tersebut. Konsep nol pada masa modern berasal dari matematikawan India Brahmagupta. Pada abad ke-19 dikembangkan definisi bilangan asli menggunakan teori himpunan. Dengan definisi ini, dirasakan lebih mudah memasukkan nol (berkorespondensi dengan himpunan kosong) sebagai bilangan asli, dan sekarang menjadi konvensi dalam bidang teori himpunan, logika dan ilmu komputer. Matematikawan lain, seperti dalam bidang teori bilangan, bertahan pada tradisi lama dan tetap menjadikan 1 sebagai bilangan asli pertama.

Selamat datang di Wikipedia bahasa Indonesia!

[tutup]

Sistem bilangan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari Sistem bilangan numerik adalah sebuah simbol atau kumpulan dari simbol yang merepresentasikan sebuah bilangan. Numerik berbeda dengan angka. Simbol "11", "sebelas" and "XI" adalah numerik yang berbeda, tetapi merepresentasikan angka yang sama yaitu sebelas. Artikel ini akan menjelaskan beberapa sistem numerik. Secara garis besar terdapat dua sistem numerik, yaitu sistem numerik berdasarkan penambahan (english: addition) dan sistem numerik berdasarkan posisi (eng. position).

Daftar isi

1 Sistem Numerik Berdasarkan Penambahan 2 Sistem Numerik Berdasarkan Posisi o 2.1 Basis eksponen o 2.2 Faktoradik 3 Lihat pula

Sistem Numerik Berdasarkan Penambahan


Sistem numerik yang paling sederhana adalah Sistem numerik unary. Sistem ini sering dipakai untuk melakukan pemilihan pada suatu voting. Contoh dari Sistem numerik Unary adalah Tally mark. Kerugiann penggunaan dari sistem numerik Unary adalah sistem ini membutuhkan tempat yang besar. Selain sistem numerik unary, contoh lain dari sistem numerik berdasarkan penambahan adalah angka Romawi. I 1 V 5 X 10 L 50 C 100 D 500 M 1000 Angka Romawi dituliskan dengan simbol dari angka yang tersedia kemudian ditambahkan atau dikurangkan.

Sebagai contoh adalah 1970 disimbolkan dalam angka romawi dengan MCMLXX. Simbol M merepresentasikan angka 1000. Simbol CM merepresentasikan 900, hal ini dikarenakan oleh peraturan dalam penulisan angka romawi, yang tidak diperkenakan pengulangan suatu simbol lebih dari tiga kali. Jadi apabila 900 dituliskan dengan simbol DCCCC maka penulisan tersebut salah. Simbol C disebelah kiri atau sebelum M merupakan angka pengurang dari angka sesudahnya, jadi CM = 1000-100 = 900. Simbol selanjutnya adalah LXX yang melambangkan angka 70. Angka Romawi ini digunakan di Eropa sampai dengan abad ke 15. Kekurangan dari sistem ini adalah tidak adanya angka Nol.

Sistem Numerik Berdasarkan Posisi


Di dalam sistem numerik ini, penulisan angka berdasarkan posisi dan basis. Posisi suatu angka dalam sistem ini menentukan nilai dari bilangan yang diwakilinya. Maka notasi yang digunakan disebut notasi posisional. Sistem numerik berdasarkan posisi yang sangat terkenal dan dipakai paling luas adalah sistem bilangan desimal. Sistem desimal ini merupakan sistem numerik berdasarkan posisi yang berbasis 10. Simbol 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 adalah bagian dari sistem desimal. Sebagai contoh 612, angka ini berarti: 2 100 = 2 1 = 2 1 101 = 1 10 = 10 6 102 = 6 100 = 600

Basis eksponen
Selain sistem desimal yang digunakan sehari-hari, terdapat pula sistem lainnya, yaitu:

Sistem biner, berbasis 2, Sistem oktal, berbasis 8, Sistem heksadesimal, berbasis 16, Sistem seksagesimal, berbasis 60, dan sistem numerik berbasis lainnya.

Seluruh sistem di atas menggunakan eksponen. Berarti setiap angka pada posisi tertentu, nilainya adalah sebesar angka tersebut dikalikan basisnya dipangkatkan posisinya.

