You are on page 1of 19

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006) p: 82-100

TARAF PENCEMARAN DAN KANDUNGAN KROMIUM (Cr) PADA AIR DAN TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CODE YOGYAKARTA
Baroto1 dan Syamsul A. Siradz2
2

Alumni Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta. Staf Pengajar Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM, email: ssiradz@ugm.ac.id ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui taraf pencemaran dan kandungan logam berat kromium (Cr) pada air dan tanah baik bagian hulu, tengah dan hilir aliran sungai Code Yogyakarta. Dalam penelitian ini untuk setiap titik pengamatan diambil 3 kali ulangan dan 1 kontrol untuk masing-masing titik. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 8 Oktober 2004. Parameter yang diamati meliputi sifat air dan tanah. Untuk sifat air meliputi; kadar Cr total, BOD, COD, DO, pH, TDS, DHL, Warna, Suhu dan bau. Sedangkan untuk parameter tanah meliputi; kadar Cr total, tekstur, bahan organik, pH KCL, pH H2O, DHL. Untuk analisis data dilakukan uji regresi antar berbagai sifat tanah dan kadar Cr total dalam tanah, antara kadar sifat air dan tanah. Uji LSD (Least Significant Difference) untuk mengetahui apakah ada beda nyata antara bagian hulu, tengah dan hilir sungai Code dari berbagai sifat air dan tanah. Dari hasil analisis lapangan dan laboratorium didapatkan hasil bahwa kadar Cr total dalam air relatif kecil < 0,01 mg/l, sedangkan akumulasi kadar Cr total dalam tanah terbesar pada bagian tengah aliran sungai Code mencapai 0,8373 mg. Akumulasi Cr sangat dipengaruhi oleh kadar fraksi lempung dalam tanah (R~ 0,786**). Permasalahan ini perlu mendapat perhatian karena dinilai membahayakan apabila sampai ke manusia. Dari hasil analisis data air didapatkan hasil bahwa; TDS dan DHL air mempunyai korelasi positif dengan R sebesar 0,998**, BOD dan COD mempunyai korelasi positif dengan R sebesar 0,954**, suhu dan DHL mempunyai korelasi positif dengan R sebesar 0,875**, BOD dan DO mempunyai korelasi negatif dengan R sebesar 0,702**. Dari hasil analisis data air dan tanah didapatkan hasil bahwa; warna air dan kadar fraksi debu memiliki korelasi positif dengan R sebesar 0,715**, warna air dan kadar fraksi lempung memiliki korelasi positif dengan nilai R sebesar 0,785**, TDS air dan DHL tanah memiliki korelasi positif dengan R sebesar 0,997**, DHL air dan DHL tanah memiliki korelasi positif dengan R sebesar 0,749**. Hasil-hasil pengukuran BOD dan DO menunjukkan bahwa nilai kedua parameter ini untuk semua sampel telah berada di atas baku mutu air untuk air minum (Golongan I), tetapi masih layak digunakan untuk perikanan, peternakan dan pertanian. Analisis COD memperlihatkan bahwa hanya ada dua sampel yang mempunyai nilai dibawah ambang mutu untuk air minum, sampel yang lain berada dia atas ambang mutu. Hasil penelitian ini memberi petunjuk bahwa air sungau Code pada saat pengambilan sampel tidak layak untuk digunakan sebgai air konsumsi karena beberapa sifat air yaitu BOD, DO dan COD telah melampaui ambang batas baku mutu sebagaimana yang ditetapkan dalam PP-82 tahun 2001.

Kata kunci: Cr content, BOD, COD, DO, TDS

82

Baroto & Siradz. Kandungan Cr tanah dan air di DAS Code

83

PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini sejalan dengan perkembangan pembangunan diberbagai aspek terutama dibidang industri timbul berbagai masalah baru, hal ini terkait dengan pencemaran lingkungan oleh limbah-limbah buangan dari industri-industri yang semakin meningkat dari waktu kewaktu. Hal ini akan sangat berpengaruh pada kesehatan tanaman, hewan dan manusia. Pencemaran ini terjadi pada perairan, udara dan tanah akibat berbagai aktifitas diatas. Pertumbuhan kota dengan perkembangan industri yang mengikutinya telah mendorong timbulnya kesadaran dan pengertian adanya hubungan timbal balik antara pencemaran, kesehatan umum dan lingkungan. Perkembangan industri selain dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan akibat buangan limbah industri yang umumnya mengandung logam-logam berat. Keberadaan air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia baik untuk penggunaan air secara konvensional (air minum, mandi, mencuci dan pengairan) maupun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yaitu untuk menunjang kegiatan industri dan teknologi. Pencemaran air pada saat ini sudah sangat besar dan peningkatannya relatif tinggi, hal ini dapat dilihat dari berbagai sungai yang ada di Jawa, khususnya di daerah Yogyakarta. Pencemaran ini dipengaruhi oleh adanya industri-industri yang berkembang disekitar aliran sungai tersebut. Pembuangan bahan kimia maupun pencemar lain ke dalam air akan mempengaruhi kehidupan dalam air. Pada air sungai yang telah tercemar

ini akan mengalami penurunan terutama dari segi kualitas air tersebut dan tentunya hal ini akan sangat membahayakan baik untuk konsumsi maupun untuk bidang usaha pertanian. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan sektor industri, maka diperlukan suatu usaha untuk memonitor taraf pencemaran dan jenis logam pencemar pada setiap sungai di Indonesia sangat diperlukan. Informasi tentang tingkat pencemaran yang diperoleh ini sangat bermanfaat dalam rangka pengelolaan lingkungan, teknik pengendalian dan penentuan ambang bahaya dari pencemaran logam pada setiap daerah aliran sungai. Dari hal-hal yang telah diuraikan tersebut perlu kiranya dilakukan penelitian untuk dapat menghindarkan atau setidaknya meminimalkan daerah-daerah aliran sungai dari pencemaran logam-logam berat yang membahayakan bagi kehidupan tanaman, hewan dan manusia. Dengan diketahuinya tingkat/kandungan logam-logam berat, maka dapat dketahui apakah masih dibawah normal, normal atau sudah diatas normal. Sehingga dapat dilakukan pertimbangan/kebijakan bagi industri yang membuang limbahnya ke sungai. Pembuangan limbah maupun bahan pencemar lain akan mempengaruhi kehidupan dalam air, suatu bahan pencemar dalam suatu ekosistem mungkin cukup banyak sehingga akan meracuni organisme berada disana. Bahan pencemar terutama dari logam-logam yang banyak sekali mencemari air antara lain; merkuri (Hg), timbal (Pb), Arsenik (As), kadmium (Cd), kromium (Cr) dan nikel (Ni). Logam-logam ini diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama

84

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)

sebagai racun yang terakumulasi (Kristanto, 2002). Pencemaran yang diakibatkan logam-logam berat akan memberikan pengaruh yang berbahaya. Beberapa macam logam berat sangat beracun terhadap tanaman, hewan dan manusia. Logam-logam tersebut bersifat sangat tahan lama dan keracunannya bisa bertahan dalam waktu yang sangat lama pula. Sebagian telah dipergunakan secara luas sebagai pestisida dan disebarkan ke tata lingkungan sebagai pembuangan industri yang tidak terkendali (Zen, 1979). Penelitian dari Nitisapto et al. (1993) di Yogyakarta, menunjukkan bahwa kadar kromium pada tanahtanah yang dilewati oleh limbah cair pabrik penyamakan kulit meningkat dari semula 0,96 mg/100 g tanah (sebelum dilewati limbah) menjadi 70,65 mg/100 g tanah sesudah dilewati limbah pabrik penyamakan kulit. Penelitian ini bertujuan terutama untuk mengetahui taraf pencemaran sungai Code dan kandungan logam berat kromium (Cr) air sungai dan tanah disekitar aliran (DAS) Code. METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan dua macam analisis yaitu; analisis air sungai Code dan analisis tanah. Untuk analisis air diambil cuplikan air sungai Code pada 3 titik; hulu, tengah, dan air sekitar sungai (sumur) sebagi kontrol pada tanggal 8 Oktober 2004. Cuplikan air diambil sesuai dengan prosedur standart untuk pengambilan cuplikan air dan limbah yang dianjurkan oleh APHAAWWA-WPCF (Greenberg et al., 1980). Pengambilan cuplikan air dilakukan/diambil pada tengah aliran sungai setelah itu disaring sehingga bersih dari partikel dan kotoran yang terlarut kemudian diberikan HNO3 sehingga suasana menjadi masam.

