You are on page 1of 97

Modul 1 - Statika I

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA


STATIKA 1

MODUL 1
ASAH- AS AHS TA Tt HA



1.1 Beban Pada Struktur
Sebuah struktur harus mampu menahan semua beban yang diberikan pada
struktur tersebut secara efisien dan aman. Beban struktural merupakan hasil dari
gaya-gaya natural. Bahan-bahan yang umum digunakan dalam konstruksi-beton,
baja, dan kayu-dibuat menjadi elemen-elemen struktural seperti balok, kolom,
lengkungan, dan rangka batang. Elemen-elemen struktural tersebut harus disusun
menjadi bentuk-bentuk struktural terbaik yang dapat berfungsi sebagai suatu
struktur, namun tetap aman menahan semua beban.

Beban-beban struktural yang paling mendasar adalah beban gravitasi yang
bekerja dalam arah vertikal pada struktur. Beban ini mencakup beban mati dan
beban hidup yang disebabkan oleh tarikan gravitasi bumi.

Beban mati adalah berat struktur itu sendiri-seperti berat atap, dinding, lantai,
balok, kolom, dan lain sebagainya. Beban hidup adalah bebanbeban seperti
manusia, perabot yang dapat dipindah-pindahkan, mesin pengangkat barang (forhlfi),
mobil, truk, salju, perubahan suhu, atau beban-beban lain yang dapat membebani
struktur dalam jangka waktu tertentu.

Beban lateral angin dan gempa bumi adalah beban hidup yang bekerja
secara mendatar pada struktur. Ketika angin berhembus ke suatu struktur, struktur
tersebut akan bergoyang ke arah samping. Ketika terjadi peristiwa gempa bumi,
tanah tempat sebuah struktur yang masif didirikan dengan cepat bergoyang ke arah
samping.

Gaya gempa bumi yang besar bekerja pada struktur ketika massa struktur
tersebut menahan gaya lateral yang mendadak. Elemen-elemen struktural yang
menahan tanah, seperti dinding penahan (retaining wall) dan lantai bawah tanah
(basement), juga mengalami pembebanan lateral dari tanah, karena tanah tersebut
melawan adanya suatu pengekangan dari elemen-elemen struktural seperti itu.

Modul 1 - Statika I

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Dalam modul ini, kita akan membahas beban-beban aktif dan reaktif pada
elemen-elemen struktural seperti balok, kabel, lengkungan, rangka batang, rangka,
dan dinding geser. Dengan pengecualian terhadap beban mati, yang merupakan
beban dari struktur itu sendiri, adalah sangat sulit mengetahui secara tepat besarnya
gaya-gaya natural yang bekerja pada suaru struktur karena banyaknya variasi dan
ketidakpastian.

Karena itu, kita akan meninjau beban-beban nominal yang dengan akurat
menunjukkan aksi-aksi dari berbagai macam beban lateral dan berbagai macam
beban hidup akibat gravitasi bumi yang paling mungkin membebani sebuah struktur.

Kata munghin pada kalimat di atas perlu diperhatikan, karena data mengenai
beban seringkali diambil dari survei-survei terhadap rarusan bentuk struktur, dan
analisis statistik dilakukan untuk membuktikan kebenaran bahwa beban-beban
nominal pada desain benar-benar merupakan indikator yang akurat dari beban-
beban aktual yang ada.


1.2 KESEIMBANGAN GAYA DAN MOMEN
Kita dapat memulai pembahasan mengenai kesetimbangan structural dengan
meninjau gaya-gaya. Sebuah gaya adalah sebuah dorongan atau sebuah tarikan
yang bekerja pada sebuah benda. Ketika Anda sedang berdiri di atas tanah, berat
Anda adalah sebuah gaya (aksi) aktif yang menekan ke bawah menuju bumi. Apabila
Anda benar-benar ingin mengalami gaya ini, mintalah seseorang untuk berdiri di atas
Anda! Anda dapat berdiri dengan tegak karena tanah menekan Anda dengan sebuah
gaya reaktif (reaksi) yang berlawanan, yang besarnya sama dengan berat Anda.

Perhatikan bahwa istilah-istilah-gaya, beban, aksi, dan reaksisemuanya
mengacu pada dorongan atau tarikan dari suatu benda terhadap benda lainnya.
Seperti halnya berat Anda, gaya dinyatakan dalam satuan pounds (pounds (lb)).
Kesetimbangan terjadi ketika aksi-aksi dilawan oleh reaksi-reaksi yang sama besar.

Ketika beban bekerja pada bagian-bagian struktur, kita perlu menentukan
gaya-gaya reaksi apa saja yang ada untuk menahan gaya-gaya aktif agar berada
dalam kesetimbangan. Pada sebuah struktur dengan banyak bagian struktur, gaya
reaksi dari sebuah bagian struktur menjadi beban aksi pada bagian struktur yang
menahannya. Dan, kita perlu mengetahui semua gaya yang bekerja pada suatu
Modul 1 - Statika I

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

bagian struktur, apabila kita ingin membatasi besarnya gaya-gaya dalam (tegangan-
tegangan) dan deformasi-deformasi yang terkait.

Pada akhirnya, sebuah struktur harus dengan aman menyalurkan semua
beban bagian struktur ke pondasi dan ke dalam tanah.

Kita bisa hanya menggambarkan dorongan atau tarikan dari sebuah gaya dengan
tanda anak panah dalam arah dorongan atau tarikan tersebut.

Gambar 1.1 menggambarkan seseorang dengan berat badan 150 pounds (lb) berdiri
di atas sebuah balok yang ditumpu dua buah blok di kedua ujungnya. Panjang anak
panah di sini digambarkan sebanding dengan besar gaya yang bekerja pada balok.
Kedua gaya reaksi ke atas pada tumpuan balok harus melawan gaya ke bawah dari
berat orang tersebut.


Berat balok diabaikan untuk pembahasan kasus ini.
Gaya-gaya terpusat bekerja pada sebuah titik, tetapi pada kenyataannya
tidak ada satu gaya pun yang dapat bekerja di sebuah titik, yang artinya tidak
memiliki daerah kerja. Sebenarnya, beban harus bekerja di sebuah daerah terbatas,
yang lebih memudahkan dianggap sebagai sebuah titik apabila kita meninjau
kesetimbangan gaya.orang yang berdiri di atas balok pada Gambar 1.1
menghasilkan gaya terpusat sebesar 150 lb pada satu titik di atas balok di antara
kedua kakinya. Namun demikian, kita melihat bahwa sebenar nya gaya sebesar 150
lb tersebut disebarkan pada daerah seluas telapak kaki orang tersebut pada balok.

Gaya berat dari orang yang berdiri tegak sebenarnya bekerja pada satu titik
yang dikenal sebagai pusat gaya berat dari sebuah garis kerja gaya yang melalui
pusat daerah telapak kaki yang disebut titik berat daerah. Kita akan membahas lebih
lanjut mengenai pusat gaya berat dan titik berat daerah pada bagian berikutnya
dalam buku ini.

Jika orang tersebut berdiri di tengah balok, tiap-tiap reaksi dengan mudah
terlihat sama dengan x 150 = 75 lb. Namun, ketika orang tersebut berdiri
mendekati salah satu ujung balok, seperti yang terlihat pada gambar, reaksi pada
tumpuan yang lebih dekat akan lebih besar daripada reaksi pada tumpuan yang lebih
jauh. Tetapi, bagaimana cara kita menentukan reaksi-reaksi pada kasus ini?
Modul 1 - Statika I

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1


Agar terjadi kesetimbangan pada sebuah benda, jumlah seluruh gaya yang bekerja
pada benda itu harus sama dengan nol. Jumlah dari gaya gaya vertikal dan jumlah
dari gaya-gaya horizontal harus sama dengan nol, jika tidak, benda tersebut akan
bergeser dalam arah gaya yang tak setimbang. Kedua keadaan gaya tersebut
penting untuk menjamin adanya kesetimbangan, tetapi ada kondisi lain yang juga
diperlukan.


















Mengacu pada Gambar 1.2, garis kerja sebuah gaya adalah garis yang
terbentuk dengan memperpanjang anak panah dalam kedua arah.

Sebuah gaya mempunyai daya ungkit (leuerage) terhadap suatu titik
manapun yang berada di luar garis kerjanya. Kita menyebut daya ungkit dari gaya
terhadap suatu titik sebagai momen dari gaya, atau cukup disebut momen.

Modul 1 - Statika I

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Momen adalah kecenderungan dari sebuah gaya untuk berputar terhadap
suatu titik. Besar dari momen adalah gaya dikalikan dengan jarak terdekat antara titik
itu dengan garis gaya. Jarak terdekat ini disebut lengan tuas (arm) atau lengan
momen, dan tegak lurus terhadap garis kerja gaya, seperti yang terlihat pada
gambar. Satuan momen adalah foot-pounds (ft-Ib) atau ton-meter (tm).

Apabila sebuah benda berada dalam kesetimbangan, maka benda tersebut tidak
bergerak terhadap titik acuan manapun. Pilihlah suatu titik, dan momen-momen dari
semua gaya yang bekerja pada sebuah benda harus saling melawan satu dengan
yang lainnya, sehingga kecenderungan keseluruhan benda untuk mengalami
perputaran adalah nol.

Keadaan ini harus merupakan sebuah kebenaran dari titik manapun yang
Anda pilih, sebab jika tidak, benda akan berputar terhadap titik tersebut.

Jadi, selain kedua kondisi kesetimbangan gaya, kita memerlukan kondisi ketiga,
yaitu kesetimbangan momen-jumlah dari semua momen terhadap sebuah titik
manapun harus sama dengan nol.

Ketiga kondisi kesetimbangan itu menghasilkan tiga persamaan
kesetimbangan. Pada Gambar 1.1, tidak ada gaya horizontal yang bekerja pada
balok, sehingga sebuah persamaan sederhana akan menyatakan bahwa jumlah dari
semua gaya horizontal (nol) sama dengan nol. Apabila berat ke arah bawah adalah
150 lb, maka gaya reaktif kiri dan gaya reaktif kanan, yaitu L dan R, secara bersama-
sama harus melawan beban vertical dengan gaya total neto sebesar 150 lb, dan kita
dapat menulis persamaan kesetimbangan gaya yertikal menjadi

L + R - I 5 0 = 0


Kita biasanya mengambil arah ke atas dan arah ke kanan sebagai positif.
Persamaan tersebut menyatakan bahwa semua gaya vertical menghasilkan jumlah
yang sama dengan nol.

Balok tersebut panjangnya 12 ft, dan orang tersebut berdiri dengan jarak 4 ft
dari ujung kiri. Pilihlah titik sembarang manapun, seperti di titik orang tersebut berdiri
Modul 1 - Statika I

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

di atas balok. Lengan tuas di sekitar titik ini berjarak 4 ft dari reaksi kiri, L, dan 8 ft
dari reaksi kanan R. Kita dapat menulis persamaan kesetimbangan momen menjadi,

4 x L 8 x R = 0

Putaran rotasi momen searah jarum jam biasanya dianggap positif. Dengan
menyusun dan mensubstitusikan suku-suku, kita menemukan jawaban dari dua
persamaan kesetimbangan terdahulu yaitu L = 100 lb, dan R = 50 lb, yang juga
menjawab pertanyaan kita pada subbab terdahulu.

Karena garis kerja gaya sebesar 150 lb tersebut melalui titik yang kita pilih
untuk penjumlahan momen, maka garis tersebut tidak memiliki daya ungkit di sekitar
titik ini. Kita dapat menulis sebuah persamaan momen yang berbeda dengan
menjumlahkan momen-momen terhadap sebuah titik pada ujung kiri balok. Pada
kasus ini, momen searah jarum jam akibat berat orang tersebut adalah 150 x 4 = 600
ft-lb dan dilawan oleh momen berlawanan arah jarum jam sebesar 12 x R, jadi

600 12 x R = 0

Lagi-lagi kita menemukan bahwa R = 50 lb. Karena gaya L melalui ujung kiri
balok, maka gaya tersebut tidak memiliki lengan tuas dan tidak menimbulkan momen
terhadap titik tersebut.