2.1.1 Sejarah Zaman dahulu pengembangan-pengembangan matematika hanya ada pada tempat-tempat tertentu yang sekarang menjadi tempat bersejarah bagi perkembangan matematika seperi di babilonia, mesir, arab, india, cina dll. Tulisan matematika terkuno yang telah ditemukan adalah Plimpton 322 (matematika Babilonia sekitar 1900 SM), Lembaran Matematika Rhind (Matematika Mesir sekitar 2000-1800 SM) dan Lembaran Matematika Moskwa (matematika Mesir sekitar 1890 SM). Semua tulisan itu membahas teorema yang umum dikenal sebagai teorema Pythagoras, yang tampaknya menjadi pengembangan matematika tertua dan paling tersebar luas setelah aritmetika dasar dan geometri.

Selain itu juga banyak bermunculan konsep-konsep matematika kuno, seperti di Yunani muncul matematikawan kuno yang memurnikan metode-metode (khususnya melalui pengenalan penalaran deduktif dan kekakuan matematika di dalam pembuktian matematika) dan perluasan pokok bahasan matematika. Kata "matematika" itu sendiri diturunkan dari kata Yunani kuno, (mathema), yang berarti "mata pelajaran". Setelah itu banyak muncul metode-metode matematika dari berbagai wilayah seperti dari Cina yang membuat sumbangan dini, termasuk notasi posisional. Sistem bilangan HinduArab dan aturan penggunaan operasinya, digunakan hingga kini, mungkin dikembangakan melalui kuliah pada milenium pertama Masehi di dalam matematika India dan telah diteruskan ke Barat melalui matematika Islam. Matematika Islam, pada gilirannya, mengembangkan dan memperluas pengetahuan matematika ke peradaban ini. Setelah itu konsep matematika pun trus berkembang. Dari zaman kuno melalui Zaman Pertengahan, ledakan kreativitas matematika seringkali diikuti oleh abad-abad kemandekan. Bermula pada abad Renaisans Italia pada abad ke-16, pengembangan matematika baru, berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru, dibuat pada pertumbuhan eksponensial yang berlanjut hingga kini. Bilangan adalah suatu konsep dalam matematika yang dipergunakan untuk melakukan pencacahan dan pengukuran. Simbol atau lambang yang dipakai untuk mewakili sebuah bilangan dinamakan sebagai angka atau lambang bilangan. Konsep bilangan dalam matematika selama bertahun-tahun lamanya sudah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan negatif, bilangan rasional, bilangan irasional, dan bilangan kompleks.

2.1.2 jenis Bilangan pada Matematika 1. Bilangan Asli Bilangan Asli merupakan bilangan yang dimulai dari angka satu (1) dan bertanbah satu. Pada garis deret ukur bilangan matematika yang di mulai dari angka satu bertambah satu ke arah kanan (1,2,3,4,5,...). 2. Bilangan Bulat Bilangan bulat yaitu terdiri dari bilangan cacah (0, 1, 2, ...) dan negatifnya (-1, -2, -3, ...; -0 adalah sama dengan 0 dan tidak dimasukkan lagi secara terpisah). Bilangan bulat bisa dituliskan tanpa komponen desimal atau pecahan. 3. Bilangan Positif Bilangan Positif adalah bilangan yang berada pada deret ukur garis bilangan yang dimulai dari Nol ke arah kanan tanpa batas {0,1,2,3,...} juga meliputi angka dibelakang koma {(0,1), (0,2), (0,3), ...} dan seterusnya. 4. Bilangan Negatif Bilangan Negatif adalah negasi atau kebalikan dari bilangan positif, yaitu bilangan yang berada pada deret ukur garis bilangan yang dimulai dari -1 ke arah kiri tanpa batas {-1, 2, -3, -4, ...} juga meliputi angka di belakang koma {(-1,0), (-1,1), (-1,2), (-1,3), ...} dan seterusnya. 5. Bilangan Riil Pada matematika, bilangan riil atau bilangan real menyatakan bilangan yang bisa dituliskan dalam bentuk desimal, seperti 2,4871773339 atau 3.25678. Bilangan real meliputi bilangan rasional, seperti 42 dan 23/129, dan bilangan irasional, seperti dan sqrt2. Bilangan rasional direpresentasikan dalam bentuk desimal berakhir, sedangkan bilangan irasional memiliki representasi desimal tidak berakhir namun berulang. Bilangan riil juga dapat direpresentasikan sebagai salah satu titik dalam garis bilangan.