Untuk pengambilan cuplikan air ini dilakukan 3 kali ulangan untuk masingmasing titik; hulu, tengah dan hilir dan pada tiap titik diambil kontrol dari air sumur pada daerah tersebut. Sedangkan untuk pengambilan cuplikan air untuk uji kualitas air yang lain seperti BOD, DO, COD dan warna dilakukan menurut metode pengambilan cuplikan contoh uji kualitas air SNI 06 2421 1991 Pengambilan tanah dilakukan dengan mengambil 3 titik yaitu; tanah pertanian pada bagian hulu, tanah pada bagian tengah dan tanah pada bagian hilir. Tiap titik diambil 3 kali ulangan untuk tanah dengan pengairan dari sungai Code dan 1 ulangan tanah yang tidak menggunakan pengairan dari sungai Code (kontrol). Untuk cuplikan tanah ini yang diambil total keseluruhan ada 12 cuplikan tanah dengan 3 diantaranya sebagai kontrol. Pengambilan cuplikan tanah dengan sistem random, mengambil contoh tanah terusik dengan kedalaman jeluk 0 20 cm karena diindikasikan pengikatan unsur logam pertamakali terjadi pada lapisan ini dan perakaran tanaman pangan hanya sampai pada jeluk ini. Tanah bersihkan dari akar tanaman dan pengotor lainnya, dikeringkan dan di oven pada temperatur 30-40 0C selama 24 jam. Setelah itu tanah disaring dengan ayakan 0,05 mm, diaduk sehingga homogen dan disimpan dalam plastik berlabel. Analisis air dilakukan di laboratorium BTKL, analisis warna dilakukan dengan metode spektrofotometrik (APHA 1998,section 2120-C), kadar Cr total terlarut dalam air dengan metode spektrofotometrik dengan AAS (SNI 06-2511-1991), DO dengan metode potensiometrik (SNI 062425-1991), BOD dengan metode potensiometrik (SNI 06-2503-1991),

Baroto & Siradz. Kandungan Cr tanah dan air di DAS Code

85

COD dengan metode potensiometrik (APHA 1998, SECTION 5220), suhu dan DHL dilakukan pengukuran langsung dilapangan dengan termometer dan ECmeter Analisis tanah untuk kromium menggunakan metode destruksi basah dengan asam nitrat (HNO3) dan pengukuran Cr dilakukan dengan AAS di Laboratorium BTKL (SNI 06-25111991), analisis tekstur dilakukan dengan metode pipet, melalui 3 tahap yaitu; fraksionisasi, pendispersian dan pemipetan, pengukuran DHL dilakukan dengan menggunakan EC-meter, pH tanah (pH-H2O dan pH-KCl) dilakukan dengan pH meter, analisis bahan organik menggunakan metode Walkley & Black. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis laboratorium pengamatan dan lapangan disajikan dalam Tabel 1 sampai dengan Tabel 3 dan korelasi antar sifat tanah dan air pada Tabel 4. Hasil Analisis Air dan Tanah

Kandungan kromium Cuplikan Air


Hasil analisis kadar Cr dalam air sungai didapatkan hasil pada bagian hulu, tengah dan hilir relatif hampir sama, sebesar meliputi I/1, I/2, I/3, II/1, II/2, II/3, III/1, III/2 dan III/3 mempunyai nilai < 0,01 mg/l (Tabel 1). Hal ini disebabkan banyak faktor antara lain; konsentrasi limbah rumah tangga maupun industri yang mengandung logam Cr konsentrasinya sangat kecil sehingga waktu larut dalam air sungai menjadi diencerkan karena debit air sungai Code relatif masih besar atau waktu pengambilan cuplikan air sungai pada saat industri yang memproduksi limbah Cr tidak membuang limbahnya ke sungai Code. Dengan demikian air

sungai Code masih berada di bawah baku mutu kualitas air berdasarkan kandungan Cr sebesar 0,05 ppm (peraturan pemerintah no. 82 tahun 2001). Walaupun kadar kromium yang terlarut dalam air ini masih sangat kecil, hal ini perlu diperhatikan karena kadar kromium ini dapat terserap baik oleh tanaman misalnya kangkung dan ikan dan dapat terakumulasi sehingga berbahaya apabila kangkung dan ikan ini dikonsumsi oleh manusia terutama kromium valensi 6+ (Cr 6+) yang memiliki daya racun paling tinggi dan nantinya dapat menimbulkan kanker dalam tubuh manusia (Palar, 1994). Selain itu kadar Cr yang rendah pada air nantinya dapat terakumulasi pada tanah yang menggunakan air irigasi dari sungai Code sehingga didapatkan kadar akumulasi kromium yang tinggi pada tanah (hasil analisis tanah) sehingga dapat terserap oleh tanaman yang khususnya dibudidayakan seperti padi, jagung, kedelai dll dan apabila dikonsumsi oleh masyarakat terutama di sekitar aliran sungai Code dapat berbahaya dan menimbulkan berbagai penyakit. Sumber pencemaran kromium yang ada di lapangan meliputi; industri cat, industri tekstil, industri penyamakan kulit dan industri pelapisan logam sebagian besar berada di daerah aliran sungai Code bagian tengah karena sangat berdekatan dengan pusat kota sehingga secara ekonomi lebih banyak industri maupun pemukiman yang sangat padat. Oleh karena ini perlu dilakukan pengawasan terutama untuk limbah hasil buangan industriindustri tersebut sehingga pencemaran logam kromium dapat dihindarkan. (Sesuai dengan keputusan Gubernur DIY tahun 1998 Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta).

86

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)

Kandungan Tanah

Kromium

Cuplikan

Secara umum dapat dilihat dari grafik bahwa pada hasil analisis kandungan Cr dalam tanah pertanian yang menggunakan pengairan dari sungai Code terjadinya peningkatan akumulasi Cr pada tanah yang menggunakan irigasi dari sungai Code bagian tengah daripada bagian hulu dan kembali menurun pada tanah di bagian hilir sungai Code. Pada hasil analisis tanah didapatkan hasil kadar Cr dalam tanah pada tanah bagian hulu didapatkan hasil < 0,0131 mg/l (Tabel 2). Pada bagian tengah akumulasi logam Cr meningkat dari cuplikan II/1 sebesar 0,39 mg/l, II/2 sebesar 0,84 mg/l dan tertinggi pada cuplikan II/3 sebesar 0,71 mg/l. Kenaikan kadar Cr dalam tanah bagian tengah secara tinggi banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain; masukan Cr yang tinggi dari air sungai karena terdapat limbah buangan Cr dari industri, tekstur tanah lempung terbesar sehingga pengikatan Cr lebih besar dan kandungan bahan organik yang besar mencapai16,45 %. Pada tanah bagian hilir akumulasi Cr dalam tanah berkurang jika dibandingkan dari bagian tengah, pada cuplikan bagian hilir tertinggi akumulasi pada cuplikan III/3 sebesar 0,44 mg/l. Dari data diatas menunjukkan bahwa tanah yang menggunakan pengairan dari sungai Code pada bagian hulu masih rendah akumulasi Cr, sedangkan tanah yang menggunakan pengairan dari sungai Code bagian tengah akumulasi Cr dalam tanah semakin meningkat dan sangat tinggi, perbedaan akumulasi kromium yang terdapat antara bagian hulu, tengah dan hilir ini diakibatkan dari kondisi tanah yang agak berbeda baik dari kadar bahan organik tanah maupun tekstur tanah. Pada tanah didaerah