Sebagai contoh lain, tinjaulah tangga pada Gambar 1.3. Berat orang secara
vertikal sebesar 150 lb dilawan oleh reaksi vertikal dari lantai beton, A, sehingga A =
150 lb. Ini sama saja dengan menulis

A 150 = 0

Gesekan antara lantai beton yang kasar dan dasar tangga memungkinkan
sebuah reaksi horizontal, B, untuk menahan reaksi horisontal, C, yang diterapkan
oleh dinding tempat ujung aras tangga disandarkan terhadap tangga yang menekan
dinding tersebut. Kedua gaya horisontal tersebut harus sama dan saling melawan
satu sama lain, sehingga

B-C=0
Modul 1 - Statika I

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1


Kita memilih dasar dari tangga sebagai sebuah t i t i k untuk menjumlahkan
momen-momen. Hal ini cukup tepat, karena baik gaya A maupun gaya B, memiliki
garis-garis kerja yang melalui titik ini, dan tidak menimbulkan momen terhadap titik
tersebut. Ingatlah bahwa momen dari sebuah gaya terhadap sebuah titik adalah
gaya dikalikan dengan jarak terdekat antara garis kerja gaya dengan titik tersebut.
Oleh karena itu, berat orang tersebut menimbulkan sebuah momen searah jarum jam
sebesar

2 ft x 150 lb = 300 ft-lb.

Kita mendapatkan sebuah momen berlawanan arah jarum jam sebesar 12 x
C dari reaksi dinding, sehingga
300-12xC=0

Kita menemukan C = 25 lb. Dan apabila B - C = 0, maka kita menemukan bahwa

B=25 lb .

Contoh-contoh terdahulu membahas mengenai bagaimana keadaan
kesetimbangan memungkinkan kita menentukan gaya-gaya yang bekerja pada suatu
benda. Proses yang sama diterapkan pada bagian-bagian struktur, atau bahkan
pada struktur secara keseluruhan, untuk menentukan besar gaya. Pada subbab
berikut, kita akan melihat cara-cara untuk menyederhanakan situasi di mana gaya-
gaya tidak sepenuhnya berada dalam arah vertikal atau horisontal.


1.2 GAYA DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA
Dalam Statika gaya dapat diartikan sebagai muatan atau beban yang bekerja
pada suatu struktur.
Seringkali, sebuah gaya berarah miring terhadap arah horisontal dan vertikal, seperti
terlihat pada Gambar 1.4. Untuk dapat menggunakan persamaan-persamaan
kesetimbangan, gaya miring tunggal tersebut digantikan dengan proyeksi horisontal
dan proyeksi vertikalnya. Kedua proyeksi ini disebut komponen-homponen gaya.

Modul 1 - Statika I

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Kedua komponen gaya itu adalah pengganti yang setara untuk gaya miring tunggal
tersebut, dan begitu pula sebaliknya.

Apabila kita mengukur sudut tajam yang terbentuk oleh gaya miring F dengan
garis vertikal dan menyebut sudut tersebut z, maka kita dapat menyatakan bahwa,












Dari ilmu trigonometri, kita ingat bahwa kosinus sebuah sudut tajam dari
suatu segitiga siku-siku adalah perbandingan anrara sisi yang terdekat dengan sisi
miringnya, sedangkan sinus sudut tersebut adalah perbandingan antara sisi di
hadapan sudut tersebut dengan sisi miringnya. Perbandingan antara sisi di hadapan
dengan sisi yang dekat adalah tangen dari sudut tersebut.

Hubungan-hubungan tersebut diperlihatkan pada Gambar 1.4.

Apabila kita mengganti semua gaya miring dengan dua komponennya
sebelum melakukan hal-hal lain , langkah-langkah pengecekan kesetimbangan
momen dan gaya dapat secara sistematis diterapkan, seperti pada kasus balok dan
tangga yang telah kita bahas sebelumnya. Sebagai contoh, Gambar 1.5
memperlihatkan sebuah beban seberat 200 lb yang ditumpu oleh dua utas tali.
Ketiga gaya yang bekerja pada beban, pada dasarnya bertemu pada titik yang sama.

Ketika hal ini terjadi, gaya-gaya dikatakan menjadi konkuren, dan gaya-gaya tersebut
tidak memiliki daya ungkit pada benda tersebut. Dengan gaya-gaya yang konkuren
Modul 1 - Statika I

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

tersebut, kita hanya perlu meninjau dua kondisi kesetimbangan gaya karena jumlah
dari momen-momen adalah nol.

Dari sebuah garis vertikal, tali yang kiri miring dengan sudut sebesar 45
o
, dan tali
yang kanan miring dengan sudut 60
o
. Beban aktif seberat 200 lb menimbulkan gaya-
gaya reaktif pada kedua utas tali seperti yang terlihat pada gambar. Komponen-
komponen vertikal dari gaya-gaya tali reaktif terlihat melawan beban vertikal sebesar
200 lb. Komponen-komponen gaya tali horisontal harus saling melawan satu dengan
lainnya



Gaya atau beban menurut macamnya terbagi :
1. Gaya atau beban terpusat (point load)
Contoh : gaya tekan pada lantai akibat berat orang yang berdiri di atas lantai.


P



Gaya atau beban terbagi (distributed load)
a. Terbagi rata, contoh : gaya tekan angin, berat balok
b. Teratur, contoh : gaya tekan air pada bendungan.
c. Tidak teratur, contoh : gaya gempa dinamik


Modul 1 - Statika I

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

2.Gaya atau beban momen (momen load)
a. Momen lentur
b. Momen puntir


1.3 JENIS PERLETAKAN PADA STRUKTUR
Didalam statika ada empat macam sistim perletakan pada struktur :

1. Engsel (Sendi / hinge) , diberi notasi

Sifat engsel :
a. Dapat menahan gaya-gaya vertical dan horizontal
b. Tidak dapat menahan momen (rotasi) Momen = 0

Kita tinjau engsel pada sutau pintu dibawh ini : apabila titik A
dieri gaya P, maka gaya P dapat diuarai menjadi P1 (searah daun pintu) dan P2
(tegak luus daun pintu). Gaya P1 dapat di imbangi oleh gaya K yang melalui
engsel, sedangkan gaya P2 akan mengakibatkan bergeraknya daun pintu. Jadi
engsel/sendi tidak dapat menahan rotasi (momen).

P 2 P P1









K


2. Rol, diberi notasi
Sifat Rol:
a. Dapat menahan gaya vertical (tegak lurus rol)
Modul 1 - Statika I

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

b. Tidak dapat menahan horizontal (sejajarbidang rol) dan rotasi (momen).
Kita tinjau sepatu roda berikut : apabila dikerjakan gaya P, maka P diurai atas
P1tegak lurus lantai dan P2 yang arahnya sejajar dengan lantai. P1 dapat
dditahan oleh rol sedangkan P2 tidak dapat ditahan oleh rol sehingga sepatu
akan bergerak arah horizontal.



P1
P

P2





3.Jepit , diberi notasi

Sifat Jepit :
a. Dapat menahan gaya vertical.
b. Dapat menahan gaya horizontal
c. Dapat menahan rotasi atau momen

4. Pendel, diberi notasi

Sifat pendel : hanya dapat menahan gaya yang searah dengan denganya


1.4 KESETIMBANGAN GAYA
Syarat dari suatu benda diam adalah :
1. Diam
2. Terletak di atas tanah



Modul 1 - Statika I

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Syarat kesetimbangan suatu struktur berdasarkan dari Hukum NEWTON
adalah :

1. Jumlah gaya-gaya horizontal yang bekerja pada suatu struktur harus
= 0


0 0 H Fx
0
2. Jumlah gaya-gaya vrtical yang bekerja pada suatu struktur harus = 0


0 V Fy
0
3. Jumlah gaya-gaya momen atau rotasi yang bekrja pada suatu struktur
harus = 0

0 M
- +

Berdasarkan syarat-syarat kesetimbangan tersebut, maka reaksi perletakandari
suatu struktur dapat di tentukan dengan memprhatikan sifat-sifat dari perletakan
yang digunakan.

1.5 CONTOH SOAL

CONTOH 1



A B

0 V
empiris
V
A
= 2 T V
a
= 2 T
2 m


P = 4 T

Z A B
V
A
= 2T

V
B
= 2T
3 m 2 m 2 m


Modul 1 - Statika I

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1



Ditanyakan : Reaksi perletakan

Penyelesaian :

Matematis 2 Variabel
Diperlukan 2 Persamaan

0 ; 0 V M

0 V
V
A
+ V
B
- P = 0
V
A
+ V
B
= 4 .(1)

Persamaan (1) dikalikan 3 dan persamaan (2 ) dikalikan 1

V
A
+ V
B
= 4 . (1) x 3
-3 V
A
- V
B
= - 20 (2) x 1

Kemudian persamaan tersebut dijumlahkan :
3V
A
+ 3V
B
= 12
-3V
A
- 7V
B
= - 20 ( )
Dari persamaan (1)
V
A
+ 2 = 4 V
A
= 4 2 = 2T ( )

CONTOH 2

q = 2 t/m P = 21


R = 42 A
3 1
3 2 V
A

V
B







Modul 1 - Statika I

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1


Ditanya :

Reaksi Perletakan

Penyelesaian

0
B
M
P.2 + V
A.
4 R. 5 = 0
2.2 + 4 V
A
8.5 = 0
4 + 4 V
A
40 = 0
4 V
A
= - 4 + 40
V
A
= 36/34 = 9t

0 V
V
A
+ V
B
P R = 0
9 +V
B
2 8 = 0

V
B
= - 9 + 2 + 8
V
B
= 1t

CONTOH 3





q = 3 t/m
M
A
R = 9 B

4 3
V
B


V
= 0

M
A
= 0

Modul 1 - Statika I

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

V
B
P R = 0 - V
B.
7 + M
B
+ R.5,5 = 0
V
B
= 9 + 4 - 13.7 + M
B
+ 9.5,5 = 0
V
B
= 13 t - 91 + M
B
+ 49,5 = 0
M
B
= 41,5 tm

Periksa !

M
B
= 0
P. 7 + R 1,5 - M
B
= 0
4.7 + 9. 1,5 41,5 = 0
41,5 41,5 = 0
0 = 0




Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Modul 3
AS AH- S TS t SH T HHt H
Ht H A - H- H Ht



Statika merupakan ilmu yang mempelajari semua benda yang tetap, yang statis.
Ilmu Statika merupakan bagian dari bidang ilmu mekanika teknik. Dalam ilmu statika
dipelajari segala sesuatu yang tidak bergerak (atau yang tidak akan bergerak). Hal ini
berbeda dengan ilmu dinamik, dalam ilmu dinamik diterangkan semua yang bergerak.
Akan tetapi, kedua bagian bidang ilmu tersebut mempunyai persamaan, yaitu gaya dan
gerak (pergerakan).

Dalam ilmu statika, terdapat persyaratan khusus mengenai pergerakan, yaitu
pergerakan v = 0, hal ini berarti bahwa pokok bahasan yang ditinjau adalah hanya
bekerja dengan gaya-gaya yang tidak bergerak, atau dengan kata lain keadaan
pergerakan sama dengan nol.

