Professional Documents
Culture Documents
0 M
- +
Berdasarkan syarat-syarat kesetimbangan tersebut, maka reaksi perletakandari
suatu struktur dapat di tentukan dengan memprhatikan sifat-sifat dari perletakan
yang digunakan.
1.5 CONTOH SOAL
CONTOH 1
A B
0 V
empiris
V
A
= 2 T V
a
= 2 T
2 m
P = 4 T
Z A B
V
A
= 2T
V
B
= 2T
3 m 2 m 2 m
Modul 1 - Statika I
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Ditanyakan : Reaksi perletakan
Penyelesaian :
Matematis 2 Variabel
Diperlukan 2 Persamaan
0 ; 0 V M
0 V
V
A
+ V
B
- P = 0
V
A
+ V
B
= 4 .(1)
Persamaan (1) dikalikan 3 dan persamaan (2 ) dikalikan 1
V
A
+ V
B
= 4 . (1) x 3
-3 V
A
- V
B
= - 20 (2) x 1
Kemudian persamaan tersebut dijumlahkan :
3V
A
+ 3V
B
= 12
-3V
A
- 7V
B
= - 20 ( )
Dari persamaan (1)
V
A
+ 2 = 4 V
A
= 4 2 = 2T ( )
CONTOH 2
q = 2 t/m P = 21
R = 42 A
3 1
3 2 V
A
V
B
Modul 1 - Statika I
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Ditanya :
Reaksi Perletakan
Penyelesaian
0
B
M
P.2 + V
A.
4 R. 5 = 0
2.2 + 4 V
A
8.5 = 0
4 + 4 V
A
40 = 0
4 V
A
= - 4 + 40
V
A
= 36/34 = 9t
0 V
V
A
+ V
B
P R = 0
9 +V
B
2 8 = 0
V
B
= - 9 + 2 + 8
V
B
= 1t
CONTOH 3
q = 3 t/m
M
A
R = 9 B
4 3
V
B
V
= 0
M
A
= 0
Modul 1 - Statika I
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
V
B
P R = 0 - V
B.
7 + M
B
+ R.5,5 = 0
V
B
= 9 + 4 - 13.7 + M
B
+ 9.5,5 = 0
V
B
= 13 t - 91 + M
B
+ 49,5 = 0
M
B
= 41,5 tm
Periksa !
M
B
= 0
P. 7 + R 1,5 - M
B
= 0
4.7 + 9. 1,5 41,5 = 0
41,5 41,5 = 0
0 = 0
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Modul 3
AS AH- S TS t SH T HHt H
Ht H A - H- H Ht
Statika merupakan ilmu yang mempelajari semua benda yang tetap, yang statis.
Ilmu Statika merupakan bagian dari bidang ilmu mekanika teknik. Dalam ilmu statika
dipelajari segala sesuatu yang tidak bergerak (atau yang tidak akan bergerak). Hal ini
berbeda dengan ilmu dinamik, dalam ilmu dinamik diterangkan semua yang bergerak.
Akan tetapi, kedua bagian bidang ilmu tersebut mempunyai persamaan, yaitu gaya dan
gerak (pergerakan).
Dalam ilmu statika, terdapat persyaratan khusus mengenai pergerakan, yaitu
pergerakan v = 0, hal ini berarti bahwa pokok bahasan yang ditinjau adalah hanya
bekerja dengan gaya-gaya yang tidak bergerak, atau dengan kata lain keadaan
pergerakan sama dengan nol.
Kondisi tersebut terjadi apabila semua gaya yang bekerja atau semua gaya yang
membebani suatu benda dan gaya-gaya dalam keadaan seimbang. Sebagai contoh
gaya-gaya yang bekerja pada tangkai pengungkit (dengan jarak antara gaya dan benda
= momen) saling menutupi, sehingga semua gaya seimbang.
Gambar 3.1 Keseimbangan Gaya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Oleh karena itu, ilmu statika disebut juga ilmu keseimbangan gaya.
Keseimbangan pada mulanya tidak ada dan apabila keseimbangan itu tercapai, segera
akan terganggu lagi. Atau dapat pula terjadi perubahan dalam keseimbangan, yang
diakibatkan oleh daya tarik bumi (dalam ilmu statika disebut berat sendiri), oleh beban
yang dikenakan pada benda/konstruksi bangunan itu serta oleh kekuatan alam, sebagai
contoh air hujan, salju, angin dan perubahan suhu.
Gambar 3.2 Struktur jembatan untuk pejalan kaki.
3.2 Tahapan Pembangunan Struktur
Ilmu statika pada dasarnya merupakan pengembangan ilmu fisika yang
menjelaskan kejadian alam sehari-hari yang berkaitan dengan gaya-gaya yang bekerja.
Pada pokok bahasan ini, dalam dunia konstruksi, pekerjaan seorang insinyur sipil
secara garis besar dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Bidang perencanaan (design) bangunan sipil.
2. Bidang pelaksanaan (construction) bangunan sipil.
3. Bidang perawatan/perbaikan (maintenance/repair) bangunan sipil.
Salah satu fungsi utama bangunan sipil adalah mendukung gaya-gaya yang berasal dari
beban-beban yang dipikulnya, sebagai contoh yaitu:
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
1. Jembatan/jalan, mendukung gaya-gaya yang berasal dari beban arus lalu lintas
yang melintasi jembatan atau jalan tersebut.
2. Dinding penahan tanah (retaining wall), berfungsi menahan gaya timbunan tanah
pada dinding retaining wall.
3. Bendung, berfungsi menampung air
4. Lantai pada gedung, berfungsi memikul beban hidup, beban mati dan beban mati
tambahan yang bekerja.
Oleh karena itu, penguasaan ilmu statika sangat membantu insinyur sipil dalam
pengambilan keputusan.
3.3 Definisi Sederhana Struktur
Struktur merupakan sarana yang berfungsi menyalurkan beban yang diakibatkan
penggunaan dan/atau kehadiran bangunan di atas tanah.
Gambar 3.3 Jembatan rangka
Dari Gambar 3.3 dapat kita lihat bahwa struktur jembatan berfungsi untuk
menyalurkan beban yang bergerak di sepanjang jembatan, yaitu kereta api.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Gambar 3.4 Bangunan gedung bertingkat.
Dari Gambar 3.4 dapat kita lihat bahwa bangunan gedung bertingkat berfungsi
untuk menyalurkan beban-beban yang ada pada tiap lantai.
3.4 Tipe-tipe Struktur
Struktur dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa pendekatan, yaitu antara lain :
1. Geometri
Berdasarkan geometri dasar, bentuk struktur dapat diklasifikasikan sebagai
salahsatu bentuk elemen garis (atau disusun dari elemen-elemen garis) atau sebagai
bentuk elemen permukaan. Bentuk elemen garis dapat dibedakan sebagai garis lurus
atau garis lengkung. Sedangkan bentuk elemen permukaan bisa berbentuk datar atau
lengkung. Elemen permukaan lengkung bisa berupa lengkung tunggal atau lengkung
ganda.
Pada kenyataannya tidak ada yang dapat disebut sebagai elemen garis atau
elemen permukaan, karena elemen-elemen struktur memiliki tebal. Istilah garis dan
permukaan ini hanya untuk memudahkan saja.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Gambar 3.5 Elemen garis lurus dan lengkung.
Elemen tersebut tergantung pada bahan atau metode konstruksinya. Sebagai
contoh bahan dari kayu, beton atau baja.
2. Kekakuan
Berdasarkan kekakuan, dapat diklasifikasikan apakah suatu struktur kaku atau
fleksibel.
Elemen kaku biasanya sebagai batang, tidak mengalami perubahan bentuk yang cukup
besar di bawah pengaruh gaya atau pada perubahan gaya yang diakibatkan oleh beban.
Namun meskipun demikian, struktur ini selalu bengkok meskipun sangat kecil, apabila
dibebani.
Gambar 3.6 Jembatan KA Jalur Cikampek-Padalarang.
Elemen fleksibel atau tidak kaku, misalnya kabel, cenderung mempunyai bentuk
tertentu pada suatu kondisi pembebanan. Bentuk tersebut dapat berubah apabila
pembebanan berubah.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Struktur fleksibel dapat mempertahankan keutuhan fisiknya meskipun bentuknya
berubah-ubah. Elemen kaku contohnya adalah kayu dan baja. Sedangkan contoh dari
elemen fleksibel adalah kabel baja.
Gambar 3.7 Jembatan kabel di Pulau Batam, Indonesia.
3.5 Jenis-jenis Elemen Struktur
Jenis-jenis elemen struktur dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Balok dan Kolom
Struktur yang dibentuk dengan cara meletakkan elemen kaku horisontal di atas
elemen kaku vertikal adalah struktur yang umum dijumpai. Elemen horizontal (balok)
sering disebut sebagai elemen lentur, yaitu memikul beban yang bekerja secara
transversal dari panjangnya dan mentransfer beban tersebut ke kolom vertikal yang
menumpunya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Gambar 3.8 Elemen balok dan kolom struktur bangunan gedung.
Kolom dibebani beban secara aksial oleh balok, kemudian mentransfer beban
tersebut ke tanah. Kolom yang memikul balok tidak melentur ataupun melendut karena
kolom pada umumnya mengalami gaya aksial tekan saja.