tengah dan hilir memiliki kandungan fraksi lempung dan debu yang lebih besar daripada tanah pada bagian hulu (lihat Tabel 2) sehingga hal ini mempengaruhi penjerapan ion-ion logam kromium dalam tanah sehingga akumulasi yang dihasilkan relatif besar, hal ini terlihat jelas pada histogram kadar Cr total dalam tanah bila dibandingkan dengan histogram tekstur tanah (gambar 3). Kenaikan kadar lempung dalam tanah senilai dengan kenaikan kadar Cr yang terakumulasi pada tanah, selain itu korelasi antar kadar fraksi lempung tanah dan kadar Cr total tanah menunjukkan hasil yang tinggi sebesar 0,786** (berada pada tingkat signifikasi level 0,01) sehingga jelas terlihat pengaruh fraksi tanah (kadar lempung) terhadap akumulasi ion-ion logam kromium. Dan hal ini dapat menjelaskan bahwa pada tanah bagian tengah cuplikan II/2 dan II/3 mempunyai kadar Cr total dalam tanah yang paling tinggi dan pada bagian hilir kadar Cr meningkat dari III/1 ke cuplikan selanjutnya. Selain itu juga dengan kandungan bahan organik yang relatif besar antara 16 - 18% (Tabel 2) sehingga akan memperbesar jerapan kromium pada tanah Apabila dibandingkan dengan kontrol pada masing-masing titik baik pada bagian hulu, tengah dan hilir menunjukkan bahwa pada bagian hulu kondisi tanah yang menggunakan pengairan dari sungai Code maupun kontrol (tanah yang tidak mendapatkan pengairan dari sungai Code) kadar Cr masih relatif sama yaitu < 0,01 mg. Pada bagian tengah menunjukkan bahwa tanah yang menggunakan pengairan dari sungai Code kadar Cr total sangat tinggi dengan rata-rata 0,65 mg melebihi kontrol (0,04 mg) hal ini menunjukkan bahwa Cr dari air sudah terjerap dan terakumulasi dalam tanah sehingga kadar Cr total dalam

Baroto & Siradz. Kandungan Cr tanah dan air di DAS Code

87

tanah melebihi nilai kontrol. Sedangkan pada bagian hilir, tanah yang menggunakan pengairan dari sungai Code menunjukkan kadar Cr total yang terjerap dan terakumulasi dalam tanah dengan rata-rata 0,26 mg, lebih besar dari kontrol (0,05 mg) Dari uji LSD menunjukkan bahwa antara kadar Cr dalam tanah pertanian pada bagian hulu dan tengah, tengah dan hilir ada beda nyata antara kondisi tanahnya, sedangkan pada bagian hulu dan hilir tidak ada beda nyata antara kondisi kadar Cr antara kedua tanah. Kondisi ini disebabkan kondisi tanah (tekstur, bahan organik) yang berbeda sehingga penjerapan logam kromium akan berbeda.

Tekstur Tanah
Dari analisis dapat diketahui hasil dari tekstur tanah pertanian yang berada disekitar aliran sungai Code dan menggunakan air irigasi dari sungai tersebut. Jenis tanah pertanian hampir relatif sama dengan penyusun utama fraksi pasir, tetapi pada tanah sekitar bagian aliran tengah sungai Code terutama cuplikan II/2 dan II/3 tanah didominasi oleh fraksi debu. Kadar debu tertinggi pada II/2 sebesar 48,46 % (Tabel 2). Kadar fraksi debu yang tinggi pada tanah sekitar aliran sungai bagian tengah selain dipengaruhi oleh keadaan tekstur asli dari tanah juga ditimbulkan dari penambahan debu yang terbawa dari residu padatan terlarut dan sedimen pada air sungai Code yang terbawa masuk melalui saluran irigasi, hal ini dapat diketahui baik pada analisis air dari nilai padatan total yang terlarut dan warna air sungai Code. Penambahan padatan ini berasal dari bagian hulu maupun partikel tanah yang tererosi pada sekitar sungai. Untuk kandungan lempung terbesar terdapat pada tanah sekitar aliran sungai bagian tengah, cuplikan II/2

sebesar 15,56 % dan cuplikan II/3 sebesar 16,94 %. Tanah pada bagian hulu sungai merupakan tanah Regosol dengan kandungan fraksi pasir terbesar dengan fraksi pasir 81,06% - 87,01%, keadaan ini hampir sama dengan jenis tanah pada bagian hilir sungai Code dengan fraksi pasir antara 77,33 % 97,42 %. Pada grafik korelasi regresi antara Cr dalam tanah vs bahan organik dapat dilihat hubungan antara kadar Cr tanah dengan kadar bahan organik tanah, didaparkan nilai R sebesar 0,187. Dengan demikian kadar bahan organik pada tanah ini kurang berpengaruh pada pengikatan Cr dalam tanah khususnya pada jeluk 20 cm. Dengan bertambahnya kandungan bahan organik dapat meningkatkan pengikatan Cr dalam tanah yang berasal dari pemasukan air irigasi sungai Code yang diindikasikan telah tercemar Cr, khususnya Cr valensi 6+ .Pada tanah sekitar bagian tengah aliran sungai Code mempunyai kandungan bahan organik terbesar antara 16 18 %, sehingga akumulasi Cr dalam tanah ini ( sample II/1, II/2 dan II/3 ) relatif lebih tinggi diantara tanah pada bagian sungai yang lain. Bahan organik ini meningkatkan daya ikat partikel tanah terhadap ion-ion logam Cr sehingga Cr tertahan dan terakumulasi pada tanah bagian atas. Tingginya bahan organik juga dipengaruhi oleh tingkat pengolahan tanah yang dilakukan petani dengan penambahan bahan organik berupa pupuk kandang yang relatif besar di lapangan, selain hal itu bahan organik yang terlarut dari air sungai juga cukup besar berasal dari limbah buangan baik rumah tangga maupun dari industri. Hubungan antara pH KCL dan terhadap penjerapan dan H 2O akumulasi kromium dalam tanah relatif sama, hal ini dapat terlihat dari nilai

88

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)

korelasi data-data pH KCL dan H2O didapatkan hasil R sebesar 0,909** (significant pada aras 0,01) (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa baik pH KCL dan pH H2O memiliki hubungan positif sehingga dengan kenaikan sifat lain diikuti yang lain. Sehingga kedua sifat ini memiliki pengaruh yang hampir sama terhadap proses penjerapan dan akumulasi ion-ion logam Cr pada tanah. Dari grafik kolerasi regresi antara Cr vs DHL tanah didapatkan nilai R sebesar 0,720**). Hal ini menunjukkan bahwa DHL pada tanah sangat dipengaruhi pada pengikatan Cr dalam tanah. Dengan meningkatnya nilai DHL dalam tanah maka semakin besar pengikatan ion-ion logam Cr dalam tanah. Hal ini disebabkan dengan adanya ion-ion logam Cr dalam tanah maka daya hantar listrik dapat semakin meningkat. Nilai DHL tertinggi tanah pada cuplikan tanah bagian tengah (II/1) dan tanah bagian hilir (III/2) sebesar 0,37 mS/cm. Nilai DHL terendah terdapat pada cuplikan tanah bagian hulu (I/2) sebesar 0,04 mS/cm. Dari grafik analisis Cr tanah vs % lempung didapatkan nilai R sebesar 0,786**. Nilai koefisien korelasi yang tinggi memberi petunjuk bahwa kandungan lempung dalam tanah sangat besar pengaruhnya dalam penyerapan Cr dalam tanah. Pada fraksi lempung ini memiliki ukuran partikel paling kecil sehingga hal ini akan meningkatkan daya ikat (KPK) terhadap ion-ion Cr, dengan adanya lempung di dalam tanah maka ion-ion Cr dari air irigasi sungai Code akan diikat pada lapisan tanah bagian atas (jeluk 20 cm) dan terakumulasi dalam jangka waktu yang lama. Dalam hal ini fraksi lempung berfungsi sebagai akumulator ion logam Cr dalam tanah. Untuk hubungan antara % pasir dan lempung sangat berkebalikan dalam penjerapan dan akumulasi Cr, hal

ini dapat dilihat dari korelasi nilai-nilai % pasir dan % lempung dan didapatkan nilai R sebesar 0,855**.