Kondisi tersebut terjadi apabila semua gaya yang bekerja atau semua gaya yang
membebani suatu benda dan gaya-gaya dalam keadaan seimbang. Sebagai contoh
gaya-gaya yang bekerja pada tangkai pengungkit (dengan jarak antara gaya dan benda
= momen) saling menutupi, sehingga semua gaya seimbang.


Gambar 3.1 Keseimbangan Gaya.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Oleh karena itu, ilmu statika disebut juga ilmu keseimbangan gaya.
Keseimbangan pada mulanya tidak ada dan apabila keseimbangan itu tercapai, segera
akan terganggu lagi. Atau dapat pula terjadi perubahan dalam keseimbangan, yang
diakibatkan oleh daya tarik bumi (dalam ilmu statika disebut berat sendiri), oleh beban
yang dikenakan pada benda/konstruksi bangunan itu serta oleh kekuatan alam, sebagai
contoh air hujan, salju, angin dan perubahan suhu.


Gambar 3.2 Struktur jembatan untuk pejalan kaki.


3.2 Tahapan Pembangunan Struktur
Ilmu statika pada dasarnya merupakan pengembangan ilmu fisika yang
menjelaskan kejadian alam sehari-hari yang berkaitan dengan gaya-gaya yang bekerja.
Pada pokok bahasan ini, dalam dunia konstruksi, pekerjaan seorang insinyur sipil
secara garis besar dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Bidang perencanaan (design) bangunan sipil.
2. Bidang pelaksanaan (construction) bangunan sipil.
3. Bidang perawatan/perbaikan (maintenance/repair) bangunan sipil.

Salah satu fungsi utama bangunan sipil adalah mendukung gaya-gaya yang berasal dari
beban-beban yang dipikulnya, sebagai contoh yaitu:
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

1. Jembatan/jalan, mendukung gaya-gaya yang berasal dari beban arus lalu lintas
yang melintasi jembatan atau jalan tersebut.
2. Dinding penahan tanah (retaining wall), berfungsi menahan gaya timbunan tanah
pada dinding retaining wall.
3. Bendung, berfungsi menampung air
4. Lantai pada gedung, berfungsi memikul beban hidup, beban mati dan beban mati
tambahan yang bekerja.

Oleh karena itu, penguasaan ilmu statika sangat membantu insinyur sipil dalam
pengambilan keputusan.


3.3 Definisi Sederhana Struktur
Struktur merupakan sarana yang berfungsi menyalurkan beban yang diakibatkan
penggunaan dan/atau kehadiran bangunan di atas tanah.



Gambar 3.3 Jembatan rangka

Dari Gambar 3.3 dapat kita lihat bahwa struktur jembatan berfungsi untuk
menyalurkan beban yang bergerak di sepanjang jembatan, yaitu kereta api.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1


Gambar 3.4 Bangunan gedung bertingkat.


Dari Gambar 3.4 dapat kita lihat bahwa bangunan gedung bertingkat berfungsi
untuk menyalurkan beban-beban yang ada pada tiap lantai.

3.4 Tipe-tipe Struktur
Struktur dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa pendekatan, yaitu antara lain :

1. Geometri
Berdasarkan geometri dasar, bentuk struktur dapat diklasifikasikan sebagai
salahsatu bentuk elemen garis (atau disusun dari elemen-elemen garis) atau sebagai
bentuk elemen permukaan. Bentuk elemen garis dapat dibedakan sebagai garis lurus
atau garis lengkung. Sedangkan bentuk elemen permukaan bisa berbentuk datar atau
lengkung. Elemen permukaan lengkung bisa berupa lengkung tunggal atau lengkung
ganda.

Pada kenyataannya tidak ada yang dapat disebut sebagai elemen garis atau
elemen permukaan, karena elemen-elemen struktur memiliki tebal. Istilah garis dan
permukaan ini hanya untuk memudahkan saja.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1


Gambar 3.5 Elemen garis lurus dan lengkung.

Elemen tersebut tergantung pada bahan atau metode konstruksinya. Sebagai
contoh bahan dari kayu, beton atau baja.

2. Kekakuan
Berdasarkan kekakuan, dapat diklasifikasikan apakah suatu struktur kaku atau
fleksibel.
Elemen kaku biasanya sebagai batang, tidak mengalami perubahan bentuk yang cukup
besar di bawah pengaruh gaya atau pada perubahan gaya yang diakibatkan oleh beban.
Namun meskipun demikian, struktur ini selalu bengkok meskipun sangat kecil, apabila
dibebani.


Gambar 3.6 Jembatan KA Jalur Cikampek-Padalarang.

Elemen fleksibel atau tidak kaku, misalnya kabel, cenderung mempunyai bentuk
tertentu pada suatu kondisi pembebanan. Bentuk tersebut dapat berubah apabila
pembebanan berubah.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Struktur fleksibel dapat mempertahankan keutuhan fisiknya meskipun bentuknya
berubah-ubah. Elemen kaku contohnya adalah kayu dan baja. Sedangkan contoh dari
elemen fleksibel adalah kabel baja.


Gambar 3.7 Jembatan kabel di Pulau Batam, Indonesia.


3.5 Jenis-jenis Elemen Struktur
Jenis-jenis elemen struktur dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Balok dan Kolom
Struktur yang dibentuk dengan cara meletakkan elemen kaku horisontal di atas
elemen kaku vertikal adalah struktur yang umum dijumpai. Elemen horizontal (balok)
sering disebut sebagai elemen lentur, yaitu memikul beban yang bekerja secara
transversal dari panjangnya dan mentransfer beban tersebut ke kolom vertikal yang
menumpunya.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1


Gambar 3.8 Elemen balok dan kolom struktur bangunan gedung.

Kolom dibebani beban secara aksial oleh balok, kemudian mentransfer beban
tersebut ke tanah. Kolom yang memikul balok tidak melentur ataupun melendut karena
kolom pada umumnya mengalami gaya aksial tekan saja.

2. Rangka
Rangka mempunyai aksi struktural yang berbeda dengan jenis balok-tiang,
karena adanya titik hubung kaku antara elemen vertikal dan elemen horisontal.
Kekakuan titik hubung ini memberikan banyak kestabilan terhadap gaya lateral.
Kekakuan titik hubung adalah salah satu dari berbagi jenis hubungan yang ada di antara
berbagai elemen struktur.


Pada sistem rangka, baik balok maupun kolom akan melentur sebagai akibat
adanya aksi beban pada struktur.

3. Rangka Batang
Struktur rangka batang adalah struktur yang terdiri dari kumpulan elemen batang
yang disambung untuk membentuk suatu geometri tertentu sedemikian sehingga
apabila diberi beban pada titik buhul (titik pertemuan antar batang) maka struktur
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

tersebut akan menyalurkan beban ke tumpuan melalui gaya aksial (tarik atau tekan)
pada batang-batangnya.

Titik buhul dimodelkan berperilaku sebagai sambungan pin (engsel) sehingga
tidak bisa menahan atau menyalurkan momen ke batang yang lain.


Gambar 3.10 Rangka Batang.


4. Pelengkung
Pelengkung adalah struktur yang dibentuk oleh elemen garis yang melengkung
dan membentang di antara dua titik. Pada umumnya terdiri atas potonganpotongan kecil
yang mempertahankan posisinya akibat adanya tekanan dari beban.

Sebagai contoh dapat dilihat pada ilustrasi Gambar 3.5 (b) dan Gambar 3.12,
serta contoh jembatan pelengkung seperti terlihat pada Gambar 3.13. Contoh lain
adalah pada bangunan-bangunan modern, atau dinamakan pelengkung kaku (rigid
arch).


Gambar 3.11 Jembatan pelengkung di Europabrcke, Murau, Austria.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1


Gambar 3.12 Ilustrasi sebuah jembatan pelengkung.


5. Dinding dan Pelat
Dinding dan pelat datar adalah struktur kaku pembentuk permukaan. Dinding
pemikul beban biasanya dapat memikul baik beban arah vertikal maupun beban lateral
(gempa, angin dan lain-lain).

Pelat datar biasanya digunakan secara horisontal dan memikul beban sebagai
lentur, dan meneruskannya ke tumpuan. Struktur pelat biasanya terbuat dari beton
bertulang atau baja.

Gambar 3.13 Pelat bangunan gedung.




Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

6. Cangkang Silindrikal dan Terowongan
Cangkang contohnya adalah struktur pelat-satu-kelengkungan. Cangkang
mempunyai bentang longitudinal dan lengkungannya tegak lurus terhadap diameter
bentang. Cangkang dibuat dari material kaku (misalnya beton bertulang atau baja).

Terowongan berbeda dengan cangkang, yaitu struktur berkelengkungan tunggal
yang membentang secara transversal. Terowongan dapat dipandang sebagai
pelengkung menerus.



(a) Ilustrasi terowongan. (b) Terowongan kereta api.

Gambar 3.14 Terowongan.


7. Kubah dan Cangkang Bola
Kubah sangat efisien digunakan pada suatu bangunan dengan bentang besar.
Tingkat kesulitan perhitungan lebih rumit. Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar
3.15.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1


Gambar 3.15 Struktur cangkang bola.



8. Kabel
Kabel adalah elemen struktur fleksibel. Bentuknya sangat tergantung pada besar
dan perilaku beban yang bekerja padanya. Kabel dapat digunakan pada bentang yang
panjang. Biasanya digunakan pada jembatan yang memikul dek jalan raya deserta lalu
lintas di atasnya. Sebagai contoh, dii negara Indonesia sudah dibangun beberapa
jembatan kabel. Sebagai contoh, beberapa jembatan kabel yang ada di Indonesia
adalah di Pulau Batam (Gambar 3.7), Riau (Gambar 3.16) dan Bandung, Jawa Barat
(Gambar 3.17).


Gambar 3.16 Jembatan kabel di Riau, Indonesia.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1



Gambar 3.17 Jembatan kabel di Bandung, Jawa Barat, Indonesia.


9. Membran, Tenda dan Jaring
Membran adalah lembaran tipis dan fleksibel. Tenda biasanya dibuat dari
permukaan membran. Bentuk yang sederhana maupun kompleks dapat dibuat dengan
menggunakan membran-membran. Jaring adalah permukaan 3D yang terbuat dari
sekumpulan kabel lengkung yang melintang. Jaring mempunyai analogi dengan kulit
membran. Dengan memungkinkan adanya lubang saringan untuk variasi sesuai
keperluan, maka sangat banyak bentuk permukaan yang dapat diperoleh.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1


Gambar 3.18 Model struktur membran.




Gambar 3.19 Model struktur membran untuk atap.


Salah satu keuntungan penggunaannya yaitu penempatan kabel dapat
mencegah atap dari getaran akibat tekanan dan isapan angin. Selain itu, gaya tarik
umumnya dapat diberikan pada kabel dengan alat jacking sehingga seluruh permukaan
dapat mempunyai tahanan terhadap getaran pada atap.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1


Gambar 3.20 Struktur membran/tenda untuk atap tempat parkir.


3.6 Fenomena Struktur Dasar
Dalam analisis dan desain statu struktur, terdapat masalah-masalah yang kita
jumpai, sebagai contoh misalnya bentuk-bentuk tertentu dapat terguling atau runtuh,
apabila mengalami pembebanan tertentu. Beban yang menyebabkan terguling atau
gagal tersebut dapat berasal dari keadaan tertentu (misalnya angin, gempa), beban
akibat penggunaannya, atau akibat berat sendiri struktur tersebut. Beban-beban ini
dapat menimbulkan gaya dalam pada struktur, tegangan pada bahannya, sehingga
pada akhirnya dapat menyebabkan kegagalan.

Masalah pertama adalah berkaitan dengan kestabilan menyeluruh. Sebagai
suatu kesatuan yang utuh, struktur dapat terguling, tergelincir atau terpuntir relatif
terhadap dasarnya, terutama apabila mengalami beban seperti angin atau gempa.