2. Rangka
Rangka mempunyai aksi struktural yang berbeda dengan jenis balok-tiang,
karena adanya titik hubung kaku antara elemen vertikal dan elemen horisontal.
Kekakuan titik hubung ini memberikan banyak kestabilan terhadap gaya lateral.
Kekakuan titik hubung adalah salah satu dari berbagi jenis hubungan yang ada di antara
berbagai elemen struktur.
Pada sistem rangka, baik balok maupun kolom akan melentur sebagai akibat
adanya aksi beban pada struktur.
3. Rangka Batang
Struktur rangka batang adalah struktur yang terdiri dari kumpulan elemen batang
yang disambung untuk membentuk suatu geometri tertentu sedemikian sehingga
apabila diberi beban pada titik buhul (titik pertemuan antar batang) maka struktur
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
tersebut akan menyalurkan beban ke tumpuan melalui gaya aksial (tarik atau tekan)
pada batang-batangnya.
Titik buhul dimodelkan berperilaku sebagai sambungan pin (engsel) sehingga
tidak bisa menahan atau menyalurkan momen ke batang yang lain.
Gambar 3.10 Rangka Batang.
4. Pelengkung
Pelengkung adalah struktur yang dibentuk oleh elemen garis yang melengkung
dan membentang di antara dua titik. Pada umumnya terdiri atas potonganpotongan kecil
yang mempertahankan posisinya akibat adanya tekanan dari beban.
Sebagai contoh dapat dilihat pada ilustrasi Gambar 3.5 (b) dan Gambar 3.12,
serta contoh jembatan pelengkung seperti terlihat pada Gambar 3.13. Contoh lain
adalah pada bangunan-bangunan modern, atau dinamakan pelengkung kaku (rigid
arch).
Gambar 3.11 Jembatan pelengkung di Europabrcke, Murau, Austria.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Gambar 3.12 Ilustrasi sebuah jembatan pelengkung.
5. Dinding dan Pelat
Dinding dan pelat datar adalah struktur kaku pembentuk permukaan. Dinding
pemikul beban biasanya dapat memikul baik beban arah vertikal maupun beban lateral
(gempa, angin dan lain-lain).
Pelat datar biasanya digunakan secara horisontal dan memikul beban sebagai
lentur, dan meneruskannya ke tumpuan. Struktur pelat biasanya terbuat dari beton
bertulang atau baja.
Gambar 3.13 Pelat bangunan gedung.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
6. Cangkang Silindrikal dan Terowongan
Cangkang contohnya adalah struktur pelat-satu-kelengkungan. Cangkang
mempunyai bentang longitudinal dan lengkungannya tegak lurus terhadap diameter
bentang. Cangkang dibuat dari material kaku (misalnya beton bertulang atau baja).
Terowongan berbeda dengan cangkang, yaitu struktur berkelengkungan tunggal
yang membentang secara transversal. Terowongan dapat dipandang sebagai
pelengkung menerus.
(a) Ilustrasi terowongan. (b) Terowongan kereta api.
Gambar 3.14 Terowongan.
7. Kubah dan Cangkang Bola
Kubah sangat efisien digunakan pada suatu bangunan dengan bentang besar.
Tingkat kesulitan perhitungan lebih rumit. Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar
3.15.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Gambar 3.15 Struktur cangkang bola.
8. Kabel
Kabel adalah elemen struktur fleksibel. Bentuknya sangat tergantung pada besar
dan perilaku beban yang bekerja padanya. Kabel dapat digunakan pada bentang yang
panjang. Biasanya digunakan pada jembatan yang memikul dek jalan raya deserta lalu
lintas di atasnya. Sebagai contoh, dii negara Indonesia sudah dibangun beberapa
jembatan kabel. Sebagai contoh, beberapa jembatan kabel yang ada di Indonesia
adalah di Pulau Batam (Gambar 3.7), Riau (Gambar 3.16) dan Bandung, Jawa Barat
(Gambar 3.17).
Gambar 3.16 Jembatan kabel di Riau, Indonesia.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Gambar 3.17 Jembatan kabel di Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
9. Membran, Tenda dan Jaring
Membran adalah lembaran tipis dan fleksibel. Tenda biasanya dibuat dari
permukaan membran. Bentuk yang sederhana maupun kompleks dapat dibuat dengan
menggunakan membran-membran. Jaring adalah permukaan 3D yang terbuat dari
sekumpulan kabel lengkung yang melintang. Jaring mempunyai analogi dengan kulit
membran. Dengan memungkinkan adanya lubang saringan untuk variasi sesuai
keperluan, maka sangat banyak bentuk permukaan yang dapat diperoleh.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Gambar 3.18 Model struktur membran.
Gambar 3.19 Model struktur membran untuk atap.
Salah satu keuntungan penggunaannya yaitu penempatan kabel dapat
mencegah atap dari getaran akibat tekanan dan isapan angin. Selain itu, gaya tarik
umumnya dapat diberikan pada kabel dengan alat jacking sehingga seluruh permukaan
dapat mempunyai tahanan terhadap getaran pada atap.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Gambar 3.20 Struktur membran/tenda untuk atap tempat parkir.
3.6 Fenomena Struktur Dasar
Dalam analisis dan desain statu struktur, terdapat masalah-masalah yang kita
jumpai, sebagai contoh misalnya bentuk-bentuk tertentu dapat terguling atau runtuh,
apabila mengalami pembebanan tertentu. Beban yang menyebabkan terguling atau
gagal tersebut dapat berasal dari keadaan tertentu (misalnya angin, gempa), beban
akibat penggunaannya, atau akibat berat sendiri struktur tersebut. Beban-beban ini
dapat menimbulkan gaya dalam pada struktur, tegangan pada bahannya, sehingga
pada akhirnya dapat menyebabkan kegagalan.
Masalah pertama adalah berkaitan dengan kestabilan menyeluruh. Sebagai
suatu kesatuan yang utuh, struktur dapat terguling, tergelincir atau terpuntir relatif
terhadap dasarnya, terutama apabila mengalami beban seperti angin atau gempa.
Struktur yang relatif tinggi, sebagai contoh menara listrik tegangan tinggi yang
mempunyai dasar kecil mempunyai potensi untuk terguling. Ketidakseimbangan akibat
berat sendiri juga dapat menyebabkan terjadinya guling.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Penggunaan pondasi kaku yang lebar dapat mencegah terjadinya guling, atau dengan
penggunaan pondasi tiang yang mampu memikul gaya tarik.
Masalah kedua adalah berkaitan dengan kestabilan hubungan atau internal. Apabila
bagian-bagian struktur tidak tersusun atau terhubung dengan baik, maka struktur dapat
runtuh. Suatu susunan struktur dapat stabil untuk kondisi pembebanan tertentu, tetapi
tidak untuk kondisi lainnya.
Gaya-gaya seperti angin, gempa dapat menyebabkan keruntuhan demikian. Ada
beberapa mekanisme dasar dinding, aksi rangka, atau diagonal yang dapat digunakan
untuk membuat statu susunan struktur menjadi stabil.
Gambar 3.22 Menara listrik tegangan tinggi.
Masalah ketiga adalah berkaitan dengan kekuatan dan kekakuan elemen. Ada
banyak masalah struktural pada kekuatan komponen struktur. Keruntuhan komponen
dapat berupa keruntuhan akibat tarik, tekan, lentur, geser, torsi, gaya tumpu, atau
deformasi berlebihan yang timbul secara internal di dalam struktur sebagai akibat dari
adanya beban. Bersamaan dengan beban, juga timbal tegangan pada material.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Gambar 3.23 Kegagalan struktur akibat torsi.
Dengan mendesain komponen struktur secara hati-hati, keadaan tegangan
tersebut dapat diatur agar berada dalam taraf aman.
3.7 Kriteria dan Tahapan dalam Analisis Struktur
Tinjauan dasar dalam merencanakan struktur adalah menjamin kestabilan pada
segala kondisi pembebanan yang mungkin terjadi. Struktur akan mengalami perubahan
bentuk tertentu apabila dibebani.
Pada struktur yang stabil, deformasi akibat beban pada umumnya kecil, dan gaya
internal yang timbul di dalam struktur mempunyai kecenderungan mengembalikan
bentuk struktur ke bentuk semula apabila beban dihilangkan.
Pada struktur yang tidak stabil, deformasi akibat beban pada umumnya
mengakibatkan kecenderungan untuk terus bertambah selama struktur tersebut
dibebani. Struktur yang tidak stabil tidak memberikan gaya-gaya internal yang
mempunyai kecenderungan untuk terus bertambah selama struktur tersebut dibebani.
Struktur yang tidak stabil mudah mengalami runtuh (collapse).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Tanggung jawab Insinyur Sipil sebagai perencana struktur adalah dapat
menjamin struktur yang membentuk konfigurasi yang stabil. Para insinyur berupaya agar
hasil rancangannya adalah yang terbaik atau optimal jika ditinjau dari kekuatan,
kekakuan maupun pembiayaan (ekonomis).
Gambar 3.24 Kestabilan struktur.