6. Bilangan Rasional Bilangan rasional adalah suatu bilangan yang dapat dinyatakan sebagai a/b dimana a, b bilangan bulat dan b tidak sama dengan 0 dimana batasan dari bilangan rasional adalah mulai dari selanga (-, ). Pada bilangan rasional berarti teradapat di dalamnya sudah mencakup bilangan-bilangan lain seperti: bilangan bulat, bilangan asli, bilangan cacah, bilangan prima dan bilangan-bilangan lain yang menjadi subset dari bilangan rasional. 7. Bilangan Irasional Bilangan irasional merupakan bilangan riil yang tidak dapat dibagi (hasil baginya tidak pernah berhenti). Dalam hal ini, bilangan irasional tidak bisa dinyatakan sebagai a/b, dengan a dan b sebagai bilangan bulat dan b tidak sama dengan nol. Jadi bilangan irasional bukan merupakan bilangan rasional atau kebalikan dari bilangan rasional. 8. Bilangan Imajiner Definisinya, bilangan yang dinyatakan dengan "i" dan di defenisikan sebagai i = -1 atau i = akar -1 . akar -2 adalah bilangan irasional, tetapi akan -2 merupakan bilangan imajiner karena tidak ada bilangan riil jika di kuadratkan menghasilkan -2. 9. Bilangan Kompleks Bilangan kompleks adalah bilangan yang berbentuk a+bi dimana a dan b adalah bilangn riil dan i adalah bilangan imajiner.semoga informasi Jenis-jenis Bilangan pada Matematika bermanfaat buat anda semua rating 4.5 2.1.3 Lambang bilangan. Konsep Bilangan, Lambang Bilangan, dan Angka 1. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan dengan cara memisahkan tiap-tiap bagian kata. a. Bilangan utuh Contoh: 23 = dua puluh tiga (benar) duapuluh tiga (salah) 134 = seratus tiga puluh empat 508 = lima ratus delapan b. Penulisan bilangan pecahan Contoh: 1/2 = setengah 3/4 = tiga perempat 4/16 = empat perenam belas 3 2/3 = tiga dua pertiga 10% = sepuluh persen 0,2 = dua perpuluh 2,5 = dua lima perpuluh, atau dua setengah 1,09 = satu sembilan perseratus 2. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf (tidak dengan angka biasa), kecuali jika terdiri atas beberapa lambang bilangan yang dirinci secara berurutan sebagaimana halnya dalam bentuk paparan. Contoh: Dalam sehari ia makan dua kali. Usianya dua puluh tahun. Dari 50 peserta, 15 orang ikut, dan 35 orang lainnya tidak ikut. 30 remaja putri, 15 remaja putra, dan 10 balita. 3. Lambang bilangan pada awal kalimat harus senantiasa ditulis dengan huruf.

Contoh: Enam belas tahun yang lalu ia meninggal. Lima saudaranya laki-laki semua. Dua ratus para calon mahasiswa diterima. Catatan: Harus diingat bahwa angka biasa tidak dapat diletakkan pada awal kalimat. Oleh sebab itu harus diupayakan dengan mengubah susunannya sehingga memungkinkan tidak adanya angka biasa pada awal kalimat. C. Angka Angka adalah suatu tanda atau lambang yang digunakan untuk melambangkan bilangan. Contohnya, bilangan lima dapat dilambangkan menggunakan angka Hindu-Arab "5" (sistem angka berbasis 10), "101" (sistem angka biner), maupun menggunakan angka Romawi 'V'. Lambang "5", "1", "0", dan "V" yang digunakan untuk melambangkan bilangan lima disebut sebagai angka. Nomor biasanya menunjuk pada satu atau lebih angka yang melambangkan sebuah bilangan bulat dalam suatu barisan bilangan-bilangan bulat yang berurutan. Misalnya kata 'nomor 3' menunjuk salah satu posisi urutan dalam barisan bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, ..., dst. Kata "nomor" sangat erat terkait dengan pengertian urutan. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan Pengertian Angka dan lambang bilangan tidak bisa dipisahkan. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan. Berikut ini adalah penulisan Angka pada Lambang Bilangan : 1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Angka Arab : ,,,,,,,,, Bentuk angka biasa : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 Bentuk angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L, C, D, M, V Jika dibandingkan, maka kedua bentuk angka tersebut adalah sebagai berikut: I = 1 X = 10 II = 2 L = 50 III = 3 C = 100 V = 5 D = 500 M = 1000 2. Angka digunakan untuk menyatakan: a. Ukuran panjang b. Ukuran berat; c. Ukuran luas d. Ukuran isi; e. Satuan waktu; dan f. Nilai uang.