Struktur yang relatif tinggi, sebagai contoh menara listrik tegangan tinggi yang
mempunyai dasar kecil mempunyai potensi untuk terguling. Ketidakseimbangan akibat
berat sendiri juga dapat menyebabkan terjadinya guling.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Penggunaan pondasi kaku yang lebar dapat mencegah terjadinya guling, atau dengan
penggunaan pondasi tiang yang mampu memikul gaya tarik.

Masalah kedua adalah berkaitan dengan kestabilan hubungan atau internal. Apabila
bagian-bagian struktur tidak tersusun atau terhubung dengan baik, maka struktur dapat
runtuh. Suatu susunan struktur dapat stabil untuk kondisi pembebanan tertentu, tetapi
tidak untuk kondisi lainnya.

Gaya-gaya seperti angin, gempa dapat menyebabkan keruntuhan demikian. Ada
beberapa mekanisme dasar dinding, aksi rangka, atau diagonal yang dapat digunakan
untuk membuat statu susunan struktur menjadi stabil.


Gambar 3.22 Menara listrik tegangan tinggi.


Masalah ketiga adalah berkaitan dengan kekuatan dan kekakuan elemen. Ada
banyak masalah struktural pada kekuatan komponen struktur. Keruntuhan komponen
dapat berupa keruntuhan akibat tarik, tekan, lentur, geser, torsi, gaya tumpu, atau
deformasi berlebihan yang timbul secara internal di dalam struktur sebagai akibat dari
adanya beban. Bersamaan dengan beban, juga timbal tegangan pada material.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1


Gambar 3.23 Kegagalan struktur akibat torsi.


Dengan mendesain komponen struktur secara hati-hati, keadaan tegangan
tersebut dapat diatur agar berada dalam taraf aman.


3.7 Kriteria dan Tahapan dalam Analisis Struktur
Tinjauan dasar dalam merencanakan struktur adalah menjamin kestabilan pada
segala kondisi pembebanan yang mungkin terjadi. Struktur akan mengalami perubahan
bentuk tertentu apabila dibebani.

Pada struktur yang stabil, deformasi akibat beban pada umumnya kecil, dan gaya
internal yang timbul di dalam struktur mempunyai kecenderungan mengembalikan
bentuk struktur ke bentuk semula apabila beban dihilangkan.

Pada struktur yang tidak stabil, deformasi akibat beban pada umumnya
mengakibatkan kecenderungan untuk terus bertambah selama struktur tersebut
dibebani. Struktur yang tidak stabil tidak memberikan gaya-gaya internal yang
mempunyai kecenderungan untuk terus bertambah selama struktur tersebut dibebani.
Struktur yang tidak stabil mudah mengalami runtuh (collapse).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Tanggung jawab Insinyur Sipil sebagai perencana struktur adalah dapat
menjamin struktur yang membentuk konfigurasi yang stabil. Para insinyur berupaya agar
hasil rancangannya adalah yang terbaik atau optimal jika ditinjau dari kekuatan,
kekakuan maupun pembiayaan (ekonomis).

Gambar 3.24 Kestabilan struktur.




Gambar 3.25 Struktur yang tidak stabil.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

1 1
1
PRINSIP DASAR


4.1 Pendahuluan
Ilmu statika pada dasarnya merupakan pengembangan dari ilmu fisika, yang
menjelaskan kejadian alam sehari-hari, yang berkaitan dengan gaya-gaya yang
bekerja. Insinyur sipil dalam hal ini bekerja pada bidang perencanaan, pelaksanaan
dan perawatan atau perbaikan konstruksi bangunan sipil.

Fungsi utama bangunan sipil adalah mendukung gaya-gaya yang berasal dari
beban-beban yang dipikul oleh bangunan tersebut. Sebagai contoh adalah beban
lalu lintas kendaraan pada jembatan/jalan, beban akibat timbunan tanah pada
dinding penahan tanah (retaining wall), beban air waduk pada bendung, beban hidup
pada lantai bangunan
gedung, dan lain sebagainya.


Gambar 4.1 Model beban lalu lintas pada jembatan.


Gambar 4.2 Dinding penahan tanah (retaining wall).
Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

2 2
2

Oleh karena itu, penguasaan ilmu statika sangat penting dan membantu insinyur sipil
dalam kaitannya dengan perencanaan suatu struktur.

4.1.1 Gaya

Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan deformasi pada suatu struktur. Gaya
mempunyai besaran dan arah, digambarkan dalam bentuk vector yang arahnya
ditunjukkan dengan anak-panah, sedangkan panjang vektor digunakan untuk
menunjukkan besarannya (Gambar 4.3).


Gambar 4.3 Vektor

Garis disepanjang gaya tersebut bekerja dinamakan garis kerja gaya. Titik tangkap
gaya yang bekerja pada suatu benda yang sempurna padatnya, dapat dipindahkan
di sepanjang garis kerja gaya tersebut tanpa mempengaruhi kinerja dari gaya
tersebut. Apabila terdapat bermacam-macam gaya bekerja pada suatu benda, maka
gaya-gaya tersebut dapat digantikan oleh satu gaya yang memberi pengaruh sama
seperti yang dihasilkan dari bermacam-macam gaya tersebut, yang disebut sebagai
resultan gaya.


4.1.2 Vektor Resultan

Sejumlah gaya yang bekerja pada suatu struktur dapat direduksi menjadi satu
resultan gaya, maka konsep ini dapat membantu di dalam menyederhanakan
permasalahan. Menghitung resultan gaya tergantung dari jumlah dan arah dari
gayagaya tersebut.

Beberapa cara/metode untuk menghitung/mencari resultan gaya, yaitu antara lain :

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

3 3
3
1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya.
4. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya.
3. Metode proyeksi vektor gaya.

1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya
Metode ini menggunakan konsep bahwa dua gaya atau lebih yang terdapat pada
garis kerja gaya yang sama (segaris) dapat langsung dijumlahkan (jira arah
sama/searah) atau dikurangkan (jika arahnya berlawanan).


Gambar 4.4 Penjumlahan vektor searah dan segaris menjadi resultan gaya R.

4. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya
Metode ini menggunakan konsep, jika gaya-gaya yang bekerja tidak segaris, maka
dapat digunakan cara Paralellogram dan Segitiga Gaya. Metode tersebut cocok jika
gaya-gayanya tidak banyak.


Gambar 4.5 Resultan dua vektor gaya yang tidak segaris.

Namur jika terdapat lebih dari dua gaya, maka harus disusun suatu segibanyak
(poligon) gaya. Gaya-gaya kemudian disusun secara berturutan, mengikuti arah
jarum jam.

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

4 4
4

Gambar 4.6 Resultan dari beberapa vektor gaya yang tidak searah.

Jika telah terbentuk segi-banyak tertutup, maka penyelesaiannya adalah tidak ada
resultan gaya atau resultan gaya sama dengan nol. Namun jika terbentuk segi-
banyak tidak tertutup, maka garis penutupnya adalah resultan gaya.

3. Metode proyeksi vektor gaya
Metode proyeksi menggunakan konsep bahwa proyeksi resultan dari dua buah
vektor gaya pada setiap sumbu adalah sama dengan jumlah aljabar proyeksi
masing-masing komponennya pada sumbu yang sama. Sebagai contoh dapat dilihat
pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Proyeksi Sumbu.

Xi dan X adalah masing-masing proyeksi gaya Fi dan R terhadap sumbu x.
sedangkan Yi dan Y adalah masing-masing proyeksi gaya Fi dan R terhadap sumbu
y. dimana

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

5 5
5

Dengan demikian metode tersebut sebenarnya tidak terbatas untuk dua buah vektor
gaya, tetapi bisa lebih. Jika hanya diketahui vektor-vektor gaya dan akan dicari
resultan gaya,
maka dengan mengetahui jumlah kumulatif dari komponen proyeksi sumbu, yaitu X
dan Y, maka dengan rumus pitagoras dapat dicari nilai resultan gaya (R). dimana


Sebagai penjelasan lebih lanjut, dapat dilihat beberapa contoh soal dengan disertai
ilustrasi Gambar 4.8.

Contoh pertama, diketahui suatu benda dengan gaya-gaya seperti terlihat pada
Gambar 8 sebagai berikut.
Ditanyakan : Tentukan besar dan arah resultan gaya dari empat gaya tarik pada besi
ring.

Gambar 4.8 Contoh soal pertama.

Contoh kedua, diketahui dua orang seperti terlihat pada Gambar 9, sedang
berusaha memindahkan bongkahan batu besar dengan cara tarik dan ungkit.
Ditanyakan : tentukan besar dan arah gaya resultan yang bekerja pada titik bongkah
batu akibat kerja dua orang tersebut.

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

6 6
6
Penyelesaian :

Gambar 4.9 Contoh soal kedua.

4.1.3 Momen

Gaya yang beraksi pada suatu massa kaku, secara umum selain menyebabkan
deformasi, ternyata juga menyebabkan rotasi (massa tersebut berputar terhadap
suatu titik sumbu tertentu). Posisi vektor gaya yang menyebabkan perputaran
terhadap suatu titik sumbu tertentu tersebut disebut sebagai momen.


Gambar 4.10 Model struktur kantilever.

Pada gambar 4.10 dapat kita lihat bahwa akibat beban terpusat (lampu gantung dan
penutup) yang bekerja pada titik B, maka akan timbul momen pada titik A.

Pada kasus tertentu, akibat adanya momen untuk suatu beban yang memiliki
eksentrisitas, akan menimbulkan suatu putaran yang disebut dengan torsi atau
Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

7 7
7
puntir. Ilustrasi mengenai torsi atau punter sebagai contoh adalah pada sebuah pipa,
seperti terlihat pada Gambar 4.11, Gambar 4.12, dan Gambar 4.13.

Jika momen tersebut berputar pada sumbu aksial dari suatu batang (misal pipa)
maka namanya adalah torsi atau puntir.



Gambar 4.11 Torsi Terhadap Sumbu Z.

Dari ilustrasi seperti terlihat pada Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa torsi terhadap
sumbu-z akan menyebabkan puntir pada pipa. Besarnya momen ditentukan oleh
besarnya gaya F dan lengan momen (jarak tegak lurus gaya terhadap titik putar yang
ditinjau).


Gambar 4.12 Momen Terhadap Sumbu X.

Dari ilustrasi seperti terlihat pada Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa momen terhadap
sumbu-z akan menyebabkan bending pada pipa.

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

8 8
8

Gambar 4.13 Gaya menuju sumbu (konkuren)

Gaya yang menuju suatu sumbu disebut sebagai konkuren, tidak akan menimbulkan
momen pada sumbu-z. Perilaku momen pada batang kantilever dapat terjadi dalam
beberapa konfigurasi.

4.1.4 Soal latihan dan pembahasan
Berikut ini terdapat tiga contoh soal latihan beserta pembahasan untuk menghitung
momen.

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

9 9
9

4.2 Keseimbangan Benda Tegar

Suatu benda berada dalam keseimbangan apabila sistem gaya-gaya yang bekerja
pada benda tersebut tidak menyebabkan translasi maupun rotasi pada benda
tersebut.

Keseimbangan akan terjadi pada sistem gaya konkuren yang bekerja pada titik atau
partikel, apabila resultan sistem gaya konkuren tersebut sama dengan nol. Apabila
sistem gaya tak konkuren bekerja pada suatu benda tegar, makaakan terjadi
kemungkinan untuk mengalami translasi dan rotasi.

Oleh karena itu, agar benda tegar mengalami keseimbangan, translasi dan rotasi
tersebut harus dihilangkan. Untuk mencegah translasi, maka resultan sistem gaya-
gaya yang bekerja haruslah sama dengan nol, dan untuk mencegah rotasi, maka
jumlah momen yang dihasilkan oleh resultan oleh semua gaya yang bekerja haruslah
sama dengan nol.