Gambar 3.25 Struktur yang tidak stabil.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
1 1
1
PRINSIP DASAR
4.1 Pendahuluan
Ilmu statika pada dasarnya merupakan pengembangan dari ilmu fisika, yang
menjelaskan kejadian alam sehari-hari, yang berkaitan dengan gaya-gaya yang
bekerja. Insinyur sipil dalam hal ini bekerja pada bidang perencanaan, pelaksanaan
dan perawatan atau perbaikan konstruksi bangunan sipil.
Fungsi utama bangunan sipil adalah mendukung gaya-gaya yang berasal dari
beban-beban yang dipikul oleh bangunan tersebut. Sebagai contoh adalah beban
lalu lintas kendaraan pada jembatan/jalan, beban akibat timbunan tanah pada
dinding penahan tanah (retaining wall), beban air waduk pada bendung, beban hidup
pada lantai bangunan
gedung, dan lain sebagainya.
Gambar 4.1 Model beban lalu lintas pada jembatan.
Gambar 4.2 Dinding penahan tanah (retaining wall).
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
2 2
2
Oleh karena itu, penguasaan ilmu statika sangat penting dan membantu insinyur sipil
dalam kaitannya dengan perencanaan suatu struktur.
4.1.1 Gaya
Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan deformasi pada suatu struktur. Gaya
mempunyai besaran dan arah, digambarkan dalam bentuk vector yang arahnya
ditunjukkan dengan anak-panah, sedangkan panjang vektor digunakan untuk
menunjukkan besarannya (Gambar 4.3).
Gambar 4.3 Vektor
Garis disepanjang gaya tersebut bekerja dinamakan garis kerja gaya. Titik tangkap
gaya yang bekerja pada suatu benda yang sempurna padatnya, dapat dipindahkan
di sepanjang garis kerja gaya tersebut tanpa mempengaruhi kinerja dari gaya
tersebut. Apabila terdapat bermacam-macam gaya bekerja pada suatu benda, maka
gaya-gaya tersebut dapat digantikan oleh satu gaya yang memberi pengaruh sama
seperti yang dihasilkan dari bermacam-macam gaya tersebut, yang disebut sebagai
resultan gaya.
4.1.2 Vektor Resultan
Sejumlah gaya yang bekerja pada suatu struktur dapat direduksi menjadi satu
resultan gaya, maka konsep ini dapat membantu di dalam menyederhanakan
permasalahan. Menghitung resultan gaya tergantung dari jumlah dan arah dari
gayagaya tersebut.
Beberapa cara/metode untuk menghitung/mencari resultan gaya, yaitu antara lain :
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
3 3
3
1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya.
4. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya.
3. Metode proyeksi vektor gaya.
1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya
Metode ini menggunakan konsep bahwa dua gaya atau lebih yang terdapat pada
garis kerja gaya yang sama (segaris) dapat langsung dijumlahkan (jira arah
sama/searah) atau dikurangkan (jika arahnya berlawanan).
Gambar 4.4 Penjumlahan vektor searah dan segaris menjadi resultan gaya R.
4. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya
Metode ini menggunakan konsep, jika gaya-gaya yang bekerja tidak segaris, maka
dapat digunakan cara Paralellogram dan Segitiga Gaya. Metode tersebut cocok jika
gaya-gayanya tidak banyak.
Gambar 4.5 Resultan dua vektor gaya yang tidak segaris.
Namur jika terdapat lebih dari dua gaya, maka harus disusun suatu segibanyak
(poligon) gaya. Gaya-gaya kemudian disusun secara berturutan, mengikuti arah
jarum jam.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
4 4
4
Gambar 4.6 Resultan dari beberapa vektor gaya yang tidak searah.
Jika telah terbentuk segi-banyak tertutup, maka penyelesaiannya adalah tidak ada
resultan gaya atau resultan gaya sama dengan nol. Namun jika terbentuk segi-
banyak tidak tertutup, maka garis penutupnya adalah resultan gaya.
3. Metode proyeksi vektor gaya
Metode proyeksi menggunakan konsep bahwa proyeksi resultan dari dua buah
vektor gaya pada setiap sumbu adalah sama dengan jumlah aljabar proyeksi
masing-masing komponennya pada sumbu yang sama. Sebagai contoh dapat dilihat
pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Proyeksi Sumbu.
Xi dan X adalah masing-masing proyeksi gaya Fi dan R terhadap sumbu x.
sedangkan Yi dan Y adalah masing-masing proyeksi gaya Fi dan R terhadap sumbu
y. dimana
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
5 5
5
Dengan demikian metode tersebut sebenarnya tidak terbatas untuk dua buah vektor
gaya, tetapi bisa lebih. Jika hanya diketahui vektor-vektor gaya dan akan dicari
resultan gaya,
maka dengan mengetahui jumlah kumulatif dari komponen proyeksi sumbu, yaitu X
dan Y, maka dengan rumus pitagoras dapat dicari nilai resultan gaya (R). dimana
Sebagai penjelasan lebih lanjut, dapat dilihat beberapa contoh soal dengan disertai
ilustrasi Gambar 4.8.
Contoh pertama, diketahui suatu benda dengan gaya-gaya seperti terlihat pada
Gambar 8 sebagai berikut.
Ditanyakan : Tentukan besar dan arah resultan gaya dari empat gaya tarik pada besi
ring.
Gambar 4.8 Contoh soal pertama.
Contoh kedua, diketahui dua orang seperti terlihat pada Gambar 9, sedang
berusaha memindahkan bongkahan batu besar dengan cara tarik dan ungkit.
Ditanyakan : tentukan besar dan arah gaya resultan yang bekerja pada titik bongkah
batu akibat kerja dua orang tersebut.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
6 6
6
Penyelesaian :
Gambar 4.9 Contoh soal kedua.
4.1.3 Momen
Gaya yang beraksi pada suatu massa kaku, secara umum selain menyebabkan
deformasi, ternyata juga menyebabkan rotasi (massa tersebut berputar terhadap
suatu titik sumbu tertentu). Posisi vektor gaya yang menyebabkan perputaran
terhadap suatu titik sumbu tertentu tersebut disebut sebagai momen.
Gambar 4.10 Model struktur kantilever.
Pada gambar 4.10 dapat kita lihat bahwa akibat beban terpusat (lampu gantung dan
penutup) yang bekerja pada titik B, maka akan timbul momen pada titik A.
Pada kasus tertentu, akibat adanya momen untuk suatu beban yang memiliki
eksentrisitas, akan menimbulkan suatu putaran yang disebut dengan torsi atau
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
7 7
7
puntir. Ilustrasi mengenai torsi atau punter sebagai contoh adalah pada sebuah pipa,
seperti terlihat pada Gambar 4.11, Gambar 4.12, dan Gambar 4.13.
Jika momen tersebut berputar pada sumbu aksial dari suatu batang (misal pipa)
maka namanya adalah torsi atau puntir.
Gambar 4.11 Torsi Terhadap Sumbu Z.
Dari ilustrasi seperti terlihat pada Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa torsi terhadap
sumbu-z akan menyebabkan puntir pada pipa. Besarnya momen ditentukan oleh
besarnya gaya F dan lengan momen (jarak tegak lurus gaya terhadap titik putar yang
ditinjau).
Gambar 4.12 Momen Terhadap Sumbu X.
Dari ilustrasi seperti terlihat pada Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa momen terhadap
sumbu-z akan menyebabkan bending pada pipa.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
8 8
8
Gambar 4.13 Gaya menuju sumbu (konkuren)
Gaya yang menuju suatu sumbu disebut sebagai konkuren, tidak akan menimbulkan
momen pada sumbu-z. Perilaku momen pada batang kantilever dapat terjadi dalam
beberapa konfigurasi.
4.1.4 Soal latihan dan pembahasan
Berikut ini terdapat tiga contoh soal latihan beserta pembahasan untuk menghitung
momen.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
9 9
9
4.2 Keseimbangan Benda Tegar
Suatu benda berada dalam keseimbangan apabila sistem gaya-gaya yang bekerja
pada benda tersebut tidak menyebabkan translasi maupun rotasi pada benda
tersebut.
Keseimbangan akan terjadi pada sistem gaya konkuren yang bekerja pada titik atau
partikel, apabila resultan sistem gaya konkuren tersebut sama dengan nol. Apabila
sistem gaya tak konkuren bekerja pada suatu benda tegar, makaakan terjadi
kemungkinan untuk mengalami translasi dan rotasi.
Oleh karena itu, agar benda tegar mengalami keseimbangan, translasi dan rotasi
tersebut harus dihilangkan. Untuk mencegah translasi, maka resultan sistem gaya-
gaya yang bekerja haruslah sama dengan nol, dan untuk mencegah rotasi, maka
jumlah momen yang dihasilkan oleh resultan oleh semua gaya yang bekerja haruslah
sama dengan nol.
Sebagai ilustrasi, dapat dilihat Gambar 4.14 mengenai gaya dan momen pada
sumbu-x, sumbu-y dan sumbu-z.
di mana F adalah gaya dan M adalah momen.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
10 10
10
Gambar 4.14 Gaya dan Momen pada tiga sumbu.
4.3. Gaya dan Momen Eksternal dan Internal
Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda dapat berupa eksternal dan
internal. Gaya dan momen eksternal, sebagai contoh adalah berat sendiri struktur.