Biochemical (BOD)

Oxygen

Demand

Pada hasil analisis kadar BOD pada air sungai Code didapatkan hasil bahwa kadar BOD terendah sebesar 3,20 mg/l pada cuplikan I/2 dan tertinggi pada cuplikan II/1 sebesar 11 mg/l (Tabel 1). Kadar BOD dalam air sungai Code pada bagian hulu lebih rendah dari bagian yang lain dengan kadar BOD diantara 3 4 mg/l, hal ini disebabkan bahan-bahan buangan dalam air pada bagian hulu masih dalam sedikit sehingga jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan tersebut masih sedikit. Pada bagian tengah kadar BOD pada air paling tinggi, dengan kadar BOD diantara 5 11 mg/l, hal ini disebabkan banyaknya bahan-bahan buangan dalam air yang berasal baik dari limbah rumah tangga maupun industri disekitar sungai Code. Pada cuplikan antara I/3 ke II/1 dan II/3 terjadi kenaikan BOD yang cukup signifikan, hal ini disebabkan banyaknya industri dan rumah tangga yang berada pada wilayah tersebut sehingga kemungkinan terjadi penambahan limbah baik organik maupun anorganik sehingga kebutuhan oksigen untuk menguraikan bahanbahan tersebut relatif besar. Sedangkan pada bagian hilir kadar BOD relatif kembali menurun, dengan kadar BOD diantara 3 7 mg/l, hal ini disebabkan banyak dari bahanbahan buangan yang mengendap baik pada bagian tengah maupun adanya chekdam sehingga sedimentasi tertahan pada bagian tengah, selain itu air sungai banyak digunakan sebagai air irigasi sehingga bahan-bahan buangan ikut di alirkan keluar dari sungai Code. Sedangkan apabila dibandingkan

Baroto & Siradz. Kandungan Cr tanah dan air di DAS Code

89

dengan data hasil pengamatan COD air sungai Code dari Bepedalda tahun 2003 berkisar antara 1,50 sampai 15, hal ini hampir sama dengan data yang diperoleh dari penelitian ini. Dari hasil uji LSD didapatkan hasil bahwa antara hulu dan tengah ada beda nyata antara kondisi air, sedangkan antara hulu dan hilir, tengah dan hilir tidak ada beda nyata antara kedua kondisi air tersebut. Pada sungai Code bagian hulu kontrol cuplikan menujukkan nilai yang hampir sama dengan cuplikan-cuplikan yang lain pada bagian hulu sebesar 4,20 mg/l, hal ini mengindikasikan bahwa pada bagian hulu air sungai Code relatif belum tercemar oleh bahan-bahan buangan dan kondisinya masih relatif sama dengan keadaan air lainnya di sekitar sungai Code. Pada bagian tengah sungai Code kontrol cuplikan sebesar 4,60 mg/l. Pada cuplikan air sungai Code bagian tengah rata-rata melebihi kontrol cuplikan,hal ini menunjukkan bahwa air sungai Code pada bagian tengah tercemar baik dari limbah rumah tangga maupun limbah industri yang berada disekitar aliran sungai Code bagian tengah. Pada bagian hilir sungai Code kontrol cuplikan sebesar 3,20 mg/l. Pada cuplikan bagian hilir rata-rata melebihi kontrol cuplikan, hal ini juga menunjukkan bahwa sungai Code bagian hilir sudah tercemar oleh limbah rumah tangga dan industri baik dari sungai bagian tengah maupun bungan limbah pada bagian hilir sendiri. Untuk kualitas baku mutu air sungai Code berdasarkan batas maksimal kadar BOD adalah sebagai berikut; kualitas air sungai Code pada bagian hulu cuplikan I/1, I/2, I/3 masih tidak sesuai untuk air golongan I dan II, tetapi masih sesuai untuk air golongan III dan IV (Gambar 1). Untuk air sungai Code bagian tengah pada cuplikan II/1 dan II/2 tidak sesuai untuk air golongan

I, II dan III, tetapi masih sesuai untuk air golongan IV. Untuk cuplikan II/3 tidak sesuai untuk air golongan I dan II, tetapi masih sesuai untuk air golongan III dan IV. Pada air sungai Code bagian hilir untuk cuplikan III/1 tidak sesuai untuk air golongan I, II dan III, tetapi masih sesuai untuk golongan IV. Sedangkan cuplikan III/2 dan III/3 tidak sesuai untuk air golongan I dan II, tetapi masih sesuai untuk golongan III dan IV.

Gambar 1. Taraf biochemical oxygen demand (BOD) dari sampel air sungai Code I.

Baku mutu untuk air minum (PP-82, tahun 2001) II. Baku mutu air untuk sarana/prasarana rekreasi air, budidaya air tawar, peternakan dan pengairan tanaman III. Baku mutu air untuk budidaya air tawar, peternakan dan pengairan tanaman IV. Baku mutu air untuk pengairan tanaman

Chemical Oxygen Demand (COD)


Untuk hasil analisis air sungai Code didapatkan hasil kadar COD terendah pada cuplikan I/1 sebesar 8 mg/l dan kadar COD tertinggi pada cuplikan II/1 sebesar 78 mg/l. Untuk kadar COD dalam air sungai Code pada bagian hulu relatif rendah jika dibandingkan pada bagian sungai yang lain, dengan kadar COD antara 8 53 mg/l (Tabel 1). Pada bagian hulu

90

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)

kondisi air masih relatif diindikasikan belum tercemar oleh limbah buangan. Pada sungai Code bagian tengah kadar COD tertinggi dijumpai pada cuplikan II/1, kadar COD antara 30 80 mg/l hal ini menunjukkan bahwa air sungai pada bagian tengah relatif tercemar baik oleh limbah rumah tangga dan industri jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan baik secara biologis maupun kimia lebih besar. Pada bagian tengah untuk kondisi cuplikan I/3 ke II/1 dan II/2 terjadi perubahan peningkatan COD yang cukup tinggi hal ini disebabkan banyaknya limbah yang masuk ke sungai karena banyaknya industri dan perumahan yang sangat padat dan diindikasikan membuang limbah ke sungai Code. Untuk air sungai Code pada bagian hilir nilai COD terbesar pada cuplikan III/1 sebesar 54 mg/l dan semakin ke hilir nilainya semakin berkurang, kadar COD antara 16 54 mg/l. Hal ini menunjukkan sungai Code tercemar terutama berasal daerah sungai Code bagian tengah maupun dari limbah buangan pada bagian hilir sendiri. Menurunnya nilai COD juga disebabkan terjadinya pengendapan/sedimentasi limbah buangan pada bagian tengah sungai Code. Sedangkan apabila dibandingkan dengan data hasil pengamatan COD air sungai Code dari Bepedalda tahun 2003 berkisar antara 8 sampai 47, hal ini sangat jauh berbeda dengan data yang diperoleh dari penelitian ini. Hal ini mungkin disebabkan pada tahun 2004 telah terjadi peningkatan bahan buangan terutama dari rumah tangga yang berada disekitar aliran sungai Code. Dari hasil uji LSD didapatkan hasil bahwa antara hulu dan tengah ada beda nyata antara kondisi air, sedangkan antara hulu dan hilir, tengah