Sebagai ilustrasi, dapat dilihat Gambar 4.14 mengenai gaya dan momen pada
sumbu-x, sumbu-y dan sumbu-z.


di mana F adalah gaya dan M adalah momen.

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

10 10
10

Gambar 4.14 Gaya dan Momen pada tiga sumbu.

4.3. Gaya dan Momen Eksternal dan Internal

Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda dapat berupa eksternal dan
internal. Gaya dan momen eksternal, sebagai contoh adalah berat sendiri struktur.
Gaya dan momen internal adalah gaya dan momen yang timbul di dalam struktur
sebagai respons terhadap gaya eksternal yang ada, sebagai contoh hdala gaya
tarik yang timbal di dalam batang.

4.3.1. Gaya dan Momen Eksternal

Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda tegar dapat dibagi ke dalam dua
jenis utama, yaitu gaya yang bekerja langsung pada struktur dan gaya yang timbul
akibat adanya aksi.

Sesuai dengan hukum ketiga Newton bahwa apabila ada suatu aksi maka akan ada
reaksi yang besarnya sama dan arahnya berlawanan.

4.3.4. Gaya dan Momen Internal

Gaya dan momen internal timbul di dalam struktur sebagai akibat adanya sistem
gaya eksternal yang bekerja pada struktur dan berlaku bersamasama secara umum
mempertahankan keseimbangan struktur.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

11 11
11

4.3.3. Idealisasi Struktur

Beberapa langkah penyelesaian struktur dengan gaya yang bekerja dapat dilakukan.
Salah satu cara adalah dengan melakukan idealisasi.


Gambar 4.15 Idealisasi struktur jembatan rangka batang.

Gambar 4.15 (a) memperlihatkan suatu jembatan rangka batang. Idealisasi struktur
dapat dilakukan dengan memodelkan menjadi rangka batang dua dimensi seperti
terlihat pada gambar 4.15 (b).

Gambar 4.16 Idealisasi struktur jembatan.

Gambar 4.16 (a) memperlihatkan suatu jembatan, dan gambar 4.16 (b) merupakan
idealisasi menjadi pemodelan balok diatas tumpuan sendi-rol di ujung-ujungnya,
dengan beban merata bekerja di sepanjang balok.


(a). Aktual struktur. (b). Idealisasi struktur.
Gambar 4.17 Idealisasi balok kantilever.

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

12 12
12
Gambar 4.17 (a) memperlihatkan suatu balok kantilever baja, dan gambar 4.17 (b)
merupakan idealisasi pemodelan balok kantilever dengan tumpuan jepit-bebas pada
ujung-ujungnya.
Model beban adalah beban merata (W) di sepanjang bentang dan beban terpusat (P)
di ujung bebas.

4.4. Kondisi Tumpuan

Sifat gaya-gaya reaksi yang timbul pada suatu benda yang dibebani bergantung
pada bagaimana benda tersebut ditumpu atau dihubungkan dengan benda lain.
Hubungan antar jenis kondisi tumpuan/perletakan yang ada dan jenis gaya-gaya
reaksi yang timbul, dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jenis kondisi tumpuan : model-model idealisasi.


Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

13 13
13
4.5. Pemodelan Struktur

Untuk menetapkan kriteria yang digunakan sebagai ukuran untuk menentukan
apakah suatu struktur dapat diterima atau tidak, diperlukan suatu pemodelan
struktur. Dalam pemodelan struktur, diperlukan suatu analisis dan desain. Kriteria-
kriteria tersebut antara lain yaitu :

1. Kemampuan Layan (Serviceability)
Struktur harus mampu memikul beban secara aman, tanpa kelebihan tegangan pada
material dan mempunyai batas deformasi yang masih dalam daerah yang diijinkan.
Kemampuan struktur memikul beban tanpa mengalami kelebihan tegangan diperoleh
dengan menggunakan factor keamanan dalam desain struktur. Hal ini berkaitan
dengan criteria kekuatan.

Sedangkan deformasi berkaitan dengan kriteria kekakuan struktur. Deformasi
dikontrol dengan memvariasi kekakuan struktur, karena kekakuan bergantung pada
jenis besar dan distribus bahan pada struktur.

4. Efisiensi
Kriteria ini merupakan tujuan untuk mendapatkan desain struktur yang ekonomis.
ukuran yang biasa digunakan adalah banyaknya materila yang diperlukan untuk
memikul beban yang diberikan pada kondisi dan kendala yang ditentukan.
Penggunaan material yang sama belum tentu memberikan kemampuan layan yang
sama. Bisa terjadi suatu struktur
tertentu akan memerlukan material lebih sedikit dibandingkan struktur yang lain.

3. Konstruksi
Tinjauan konstruksi mempengaruhi pilihan struktural. Bisa saja terjadi suatu
perakitan elemen-elemen struktur akan efisien apabila material mudah dibuat dan
dirakit. Termasuk dalam tinjauan ini adalah meliputi tenaga kerja, jenis dan jumlah
peralatan konstruksi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu bangunan.

4. Harga
Harga merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam pemilihan struktur.
Konsep harga tidak dapat lepas dari faktor efisiensi dan konstruksi.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

14 14
14
Harga total suatu struktur bergantung pada banyak dan harga material yang dicapai,
upah buruh dan biaya peralatan yang diperlukan selama masa pelaksanaan suatu
bangunan.

5. Lain-lain
Faktor lain yang berpengaruh, misal tinjauan dari segi arsitektural. Sebagai contoh
adalah penampilan bangunan, tujuan penggunaan bangunan.

Gambar 4.18 memperlihatkan bangunan rumah tinggal. Selain karena tujuan
penggunaan, tinjauan dari segi arsitektural juga sangat penting, terutama untuk
tujuan penampilan bangunan sesuai yang diinginkan.


Gambar 4.19 Bangunan Apartemen.

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

15 15
15
Bangunan apartemen, seperti terlihat pada Gambar 4.19 pada umumnya bertingkat
tinggi, dan memiliki bentuk tipikal dari lantai dasar sampai dengan lantai atas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain karena fungsi apartemen,
yaitu untuk tempat tinggal dengan jumlah unit yang banyak, sedangkan lokasi lahan
terbatas, sehingga untuk efisiensi maka dibuat bangunan tinggi.

Gambar 4.20 Jembatan kabel.

Struktur jembatan kabel (cable-stayed bridge) memiliki keistimewaan, yaitu antara
lain jika ditinjau dari segi struktur, jembatan kabel mempunyai kemampuan untuk
memikul bentang yang sangat panjang, serta apabila ditinjau dari segi arsitektural
jembatan kabel tampak lebih indah dan enak dipandang.
Salah satu contoh jembatan kabel seperti terlihat pada Gambar 4.20, yaitu Jembatan
Kabel Pasupati yang ada di kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

1 1
1
PRINSIP DASAR


4.1 Pendahuluan
Ilmu statika pada dasarnya merupakan pengembangan dari ilmu fisika, yang
menjelaskan kejadian alam sehari-hari, yang berkaitan dengan gaya-gaya yang
bekerja. Insinyur sipil dalam hal ini bekerja pada bidang perencanaan, pelaksanaan
dan perawatan atau perbaikan konstruksi bangunan sipil.

Fungsi utama bangunan sipil adalah mendukung gaya-gaya yang berasal dari
beban-beban yang dipikul oleh bangunan tersebut. Sebagai contoh adalah beban
lalu lintas kendaraan pada jembatan/jalan, beban akibat timbunan tanah pada
dinding penahan tanah (retaining wall), beban air waduk pada bendung, beban hidup
pada lantai bangunan
gedung, dan lain sebagainya.


Gambar 4.1 Model beban lalu lintas pada jembatan.


Gambar 4.2 Dinding penahan tanah (retaining wall).
Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

2 2
2

Oleh karena itu, penguasaan ilmu statika sangat penting dan membantu insinyur sipil
dalam kaitannya dengan perencanaan suatu struktur.

4.1.1 Gaya

Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan deformasi pada suatu struktur. Gaya
mempunyai besaran dan arah, digambarkan dalam bentuk vector yang arahnya
ditunjukkan dengan anak-panah, sedangkan panjang vektor digunakan untuk
menunjukkan besarannya (Gambar 4.3).


Gambar 4.3 Vektor

Garis disepanjang gaya tersebut bekerja dinamakan garis kerja gaya. Titik tangkap
gaya yang bekerja pada suatu benda yang sempurna padatnya, dapat dipindahkan
di sepanjang garis kerja gaya tersebut tanpa mempengaruhi kinerja dari gaya
tersebut. Apabila terdapat bermacam-macam gaya bekerja pada suatu benda, maka
gaya-gaya tersebut dapat digantikan oleh satu gaya yang memberi pengaruh sama
seperti yang dihasilkan dari bermacam-macam gaya tersebut, yang disebut sebagai
resultan gaya.


4.1.2 Vektor Resultan

Sejumlah gaya yang bekerja pada suatu struktur dapat direduksi menjadi satu
resultan gaya, maka konsep ini dapat membantu di dalam menyederhanakan
permasalahan. Menghitung resultan gaya tergantung dari jumlah dan arah dari
gayagaya tersebut.

Beberapa cara/metode untuk menghitung/mencari resultan gaya, yaitu antara lain :

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

3 3
3
1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya.
4. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya.
3. Metode proyeksi vektor gaya.

1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya
Metode ini menggunakan konsep bahwa dua gaya atau lebih yang terdapat pada
garis kerja gaya yang sama (segaris) dapat langsung dijumlahkan (jira arah
sama/searah) atau dikurangkan (jika arahnya berlawanan).


Gambar 4.4 Penjumlahan vektor searah dan segaris menjadi resultan gaya R.

4. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya
Metode ini menggunakan konsep, jika gaya-gaya yang bekerja tidak segaris, maka
dapat digunakan cara Paralellogram dan Segitiga Gaya. Metode tersebut cocok jika
gaya-gayanya tidak banyak.


Gambar 4.5 Resultan dua vektor gaya yang tidak segaris.

Namur jika terdapat lebih dari dua gaya, maka harus disusun suatu segibanyak
(poligon) gaya. Gaya-gaya kemudian disusun secara berturutan, mengikuti arah
jarum jam.

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

4 4
4

Gambar 4.6 Resultan dari beberapa vektor gaya yang tidak searah.

Jika telah terbentuk segi-banyak tertutup, maka penyelesaiannya adalah tidak ada
resultan gaya atau resultan gaya sama dengan nol. Namun jika terbentuk segi-
banyak tidak tertutup, maka garis penutupnya adalah resultan gaya.

3. Metode proyeksi vektor gaya
Metode proyeksi menggunakan konsep bahwa proyeksi resultan dari dua buah
vektor gaya pada setiap sumbu adalah sama dengan jumlah aljabar proyeksi
masing-masing komponennya pada sumbu yang sama. Sebagai contoh dapat dilihat
pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Proyeksi Sumbu.

Xi dan X adalah masing-masing proyeksi gaya Fi dan R terhadap sumbu x.
sedangkan Yi dan Y adalah masing-masing proyeksi gaya Fi dan R terhadap sumbu
y. dimana

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

5 5
5

Dengan demikian metode tersebut sebenarnya tidak terbatas untuk dua buah vektor
gaya, tetapi bisa lebih. Jika hanya diketahui vektor-vektor gaya dan akan dicari
resultan gaya,
maka dengan mengetahui jumlah kumulatif dari komponen proyeksi sumbu, yaitu X
dan Y, maka dengan rumus pitagoras dapat dicari nilai resultan gaya (R). dimana


Sebagai penjelasan lebih lanjut, dapat dilihat beberapa contoh soal dengan disertai
ilustrasi Gambar 4.8.