Gaya dan momen internal adalah gaya dan momen yang timbul di dalam struktur
sebagai respons terhadap gaya eksternal yang ada, sebagai contoh hdala gaya
tarik yang timbal di dalam batang.
4.3.1. Gaya dan Momen Eksternal
Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda tegar dapat dibagi ke dalam dua
jenis utama, yaitu gaya yang bekerja langsung pada struktur dan gaya yang timbul
akibat adanya aksi.
Sesuai dengan hukum ketiga Newton bahwa apabila ada suatu aksi maka akan ada
reaksi yang besarnya sama dan arahnya berlawanan.
4.3.4. Gaya dan Momen Internal
Gaya dan momen internal timbul di dalam struktur sebagai akibat adanya sistem
gaya eksternal yang bekerja pada struktur dan berlaku bersamasama secara umum
mempertahankan keseimbangan struktur.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
11 11
11
4.3.3. Idealisasi Struktur
Beberapa langkah penyelesaian struktur dengan gaya yang bekerja dapat dilakukan.
Salah satu cara adalah dengan melakukan idealisasi.
Gambar 4.15 Idealisasi struktur jembatan rangka batang.
Gambar 4.15 (a) memperlihatkan suatu jembatan rangka batang. Idealisasi struktur
dapat dilakukan dengan memodelkan menjadi rangka batang dua dimensi seperti
terlihat pada gambar 4.15 (b).
Gambar 4.16 Idealisasi struktur jembatan.
Gambar 4.16 (a) memperlihatkan suatu jembatan, dan gambar 4.16 (b) merupakan
idealisasi menjadi pemodelan balok diatas tumpuan sendi-rol di ujung-ujungnya,
dengan beban merata bekerja di sepanjang balok.
(a). Aktual struktur. (b). Idealisasi struktur.
Gambar 4.17 Idealisasi balok kantilever.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
12 12
12
Gambar 4.17 (a) memperlihatkan suatu balok kantilever baja, dan gambar 4.17 (b)
merupakan idealisasi pemodelan balok kantilever dengan tumpuan jepit-bebas pada
ujung-ujungnya.
Model beban adalah beban merata (W) di sepanjang bentang dan beban terpusat (P)
di ujung bebas.
4.4. Kondisi Tumpuan
Sifat gaya-gaya reaksi yang timbul pada suatu benda yang dibebani bergantung
pada bagaimana benda tersebut ditumpu atau dihubungkan dengan benda lain.
Hubungan antar jenis kondisi tumpuan/perletakan yang ada dan jenis gaya-gaya
reaksi yang timbul, dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jenis kondisi tumpuan : model-model idealisasi.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
13 13
13
4.5. Pemodelan Struktur
Untuk menetapkan kriteria yang digunakan sebagai ukuran untuk menentukan
apakah suatu struktur dapat diterima atau tidak, diperlukan suatu pemodelan
struktur. Dalam pemodelan struktur, diperlukan suatu analisis dan desain. Kriteria-
kriteria tersebut antara lain yaitu :
1. Kemampuan Layan (Serviceability)
Struktur harus mampu memikul beban secara aman, tanpa kelebihan tegangan pada
material dan mempunyai batas deformasi yang masih dalam daerah yang diijinkan.
Kemampuan struktur memikul beban tanpa mengalami kelebihan tegangan diperoleh
dengan menggunakan factor keamanan dalam desain struktur. Hal ini berkaitan
dengan criteria kekuatan.
Sedangkan deformasi berkaitan dengan kriteria kekakuan struktur. Deformasi
dikontrol dengan memvariasi kekakuan struktur, karena kekakuan bergantung pada
jenis besar dan distribus bahan pada struktur.
4. Efisiensi
Kriteria ini merupakan tujuan untuk mendapatkan desain struktur yang ekonomis.
ukuran yang biasa digunakan adalah banyaknya materila yang diperlukan untuk
memikul beban yang diberikan pada kondisi dan kendala yang ditentukan.
Penggunaan material yang sama belum tentu memberikan kemampuan layan yang
sama. Bisa terjadi suatu struktur
tertentu akan memerlukan material lebih sedikit dibandingkan struktur yang lain.
3. Konstruksi
Tinjauan konstruksi mempengaruhi pilihan struktural. Bisa saja terjadi suatu
perakitan elemen-elemen struktur akan efisien apabila material mudah dibuat dan
dirakit. Termasuk dalam tinjauan ini adalah meliputi tenaga kerja, jenis dan jumlah
peralatan konstruksi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu bangunan.
4. Harga
Harga merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam pemilihan struktur.
Konsep harga tidak dapat lepas dari faktor efisiensi dan konstruksi.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
14 14
14
Harga total suatu struktur bergantung pada banyak dan harga material yang dicapai,
upah buruh dan biaya peralatan yang diperlukan selama masa pelaksanaan suatu
bangunan.
5. Lain-lain
Faktor lain yang berpengaruh, misal tinjauan dari segi arsitektural. Sebagai contoh
adalah penampilan bangunan, tujuan penggunaan bangunan.
Gambar 4.18 memperlihatkan bangunan rumah tinggal. Selain karena tujuan
penggunaan, tinjauan dari segi arsitektural juga sangat penting, terutama untuk
tujuan penampilan bangunan sesuai yang diinginkan.
Gambar 4.19 Bangunan Apartemen.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
15 15
15
Bangunan apartemen, seperti terlihat pada Gambar 4.19 pada umumnya bertingkat
tinggi, dan memiliki bentuk tipikal dari lantai dasar sampai dengan lantai atas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain karena fungsi apartemen,
yaitu untuk tempat tinggal dengan jumlah unit yang banyak, sedangkan lokasi lahan
terbatas, sehingga untuk efisiensi maka dibuat bangunan tinggi.
Gambar 4.20 Jembatan kabel.
Struktur jembatan kabel (cable-stayed bridge) memiliki keistimewaan, yaitu antara
lain jika ditinjau dari segi struktur, jembatan kabel mempunyai kemampuan untuk
memikul bentang yang sangat panjang, serta apabila ditinjau dari segi arsitektural
jembatan kabel tampak lebih indah dan enak dipandang.
Salah satu contoh jembatan kabel seperti terlihat pada Gambar 4.20, yaitu Jembatan
Kabel Pasupati yang ada di kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
1 1
1
PRINSIP DASAR
4.1 Pendahuluan
Ilmu statika pada dasarnya merupakan pengembangan dari ilmu fisika, yang
menjelaskan kejadian alam sehari-hari, yang berkaitan dengan gaya-gaya yang
bekerja. Insinyur sipil dalam hal ini bekerja pada bidang perencanaan, pelaksanaan
dan perawatan atau perbaikan konstruksi bangunan sipil.
Fungsi utama bangunan sipil adalah mendukung gaya-gaya yang berasal dari
beban-beban yang dipikul oleh bangunan tersebut. Sebagai contoh adalah beban
lalu lintas kendaraan pada jembatan/jalan, beban akibat timbunan tanah pada
dinding penahan tanah (retaining wall), beban air waduk pada bendung, beban hidup
pada lantai bangunan
gedung, dan lain sebagainya.
Gambar 4.1 Model beban lalu lintas pada jembatan.
Gambar 4.2 Dinding penahan tanah (retaining wall).
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
2 2
2
Oleh karena itu, penguasaan ilmu statika sangat penting dan membantu insinyur sipil
dalam kaitannya dengan perencanaan suatu struktur.
4.1.1 Gaya
Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan deformasi pada suatu struktur. Gaya
mempunyai besaran dan arah, digambarkan dalam bentuk vector yang arahnya
ditunjukkan dengan anak-panah, sedangkan panjang vektor digunakan untuk
menunjukkan besarannya (Gambar 4.3).
Gambar 4.3 Vektor
Garis disepanjang gaya tersebut bekerja dinamakan garis kerja gaya. Titik tangkap
gaya yang bekerja pada suatu benda yang sempurna padatnya, dapat dipindahkan
di sepanjang garis kerja gaya tersebut tanpa mempengaruhi kinerja dari gaya
tersebut. Apabila terdapat bermacam-macam gaya bekerja pada suatu benda, maka
gaya-gaya tersebut dapat digantikan oleh satu gaya yang memberi pengaruh sama
seperti yang dihasilkan dari bermacam-macam gaya tersebut, yang disebut sebagai
resultan gaya.
4.1.2 Vektor Resultan
Sejumlah gaya yang bekerja pada suatu struktur dapat direduksi menjadi satu
resultan gaya, maka konsep ini dapat membantu di dalam menyederhanakan
permasalahan. Menghitung resultan gaya tergantung dari jumlah dan arah dari
gayagaya tersebut.
Beberapa cara/metode untuk menghitung/mencari resultan gaya, yaitu antara lain :
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
3 3
3
1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya.
4. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya.
3. Metode proyeksi vektor gaya.
1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya
Metode ini menggunakan konsep bahwa dua gaya atau lebih yang terdapat pada
garis kerja gaya yang sama (segaris) dapat langsung dijumlahkan (jira arah
sama/searah) atau dikurangkan (jika arahnya berlawanan).
Gambar 4.4 Penjumlahan vektor searah dan segaris menjadi resultan gaya R.
4. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya
Metode ini menggunakan konsep, jika gaya-gaya yang bekerja tidak segaris, maka
dapat digunakan cara Paralellogram dan Segitiga Gaya. Metode tersebut cocok jika
gaya-gayanya tidak banyak.
