You are on page 1of 4

Penggunaan Rumus Koefisien Reliabilitas Oleh : Rere || Diposting : 05 November 2012

Ada enam rumus koefisien reliabiliotas yang dibicarakan, mereka memiliki Ciri tersendiri yang dapat disesuaikan dengan Ciri pengukuran. Untuk itu, rumus koefisien reliabilitas ini kita bagi menjadi tiga kelompok. Untuk itu, rumus koefisien reliabilitas ini kita bagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama terdiri atas koefisien reliabiliatas KR-20 dan Croanbach alpha.kelompok kedua terdiri atas koefisien reliabilitas SB dan Rulon, dan kelompok ketiga terdiri atas koefisien reliabilitas ukur ulang (stabilitas) dan ukur setara (keseteraan).

Kelompok pertama. Ciri kelompok pertama adalah konsistensi internal yang berarti bahwa semua butir setara. Butir setara digunakan untuk mengukur sasaran tunggal atau homogeny sehingga semua butir mengukur hal yang sama. Dengan semua butir setara diharapkan subjek dengan skor tinggi akana tinggi pada semua butir sedangkan subjek dengan skor rendah akan rendah pada semua butir. Apabila semua butir setara dan skor yang diperoleh dari subjek konsiten. Kovariansi antar butir akan tinggi sehingga nilai koefisien korelasi juga menjadi tinggi. Apabila ada butir yang tidak setara maka butir itu akan menurunkan nilai koefisien reliabilitas. Itulah sebabnya, rumus koefisien reliabilitas kelompok satu ini cenderung memberikan nilai koefisien reliabilitas terendah atau nilai koefisien reliabilitas abates bawah (lower bound). Rumus koefisien reliabilitas kelompok pertama ini baik untuk digunakan pada pengukuran yang memilki sasaran tunggal atau homogeny sehingga semua butir mengukur hal yang sama. Kelompok kedua. Ciri kelompok kedua adalah pilah paruh dengan pilihan setara. Pada umumnya, pilihan setara itu dicapai melalaui pasangan butir setara. Pasangan butir setara mengukur hal yang sama, yakni sasarana ukur yang sama. Selama pasangan butirsetara maka nilai koefisien reliabilitas cenderung tinggi. Jika pasangan butir tidak setara maka ketidaksetaraan itu akan mengurangi nilai koefisien reliabilitas. Tidak ada ketentuan bahwa pasangan butir yang satu harus setara dengan pasnagn butir lainnya. Kesetraan hanya diperlukan didalam pasangan butir setara dan tidak dianatara pasangan butir. Karena itu, koefisien reliabilitas kelompok kedua ini cocok untuk sasaran yang heterogen. Salah satu contoh adalah soal ujian ilmu pengetahuan alam yang terdiri dari matematika, fisika, kimia, dan biologi. Dapat saja terjadi bahwa pasangan butir pertama adalah matematika, pasangan butir kedua adalah fisika dan demikian seterusnya. Kelompok ketiga. Ciri kelompok ketiga adalah dua kali ujian, baik berupa ukur ulang atau ukur setara, selama butir ukur ulang atau ukur setara adalah setara maka nilai koefisien reliabilitas cenderung tinggi. Tidak ada ketentuan bahwa

butir butir harus mengukur sasarana yang sama. Koefisien reliabilitas kelompok ketiga ini cocok untuk sasaran yang heterogen. Pada ujian ilmu pengetahuan alam misalnya dapat saja butir pertama adalah biologi, butir kedua adalah kimia dan demikian seterusnya. Sumber : Dali Santun Naga. 2009. Rumus Terapan Probabilitas dan Sekor pada Hipotesis Statistika. Penerbit : Grasindo Jakarta. Halaman 72-73. Statistik Deskriptif Oleh : Rere || Diposting : 29 Oktober 2012

Statistik deskriptif lebih berkenaan dengan pengumpulan dan peringkasan data, serta penyajian hasil peringkasan tersebut. Data-data statistik, yang bisa diperoleh hasil sensus, survei, jajak pendapat atau pengamatan lainnya umumnya masih bersifat acak, mentah dan tidak terorganisir dengan baik (raw data). Data-data tersebut harus diringkas dengan baik dan teratur, baik dalam bentuk tabel atau presentasi grafis yang berguna sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan (statistik inferensi).

Penyajian tabel dan grafis yang digunakan dalam statistik deskriptif dapat berupa:

1. Distribusi frekuensi

2. Presentasi grafis seperti histogram, Pie chart dan sebagainya.

Selain tabel dan grafik, untuk mengetahui deskripsi data diperlukan ukuran yang lebih eksak, yang biasa disebut summary statistics (ringkasan statistik). Dua ukuran penting yang sering dipakai dalam pengambilan keputusan adalah:

1. Mencari central tendency (kecenderungan memusat), seperti Mean, Median, dan Modus

2. mencari ukuran dispersion, seperti Standar Deviasi dan Varians

Selain central tendency dan dispersion, ukuran lain yang dipakai adalah Skewness dan Kurtosis yang berfungsi untuk mengetahui kemiringan data (gradien data). Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Pengklasifikasian menjadi statistika deskriptif dan statistika inferensia dilakukan berdasarkan aktivitas yang dilakukan.[2] Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar.[1] Contoh statistika deskriptif yang sering muncul adalah, tabel, diagram, grafik, dan besaran-besaran lain di majalah dan korankoran.[1] Dengan Statistika deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini antara lain ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus data.[2] 1. Ronald E.Walpole. Pengantar Statistika, halaman 2-5". 1993. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2. Dergibson Siagian & Sugiarto. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi, halaman 4-6". 2002. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 3. www.google.co.id / di download 29 Oktober 2012, pukul 09:30 WIB

Teknik Asosiasi pada Metode Proyektif Oleh : Rere || Diposting : 06 November 2012

Dalam metode proyektif jenis ini pengamatan serta pengumpulan keterangan dilakukan terhadap respon subjek akibat stimulus yang diberikan. Respons yang dicatat adalah sesuatu yang pertama-tama keluar dari pikiran subjek. Dalam teknik asosiasi ini ada beberapa cara yang telah popular dilakukan anatara lain cara asosiasi kata dan uji Rorschach. Jika digunakan cara asosiasi kata, maka kepada subjek diberikan beberapa kata dimana katakata tersebut terdiri dari katakata yang netral dan bernada (sedih,gembira dan sebagainya). Subjek disuruh memilih kata-kata yang mula-mula muncul dari pikirannya dari sejumlah katakata yang disodorkan padanya, atau meminta subjek untuk member arti dari kata-

kata yang dipilihnay sebanyak mungkin. Dari pilihan tersebut analisis dibuat dengan menyusun scoring tentang beberapa aspek yang ingin diteliti (kreativitas misalnya). Jika digunakan uji Rorschach, maka stimulus yang digunakan adalah sepuluh bintik noda tinta yang mempunyai bentuk berbeda beda, dengan warna yang berbeda-beda pula. Kemudian subjek disuruh memberikan respons terhadap noda-noda tinta tersebut. Tetapi uji Rorschach ini kurang berguna bagi penelitian dan banyak digunakan dalam kerja klinik karena menghendaki skill yang khusus bagi seorang pengamat (pengumpul data). Kelemahan lain, uji ini mempunyai reliabilitas dan validitas yang rendah.

Sumber : Nazir. Moh. 2003. Metode Penelitian. Penerbit : Ghalia Indonesia Jakarta. Halaman : 216

You might also like