Contoh pertama, diketahui suatu benda dengan gaya-gaya seperti terlihat pada
Gambar 8 sebagai berikut.
Ditanyakan : Tentukan besar dan arah resultan gaya dari empat gaya tarik pada besi
ring.

Gambar 4.8 Contoh soal pertama.

Contoh kedua, diketahui dua orang seperti terlihat pada Gambar 9, sedang
berusaha memindahkan bongkahan batu besar dengan cara tarik dan ungkit.
Ditanyakan : tentukan besar dan arah gaya resultan yang bekerja pada titik bongkah
batu akibat kerja dua orang tersebut.

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

6 6
6
Penyelesaian :

Gambar 4.9 Contoh soal kedua.

4.1.3 Momen

Gaya yang beraksi pada suatu massa kaku, secara umum selain menyebabkan
deformasi, ternyata juga menyebabkan rotasi (massa tersebut berputar terhadap
suatu titik sumbu tertentu). Posisi vektor gaya yang menyebabkan perputaran
terhadap suatu titik sumbu tertentu tersebut disebut sebagai momen.


Gambar 4.10 Model struktur kantilever.

Pada gambar 4.10 dapat kita lihat bahwa akibat beban terpusat (lampu gantung dan
penutup) yang bekerja pada titik B, maka akan timbul momen pada titik A.

Pada kasus tertentu, akibat adanya momen untuk suatu beban yang memiliki
eksentrisitas, akan menimbulkan suatu putaran yang disebut dengan torsi atau
Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

7 7
7
puntir. Ilustrasi mengenai torsi atau punter sebagai contoh adalah pada sebuah pipa,
seperti terlihat pada Gambar 4.11, Gambar 4.12, dan Gambar 4.13.

Jika momen tersebut berputar pada sumbu aksial dari suatu batang (misal pipa)
maka namanya adalah torsi atau puntir.



Gambar 4.11 Torsi Terhadap Sumbu Z.

Dari ilustrasi seperti terlihat pada Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa torsi terhadap
sumbu-z akan menyebabkan puntir pada pipa. Besarnya momen ditentukan oleh
besarnya gaya F dan lengan momen (jarak tegak lurus gaya terhadap titik putar yang
ditinjau).


Gambar 4.12 Momen Terhadap Sumbu X.

Dari ilustrasi seperti terlihat pada Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa momen terhadap
sumbu-z akan menyebabkan bending pada pipa.

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

8 8
8

Gambar 4.13 Gaya menuju sumbu (konkuren)

Gaya yang menuju suatu sumbu disebut sebagai konkuren, tidak akan menimbulkan
momen pada sumbu-z. Perilaku momen pada batang kantilever dapat terjadi dalam
beberapa konfigurasi.

4.1.4 Soal latihan dan pembahasan
Berikut ini terdapat tiga contoh soal latihan beserta pembahasan untuk menghitung
momen.

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

9 9
9

4.2 Keseimbangan Benda Tegar

Suatu benda berada dalam keseimbangan apabila sistem gaya-gaya yang bekerja
pada benda tersebut tidak menyebabkan translasi maupun rotasi pada benda
tersebut.

Keseimbangan akan terjadi pada sistem gaya konkuren yang bekerja pada titik atau
partikel, apabila resultan sistem gaya konkuren tersebut sama dengan nol. Apabila
sistem gaya tak konkuren bekerja pada suatu benda tegar, makaakan terjadi
kemungkinan untuk mengalami translasi dan rotasi.

Oleh karena itu, agar benda tegar mengalami keseimbangan, translasi dan rotasi
tersebut harus dihilangkan. Untuk mencegah translasi, maka resultan sistem gaya-
gaya yang bekerja haruslah sama dengan nol, dan untuk mencegah rotasi, maka
jumlah momen yang dihasilkan oleh resultan oleh semua gaya yang bekerja haruslah
sama dengan nol.

Sebagai ilustrasi, dapat dilihat Gambar 4.14 mengenai gaya dan momen pada
sumbu-x, sumbu-y dan sumbu-z.


di mana F adalah gaya dan M adalah momen.

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

10 10
10

Gambar 4.14 Gaya dan Momen pada tiga sumbu.

4.3. Gaya dan Momen Eksternal dan Internal

Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda dapat berupa eksternal dan
internal. Gaya dan momen eksternal, sebagai contoh adalah berat sendiri struktur.
Gaya dan momen internal adalah gaya dan momen yang timbul di dalam struktur
sebagai respons terhadap gaya eksternal yang ada, sebagai contoh hdala gaya
tarik yang timbal di dalam batang.

4.3.1. Gaya dan Momen Eksternal

Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda tegar dapat dibagi ke dalam dua
jenis utama, yaitu gaya yang bekerja langsung pada struktur dan gaya yang timbul
akibat adanya aksi.

Sesuai dengan hukum ketiga Newton bahwa apabila ada suatu aksi maka akan ada
reaksi yang besarnya sama dan arahnya berlawanan.

4.3.4. Gaya dan Momen Internal

Gaya dan momen internal timbul di dalam struktur sebagai akibat adanya sistem
gaya eksternal yang bekerja pada struktur dan berlaku bersamasama secara umum
mempertahankan keseimbangan struktur.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

11 11
11

4.3.3. Idealisasi Struktur

Beberapa langkah penyelesaian struktur dengan gaya yang bekerja dapat dilakukan.
Salah satu cara adalah dengan melakukan idealisasi.


Gambar 4.15 Idealisasi struktur jembatan rangka batang.

Gambar 4.15 (a) memperlihatkan suatu jembatan rangka batang. Idealisasi struktur
dapat dilakukan dengan memodelkan menjadi rangka batang dua dimensi seperti
terlihat pada gambar 4.15 (b).

Gambar 4.16 Idealisasi struktur jembatan.

Gambar 4.16 (a) memperlihatkan suatu jembatan, dan gambar 4.16 (b) merupakan
idealisasi menjadi pemodelan balok diatas tumpuan sendi-rol di ujung-ujungnya,
dengan beban merata bekerja di sepanjang balok.


(a). Aktual struktur. (b). Idealisasi struktur.
Gambar 4.17 Idealisasi balok kantilever.

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

12 12
12
Gambar 4.17 (a) memperlihatkan suatu balok kantilever baja, dan gambar 4.17 (b)
merupakan idealisasi pemodelan balok kantilever dengan tumpuan jepit-bebas pada
ujung-ujungnya.
Model beban adalah beban merata (W) di sepanjang bentang dan beban terpusat (P)
di ujung bebas.

4.4. Kondisi Tumpuan

Sifat gaya-gaya reaksi yang timbul pada suatu benda yang dibebani bergantung
pada bagaimana benda tersebut ditumpu atau dihubungkan dengan benda lain.
Hubungan antar jenis kondisi tumpuan/perletakan yang ada dan jenis gaya-gaya
reaksi yang timbul, dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jenis kondisi tumpuan : model-model idealisasi.


Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

13 13
13
4.5. Pemodelan Struktur

Untuk menetapkan kriteria yang digunakan sebagai ukuran untuk menentukan
apakah suatu struktur dapat diterima atau tidak, diperlukan suatu pemodelan
struktur. Dalam pemodelan struktur, diperlukan suatu analisis dan desain. Kriteria-
kriteria tersebut antara lain yaitu :

1. Kemampuan Layan (Serviceability)
Struktur harus mampu memikul beban secara aman, tanpa kelebihan tegangan pada
material dan mempunyai batas deformasi yang masih dalam daerah yang diijinkan.
Kemampuan struktur memikul beban tanpa mengalami kelebihan tegangan diperoleh
dengan menggunakan factor keamanan dalam desain struktur. Hal ini berkaitan
dengan criteria kekuatan.

Sedangkan deformasi berkaitan dengan kriteria kekakuan struktur. Deformasi
dikontrol dengan memvariasi kekakuan struktur, karena kekakuan bergantung pada
jenis besar dan distribus bahan pada struktur.

4. Efisiensi
Kriteria ini merupakan tujuan untuk mendapatkan desain struktur yang ekonomis.
ukuran yang biasa digunakan adalah banyaknya materila yang diperlukan untuk
memikul beban yang diberikan pada kondisi dan kendala yang ditentukan.
Penggunaan material yang sama belum tentu memberikan kemampuan layan yang
sama. Bisa terjadi suatu struktur
tertentu akan memerlukan material lebih sedikit dibandingkan struktur yang lain.

3. Konstruksi
Tinjauan konstruksi mempengaruhi pilihan struktural. Bisa saja terjadi suatu
perakitan elemen-elemen struktur akan efisien apabila material mudah dibuat dan
dirakit. Termasuk dalam tinjauan ini adalah meliputi tenaga kerja, jenis dan jumlah
peralatan konstruksi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu bangunan.

4. Harga
Harga merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam pemilihan struktur.
Konsep harga tidak dapat lepas dari faktor efisiensi dan konstruksi.
Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

14 14
14
Harga total suatu struktur bergantung pada banyak dan harga material yang dicapai,
upah buruh dan biaya peralatan yang diperlukan selama masa pelaksanaan suatu
bangunan.

5. Lain-lain
Faktor lain yang berpengaruh, misal tinjauan dari segi arsitektural. Sebagai contoh
adalah penampilan bangunan, tujuan penggunaan bangunan.

Gambar 4.18 memperlihatkan bangunan rumah tinggal. Selain karena tujuan
penggunaan, tinjauan dari segi arsitektural juga sangat penting, terutama untuk
tujuan penampilan bangunan sesuai yang diinginkan.


Gambar 4.19 Bangunan Apartemen.

Sesi 4 - PRINSIP DASAR



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

15 15
15
Bangunan apartemen, seperti terlihat pada Gambar 4.19 pada umumnya bertingkat
tinggi, dan memiliki bentuk tipikal dari lantai dasar sampai dengan lantai atas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain karena fungsi apartemen,
yaitu untuk tempat tinggal dengan jumlah unit yang banyak, sedangkan lokasi lahan
terbatas, sehingga untuk efisiensi maka dibuat bangunan tinggi.

Gambar 4.20 Jembatan kabel.

Struktur jembatan kabel (cable-stayed bridge) memiliki keistimewaan, yaitu antara
lain jika ditinjau dari segi struktur, jembatan kabel mempunyai kemampuan untuk
memikul bentang yang sangat panjang, serta apabila ditinjau dari segi arsitektural
jembatan kabel tampak lebih indah dan enak dipandang.
Salah satu contoh jembatan kabel seperti terlihat pada Gambar 4.20, yaitu Jembatan
Kabel Pasupati yang ada di kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Modul 5
ASH- AS H- Tt At HS TT
t At HS TA - A S H T H HT- T
T

Dalam melakukan pemodelan, analisis dan desain suatu struktur, perlu ada
gambaran mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur tersebut.
Gaya statis adalah gaya yang bekerja secara terus-menerus pada struktur dan
mempunyai karakter steady-states.
Gaya dinamis adalah gaya yang bekerja secara tiba-tiba pada struktur, pada umumnya
tidak bersifat steady-states dan mempunyai karakteristik besar dan lokasinya berubah
dengan cepat.
Pemodelan beban pada struktur digunakan untuk menyederhanakan di dalam
perhitungan analisis dan desain struktur.

5.1 Beban
Beban-beban yang bekerja pada suatu struktur dapat diklasifikasikan kedalam
beberapa kategori, yaitu :

1. Beban Mati (Dead Loads)
Beban mati adalah segala sesuatu bagian struktur yang bersifat tetap, termasuk
dalam hal ini berat sendiri struktur.
Sebagai contoh adalah berat sendiri balok, kolom, pelat lantai dan dinding. Contoh lain
adalah atap, dinding, jendela, plumbing, peralatan elektrikal, dan lain sebagainya.