Gambar 4.5 Resultan dua vektor gaya yang tidak segaris.
Namur jika terdapat lebih dari dua gaya, maka harus disusun suatu segibanyak
(poligon) gaya. Gaya-gaya kemudian disusun secara berturutan, mengikuti arah
jarum jam.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
4 4
4
Gambar 4.6 Resultan dari beberapa vektor gaya yang tidak searah.
Jika telah terbentuk segi-banyak tertutup, maka penyelesaiannya adalah tidak ada
resultan gaya atau resultan gaya sama dengan nol. Namun jika terbentuk segi-
banyak tidak tertutup, maka garis penutupnya adalah resultan gaya.
3. Metode proyeksi vektor gaya
Metode proyeksi menggunakan konsep bahwa proyeksi resultan dari dua buah
vektor gaya pada setiap sumbu adalah sama dengan jumlah aljabar proyeksi
masing-masing komponennya pada sumbu yang sama. Sebagai contoh dapat dilihat
pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Proyeksi Sumbu.
Xi dan X adalah masing-masing proyeksi gaya Fi dan R terhadap sumbu x.
sedangkan Yi dan Y adalah masing-masing proyeksi gaya Fi dan R terhadap sumbu
y. dimana
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
5 5
5
Dengan demikian metode tersebut sebenarnya tidak terbatas untuk dua buah vektor
gaya, tetapi bisa lebih. Jika hanya diketahui vektor-vektor gaya dan akan dicari
resultan gaya,
maka dengan mengetahui jumlah kumulatif dari komponen proyeksi sumbu, yaitu X
dan Y, maka dengan rumus pitagoras dapat dicari nilai resultan gaya (R). dimana
Sebagai penjelasan lebih lanjut, dapat dilihat beberapa contoh soal dengan disertai
ilustrasi Gambar 4.8.
Contoh pertama, diketahui suatu benda dengan gaya-gaya seperti terlihat pada
Gambar 8 sebagai berikut.
Ditanyakan : Tentukan besar dan arah resultan gaya dari empat gaya tarik pada besi
ring.
Gambar 4.8 Contoh soal pertama.
Contoh kedua, diketahui dua orang seperti terlihat pada Gambar 9, sedang
berusaha memindahkan bongkahan batu besar dengan cara tarik dan ungkit.
Ditanyakan : tentukan besar dan arah gaya resultan yang bekerja pada titik bongkah
batu akibat kerja dua orang tersebut.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
6 6
6
Penyelesaian :
Gambar 4.9 Contoh soal kedua.
4.1.3 Momen
Gaya yang beraksi pada suatu massa kaku, secara umum selain menyebabkan
deformasi, ternyata juga menyebabkan rotasi (massa tersebut berputar terhadap
suatu titik sumbu tertentu). Posisi vektor gaya yang menyebabkan perputaran
terhadap suatu titik sumbu tertentu tersebut disebut sebagai momen.
Gambar 4.10 Model struktur kantilever.
Pada gambar 4.10 dapat kita lihat bahwa akibat beban terpusat (lampu gantung dan
penutup) yang bekerja pada titik B, maka akan timbul momen pada titik A.
Pada kasus tertentu, akibat adanya momen untuk suatu beban yang memiliki
eksentrisitas, akan menimbulkan suatu putaran yang disebut dengan torsi atau
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
7 7
7
puntir. Ilustrasi mengenai torsi atau punter sebagai contoh adalah pada sebuah pipa,
seperti terlihat pada Gambar 4.11, Gambar 4.12, dan Gambar 4.13.
Jika momen tersebut berputar pada sumbu aksial dari suatu batang (misal pipa)
maka namanya adalah torsi atau puntir.
Gambar 4.11 Torsi Terhadap Sumbu Z.
Dari ilustrasi seperti terlihat pada Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa torsi terhadap
sumbu-z akan menyebabkan puntir pada pipa. Besarnya momen ditentukan oleh
besarnya gaya F dan lengan momen (jarak tegak lurus gaya terhadap titik putar yang
ditinjau).
Gambar 4.12 Momen Terhadap Sumbu X.
Dari ilustrasi seperti terlihat pada Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa momen terhadap
sumbu-z akan menyebabkan bending pada pipa.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
8 8
8
Gambar 4.13 Gaya menuju sumbu (konkuren)
Gaya yang menuju suatu sumbu disebut sebagai konkuren, tidak akan menimbulkan
momen pada sumbu-z. Perilaku momen pada batang kantilever dapat terjadi dalam
beberapa konfigurasi.
4.1.4 Soal latihan dan pembahasan
Berikut ini terdapat tiga contoh soal latihan beserta pembahasan untuk menghitung
momen.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
9 9
9
4.2 Keseimbangan Benda Tegar
Suatu benda berada dalam keseimbangan apabila sistem gaya-gaya yang bekerja
pada benda tersebut tidak menyebabkan translasi maupun rotasi pada benda
tersebut.
Keseimbangan akan terjadi pada sistem gaya konkuren yang bekerja pada titik atau
partikel, apabila resultan sistem gaya konkuren tersebut sama dengan nol. Apabila
sistem gaya tak konkuren bekerja pada suatu benda tegar, makaakan terjadi
kemungkinan untuk mengalami translasi dan rotasi.
Oleh karena itu, agar benda tegar mengalami keseimbangan, translasi dan rotasi
tersebut harus dihilangkan. Untuk mencegah translasi, maka resultan sistem gaya-
gaya yang bekerja haruslah sama dengan nol, dan untuk mencegah rotasi, maka
jumlah momen yang dihasilkan oleh resultan oleh semua gaya yang bekerja haruslah
sama dengan nol.
Sebagai ilustrasi, dapat dilihat Gambar 4.14 mengenai gaya dan momen pada
sumbu-x, sumbu-y dan sumbu-z.
di mana F adalah gaya dan M adalah momen.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
10 10
10
Gambar 4.14 Gaya dan Momen pada tiga sumbu.
4.3. Gaya dan Momen Eksternal dan Internal
Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda dapat berupa eksternal dan
internal. Gaya dan momen eksternal, sebagai contoh adalah berat sendiri struktur.
Gaya dan momen internal adalah gaya dan momen yang timbul di dalam struktur
sebagai respons terhadap gaya eksternal yang ada, sebagai contoh hdala gaya
tarik yang timbal di dalam batang.
4.3.1. Gaya dan Momen Eksternal
Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda tegar dapat dibagi ke dalam dua
jenis utama, yaitu gaya yang bekerja langsung pada struktur dan gaya yang timbul
akibat adanya aksi.
Sesuai dengan hukum ketiga Newton bahwa apabila ada suatu aksi maka akan ada
reaksi yang besarnya sama dan arahnya berlawanan.
4.3.4. Gaya dan Momen Internal
Gaya dan momen internal timbul di dalam struktur sebagai akibat adanya sistem
gaya eksternal yang bekerja pada struktur dan berlaku bersamasama secara umum
mempertahankan keseimbangan struktur.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
11 11
11
4.3.3. Idealisasi Struktur
Beberapa langkah penyelesaian struktur dengan gaya yang bekerja dapat dilakukan.
Salah satu cara adalah dengan melakukan idealisasi.
Gambar 4.15 Idealisasi struktur jembatan rangka batang.
Gambar 4.15 (a) memperlihatkan suatu jembatan rangka batang. Idealisasi struktur
dapat dilakukan dengan memodelkan menjadi rangka batang dua dimensi seperti
terlihat pada gambar 4.15 (b).
Gambar 4.16 Idealisasi struktur jembatan.
Gambar 4.16 (a) memperlihatkan suatu jembatan, dan gambar 4.16 (b) merupakan
idealisasi menjadi pemodelan balok diatas tumpuan sendi-rol di ujung-ujungnya,
dengan beban merata bekerja di sepanjang balok.
(a). Aktual struktur. (b). Idealisasi struktur.
Gambar 4.17 Idealisasi balok kantilever.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
12 12
12
Gambar 4.17 (a) memperlihatkan suatu balok kantilever baja, dan gambar 4.17 (b)
merupakan idealisasi pemodelan balok kantilever dengan tumpuan jepit-bebas pada
ujung-ujungnya.
Model beban adalah beban merata (W) di sepanjang bentang dan beban terpusat (P)
di ujung bebas.
4.4. Kondisi Tumpuan
Sifat gaya-gaya reaksi yang timbul pada suatu benda yang dibebani bergantung
pada bagaimana benda tersebut ditumpu atau dihubungkan dengan benda lain.
Hubungan antar jenis kondisi tumpuan/perletakan yang ada dan jenis gaya-gaya
reaksi yang timbul, dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jenis kondisi tumpuan : model-model idealisasi.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
13 13
13
4.5. Pemodelan Struktur
Untuk menetapkan kriteria yang digunakan sebagai ukuran untuk menentukan
apakah suatu struktur dapat diterima atau tidak, diperlukan suatu pemodelan
struktur. Dalam pemodelan struktur, diperlukan suatu analisis dan desain. Kriteria-
kriteria tersebut antara lain yaitu :
1. Kemampuan Layan (Serviceability)
Struktur harus mampu memikul beban secara aman, tanpa kelebihan tegangan pada
material dan mempunyai batas deformasi yang masih dalam daerah yang diijinkan.