Contoh: 1) Ukuran panjang 15 meter (15 m) 0,5 kilometer (0.5 km) 123 desimeter (123 dm) 2) Ukuran berat 145 kilogram (145 kg) 1,5 gram (1,5 g) 703 kwintal (703 kw) 3) Ukuran luas

100 m 35 ha 4) Ukuran isi 6 liter (6 l) 48 kubik (48 kubik) 5) Satuan waktu 2 jam 38 menit pukul 13.00 30 Nopember 1988 6) Nilai uang 1000 rupiah (Rp 1000,00) 50 olar Amerika 10 on Inggris 3. Angka juga lazim dipakai untuk menandai nomor rumah, jalan, apartemen, hotel, atau kamar pada alamat (kediaman seseorang) Contoh: Jalan Pahlawan No. 140 Hotel Mesra, Kamar 500 Jalan Sulaksana III No. 54 4. Angka dugunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Contoh: Bab V, Pasal 8, halaman 34 Bab XII, Pasal 23, halaman 4 5. Angka yang menyatakan bilangan bulat yang nilainya besar dapat dieja sebagian agar lebih mudah dibaca. Contoh: Modal industri kecil mencapai 200 juta rupiah 2.2 Sistem numerasi 1. Yunani Matematika Yunani merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Yunani antara tahun 600 SM sampai 300 M. Matematikawan Yunani tinggal di kota-kota sepanjang Mediterania bagian timur, dari Italia hingga ke Afrika Utara, tetapi mereka dibersatukan oleh budaya dan bahasa yang sama. Matematikawan Yunani pada periode setelah Iskandar Agung kadang-kadang disebut Matematika Helenistik. Matematika Yunani lebih berbobot daripada matematika yang dikembangkan oleh kebudayaan-kebudayaan pendahulunya. Semua naskah matematika pra-Yunani yang masih terpelihara menunjukkan penggunaan penalaran induktif, yakni pengamatan yang berulangulang yang digunakan untuk mendirikan aturan praktis. Sebaliknya, matematikawan Yunani menggunakan penalaran deduktif. Bangsa Yunani menggunakan logika untuk menurunkan simpulan dari definisi dan aksioma, dan menggunakan kekakuan matematika untuk membuktikannya. Matematika Yunani diyakini dimulakan oleh Thales dari Miletus (kira-kira 624 sampai 546 SM) dan Pythagoras dari Samos (kira-kira 582 sampai 507 SM). Meskipun perluasan pengaruh mereka dipersengketakan, mereka mungkin diilhami oleh Matematika Mesir dan Babilonia. Menurut legenda, Pythagoras bersafari ke Mesir untuk mempelajari matematika, geometri, dan astronomi dari pendeta Mesir. Thales menggunakan geometri untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan ketinggian piramida dan jarak perahu dari garis pantai. Dia dihargai sebagai orang pertama yang menggunakan penalaran deduktif untuk diterapkan pada geometri, dengan menurunkan empat akibat wajar dari teorema Thales. Hasilnya, dia dianggap sebagai matematikawan