2. Beban Hidup (Live Loads)
Beban hidup adalah semua beban yang bersifat dapat berpindah-pindah (beban
berjalan), atau beban yang bersifat sementara yang ditempatkan pada suatu tempat
tertentu.
Sebagai contoh adalah beban kendaraan pada area parkir, kelengkapan
meja/kursi pada kantor, dinding partisi, manusia, beban air pada kolam renang, beban
air pada tangki air, dan lain sebagainya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

3. Beban Gempa (Earthquake Loads)
Beban gempa adalah beban yang bekerja pada suatu struktur akibat dari
pergerakan tanah yang disebabkan karena adanya gempa bumi (baik itu gempa tektonik
atau vulkanik) yang mempengaruhi struktur tersebut.
Gempa mengakibatkan beban pada struktur karena interaksi tanah dengan struktur dan
karakteristik respons struktur.
Beban gempa adalah beban yang merupakan fungsi dari waktu, sehingga
respons yang terjadi pada suatu struktur juga tergantung dari riwayat waktu
pembebanan tersebut.
Beban gempa adalah beban percepatan tanah yang berupa suatu rekaman percepatan
tanah untuk suatu gempa tertentu, sehingga untuk setiap waktu tertentu akan
mempunyai harga percepatan tanah tertentu.

4. Beban Angin (Wind Loads)
Beban angin adalah beban yang bekerja pada suatu struktur, akibat pengaruh
struktur yang mem-blok aliran angin, sehingga energi kinetic angin akan dikonversi
menjadi tekanan energi potensial, yang menyebabkan terjadinya beban angin.
Efek beban angin pada suatu struktur bergantung pada berat jenis dan kecepatan
udara, sudut luas angin, bentuk dan kekakuan struktur, dan faktor-faktor yang lain.


Gambar 5.1 Ilustrasi pemodelan beban angina pada struktur bangunan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1


5. Lain-lain
Pada beberapa tempat di beberapa negara, terdapat beban salju. Beban salju
diperhitungkan dalam desain atap struktur bangunan.
Selain itu, terdapat pula beban air hujan. Pada umumnya beban air hujan juga
diperhitungkan dalam desain atap struktur bangunan.
Pada perencanaan bangunan dinding penahan tanah (retaining wall) seperti terlihat
pada ilustrasi Gambar 4.2, terdapat beban berupa tekanan tanah.
Selain beban-beban yang telah didefinisikan, terdapat beberapa jenis beban yang lain,
yaitu beban kejut (impact), beban api, beban akibat perubahan temperatur dan lain
sebagainya.

5.2 Beban pada Bangunan Gedung
Pada desain struktur bangunan gedung, pada umumnya beban-beban yang
diperhitungkan adalah kombinasi dari beban mati dan beban hidup.
Pada perencanaan bangunan tahan gempa, diperhitungkan pula beban gempa. Sebagai
contoh bangunan gedung tingkat tinggi seperti apartemen, gedung kantor, hotel, dan
lain-lain, atau gedung yang mempunyai fungsi penting seperti rumah sakit, reaktor
tenaga listrik, dan reaktor nuklir.

Sedangkan untuk bangunan sangat tinggi (sangat langsing) atau bangunan yang
terletak di tempat terbuka, diperhitungkan pula beban angin. Sebagai contoh adalah
gedung sangat tinggi dimana rasio lebar dibandingkan tinggi bangunan sangat kecil,
atau struktur menara/tiang listrik tegangan tinggi.

5.3 Beban pada Struktur Jembatan
Desain statu struktur jembatan pada umumnya memperhitungkan beban mati,
beban hidup akibat beban bergerak disepanjang bentang jembatan tersebut, beban
gempa dan dalam kondisi tertentu diperhitungkan pula beban angin.

5.4 Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu
Struktur statis tertentu adalah struktur yang dapat diselesaikan dengan
menggunakan persamaan keseimbangan. Sedangkan struktur statis tak tentu adalah
sebaliknya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Pada balok, suatu struktur dapat dikategorikan sebagai struktur statis tertentu
atau struktur statis tak tentu berdasarkan pada derajat kebebasannya (degree of
freedom / d.o.f), yaitu derajat kebebasan pada tumpuannya.


Latihan 5.1
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang L = 6 meter, dibebani oleh
dua buah beban terpusat vertikal, yaitu 10 1 P = N dan 12 2 P = N. Hitung reaksi-reaksi
perletakan di A dan B.



Penyelesaian :
Menghitung reaksi perletakan di titik A (tumpuan sendi), yaitu dan dan




Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Menghitung reaksi perletakan di titik B (tumpuan rol), yaitu























Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Latihan 5.2
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang L = 10 meter, dibebani oleh
tiga buah beban terpusat vertikal, yaitu 10 1 P = N, 12 2 P = N dan 16 3 P = N. Hitung
reaksi-reaksi perletakan di A dan B.









Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Latihan 5.3
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 10 meter, dibebani
oleh tiga buah beban terpusat vertikal, yaitu 10 1 P = N, 12 2 P = N dan 14 3 P = N.

Hitung reaksireaksi perletakan di A dan B.



Latihan 5.4

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 10 meter, dibebani
oleh tiga buah beban terpusat vertikal, yaitu 10 1 P = N, 14 2 P = N dan 16 3 P = N.

Hitung reaksireaksi perletakan di A dan B.



Latihan 5.5
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 8 meter, dengan
pembebanan seperti terlihat pada gambar dibawah ini (P1= 10 N dan q = w1 = 2
N/meter).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1


Hitung reaksireaksi perletakan di A dan B.






Latihan 5.6
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 10 meter, dengan
pembebanan seperti terlihat pada gambar berikut (P1= 10 N, P2 = 12 N dan q = w1 = 2
N/meter).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1


Hitung reaksi-reaksi perletakan di A dan B.



Latihan 5.7
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 10 meter, dengan
pembebanan seperti terlihat pada gambar berikut (P1 = 10 N dan q = w1 = 2 N/meter).



Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Hitung reaksi-reaksi perletakan di A dan B.




Latihan 5.8
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 12 meter, dengan
pembebanan seperti terlihat pada gambar berikut (P1 = 10 N, P2 = 12 N dan q = w1 = 2
N/meter).


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Hitung reaksi-reaksi perletakan di A dan B.




Latihan 5.9
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 10 meter, dengan
pembebanan seperti terlihat pada gambar berikut (P1 = 10 N, P2 = 10 N, dan q = w1 = 2
N/meter).


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Hitung reaksi-reaksi perletakan di A dan B.




Latihan 5.10
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 12 meter, dengan
pembebanan seperti terlihat pada gambar berikut (P1 = 10 N, P2 = 12 N, P3 = 10 N dan
q = w1 = 2 N/meter).


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Hitung reaksi-reaksi perletakan di A dan B.




Latihan 5.11
Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada titik A dan
tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang L = 6 meter, dibebani oleh
dua buah beban terpusat vertikal, yaitu 10 1 P = N dan 12 2 P = N.


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1

Hitung reaksi-reaksi perletakan di A dan B.



Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

1
1
RINDIA4 I 4
4


CONTOH 1 q = 2 t/m

V
C
T
2 m

P
1
= 3 t V H
B

B

H
A
V
B
1 m
A

V
A

3 m 2 m

Penyelesaian :

1. Tinjau konstruksi global ABC.

0
B
M
- R. 2
5 . 1 .
2
1
A A
V H
= 0
- 25 H
A
+ 5 V
A
= 0
5 V
A
- H
A
= 25 (1)







Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

2
2
2. Tinjau Konstruksi Parsial AC:









0
C
M
- R 1
3 . 3 . 2 .
2
1
A A
V H P
= 0
-9 6 3 H
A
+ 3 V
A
= 0
3V
A
3 H
A
= 15
V
A
H
A
= 5 .(2)
Persamaan (1) dan (2) dijumlahkan :
5 V
A
- H
A
= 25
V
A


H
A
= 5 -
V
A
= 20
V
A
= 5 T ( )

1. Tinjau konstruksi global ABC :
0 0

R V V V
B A

5 +V
B
10 = 0
V
B
= 5T ( )
0 0
B A
H P H H

0 + 3 - H
B
= 0
H
B
= 3 T ( )
Periksa :

0
A
M
P.1 + R.2
0 5 . 1 .
2
1

B B
V H

3 + 25 3 25 = 0
0 = 0 OK!
H
C
P
1
= 3
t

V
C
2 m
1 m 1 m
2 m
H
A
A
V
A
3 m
Dari persamaan (2) didapat ;

V
A
- H
A
= 5
5 - H
A
= 5
H
A
= 0
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

3
3

CONTOH 2










Ditanya : Reaksi perletakan
Penyelesaian :
1. Tinjau konstruksi global ABBCDDE.

0 9 . 1 . 3 .
2
1
4 . 0
2

E E A
V H P R M

27.4
0 9 3 . 2
2
1

E
H

121
0 9 6
2
1

E B
V H

H
E
9V
E
= 115
2
1
.. (1)










q = 3 t/M
P
2
= 2 t
D
B B C
1m
A 1m

2 m
3 m

V
A

H
A

H
E

P
1
= 5
t
3 m

3 m

V
E
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

4
4

2. Tinjau konstruksi parsial CDE :














0 3 . 3 . 2 . 1 .
2
1
1 .
1 2 2
0

E E C
V H P P R M

9.1
0 3 3 10 2
2
1

E E
V H

3 H
E
3 V
E
= 0
H
E=-
V
E
= - 7
6
1
. (2).

Persamaan (1) dan (2) dijumlahkan :
H
E
- 9 V
E
= 115
2
1

H
E
- V
E
= - 7
2
1
-
- 8 V
E
= - 108
3
1

V
E
= 13
24
13
T ( )

3.Tinjau konnstruksi global ABBCDDE:

0 v
V
A
+ V
E
= 0
H
C

5 m
P
2
= 2t
D
D
C
1m
m
2 m
m
21m
m
P
1
= 5t
m
H
E

E
Dari persamaan(2) didapat :
H
e
- V
E
= - 7
2
1

H
E
13
24
13
= - 7
2
1

H
E
= 6
8
3
T ( )
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

5
5
V
A
+ 13
24
13
- 27 = 0
V
A
= 13
24
13
T ( )

0 H
H
A
P
2
P
1
- H
E
= 0
H
A
2 5 6
8
3
= 0
H
A
= 13
8
3
( )

Periksa :

0
E
M
H
A
.1 + V
A
.9 R.4
2
1
- P
2
.4 P
1
. = 0
13
8
3
+ 121
8
1
- 121
8
1
- 8 5 = 0
134
2
1
134
2
1

= 0
0 = 0 Ok















Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

6
6


CONTOH 3













Ditanya : Reaksi perletakan
Penyelesaian :
1. Tinjau konstruksi ABCDE

0 7 . 1 . 9 . 1 .
2
1
2 . 0
2 1

E E A
V H P P R M


0 7 9 . 1 1 . 3
2
1
2 . 18
E E
V H

57 H
E
7 V
E
= 0
- H
E
7 V
E
= 0
3. Tinjau konstruksi parsial CDE:








P
2
= 1
q = 2 t/m
P
1
= 3 t
H
E

H
A

P
3
= 4 t
H
E

E
V
E

V
A

1 m
1 m
1 m
2 m 3 m 4m
2 m
V
A

H
E

P
2
= t
C D
R
I
= 8 t
H
E

E
V
E

1 m
1 m
1 m
P
3
= 4t
4 m
2 m
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

7
7




0
C
M
P
2.
6 P
3
2 + R
1.2
H
E
.3 V
E
.4 = 0
6 8 + 16 3H
E
4 V
E
= 0
- 3 H
E
4 H
E
= - 14 .. (2)

Persamaan (1) dan (2) dijumlahkan :
- H
E
7 V
E
= - 57 x 3
- 3 H
E
4 V
E
= - 14 x 1

- 3 H
E
21 V
E
= - 171
- 3 H
E
4 V
E
= - 14 -
-17 V
E
= - 157
V
E
= 9
T
17
4
( )

4. Tinjau konstruksi global ABCDE:

0 H
P
1
H
A
P
3
+ H
E
= 0
- 3 - H
A
4 + (7
17
11
) = 0
H
A
= - 8
17
11
( )

CONTOH 2








Dari persamaam (1) didapat :
- H
E
7 V
E
= - 57
- H
E
7.9
17
4
= - 57
H
E
= - 7
17
11
( )
q = 3 t/M
P
2
= 2 t
D
B B C
1m
A 1m

2 m
3 m

V
A

H
A

H
E

P
1
= 5
t
3 m

3 m

V
E
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

8
8



Ditanya : Reaksi perletakan
Penyelesaian :
5. Tinjau konstruksi global ABBCDDE.