Kemampuan struktur memikul beban tanpa mengalami kelebihan tegangan diperoleh
dengan menggunakan factor keamanan dalam desain struktur. Hal ini berkaitan
dengan criteria kekuatan.
Sedangkan deformasi berkaitan dengan kriteria kekakuan struktur. Deformasi
dikontrol dengan memvariasi kekakuan struktur, karena kekakuan bergantung pada
jenis besar dan distribus bahan pada struktur.
4. Efisiensi
Kriteria ini merupakan tujuan untuk mendapatkan desain struktur yang ekonomis.
ukuran yang biasa digunakan adalah banyaknya materila yang diperlukan untuk
memikul beban yang diberikan pada kondisi dan kendala yang ditentukan.
Penggunaan material yang sama belum tentu memberikan kemampuan layan yang
sama. Bisa terjadi suatu struktur
tertentu akan memerlukan material lebih sedikit dibandingkan struktur yang lain.
3. Konstruksi
Tinjauan konstruksi mempengaruhi pilihan struktural. Bisa saja terjadi suatu
perakitan elemen-elemen struktur akan efisien apabila material mudah dibuat dan
dirakit. Termasuk dalam tinjauan ini adalah meliputi tenaga kerja, jenis dan jumlah
peralatan konstruksi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu bangunan.
4. Harga
Harga merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam pemilihan struktur.
Konsep harga tidak dapat lepas dari faktor efisiensi dan konstruksi.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
14 14
14
Harga total suatu struktur bergantung pada banyak dan harga material yang dicapai,
upah buruh dan biaya peralatan yang diperlukan selama masa pelaksanaan suatu
bangunan.
5. Lain-lain
Faktor lain yang berpengaruh, misal tinjauan dari segi arsitektural. Sebagai contoh
adalah penampilan bangunan, tujuan penggunaan bangunan.
Gambar 4.18 memperlihatkan bangunan rumah tinggal. Selain karena tujuan
penggunaan, tinjauan dari segi arsitektural juga sangat penting, terutama untuk
tujuan penampilan bangunan sesuai yang diinginkan.
Gambar 4.19 Bangunan Apartemen.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
15 15
15
Bangunan apartemen, seperti terlihat pada Gambar 4.19 pada umumnya bertingkat
tinggi, dan memiliki bentuk tipikal dari lantai dasar sampai dengan lantai atas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain karena fungsi apartemen,
yaitu untuk tempat tinggal dengan jumlah unit yang banyak, sedangkan lokasi lahan
terbatas, sehingga untuk efisiensi maka dibuat bangunan tinggi.
Gambar 4.20 Jembatan kabel.
Struktur jembatan kabel (cable-stayed bridge) memiliki keistimewaan, yaitu antara
lain jika ditinjau dari segi struktur, jembatan kabel mempunyai kemampuan untuk
memikul bentang yang sangat panjang, serta apabila ditinjau dari segi arsitektural
jembatan kabel tampak lebih indah dan enak dipandang.
Salah satu contoh jembatan kabel seperti terlihat pada Gambar 4.20, yaitu Jembatan
Kabel Pasupati yang ada di kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Modul 5
ASH- AS H- Tt At HS TT
t At HS TA - A S H T H HT- T
T
Dalam melakukan pemodelan, analisis dan desain suatu struktur, perlu ada
gambaran mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur tersebut.
Gaya statis adalah gaya yang bekerja secara terus-menerus pada struktur dan
mempunyai karakter steady-states.
Gaya dinamis adalah gaya yang bekerja secara tiba-tiba pada struktur, pada umumnya
tidak bersifat steady-states dan mempunyai karakteristik besar dan lokasinya berubah
dengan cepat.
Pemodelan beban pada struktur digunakan untuk menyederhanakan di dalam
perhitungan analisis dan desain struktur.
5.1 Beban
Beban-beban yang bekerja pada suatu struktur dapat diklasifikasikan kedalam
beberapa kategori, yaitu :
1. Beban Mati (Dead Loads)
Beban mati adalah segala sesuatu bagian struktur yang bersifat tetap, termasuk
dalam hal ini berat sendiri struktur.
Sebagai contoh adalah berat sendiri balok, kolom, pelat lantai dan dinding. Contoh lain
adalah atap, dinding, jendela, plumbing, peralatan elektrikal, dan lain sebagainya.
2. Beban Hidup (Live Loads)
Beban hidup adalah semua beban yang bersifat dapat berpindah-pindah (beban
berjalan), atau beban yang bersifat sementara yang ditempatkan pada suatu tempat
tertentu.
Sebagai contoh adalah beban kendaraan pada area parkir, kelengkapan
meja/kursi pada kantor, dinding partisi, manusia, beban air pada kolam renang, beban
air pada tangki air, dan lain sebagainya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
3. Beban Gempa (Earthquake Loads)
Beban gempa adalah beban yang bekerja pada suatu struktur akibat dari
pergerakan tanah yang disebabkan karena adanya gempa bumi (baik itu gempa tektonik
atau vulkanik) yang mempengaruhi struktur tersebut.
Gempa mengakibatkan beban pada struktur karena interaksi tanah dengan struktur dan
karakteristik respons struktur.
Beban gempa adalah beban yang merupakan fungsi dari waktu, sehingga
respons yang terjadi pada suatu struktur juga tergantung dari riwayat waktu
pembebanan tersebut.
Beban gempa adalah beban percepatan tanah yang berupa suatu rekaman percepatan
tanah untuk suatu gempa tertentu, sehingga untuk setiap waktu tertentu akan
mempunyai harga percepatan tanah tertentu.
4. Beban Angin (Wind Loads)
Beban angin adalah beban yang bekerja pada suatu struktur, akibat pengaruh
struktur yang mem-blok aliran angin, sehingga energi kinetic angin akan dikonversi
menjadi tekanan energi potensial, yang menyebabkan terjadinya beban angin.
Efek beban angin pada suatu struktur bergantung pada berat jenis dan kecepatan
udara, sudut luas angin, bentuk dan kekakuan struktur, dan faktor-faktor yang lain.
Gambar 5.1 Ilustrasi pemodelan beban angina pada struktur bangunan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
5. Lain-lain
Pada beberapa tempat di beberapa negara, terdapat beban salju. Beban salju
diperhitungkan dalam desain atap struktur bangunan.
Selain itu, terdapat pula beban air hujan. Pada umumnya beban air hujan juga
diperhitungkan dalam desain atap struktur bangunan.
Pada perencanaan bangunan dinding penahan tanah (retaining wall) seperti terlihat
pada ilustrasi Gambar 4.2, terdapat beban berupa tekanan tanah.
Selain beban-beban yang telah didefinisikan, terdapat beberapa jenis beban yang lain,
yaitu beban kejut (impact), beban api, beban akibat perubahan temperatur dan lain
sebagainya.
5.2 Beban pada Bangunan Gedung
Pada desain struktur bangunan gedung, pada umumnya beban-beban yang
diperhitungkan adalah kombinasi dari beban mati dan beban hidup.
Pada perencanaan bangunan tahan gempa, diperhitungkan pula beban gempa. Sebagai
contoh bangunan gedung tingkat tinggi seperti apartemen, gedung kantor, hotel, dan
lain-lain, atau gedung yang mempunyai fungsi penting seperti rumah sakit, reaktor
tenaga listrik, dan reaktor nuklir.
Sedangkan untuk bangunan sangat tinggi (sangat langsing) atau bangunan yang
terletak di tempat terbuka, diperhitungkan pula beban angin. Sebagai contoh adalah
gedung sangat tinggi dimana rasio lebar dibandingkan tinggi bangunan sangat kecil,
atau struktur menara/tiang listrik tegangan tinggi.
5.3 Beban pada Struktur Jembatan
Desain statu struktur jembatan pada umumnya memperhitungkan beban mati,
beban hidup akibat beban bergerak disepanjang bentang jembatan tersebut, beban
gempa dan dalam kondisi tertentu diperhitungkan pula beban angin.
5.4 Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu
Struktur statis tertentu adalah struktur yang dapat diselesaikan dengan
menggunakan persamaan keseimbangan. Sedangkan struktur statis tak tentu adalah
sebaliknya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Pada balok, suatu struktur dapat dikategorikan sebagai struktur statis tertentu
atau struktur statis tak tentu berdasarkan pada derajat kebebasannya (degree of
freedom / d.o.f), yaitu derajat kebebasan pada tumpuannya.
Latihan 5.1
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang L = 6 meter, dibebani oleh
dua buah beban terpusat vertikal, yaitu 10 1 P = N dan 12 2 P = N. Hitung reaksi-reaksi
perletakan di A dan B.
Penyelesaian :
Menghitung reaksi perletakan di titik A (tumpuan sendi), yaitu dan dan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Menghitung reaksi perletakan di titik B (tumpuan rol), yaitu
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Latihan 5.2
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang L = 10 meter, dibebani oleh
tiga buah beban terpusat vertikal, yaitu 10 1 P = N, 12 2 P = N dan 16 3 P = N. Hitung
reaksi-reaksi perletakan di A dan B.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Latihan 5.3
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 10 meter, dibebani
oleh tiga buah beban terpusat vertikal, yaitu 10 1 P = N, 12 2 P = N dan 14 3 P = N.