dan hilir tidak ada beda nyata antara kedua kondisi air tersebut. Untuk sungai Code bagian hulu kontrol cuplikan kadar COD-nya relatif sama dengan cuplikan yang ada pada bagian hulu, hal ini menunjukkan bahwa air sungai Code pada bagian hulu belum tercemar sebab masih sama dengan kondisi air sekitar. Untuk kontrol cuplikan bagian tengah sebesar 16 mg/l. Pada bagian tengah sungai Code cuplikan yang ada nilainya sudah melebihi nilai COD pada kontrol hal ini berarti air sungai bagian tengah sudah tercemar dan kondisinya lain dengan air di sekitar sungai Code. Untuk bagian hilir sungai Code kontrol cuplikan sebesar 8 mg/l. Cuplikan air pada sungai Code nilai kadar COD-nya lebih besar dari kontrol cuplikan, hal ini menunjukkan bahwa air sudah tercemar dan kondisinya sudah lain dengan air disekitar sungai Code. Untuk kualitas air sungai Code berdasarkan baku mutu kandungan COD dalam air adalah sebagai berikut; Untuk air sungai Code bagian hulu pada cuplikan I/1 dan I/3 tidak sesuai untuk air golongan I dan II, tetapi sesuai untuk air III dan IV, sedangkan cuplikan I/2 tidak sesuai untuk air golongan I, tetapi sesuai untuk air golongan II, III dan IV (Gambar 2). Untuk air sungai bagian tengah pada cuplikan II/1 dan II/2 tidak sesuai untuk air golongan I, II dan III, tetapi sesuai untuk air golongan IV, sedangkan cuplikan II/3 tidak sesuai untuk air golongan I dan II, tetapi sesuai untuk golongan III dan IV. Untuk air sungai bagian hilir cuplikan III/1 tidak sesuai untuk air golongan I, II dan III, tetapi sesuai untuk air golongan IV, sedangkan cuplikan III/2 dan III/3 tidak sesuai untuk air golongan I, tetapi sesuai untuk air golongan II, III dan IV.

Baroto & Siradz. Kandungan Cr tanah dan air di DAS Code

91

Gambar 2. Taraf chemical oxygen demand (COD) dari sampel air sungai Code I. Baku mutu untuk air minum (PP-82, tahun 2001) II. Baku mutu air untuk sarana/prasarana rekreasi air, budidaya air tawar, peternakan dan pengairan tanaman

III. Baku mutu air untuk budidaya air tawar, peternakan dan pengairan tanaman IV. Baku mutu air untuk pengairan tanaman

Dissolved Oxygen (DO)


Pada hasil analisis DO air sungai Code didapatkan hasil kadar DO terendah pada cuplikan II/1 sebesar 1,30 mg/l , sedangkan tertinggi sebesar 5,80 mg/l pada cuplikan III/3. Pada kadar DO ini di daerah hulu sungai Code kadarnya tinggi sebesar 5 mg/l pada cuplikan I/1 kemudian menurun sampai pada cuplikan bagian tengah sungai II/1 dan kadar DO kembali meningkat pada bagian hilir sungai dan tertinggi pada cuplikan III/3 sebesar 5,80 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan oksigen yang terlarut di air semakin menurun sejalan dengan semakin tercemarnya air sungai Code, terbukti pada bagian tengah sungai Code kandungan DO semakin rendah karena banyaknya limbah rumahtangga dan industri yang masuk dalam air sungai. Pada bagian hulu kondisi air masih baik tetapi semakin ke bagian tengah air mulai tercemar, hal ini

berlainan dengan kondisi air di hilir, pada bagian hilir sungai bahan-bahan buangan sudah banyak mengendap baik pada dasar sungai maupun pada bendungan yang ada dan dialirkan pada lahan pertanian sehingga air kembali jernih. Berdasarkan uji LSD menunjukkan bahwa pada ketiga bagian sungai baik hulu, tengah dan hilir tidak ada beda nyata pada kondisi DO air sungai tersebut. Untuk kontrol cuplikan pada bagian hulu sebesar 4,80 mg/l. Pada cuplikan I/2 dan I/3 nilai DO dibawah kontrol hal ini menunjukkan air pada kedua cuplikan ini sudah mulai tercemar oleh bahan-bahan buangan yang ada sehingga kondisinya sudah lain dengan kondisi air sekitar. Untuk kontrol cuplikan bagian tengah sebesar 5,80 mg/l, cuplikan air pada bagian tengah sungai dibawah kontrol, hal ini menunjukkan bahwa kondisi air pada bagian tengah sungai sudah tercemar dilihat dari kadar oksigen terlarutnya jika dibandingkan air disekitar sungai Code. Untuk kontrol pada bagian hilir sungai kadar DO sebesar 5,80 mg/l, untuk cuplikan III/1 dan III/2 kadar DO lebih rendah dari kontrol sedangkan cuplikan III/3 kadar DO sama dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pada hilir semakin jauh dari sungai bagian tengah kondisi air relatif semakin baik, hal ini didukung semakin berkurangnya baik rumah tangga maupun industri yang mencemari sungai. Sedangkan data hasil pengamatan DO air sungai Code dari Bepedalda tahun 2003 berkisar antara 1,20 sampai 8,10, hal ini hampir sama dengan data yang diperoleh dari penelitian ini. Untuk kualitas air sungai menurut baku mutu berdasarkan kadar DO sebagai berikut; untuk bagian hulu cuplikan I/1 (Gambar 3) tidak sesuai untuk air golongan I (air minum min DO

92

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)

= 6 mg/L), tetapi sesuai untuk golongan II, III dan IV, sedangkan cuplikan I/2 dan I/3 tidak sesuai untuk golongan I dan II, tetapi sesuai untuk golongan III dan IV. Untuk air sungai bagian tengah cuplikan II/1 dan II/2 tidak sesuai untuk golongan I, II dan III, tetapi sesuai untuk golongan IV, sedangkan cuplikan II/3 tidak sesuai untuk golongan I, tetapi sesuai untuk air golongan II, III dan IV. Untuk air sungai pada bagian hilir semua cuplikan tidak sesuai untuk air golongan I, tetapi sesuai untuk golongan II, III dan IV.

Gambar 3. Taraf dissolved oxygen (DO) dari sampel air sungai Code I. Baku mutu untuk air minum (PP-82, tahun 2001) II. Baku mutu air untuk sarana/prasarana rekreasi air, budidaya air tawar, peternakan dan pengairan tanaman III. Baku mutu air untuk budidaya air tawar, peternakan dan pengairan tanaman IV. Baku mutu air untuk pengairan tanaman

dari rumah tangga dan industri yang mengandung asam-asam organik sehingga dalam proses penguraian bahan-bahan buangan tersebut menurunkan pH air sungai. Dibandingkan dengan data hasil pengamatan pH air sungai Code dari Bepedalda tahun 2003 berkisar antara 6,10 sampai 7,90, hal ini hampir sama dengan data yang diperoleh dari penelitian ini. Dari hasil terlihat pada ketiga daerah sungai nilai pH pada air sungai lebih tinggi dari kontrolnya, hal ini kemungkinan disebabkan adanya limbah buangan dari rumah tangga yang kebanyakan bersifat asam terutama dari bahan buangan yang mengandung sabun atau detergen yang memiliki pH relatif lebih tinggi. Dari uji LSD menunjukkan bahwa pada kondisi air sungai bagian hulu dan tengah, bagian hulu dan hilir ada beda nyata antara kedua kondisi air, sedangkan pada bagian tengah dan hilir tidak ada beda nyata antara kedua kondisi air sungai. Untuk kualitas air sungai baik pada bagian hulu sungai, tengah maupun bagian hilir masih dalam kisaran ambang batas baku mutu yang ada baik air golongan I, II, III dan IV. Dari hasil pengukuran suhu secara langsung di lapangan (Tabel 3) didapatkan hasil yang yang berfluktuasi antara bagian hulu, tengah dan hilir. Pada bagian hulu sungai Code suhu relatif lebih rendah dibawah suhu air normal 25 0 C, hal ini disebabkan pada bagian hulu lingkungan sekitar sungai banyak terdapat pepohonan (hutan negara) dan terletak di kaki gunung berapi dengan ketinggian 687 m sehingga kondisi air sungai masih belum tercemar dan suhu masih rendah. Dalam hal ini ketinggian tempat dan topografi sangat mempengaruhi tinggi