sejati pertama dan pribadi pertama yang menghasilkan temuan matematika. Pythagoras mendirikan Mazhab Pythagoras, yang mendakwakan bahwa matematikalah yang menguasai semesta dan semboyannya adalah "semua adalah bilangan". Mazhab Pythagoraslah yang menggulirkan istilah "matematika", dan merekalah yang memulakan pengkajian matematika. Mazhab Pythagoras dihargai sebagai penemu bukti pertama teorema Pythagoras, meskipun diketahui bahwa teorema itu memiliki sejarah yang panjang, bahkan dengan bukti keujudan bilangan irasional. Eudoxus (kira-kira 408 SM sampai 355 SM) mengembangkan metoda kelelahan, sebuah rintisan dari Integral modern. Aristoteles (kira-kira 384 SM sampai 322 SM) mulai menulis hukum logika. Euklides (kira-kira 300 SM) adalah contoh terdini dari format yang masih digunakan oleh matematika saat ini, yaitu definisi, aksioma, teorema, dan bukti. Dia juga mengkaji kerucut. Bukunya, Elemen, dikenal di segenap masyarakat terdidik di Barat hingga pertengahan abad ke-20. Selain teorema geometri yang terkenal, seperti teorem Pythagoras, Elemen menyertakan bukti bahwa akar kuadrat dari dua adalah irasional dan terdapat tak-hingga banyaknya bilangan prima. Saringan Eratosthenes (kira-kira 230 SM) digunakan untuk menemukan bilangan prima. Archimedes (kira-kira 287 SM sampai 212 SM) dari Syracuse menggunakan metoda kelelahan untuk menghitung luas di bawah busur parabola dengan penjumlahan barisan tak hingga, dan memberikan hampiran yang cukup akurat terhadap Pi. Dia juga mengkaji spiral yang mengharumkan namanya, rumus-rumus volume benda putar, dan sistem rintisan untuk menyatakan bilangan yang sangat besar. 2. Romawi Peradaban Matematika Romawi merupakan kebalikan dari Peradaban matematika di Yunani artinya masa bergoyangnya Yunani (Sway) merupakan masa berbunganya matematika namun masa Romawi Merupakan masa kerdilnya matematika. Sebagai akibat, tidak hanya geometri tinggi archimides dan Appolonius, tettapi juga elemen euclid, diabaikan. Dapat disimpulkan Notasi romawi ,dipinjam dari sumber-sumber luar. Peradaban Romawi lebih mengedepankan ilmu praksis khususnya tentang Aritmatika. Dalam Hal ini ilmu matematika yang menjadi peradaban adalah matematika langsung dalam artian dalam bentuk hasil karya atau penerapan matematika itu sendiri. Sebagai contoh, Penyelesaiaan matematika dalam hal pembayaran bunga dan soal-soal bunga (rente), penyelesaian pembagian harta waris, pembentukan kalender, dll. Geometri terapan sebagai contoh Telah diMilikinya Rumus MenghiTung seGitiga, terutama SeGitiga Sama SiSi yang rumus aproksimasinya adaLah 3/5 a kuadrat. Untuk menghitung bangsa Romawi kuno menggunakan sabak. Sabak dipakai dengan menggunakan kerikil yang berada diatas dan dibawah garis pemisah ditandai dengan angka Romawi menurut kolom-kolomnya . Setiap kerikil dibawah garis dikolom paling kanan dihitung sebagai satuan , dan setiap kerikil di atas garis bernilai lima. Jika hitungannya bernilai 10 , sebuah kerikil dibawa ke sebelah kiri . Tabel dibawah memperlihatkan hitungan sebesar 256.317 domba. Sistem numerisasi Romawi yang sekarang ini merupakan modernisasi siste adisi dari sistemnya yang lama. Sistem ini bukan sistem yang mempunyai nilai tempat, kecuali pada hal-hal tertentu yang sangat terbatas. Sistem ini juga tidak mempunyai nol.Sistem Romawi sudah ada sejak 260 tahun SM. Tetapi sistem Romawi yang seperti sekarang ini belum lama dikembangkannya. Misalnya lambang bilangan untuk empat adalah IV yang sebelumnya adalah IIII. Lambnag untuk 50 = L pernah bentuknya ^, , dan . Lambang 100 = C. Pada zaman dahulu kala orang romawi kuno menggunakan penomoran tersendiri yang sangat berbeda dengan sistem penomeran pada jaman seperti sekarang. Angka romawi