Hitung reaksireaksi perletakan di A dan B.
Latihan 5.4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 10 meter, dibebani
oleh tiga buah beban terpusat vertikal, yaitu 10 1 P = N, 14 2 P = N dan 16 3 P = N.
Hitung reaksireaksi perletakan di A dan B.
Latihan 5.5
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 8 meter, dengan
pembebanan seperti terlihat pada gambar dibawah ini (P1= 10 N dan q = w1 = 2
N/meter).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Hitung reaksireaksi perletakan di A dan B.
Latihan 5.6
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 10 meter, dengan
pembebanan seperti terlihat pada gambar berikut (P1= 10 N, P2 = 12 N dan q = w1 = 2
N/meter).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Hitung reaksi-reaksi perletakan di A dan B.
Latihan 5.7
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 10 meter, dengan
pembebanan seperti terlihat pada gambar berikut (P1 = 10 N dan q = w1 = 2 N/meter).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Hitung reaksi-reaksi perletakan di A dan B.
Latihan 5.8
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 12 meter, dengan
pembebanan seperti terlihat pada gambar berikut (P1 = 10 N, P2 = 12 N dan q = w1 = 2
N/meter).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Hitung reaksi-reaksi perletakan di A dan B.
Latihan 5.9
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 10 meter, dengan
pembebanan seperti terlihat pada gambar berikut (P1 = 10 N, P2 = 10 N, dan q = w1 = 2
N/meter).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Hitung reaksi-reaksi perletakan di A dan B.
Latihan 5.10
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 12 meter, dengan
pembebanan seperti terlihat pada gambar berikut (P1 = 10 N, P2 = 12 N, P3 = 10 N dan
q = w1 = 2 N/meter).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Hitung reaksi-reaksi perletakan di A dan B.
Latihan 5.11
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang L = 6 meter, dibebani oleh
dua buah beban terpusat vertikal, yaitu 10 1 P = N dan 12 2 P = N.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Hitung reaksi-reaksi perletakan di A dan B.
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
1
1
RINDIA4 I 4
4
CONTOH 1 q = 2 t/m
V
C
T
2 m
P
1
= 3 t V H
B
B
H
A
V
B
1 m
A
V
A
3 m 2 m
Penyelesaian :
1. Tinjau konstruksi global ABC.
0
B
M
- R. 2
5 . 1 .
2
1
A A
V H
= 0
- 25 H
A
+ 5 V
A
= 0
5 V
A
- H
A
= 25 (1)
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
2
2
2. Tinjau Konstruksi Parsial AC:
0
C
M
- R 1
3 . 3 . 2 .
2
1
A A
V H P
= 0
-9 6 3 H
A
+ 3 V
A
= 0
3V
A
3 H
A
= 15
V
A
H
A
= 5 .(2)
Persamaan (1) dan (2) dijumlahkan :
5 V
A
- H
A
= 25
V
A
H
A
= 5 -
V
A
= 20
V
A
= 5 T ( )
1. Tinjau konstruksi global ABC :
0 0
R V V V
B A
5 +V
B
10 = 0
V
B
= 5T ( )
0 0
B A
H P H H
0 + 3 - H
B
= 0
H
B
= 3 T ( )
Periksa :
0
A
M
P.1 + R.2
0 5 . 1 .
2
1
B B
V H
3 + 25 3 25 = 0
0 = 0 OK!
H
C
P
1
= 3
t
V
C
2 m
1 m 1 m
2 m
H
A
A
V
A
3 m
Dari persamaan (2) didapat ;
V
A
- H
A
= 5
5 - H
A
= 5
H
A
= 0
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
3
3
CONTOH 2
Ditanya : Reaksi perletakan
Penyelesaian :
1. Tinjau konstruksi global ABBCDDE.
0 9 . 1 . 3 .
2
1
4 . 0
2
E E A
V H P R M
27.4
0 9 3 . 2
2
1
E
H
121
0 9 6
2
1
E B
V H
H
E
9V
E
= 115
2
1
.. (1)
q = 3 t/M
P
2
= 2 t
D
B B C
1m
A 1m
2 m
3 m
V
A
H
A
H
E
P
1
= 5
t
3 m
3 m
V
E
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
4
4
2. Tinjau konstruksi parsial CDE :
0 3 . 3 . 2 . 1 .
2
1
1 .
1 2 2
0
E E C
V H P P R M
9.1
0 3 3 10 2
2
1
E E
V H
3 H
E
3 V
E
= 0
H
E=-
V
E
= - 7
6
1
. (2).
Persamaan (1) dan (2) dijumlahkan :
H
E
- 9 V
E
= 115
2
1
H
E
- V
E
= - 7
2
1
-
- 8 V
E
= - 108
3
1
V
E
= 13
24
13
T ( )
3.Tinjau konnstruksi global ABBCDDE:
0 v
V
A
+ V
E
= 0
H
C
5 m
P
2
= 2t
D
D
C
1m
m
2 m
m
21m
m
P
1
= 5t
m
H
E
E
Dari persamaan(2) didapat :
H
e
- V
E
= - 7
2
1
H
E
13
24
13
= - 7
2
1
H
E
= 6
8
3
T ( )
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
5
5
V
A
+ 13
24
13
- 27 = 0
V
A
= 13
24
13
T ( )
0 H
H
A
P
2
P
1
- H
E
= 0
H
A
2 5 6
8
3
= 0
H
A
= 13
8
3
( )
Periksa :
0
E
M
H
A
.1 + V
A
.9 R.4
2
1
- P
2
.4 P
1
. = 0
13
8
3
+ 121
8
1
- 121
8
1
- 8 5 = 0
134
2
1
134
2
1
= 0
0 = 0 Ok
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
6
6
CONTOH 3
Ditanya : Reaksi perletakan
Penyelesaian :
1. Tinjau konstruksi ABCDE
0 7 . 1 . 9 . 1 .
2
1
2 . 0
2 1
E E A
V H P P R M
0 7 9 . 1 1 . 3
2
1
2 . 18
E E
V H
57 H
E
7 V
E
= 0
- H
E
7 V
E
= 0
3. Tinjau konstruksi parsial CDE:
P
2
= 1
q = 2 t/m
P
1
= 3 t
H
E
H
A
P
3
= 4 t
H
E
E
V
E
V
A
1 m
1 m
1 m
2 m 3 m 4m
2 m
V
A
H
E
P
2
= t
C D
R
I
= 8 t
H
E
E
V
E
1 m
1 m
1 m
P
3
= 4t
4 m
2 m
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
7
7
0
C
M
P
2.
6 P
3
2 + R
1.2
H
E
.3 V
E
.4 = 0
6 8 + 16 3H
E
4 V
E
= 0
- 3 H
E
4 H
E
= - 14 .. (2)
Persamaan (1) dan (2) dijumlahkan :
- H
E
7 V
E
= - 57 x 3
- 3 H
E
4 V
E
= - 14 x 1
- 3 H
E
21 V
E
= - 171
- 3 H
E
4 V
E
= - 14 -
-17 V
E
= - 157
V
E
= 9
T
17
4
( )
4. Tinjau konstruksi global ABCDE:
0 H
P
1
H
A
P
3
+ H
E
= 0
- 3 - H
A
4 + (7
17
11
) = 0
H
A
= - 8
17
11
( )
CONTOH 2
Dari persamaam (1) didapat :
- H
E
7 V
E
= - 57
- H
E
7.9
17
4
= - 57
H
E
= - 7
17
11
( )
q = 3 t/M
P
2
= 2 t
D
B B C
1m
A 1m
2 m
3 m
V
A
H
A
H
E
P
1
= 5
t
3 m
3 m
V
E
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
8
8
Ditanya : Reaksi perletakan
Penyelesaian :
5. Tinjau konstruksi global ABBCDDE.
0 9 . 1 . 3 .
2
1
4 . 0
2
E E A
V H P R M
27.4
0 9 3 . 2
2
1
E
H
121
0 9 6
2
1
E B
V H
H
E
9V
E
= 115
2
1
.. (1)
6. Tinjau konstruksi parsial CDE :
0 3 . 3 . 2 . 1 .
2
1
1 .
1 2 2
0
E E C
V H P P R M
9.1
0 3 3 10 2
2
1
E E
V H
3 H
E
3 V
E
= 0
H
C
5 m
P
2
= 2t
D
D
C
1m
m
2 m
m
21m
m
P
1
= 5t
m
H
E
E
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
9
9
H
E=-
V
E
= - 7
6
1
. (2).
Persamaan (1) dan (2) dijumlahkan :
H
E
- 9 V
E
= 115
2
1
H
E
- V
E
= - 7
2
1
-
- 8 V
E
= - 108
3
1
V
E
= 13
24
13
T ( )
3.Tinjau konnstruksi global ABBCDDE:
0 v
V
A
+ V
E
= 0
V
A
+ 13
24
13
- 27 = 0
V
A
= 13
24
13
T ( )
0 H
H
A
P
2
P
1
- H
E
= 0
H
A
2 5 6
8
3
= 0
H
A
= 13
8
3
( )
Periksa :
0
E
M
H
A
.1 + V
A
.9 R.4
2
1
- P
2
.4 P
1
. = 0
13
8
3
+ 121
8
1
- 121
8
1
- 8 5 = 0
Dari persamaan(2) didapat :
H
e
- V
E
= - 7
2
1
H
E
13
24
13
= - 7
2
1
H
E
= 6
8
3
T ( )
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
10
10
134
2
1
134
2
1
= 0
1 = 0 Ok
CONTOH 3
Ditanya : Reaksi perletakan
Penyelesaian :
1. Tinjau konstruksi ABCDE
0 7 . 1 . 9 . 1 .