Suhu Air

pH air

Dari hasil analisis air sungai Code dari bagian hulu sungai, tengah dan bagian hilir didapatkan hasil bahwa pH air sekitar netral diantara 6 8 (Fardiaz, 1992). Pada bagian hulu sungai pH air berada diatas 7 sedangkan pada bagian tengah dan hilir pH berkisar diantara 6 7 (Tabel 3). Nilai pH ini turun kemungkinan disebabkan limbah

Baroto & Siradz. Kandungan Cr tanah dan air di DAS Code

93

rendahnya suhu air. Pada bagian tengah sungai berkisar antara 27 0 C, kenaikan suhu pada bagian tengah sungai disebabkan mulai tercemarnya sungai oleh bahan-bahan buangan dari rumah tangga maupun industri dan diuraikan oleh mikrobia sehingga menimbulkan kenaikan suhu akibat rekasi kimia. Pada bagian hilir juga terjadi hal yang hampir sama dimana suhu berkisar diantara 27 0 C. Penambahan suhu ini juga dapat berasal dari air buangan limbah dari industri yang lebih tinggi daripada air sungai. Kenaikan suhu air ini dapat diamati di lapangan dengan ditandai munculnya ikan dan hewan air ke permukaan untuk mendapatkan oksigen. Dari uji LSD menunjukkan bahwa pada kondisi air sungai bagian hulu dan tengah, bagian hulu dan hilir ada beda nyata antara kedua kondisi air, sedangkan pada bagian tengah dan hilir tidak ada beda nyata antara kedua kondisi air sungai.

Total Dissolved Solid (TDS)


Dari hasil pengukuran di lapangan padatan terlarut total (total dissolved solid) pada air sungai Code didapatkan hasil bahwa kadar TDS pada air sungai Code meningkat dari bagian hulu ke bagian tengah sungai dan kembali menurun pada sungai bagian hilir. TDS pada sungai Code bagian hulu relatif rendah berkisar antara 117 ppm (tabel 3). Hal ini dipengaruhi oleh kondisi air yang relatif masih jernih dan air sungai tidak mendapat tambahan dari bahanbahan buangan baik dari rumah tangga maupun industri. Lingkungan pada sekitar sungai relatif mendukung dengan pepohonan sehingga erosi berkurang. Pada bagian tengah sungai residu terlarut bertambah dan terbesar pada cuplikan II/2 sebesar 344,67 ppm. Kadar residu terlarut total sekitar 274355 ppm. Kenaikan residu terlarut ini

disebabkan adanya panambahan bahan-bahan buangan baik senyawasenyawa anorganik maupun organik seperti air buangan rumah tangga dan industri pencucian dan juga beberapa polutan logam berat dari industri, selain itu adanya penambahan partikel tanah yang diakibatkan adanya erosi dari tanah sekitar sungai. Penambahan residu terbesar berada di bagian tengah karena bagian tengah sungai berada di tengah kota sehingga memungkinkan terjadinya penambahan limbah yang cukup besar. Pada bagian hilir sungai residu yang terlarut semakin menurun, hal ini banyak disebabkan terjadinya pengendapan residu padatan pada dasar sungai dan bendungan yang ada, selain itu sebagian air sungai Code dialirkan untuk irigasi lahan pertanian. Hal ini juga didukung dengan keberadaan industri yang semakin sedikit di wilayah hilir. Sedangkan apabila dibandingkan dengan data hasil pengamatan TDS air sungai Code dari Bepedalda tahun 2003 berkisar antara 2 sampai 60, hal ini sangat jauh berbeda dengan data yang diperoleh dari penelitian ini. Hal ini mungkin disebabkan pada tahun 2004 telah terjadi peningkatan bahan buangan terutama dari rumahtangga dan industri maupun erosi pada tanah yang berada disekitar aliran sungai sehingga ikut terbawa aliran sungai Code Dari uji LSD menunjukkan bahwa pada kondisi air sungai bagian hulu dan tengah, bagian hulu dan hilir ada beda nyata antara kedua kondisi air, sedangkan pada bagian tengah dan hilir tidak ada beda nyata antara kedua kondisi air sungai. Untuk baku mutu air berdasarkan kadar padatan terlarut, air pada sungai Code masih berada dibawah ambang batas yang ada sehingga masih dapat digunakan.

94

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)

Ambang batas baku mutu kadar residu terlarut air adalah sebasar 1.000 ppm.

Warna Air Sungai


Untuk hasil analisis warna air sungai pada bagian hulu air sungai lebih paling jernih jika dibandingkan dengan bagian tengah dan hilir. Air sungai pada bagian tengah berwarna kuning, warna cuplikan air pada bagian tengah. Cuplikan air sungai pada bagian tengah, cuplikan II/1 skala warna 16 TCU dan II/2 skala warna 15 TCU, hal ini melebihi ketentuan baku mutu air sungai sebesar skala warna 15 TCU (Tabel 3). Warna air ini disebabkan kandungan lumpur dan air buangan dari limbah rumah tangga dan industri. Selain itu juga disebabkan adanya bahan-bahan terlarut dan bahan-bahan tersuspensi yang bersifat koloidal. Pada bagian hilir warna air kembali normal karena adanya proses pengendapan terutama lumpur dan padatan yang terlarut di dasar sungai. Dari uji LSD menunjukkan bahwa pada kondisi air sungai bagian hulu dan tengah, bagian hulu dan hilir ada beda nyata antara kedua kondisi air, sedangkan pada bagian tengah dan hilir tidak ada beda nyata antara kedua kondisi air sungai.

Daya Hantar Listrik (DHL) Air


Dari hasil analisis DHL dapat dilihat secara umum bahwa DHL air sungai Code dari bagian hulu memiliki nilai yang rendah, meningkat dan tertinggi pada bagian tengah kemudian mulai menurun pada sungai bagian hilir. Pada sungai Code bagian hulu air relatif lebih bersih dan masih sedikit terdapat partikel terlarut dalam air sehingga DHL menjadi lebih rendah dibandingkan bagian sungai yang lain. DHL pada bagian ini diantara 0,16 0,17 mS/cm (tabel 3). Pada bagian tengah sungai didapatkan nilai DHL tertinggi, hal ini disebabkan karena banyaknya pertikel terlarut maupun bahan sedimen yang berukuran sangat halus dan sebagian berupa koloidal maupun ion-ion logam berasal dari bahan-bahan buangan baik rumah tangga maupun industri sehingga dapat meningkat DHL. DHL pada bgian tengah berkisar antara 0,380,51 mS/cm. Untuk sungai bagian hilir nilai DHL kembali turun, hal ini disebabkan oleh pengendapan sebagian besar padatan terlarut, bahan sedimen maupun ion-ion logam pada air di dasar sungai dan pada bendungan dan juga sebagian besar sudah dialirkan ke tanah melalui saluran irigasi sehingga DHL pada air sungai bagian hilir kembali turun. DHL pada bagian hilir diantara 0.39-0,42 mS/cm. Dari uji LSD menunjukkan bahwa pada kondisi air sungai bagian hulu dan tengah, bagian hulu dan hilir ada beda nyata antara kedua kondisi air, sedangkan pada bagian tengah dan hilir tidak ada beda nyata antara kedua kondisi air sungai.