hanya terdiri dari 7 nomor dengan simbol huruf tertentu di mana setiap huruf melangbangkan memiliki arti angka tertentu, yaitu : I artinya 1 V artinya 5 X artinya 10 L artinya 50 C artinya 100 D artinya 500 M artinya 1000 Bila lambang sebuah bilangan ditulis dengan dua angka sedangkan angka yang disebelah kanannya mewakili bilangan yang lebih kecil dari angka yang berada di sebelah kirinya, maka arti penulisan lambang bilangan itu adalah jumlahnya. Misalnya angka 4 dalam Romawi IV, I mewakili bilangan yang lebih kecil dari bilangan yang diwakili oleh V. Sedangkan angka I ditulis disebelah kiri dari V, maka arti IV ialah 5 1 yang sama dengan 4. Pada prinsip pengurangan ini, I hanya dapat dikurangkan dari V dan X. X hanya dapat dikurangkan dari L dan C, dan C hanya dapat dikurangkan dari D dan M. Misalnya bilangan 99, tidak dituliskan sebagai 100 1 yaitu dalam Romawi IC, namun dituliskan sebagai 90 + 9 = (100 10) + (10 1) yaitu XCIX. Sistem numerasi Romawi ini menggunakan dasar sepuluh. Jadi tidak ada tulisan VV untuk melambangkan 10, tetapi harus X. Beberapa kekurangan atau kelemahan sistem angka romawi, yakni : 1. Tidak ada angka nol (0) 2. Terlalu panjang untuk menyebut bilangan tertentu 3. Terbatas untuk bilangan-bilangan kecil saja Untuk menutupi kekurangan angka romawi pada keterbatasan angka kecil, maka dibuat pengali seribu dari nilai biasa dengan simbol garis strip di atas simbol angka Romawi, (kecuali I). V artinya 5 x 1000 atau 5.000 X artinya 10 x 1000 atu 10.000 L artinya 50 x 1000 atau 50.000 C artinya 100 x 1000 atau 100.000 D artinya 500 x 1000 atau 500.000 M artinya 1000 x 1000 atau 1.000.000 Dua buah coretan diatas V, X, C atau yang lainnya menunjukkan perkalian dengan sejuta. V artinya 5 x 1.000.000 atau 5.000.000 X artinya 10 x 1.000.000 atau 10.000.000 C artinya 100 x 1.000.000 atau 100.000.000 3. Cina Matematika Cina permulaan adalah berlainan bila dibandingkan dengan yang berasal dari belahan dunia lain, sehingga cukup masuk akal bila dianggap sebagai hasil pengembangan yang mandiri. Tulisan matematika yang dianggap tertua dari Cina adalah Chou Pei Suan Ching, berangka tahun antara 1200 SM sampai 100 SM, meskipun angka tahun 300 SM juga cukup masuk akal. Hal yang menjadi catatan khusus dari penggunaan matematika Cina adalah sistem notasi posisional bilangan desimal, yang disebut pula "bilangan batang" di mana sandi-sandi yang berbeda digunakan untuk bilangan-bilangan antara 1 dan 10, dan sandi-sandi lainnya sebagai perpangkatan dari sepuluh. Dengan demikian, bilangan 123 ditulis menggunakan lambang untuk "1", diikuti oleh lambang untuk "100", kemudian lambang untuk "2" diikuti