2
1
2 . 0
2 1
E E A
V H P P R M
0 7 9 . 1 1 . 3
2
1
2 . 18
E E
V H
57 H
E
7 V
E
= 0
- H
E
7 V
E
= 0
7. Tinjau konstruksi parsial CDE:
P
2
= 1
q = 2 t/m
P
1
= 3 t
H
E
H
A
P
3
= 4 t
H
E
E
V
E
V
A
1 m
1 m
1 m
2 m 3 m 4m
2 m
V
A
H
E
P
2
= t
C
D
R
I
= 8 t
H
E
E
1 m
1 m
1 m
P
3
= 4t
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
11
11
0
C
M
P
2.
6 P
3
2 + R
1.2
H
E
.3 V
E
.4 = 0
6 8 + 16 3H
E
4 V
E
= 0
- 3 H
E
4 H
E
= - 14 .. (2)
Persamaan (1) dan (2) dijumlahkan :
- H
E
7 V
E
= - 57 x 3
- 3 H
E
4 V
E
= - 14 x 1
- 3 H
E
21 V
E
= - 171
- 3 H
E
4 V
E
= - 14 -
-17 V
E
= - 157
V
E
= 9
T
17
4
( )
8. Tinjau konstruksi global ABCDE:
0 H
P
1
H
A
P
3
+ H
E
= 0
- 3 - H
A
4 + (7
17
11
) = 0
H
A
= - 8
17
11
( )
Contoh 4.
Diketahui sebuah portal sederhana, tentukan gaya-gaya yang bekerja pada
konstruksi tersebut sehingga menjadi stabil.
Dari persamaam (1) didapat :
- H
E
7 V
E
= - 57
- H
E
7.9
17
4
= - 57
H
E
= - 7
17
11
( )
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
12
12
Ruas EFG
ME = 0
Rx1,5 VGx3 = 0
9x1,5 3VG = 0
13,5 3VG = 0
VG = -13,5/-3
VG = 4,5 t ( )
V = 0
VE R + VG = 0
VE 9 + 4,5 = 0
VE = 4,5 t ( )
H = 0
HE P2 = 0
HE 5 = 0
q= 3t/m
E P2=5t
HE R=9t F 1
VE
1
G
1,5 VG
3,0
q= 3 t/m
P2=5t
B C E F
P1=5t R=30t
A D G
1
2 4 3 3
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
13
13
HE = 5 t ( )
Ruas ABCDE
MA = 0
VEx9 HEx2 VDx6 + Rx5,5 + P1x1 = 0
4,5x9 5x2 VDx6 + 21x5,5 + 4x1 = 0
40,5 10 6VD + 115,5 + 4 = 0
150 - 6VD = 0
VD = -150
-6
VD = 25 t ( )
V = 0
VA + VD R VE = 0
VA + 25 21 4,5 = 0
VA = 0,5 t ( )
H = 0
HA + P1 HE = 0
HA + 4 5 = 0
q=3t/m VE=4,5t
HE=5t
B C E
P1=4t R=21t
HA D
A
VA VD
2 4 3
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
14
14
HA = 1 t ( )
CHECK :
V = 0
VA + VD R + VG = 0
0,5 + 25 30 + 4,5 = 0
0 = 0 ( OKE )
H = 0
HA + P1 P2 = 0
1 + 4 5 = 0
0 = 0 ( OKE )
MB = 0
VAx2HAx2P1x1VDx4+Rx5VGx10 = 0
0,5x2 1x2 4x1 25x4 + 30x5 4,5x10 = 0
1 2 4 100 + 150 45 = 0
0 = 0 ( OKE )
Contoh 5.
Diketahui sebuah pelengkung tiga sendi, tentukan gaya-gaya yang bekerja pada
konstruksi tersebut sehingga menjadi stabil.
q= 3 t/m
P2=5t
B C E F
P1=5t R=30t
HA=1t D G
A VD=25t VG
VA=0,5t 1 =4,5t
2 4 3 3
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
15
15
Ruas ABC
MC = 0
VAx6 - HAx2 P1x1 P2x4 Rx2 = 0
6VA - 2HA 5x1 5x4 8x2 = 0
6VA - 2HA 5 20 16 = 0
6VA - 2HA 41= 0 .( 1 )
Tinjau keseluruhan
ME = 0
VAx11 + P1x1 P2x9 Rx4,5 = 0
11VA + 5x1 5x9 18x4,5 = 0
11VA + 5 45 81 = 0
11VA 121 = 0
VA = 121/ 11
VA = 11 t ( ) ( 2 )
P2=5t
q=2t/m HC
B R=8t C
P1=5t VC
HA A
VA
2 4
P2=5t
q=2t/m
B C D
P1=5t R=18t
HA A 0,5 E HE
VA VE
2 4 3 2
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
16
16
6VA - 2HA 41 = 0 .( 1 )
6x11 - 2HA 41 = 0
66 2HA 41 = 0
-2HA + 25 = 0
HA = 12,5 t ( )
V = 0
VA P2 R + VE = 0
11 5 18 + VE = 0
11 5 18 + VE = 0
-12 + VE = 0
VE = 12 t ( )
H = 0
P1 + HA HE = 0
5 + 12,5 HE = 0
17,5 HE = 0
HE = 17,5 t ()
CHECK :
MC = 0
VAx6 HAx2 P1x1 - P2x4 + RAx0,5 + HEx2- VEx5 = 0
11x6 12,5x2 5x1- 5x4 + 18x0,5 + 17,5x2 - 12x5 = 0
P2=5t
q=2t/m
B C D
P1=5t R=18t
HA A 0,5 E HE=17,5t
=12,5t VA=11 VE =12t
2 4 3 2
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
17
17
66 25 5 - 20 + 9 + 35 60 = 0
0 = 0 ( OKE )
V = 0
VA P2 R + VE = 0
11 5 18 + 12 = 0
0 = 0 ( OKE )
H = 0
P1 + HA HE = 0
5 + 12,5 17,5 = 0
0 = 0 ( OKE )
Contoh 6.
Hitung: Reaksi Perletakan!
Penyelesaian:
Tinjau Konstruksi Global ABCDE
q=2 t/m
P
1
=ATNIM
2
D
A
4
C B
P
2
=ATNIM
1
1
3 2
E
P
1
=8 t
q=2 t/m
D
A
C B
P
2
=8 t
1
1
E
2 4 3 2
H
A
V
A
H
E
V
E
R
= 18 t
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
18
18
M
A
= 0 P
2
.1 + P
1
.2+ R.6
1
/
2
V
E
= 0
(8.1) + (8.2) + (18.6
1
/
2
) (11V
E
) = 0
8 + 16 + 117 11V
E
= 0
141 11V
E
= 0
V
E
=
-141
/
-11
= 12
9
/
11
t
V = 0 V
E
+ V
A
R P
1
= 0
12
9
/
11
+ V
A
18 8 = 0
-13
2
/
11
+ V
A
= 0
V
A
= 13
2
/
11
t
H = 0 P2 + H
A
H
E
= 0
8 + H
A
H
E
= 0
H
A
H
E
= - 8 (1)
Tinjau Konstruksi Parsial CDE
M
C
= 0 R
1
.2
1
/
2
+ H
E
.2 V
E
.5 = 0
q=2 t/m
H
C
V
C
D C
1
1
E
3 2
H
E
V
E
R
1
= 10 t
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
19
19
(10.2
1
/
2
) + (2H
E
) (12
9
/
11
) = 0
25 + 2H
E
64
1
/
11
= 0
-39
1
/
11
+ 2H
E
= 0
H
E
= 39
1
/
11
2
H
E
= 19
6
/
11
t
Dari persamaan (1) didapat:
H
A
H
E
= -8
H
A
19
6
/
11
= -8
H
A
= 19
6
/
11
-8
H
A
= 11
6
/
11
t
Periksa!
V = 0 V
A
+ V
E
+ R P
1
=
13
2
/
11
+ 12
9
/
11
18 8 =
26 26 = 0 ok!
H = 0 H
A
+ P
2
H
E
=
11
6
/
11
+ 8 19
6
/
11
=
19
6
/
11
19
6
/
11
= 0 ok!
q=2 t/m
D
A
C B
P
2
=8 t
1
1
E
2 4 3 2
H
A
=11
6
/
11
t
V
A
=13
2
/
11
t
H
E
=19
6
/
11
t
V
E
=12
9
/
11
t
R
= 18 t
P
1
=8 t
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1
20
20
M
E
= 0 V
A
.11 + P
2
.1 P
1
.9 R.4
1
/
2
=
(13
2
/
11
.11) + (8.1) (8.9) (18.4
1
/
2
) =
145 + 8 72 81 =
153 153 = 0 ok!