0 9 . 1 . 3 .
2
1
4 . 0
2

E E A
V H P R M

27.4
0 9 3 . 2
2
1

E
H

121
0 9 6
2
1

E B
V H

H
E
9V
E
= 115
2
1
.. (1)

6. Tinjau konstruksi parsial CDE :














0 3 . 3 . 2 . 1 .
2
1
1 .
1 2 2
0

E E C
V H P P R M

9.1
0 3 3 10 2
2
1

E E
V H

3 H
E
3 V
E
= 0
H
C

5 m
P
2
= 2t
D
D
C
1m
m
2 m
m
21m
m
P
1
= 5t
m
H
E

E
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

9
9
H
E=-
V
E
= - 7
6
1
. (2).



Persamaan (1) dan (2) dijumlahkan :
H
E
- 9 V
E
= 115
2
1

H
E
- V
E
= - 7
2
1
-
- 8 V
E
= - 108
3
1

V
E
= 13
24
13
T ( )



3.Tinjau konnstruksi global ABBCDDE:

0 v
V
A
+ V
E
= 0
V
A
+ 13
24
13
- 27 = 0
V
A
= 13
24
13
T ( )

0 H
H
A
P
2
P
1
- H
E
= 0
H
A
2 5 6
8
3
= 0
H
A
= 13
8
3
( )

Periksa :

0
E
M
H
A
.1 + V
A
.9 R.4
2
1
- P
2
.4 P
1
. = 0
13
8
3
+ 121
8
1
- 121
8
1
- 8 5 = 0
Dari persamaan(2) didapat :
H
e
- V
E
= - 7
2
1

H
E
13
24
13
= - 7
2
1

H
E
= 6
8
3
T ( )
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

10
10
134
2
1
134
2
1

= 0
1 = 0 Ok



CONTOH 3












Ditanya : Reaksi perletakan
Penyelesaian :
1. Tinjau konstruksi ABCDE


0 7 . 1 . 9 . 1 .
2
1
2 . 0
2 1

E E A
V H P P R M


0 7 9 . 1 1 . 3
2
1
2 . 18
E E
V H

57 H
E
7 V
E
= 0
- H
E
7 V
E
= 0
7. Tinjau konstruksi parsial CDE:




P
2
= 1
q = 2 t/m
P
1
= 3 t
H
E

H
A

P
3
= 4 t
H
E

E
V
E

V
A

1 m
1 m
1 m
2 m 3 m 4m
2 m
V
A

H
E

P
2
= t
C
D
R
I
= 8 t
H
E

E
1 m
1 m
1 m
P
3
= 4t
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

11
11







0
C
M
P
2.
6 P
3
2 + R
1.2
H
E
.3 V
E
.4 = 0
6 8 + 16 3H
E
4 V
E
= 0
- 3 H
E
4 H
E
= - 14 .. (2)


Persamaan (1) dan (2) dijumlahkan :
- H
E
7 V
E
= - 57 x 3
- 3 H
E
4 V
E
= - 14 x 1

- 3 H
E
21 V
E
= - 171
- 3 H
E
4 V
E
= - 14 -
-17 V
E
= - 157
V
E
= 9
T
17
4
( )

8. Tinjau konstruksi global ABCDE:

0 H
P
1
H
A
P
3
+ H
E
= 0
- 3 - H
A
4 + (7
17
11
) = 0
H
A
= - 8
17
11
( )

Contoh 4.
Diketahui sebuah portal sederhana, tentukan gaya-gaya yang bekerja pada
konstruksi tersebut sehingga menjadi stabil.

Dari persamaam (1) didapat :
- H
E
7 V
E
= - 57
- H
E
7.9
17
4
= - 57
H
E
= - 7
17
11
( )
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

12
12


Ruas EFG



ME = 0
Rx1,5 VGx3 = 0
9x1,5 3VG = 0
13,5 3VG = 0
VG = -13,5/-3
VG = 4,5 t ( )

V = 0
VE R + VG = 0
VE 9 + 4,5 = 0
VE = 4,5 t ( )
H = 0
HE P2 = 0
HE 5 = 0
q= 3t/m
E P2=5t
HE R=9t F 1
VE
1
G
1,5 VG
3,0
q= 3 t/m
P2=5t
B C E F
P1=5t R=30t

A D G

1

2 4 3 3
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

13
13
HE = 5 t ( )







Ruas ABCDE

MA = 0
VEx9 HEx2 VDx6 + Rx5,5 + P1x1 = 0
4,5x9 5x2 VDx6 + 21x5,5 + 4x1 = 0
40,5 10 6VD + 115,5 + 4 = 0
150 - 6VD = 0
VD = -150
-6
VD = 25 t ( )
V = 0
VA + VD R VE = 0
VA + 25 21 4,5 = 0
VA = 0,5 t ( )
H = 0
HA + P1 HE = 0
HA + 4 5 = 0

q=3t/m VE=4,5t
HE=5t
B C E
P1=4t R=21t

HA D
A
VA VD

2 4 3
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

14
14
HA = 1 t ( )


CHECK :
V = 0
VA + VD R + VG = 0
0,5 + 25 30 + 4,5 = 0
0 = 0 ( OKE )
H = 0
HA + P1 P2 = 0
1 + 4 5 = 0
0 = 0 ( OKE )
MB = 0
VAx2HAx2P1x1VDx4+Rx5VGx10 = 0
0,5x2 1x2 4x1 25x4 + 30x5 4,5x10 = 0
1 2 4 100 + 150 45 = 0
0 = 0 ( OKE )

Contoh 5.
Diketahui sebuah pelengkung tiga sendi, tentukan gaya-gaya yang bekerja pada
konstruksi tersebut sehingga menjadi stabil.

q= 3 t/m
P2=5t
B C E F
P1=5t R=30t

HA=1t D G
A VD=25t VG
VA=0,5t 1 =4,5t

2 4 3 3
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

15
15


Ruas ABC



MC = 0
VAx6 - HAx2 P1x1 P2x4 Rx2 = 0
6VA - 2HA 5x1 5x4 8x2 = 0
6VA - 2HA 5 20 16 = 0
6VA - 2HA 41= 0 .( 1 )

Tinjau keseluruhan

ME = 0
VAx11 + P1x1 P2x9 Rx4,5 = 0
11VA + 5x1 5x9 18x4,5 = 0
11VA + 5 45 81 = 0
11VA 121 = 0
VA = 121/ 11
VA = 11 t ( ) ( 2 )

P2=5t
q=2t/m HC
B R=8t C
P1=5t VC

HA A
VA
2 4
P2=5t
q=2t/m
B C D
P1=5t R=18t

HA A 0,5 E HE
VA VE
2 4 3 2

Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

16
16
6VA - 2HA 41 = 0 .( 1 )
6x11 - 2HA 41 = 0
66 2HA 41 = 0
-2HA + 25 = 0
HA = 12,5 t ( )

V = 0
VA P2 R + VE = 0
11 5 18 + VE = 0
11 5 18 + VE = 0
-12 + VE = 0
VE = 12 t ( )

H = 0
P1 + HA HE = 0
5 + 12,5 HE = 0
17,5 HE = 0
HE = 17,5 t ()





CHECK :
MC = 0
VAx6 HAx2 P1x1 - P2x4 + RAx0,5 + HEx2- VEx5 = 0
11x6 12,5x2 5x1- 5x4 + 18x0,5 + 17,5x2 - 12x5 = 0
P2=5t
q=2t/m
B C D
P1=5t R=18t

HA A 0,5 E HE=17,5t
=12,5t VA=11 VE =12t
2 4 3 2

Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

17
17
66 25 5 - 20 + 9 + 35 60 = 0
0 = 0 ( OKE )
V = 0
VA P2 R + VE = 0
11 5 18 + 12 = 0
0 = 0 ( OKE )

H = 0
P1 + HA HE = 0
5 + 12,5 17,5 = 0
0 = 0 ( OKE )


Contoh 6.
Hitung: Reaksi Perletakan!










Penyelesaian:

Tinjau Konstruksi Global ABCDE





q=2 t/m
P
1
=ATNIM
2
D
A
4
C B
P
2
=ATNIM
1
1
3 2
E
P
1
=8 t
q=2 t/m
D
A
C B
P
2
=8 t
1
1
E
2 4 3 2
H
A

V
A

H
E

V
E

R

= 18 t
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

18
18






M
A
= 0 P
2
.1 + P
1
.2+ R.6
1
/
2
V
E
= 0
(8.1) + (8.2) + (18.6
1
/
2
) (11V
E
) = 0
8 + 16 + 117 11V
E
= 0
141 11V
E
= 0
V
E
=
-141
/
-11
= 12
9
/
11
t

V = 0 V
E
+ V
A
R P
1
= 0
12
9
/
11
+ V
A
18 8 = 0
-13
2
/
11
+ V
A
= 0
V
A
= 13
2
/
11
t

H = 0 P2 + H
A
H
E
= 0
8 + H
A
H
E
= 0
H
A
H
E
= - 8 (1)

Tinjau Konstruksi Parsial CDE









M
C
= 0 R
1
.2
1
/
2
+ H
E
.2 V
E
.5 = 0
q=2 t/m
H
C

V
C

D C
1
1
E
3 2
H
E

V
E

R
1
= 10 t
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

19
19
(10.2
1
/
2
) + (2H
E
) (12
9
/
11
) = 0
25 + 2H
E
64
1
/
11
= 0
-39
1
/
11
+ 2H
E
= 0
H
E
= 39
1
/
11

2
H
E
= 19
6
/
11
t

Dari persamaan (1) didapat:

H
A
H
E
= -8
H
A
19
6
/
11
= -8
H
A
= 19
6
/
11
-8
H
A
= 11
6
/
11
t



Periksa!










V = 0 V
A
+ V
E
+ R P
1
=
13
2
/
11
+ 12
9
/
11
18 8 =
26 26 = 0 ok!
H = 0 H
A
+ P
2
H
E
=
11
6
/
11
+ 8 19
6
/
11
=
19
6
/
11
19
6
/
11
= 0 ok!
q=2 t/m
D
A
C B
P
2
=8 t
1
1
E
2 4 3 2
H
A
=11
6
/
11
t
V
A
=13
2
/
11
t
H
E
=19
6
/
11
t
V
E
=12
9
/
11
t
R

= 18 t
P
1
=8 t
Sesi 4-4P4RINDIA4 I 4
4


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Edifrizal Darma, MT
STATIKA 1

20
20

M
E
= 0 V
A
.11 + P
2
.1 P
1
.9 R.4
1
/
2
=
(13
2
/
11
.11) + (8.1) (8.9) (18.4
1
/
2
) =
145 + 8 72 81 =
153 153 = 0 ok!

You might also like