lambang utnuk "10", diikuti oleh lambang untuk "3". Cara seperti inilah yang menjadi sistem bilangan yang paling canggih di dunia pada saat itu, mungkin digunakan beberapa abad sebelum periode masehi dan tentunya sebelum dikembangkannya sistem bilangan India.[38] Bilangan batang memungkinkan penyajian bilangan sebesar yang diinginkan dan memungkinkan perhitungan yang dilakukan pada suan pan, atau (sempoa Cina). Tanggal penemuan suan pan tidaklah pasti, tetapi tulisan terdini berasal dari tahun 190 M, di dalam Catatan Tambahan tentang Seni Gambar karya Xu Yue. Karya tertua yang masih terawat mengenai geometri di Cina berasal dari peraturan kanonik filsafat Mohisme kira-kira tahun 330 SM, yang disusun oleh para pengikut Mozi (470390 SM). Mo Jing menjelaskan berbagai aspek dari banyak disiplin yang berkaitan dengan ilmu fisika, dan juga memberikan sedikit kekayaan informasi matematika. Pada tahun 212 SM, Kaisar Qn Sh Hung (Shi Huang-ti) memerintahkan semua buku di dalam Kekaisaran Qin selain daripada yang resmi diakui pemerintah haruslah dibakar. Dekret ini tidak dihiraukan secara umum, tetapi akibat dari perintah ini adalah begitu sedikitnya informasi tentang matematika Cina kuno yang terpelihara yang berasal dari zaman sebelum itu. Setelah pembakaran buku pada tahun 212 SM, dinasti Han (202 SM220 M) menghasilkan karya matematika yang barangkali sebagai perluasan dari karya-karya yang kini sudah hilang. Yang terpenting dari semua ini adalah Sembilan Bab tentang Seni Matematika, judul lengkap yang muncul dari tahun 179 M, tetapi wujud sebagai bagian di bawah judul yang berbeda. Ia terdiri dari 246 soal kata yang melibatkan pertanian, perdagangan, pengerjaan geometri yang menggambarkan rentang ketinggian dan perbandingan dimensi untuk menara pagoda Cina, teknik, survey, dan bahan-bahan segitiga siku-siku dan . Ia juga menggunakan prinsip Cavalieri tentang volume lebih dari seribu tahun sebelum Cavalieri mengajukannya di Barat. Ia menciptakan bukti matematika untuk teorema Pythagoras, dan rumus matematika untuk eliminasi Gauss. Liu Hui memberikan komentarnya pada karya ini pada abad ke-3 M. Zhang Heng (78139) Sebagai tambahan, karya-karya matematika dari astronom Han dan penemu Zhang Heng (78139) memiliki perumusan untuk pi juga, yang berbeda dari cara perhitungan yang dilakukan oleh Liu Hui. Zhang Heng menggunakan rumus pi-nya untuk menentukan volume bola. Juga terdapat karya tertulis dari matematikawan dan teoriwan musik Jing Fang (7837 SM); dengan menggunakan koma Pythagoras, Jing mengamati bahwa 53 perlimaan sempurna menghampiri 31 oktaf. Ini kemudian mengarah pada penemuan 53 temperamen sama, dan tidak pernah dihitung dengan tepat di tempat lain hingga seorang Jerman, Nicholas Mercator melakukannya pada abad ke-17. Bangsa Cina juga membuat penggunaan diagram kombinatorial kompleks yang dikenal sebagai kotak ajaib dan lingkaran ajaib, dijelaskan di zaman kuno dan disempurnakan oleh Yang Hui (12381398 M). Zu Chongzhi (abad ke-5) dari Dinasti Selatan dan Utara menghitung nilai pi sampai tujuh tempat desimal, yang bertahan menjadi nilai pi paling akurat selama hampir 1.000 tahun. Bahkan setelah matematika Eropa mulai mencapai kecemerlangannya pada masa Renaisans, matematika Eropa dan Cina adalah tradisi yang saling terpisah, dengan menurunnya hasil matematika Cina secara signifikan, hingga para misionaris Jesuit seperti Matteo Ricci membawa gagasan-gagasan matematika kembali dan kemudian di antara dua kebudayaan dari abad ke-16 sampai abad ke-18 4. Hindu-Arab Sistem numerisasi ini disebut juga sistem numerisasi desimal. Sistem Angka Hindu-Arab atau sistem angka Hindu adalah suatu posisi desimal sistem angka yang dikembangkan oleh abad ke-9 oleh matematikawan India , diadopsi oleh Persia ( AlKhawarizmi sekitar s '825 buku Di Perhitungan dengan Hindu angka) dan matematikawan