Bau dan Rasa Air Sungai


Untuk bau dan rasa pada air sungai bagian hulu tidak berasa dan berbau, hal ini dimungkinkan karena air sungai pada bagian ini relatif bersih dari limbah industri dan rumah tangga. Pada air sungai bagian tengah berbau busuk dan anyir dan berasa masam, hal ini disebabkan karena limbah buangan terutama berasal dari rumah tangga. Adanya proses penguraian bahan-bahan buangan tersebut mengakibatkan suasana masam (pH turun). Pada bagian hilir bau busuk air sungai sudah berkurang, hal ini karena bahan-bahan buangan sudah mulai berkurang.

Baroto & Siradz. Kandungan Cr tanah dan air di DAS Code

95

Korelasi Regresi Antara Beberapa Sifat Air

Korelasi Regresi Suhu vs DHL

Dari korelasi data suhu dan DHL didapatkan nilai R sebesar 0,875**. Dari nilai R ini menunjukkan bahwa suhu dan DHL mempunyai pengaruh positif, hal ini berarti dengan kenaikan suhu maka air akan lebih mudah dalam menghantarkan listrik (DHL). Dari korelasi data TDS dan DHL didapatkan nilai R sebesar 0,998**. Dari nilai R ini menunjukkan bahwa TDS dan DHL mempunyai pengaruh positif, hal ini berarti dengan kenaikan TDS maka DHL dalam air akan semakin meningkat, meningkatnya DHL ini disebabkan dengan semakin besar padatan total yang terlarut dalam air maka air akan lebih mudah dalam menghantarkan arus listrik terutama dengan adanya ion-ion logam yang terlarut dalam air akan mempermudah air dalam menghantarkan listrik.
TDS dan DHL
0.6

BOD maka DO dalam air akan semakin menurun. Hal ini disebabkan dengan semakin besar bahan organik yang dirombak oleh mikroorganisme dalam air akan meningkatkan kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme dalam perombakan bahan organik dan ini akan berakibat menurun oksigen yang terlarut dalam air. Dari korelasi data BOD dan COD didapatkan nilai R sebesar 0,954**. Dari nilai R ini menunjukkan bahwa BOD dan COD mempunyai pengaruh positif, hal ini berarti dengan kenaikan BOD maka COD dalam air akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena BOD merupakan oksigen yang diperlukan untuk perombakan bahan organik secara biologi oleh mikroorganisme dalam air sedangkan COD merupakan oksigen yang diperlukan suatu bahan oksidan untuk mengoksidasi dan menguraikan bahan organik dalam air misalnya oleh kalium Jadi pada dikromat (K2Cr2O7). prinsipnya sama adalah jumlah oksigen untuk menguraikan bahan organik, hanya saja penilaiannya lebih efektif dengan COD dan nilai COD lebih besar dari BOD.
COD dan BOD
80

Korelasi regresi TDS vs DHL

Korelasi Regresi BOD vs COD

DHL, mS/cm

0.4
y = 0.0015x - 0.0131 R2 = 0.90**

0.2

0 0 100 200 TDS, mg/L 300 400

60 COD, mg/L 40
y = 7.855x - 13.512 R2 = 0.912**

Gambar 18. Korelasi TDS dan DHL

20 0 0 5

Korelasi regresi BOD vs DO


Dari korelasi data BOD dan DO didapatkan nilai R sebesar -0,702**. Dari nilai R ini menunjukkan bahwa BOD dan DO mempunyai pengaruh negatif, hal ini berarti dengan kenaikan

10 BOD, mg/L

15

Gambar 20. Korelasi antara BOD dan COD

96

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)

Korelasi Regresi Beberapa Sifat Air dan Tanah

Dari hasil analisis korelasi regresi data warna air sungai Code dan kadar fraksi debu didapatkan hasil R sebesar 0,715**. Dari nilai R ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan hubungan positif antara warna air dan kadar fraksi debu dalam tanah yang menggunakan pengairan dari sungai Code. Dengan semakin besar kadar warna (skala TCU) semakin besar bahan organik maupun anorganik (partikel debu) yang terlarut dalam air sungai dan hal ini diperlihatkan dari warna air sungai sehingga mempengaruhi penambahan kadar debu dalam tanah yang menggunakan pengairan dari sungai Code.

hasil R sebesar 0,770**. Dari nilai R ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan positif antara total padatan terlarut dalam air dan DHL tanah yang menggunakan pengairan dari sungai Code. Hal ini menunjukkan bahwa total padatan terlarut dalam air sungai Code yang sebagian besar berbentuk ion-ion logam sehingga apabila sampai dan terjerap pada tanah akan meningkatkan DHL pada tanah, pengikatan ion-ion logam dari air sungai pada tanah juga diperlihatkan dalam besarnya % fraksi lempung pada tanah dengan semakin besar kadar lempung, ion-ion logam semakin besar terjerap dan DHL tanah meningkat.

Korelasi Regresi Warna Air vs Kadar Fraksi Lempung

Korelasi Regresi DHL Air vs DHL Tanah

Dari hasil analisis korelasi regresi data warna air sungai Code dan kadar fraksi lempung didapatkan hasil R sebesar 0,785**. Dari nilai R ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan hubungan positif antara warna air dan kadar fraksi lempung dalam tanah yang menggunakan pengairan dari sungai Code. Hal ini hampir sama dengan prinsipnya dengan penambahan fraksi debu dalam tanah, bahan organik yang memiliki partikel halus maupun koloid lempung yang terlarut dalam air baik dari erosi maupun limbah buangan rumah tangga dan industri menunjukkan warna air sungai (skala TCU) dan hal ini mempengaruhi penambahan fraksi lempung dalam tanah yang menggunakan pengairan dari sungai Code.

Dari hasil analisis korelasi regresi data DHL air sungai Code dan DHL tanah didapatkan hasil R sebesar 0,749**. Dari nilai R ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan positif antara DHL air dan DHL tanah yang menggunakan pengairan dari sungai Code. Nilai DHL pada air sungai Code menunjukkan banyaknya bahan organik maupun anorganik sehingga akan meningkatkan DHL pada air sungai. Dan dengan masuknya bahan organik maupun anorganik (ion-ion logam) dalam tanah dan terjerap maka akan meningkatkan DHL dalam tanah. DAFTAR PUSTAKA

Korelasi Regresi Total Padatan Terlarut (TDS) vs DHL Tanah

Dari hasil analisis korelasi regresi data total padatan terlarut dalam air sungai Code dan DHL tanah didapatkan

Anonim. 2004. Manajemen Aset Sungai Asana Citra Yasa. Code. Yogyakarta Cahyo, S.M. 1998. Ekologi Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta. Masalah Daryanto. 1995. Pencemaran.Tarsito. Bandung. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta

Baroto & Siradz. Kandungan Cr tanah dan air di DAS Code

97

Greenberg,

WPCF. Washington. Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Andi Offset. Yogyakarta. Nitisapto, M., T. Notohadipawiro, dan S. Soekodarmodjo. 1993. Peranan

et al., 1980. Standart Methods for Examination of Water and Waste Water. APHA-AWWA-

Sastrawijaya,

Jakarta. Siradz, A.S. 2001.

Lingkungan.

T.

1991. Pencemaran Rineka Cipta.

6(3B):353-370. Notohadipawiro, T., Suryanto, M.S Hidayat, dan A.A. Asmara. 1991. The Fertilizer Value of Industrial Estate Slugde and Its Impact Usage on Enviroment. Ilmu Pertanian. 4:361-384. Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.