Arab ( Al-Kindi sekitar tahun s '830 volume Pada Penggunaan angka India), dan menyebar ke dunia barat oleh Abad Pertengahan . Sistem ini didasarkan pada sepuluh (awalnya sembilan) mesin terbang yang berbeda. Simbol (glyph) digunakan untuk mewakili sistem ini adalah pada prinsipnya independen dari sistem itu sendiri. The glyphs digunakan sebenarnya adalah keturunan dari India angka Brahmi , dan telah terbelah menjadi berbagai varian sejak Abad Pertengahan . Simbol ini dapat dibagi menjadi tiga keluarga utama: angka India yang digunakan dalam India , yang Timur angka-angka Arab yang digunakan di Mesir dan Timur Tengah dan Barat angka-angka Arab yang digunakan dalam Maghreb dan di Eropa . Simbol yang digunakan untuk mewakili sistem yang terpecah menjadi berbagai varian sejak Abad Pertengahan , disusun dalam tiga kelompok utama: a. Barat luas " angka-angka yang "digunakan dengan Latin , Cyrillic , dan huruf Yunani dalam tabel di bawah ini berlabel "Eropa", turun dari "angka Arab Barat" yang dikembangkan di Al-Andalus dan Maghreb (Ada dua tipografi gaya untuk rendering angka Eropa, yang dikenal sebagai tokoh lapisan dan tokoh teks ). b. "Arab-India" atau " angka-angka Arab Timur "digunakan dengan huruf Arab , dikembangkan terutama di tempat yang sekarang Irak. Sebuah varian dari angka Arab Timur yang digunakan dalam bahasa Persia dan Urdu. Ada variasi substansial dalam penggunaan mesin terbang untuk Arab-Indic Timur digit, terutama untuk empat, angka lima, enam, dan tujuh. c. Angka India yang digunakan dengan skrip dari keluarga Brahmic di India dan Asia Tenggara. 5. Babilonia Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis60). Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Kemajuan orang Babilonia di dalam matematika didukung oleh fakta bahwa 60 memiliki banyak pembagi. Juga, tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem desimal. Bagaimanapun, mereka kekurangan kesetaraan koma desimal, dan sehingga nilai tempat suatu simbol seringkali harus dikira-kira berdasarkan konteksnya 6. Mesir Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir. Sejak peradaban helenistik, Yunani menggantikan bahasa Mesir sebagai bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Bangsa Mesir, dan sejak itulah matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia yang membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa Arab menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir. Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadangkadang disebut juga "Lembaran Ahmes" berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun 1650 SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari Kerajaan Tengah yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara perkalian, perbagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes dan

teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). embaran itu juga berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde satu juga barisan aritmetika dan geometri. Juga tiga unsur geometri yang tertulis di dalam lembaran Rhind menyiratkan bahasan paling sederhana mengenai geometri analitik: (1) pertama, cara memperoleh hampiran \pi yang akurat kurang dari satu persen; (2) kedua, upaya kuno penguadratan lingkaran; dan (3) ketiga, penggunaan terdini kotangen. Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, juga dari zaman Kerajaan Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM. Naskah ini berisikan soal kata atau soal cerita, yang barangkali ditujukan sebagai hiburan. Satu soal dipandang memiliki kepentingan khusus karena soal itu memberikan metoda untuk memperoleh volume limas terpenggal: "Jika Anda dikatakan: Limas terpenggal setinggi 6 satuan panjang, yakni 4 satuan panjang di bawah dan 2 satuan panjang di atas. Anda menguadratkan 4, sama dengan 16. Anda menduakalilipatkan 4, sama dengan 8. Anda menguadratkan 2, sama dengan 4. Anda menjumlahkan 16, 8, dan 4, sama dengan 28. Anda ambil sepertiga dari 6, sama dengan 2. Anda ambil dua kali lipat dari 28 twice, sama dengan 56. Maka lihatlah, hasilnya sama dengan 56. Anda memperoleh kebenaran." Akhirnya, lembaran Berlin (kira-kira 1300 SM) menunjukkan bahwa bangsa Mesir kuno dapat menyelesaikan persamaan aljabar orde dua. Berikut ini adalah sistem numerisasi Mesir Kuno : 1=2=2=3=3=4=4= 10 = 100 = 1.000 = 10.000 = 100.000 = 1.000.000

You might also like