Beberapa Jenis Tanah Untuk Sanitasi Lingkungan Terhadap Limbah Cair Pabrik Penyamak Kulit di Yogyakarta. BPPS-UGM

Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Suratmo, G.F. 1998. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Dampak Wardhana, A.W. 1995. Pencemaran Lingkungan. Andi Offset. Yogyakarta. Zen, M.T. 1979. Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup. Gramedia. Jakarta.

Monitoring dan Pengendalian Pencemaran Logam-Logam Berat pada Beberapa Sungai di Jawa Tengah Fakultas dan Jawa Timur.

98 Tabel 1. Hasil analisis air sungai Code


Sampel I/K I/1 I/2 I/3 II/K II/1 II/2 II/3 III/K III/1 III/2 III/3 BOD (mg/L) 4,20 4,20 3,20 4,00 4,60 11,00 10,20 5,60 3,20 7,00 4,20 3,80 COD (mg/L) 23,00 23,00 8,00 16,00 16,00 78,00 54,00 31,00 8,00 54,00 23,00 16,00 DO (mg/L) 4,80 5,00 3,00 2,70 5,80 1,30 1,60 5,00 5,80 4,20 4,80 5,80 Warna ( TCU) 1 1 6 6 td 16 15 12 2 8 11 td

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)

Cr Total (mg/L) <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01

pH 6,10 7,60 7,50 7,20 6,40 6,87 7,00 6,83 6,33 6,83 6,93 7,10

Suhu (oC) 22,67 24,00 23,83 24,83 26,50 27,00 27,17 27,00 26,00 27,00 27,00 27,00

DHL (mS/cm) 0,17 0,17 0,16 0,16 0,55 0,41 0,51 0,38 0,34 0,42 0,44 0,39

TDS (mg/L) 120,33 117,00 117,33 115,00 364,00 295,00 344,67 274,00 240,60 288,63 307,30 273,00

Keterangan Tabel I/1 Hulu 1 I/2 Hulu 2 I/3 Hulu 3 I/K Kontrol Hulu II/1 Tengah 1 II/2 Tengah 2 II/3 Tengah 3 II/k Kontrol Tengah III/1 Hilir 1 III/2 Hilir 2 III/3 Hilir 3 III/K Kontrol Hilir

Cek Dam kemiri Cek Dam Kemiri Ringin Kidul Ringin Lor Karanganyar Mergangsan Karanganyar Mergangsan Sewon, Bangunharjo Sorowajan, Bangunharjo Bangunharjo, Sewon, Bantul Bangunharjo, Sewon Bantul Trimulyo, Jetis, Bantul Wonokromo, Bantul

Tabel-2 Hasil analisis tanah


Sampel I/1 I/2 I/3 I/K II/1 II/2 II/3 II/K III/1 III/2 III/3 III/K Cr-tot <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 0,39 0,84 0,74 0,04 0,07 0,26 0,44 0,05 (H2O) 5,61 5,93 5,90 5,90 6,58 5,91 5,84 6,91 6,02 4,77 5,89 5,84 pH (KCl) 5,14 5,65 5,52 5,64 6,16 5,12 5,15 6,75 5,71 4,72 5,33 5,70 DHL mS/cm 0,14 0,04 0,01 0,01 0,37 0,36 0,23 0,18 0,19 0,37 0,26 0,05 B.O % 13,19 12,83 14,85 10,21 17,16 15,13 16,45 20,79 8,80 9,72 12,91 16,80 Lempung % 0,77 3,46 1,57 3,16 5,75 15,56 16,94 11,50 2,21 1,13 8,75 5,84 Debu % 18,17 13,00 11,41 9,86 6,17 48,46 24,32 20,07 0,37 15,11 13,91 13,36 Pasir % 81,06 83,08 87,012 86,98 88,08 35,99 58,74 68,43 97,42 83,76 77,33 80,80

Baroto & Siradz. Kandungan Cr tanah dan air di DAS Code

99

Tabel-3 Pengamatan air dilapangan


Sampel pH 7,60 7,60 7,60 7,60 7,70 7,50 7,50 7,57 7,00 7,20 7,10 7,10 6,30 6,20 6,10 6,20 6,70 6,90 7,00 6,87 6,90 7,00 7,10 7,00 6,70 6,80 7,00 6,83 6,40 6,50 6,30 6,40 6,60 6,90 7,00 6,83 6,90 6,90 7,00 6,93 7,00 7,10 7,10 7,07 6,30 6,40 6,30 6,33 Suhu (OC) 24,00 24,00 24,00 24,00 23,50 24,00 24,00 23,83 24,50 25,00 25,00 24,83 23,00 23,00 22,00 22,67 27,00 27,00 27,00 27,00 27,00 27,00 27,50 27,17 27,00 27,00 27,00 27,00 26,50 26,50 26,50 26,50 27,00 27,00 27,00 27,00 27,00 27,00 27,00 27,00 27,00 27,00 27,00 27,00 26,00 26,00 26,00 26,00 DHL (mS/cm) 0,16 0,17 0,17 0,17 0,16 0,16 0,16 0,16 0,15 0,17 0,16 0,16 0,17 0,17 0,17 0,17 0,42 0,38 0,43 0,41 0,51 0,50 0,51 0,51 0,40 0,37 0,38 0,38 0,55 0,53 0,57 0,55 0,42 0,42 0,41 0,417 0,44 0,44 0,43 0,44 0,39 0,39 0,39 0,39 0,34 0,34 0,35 0,34 TDS (ppm) 120,00 110,00 121,00 117,00 118,00 117,00 117,00 117,33 117,00 109,00 119,00 115,00 123,00 117,00 121,00 120,33 290,00 298,00 297,00 295,00 352,00 344,00 338,00 344,67 278,00 280,00 264,00 274,00 364,00 366,00 362,00 364,00 290,00 286,00 289,00 288,30 307,00 307,00 308,00 307,30 273,00 272,00 274,00 273,00 239,00 240,00 243,00 240,60 Bau Rasa

I/1

Tidak Berbau

Tidak Berasa

I/2

Tidak Berbau

Tidak berasa

I/3

Tidak Berbau

Tidak Berasa

I/K

Tidak Berbau

Tidak Berasa

Berbau anyir Agak masam

II/1

II/2

Berbau anyir

Masam/anyir

II/3

Bau busuk/kecing

Rasa masam

II/K

Tidak Berbau

Tidak Berasa

III/1

Bau anyir/busuk

Rasa Anyir

III/2

Bau Anyir

Rasa Anyir

III/3

Sedikit bau kecing

Rasa Anyir

III/K

Tidak Berbau

Tidak Berasa

Tabel 4. Korelasi antar sifat air dan tanah


Parameter pH Air pH Suhu DHL TDS Warna DO BOD COD Tanah Cr BO pH KCl pH H2O DHL Pasir Debu Lempung 0,105 -0,227 0,110 0,365 0,875** 0,355 0,897** 0,998** 0,159 0,339 0,017 0,014 0,296 -0,215 -0,422 -0,291 0,519 0,040 0,537* 0,440 0,635* 0,258 0,027 0,077 -0,343 0,233 0,514 0,351 0,049 0,491 0,408 0,540* 0,344 0,200 0,250 0,459 0,356 0,590* 0,039 0,030 0,510 0,435 0,339 0,179 0,233 0,393 -0,446 -0,789** 0,336 0,715** 0,595* 0,785** 0,097 0,145 -0,720** - 0,014 0,241 -0,206 -0,163 -0,267 -0,152 0,200 -0,014 -0,647* 0,955** -0,309 0,030 0,063 0,472 0,172 0,116 0,092 0,339 0,268 0,187 -0,377 0,668** -0,057 0,576* 0,909** 0,057 -0,443 0,337 0,579* -0,225 0,199 -0,310 0,077 -0,093 -0,076 -0,387 -0,063 0,353 -0,970** 0,355 0,385 -0,855** 0,703** Suhu DHL TDS Air Warna DO BOD COD Cr BO pH KCl Tanah pH H2O DHL %Pasir %Debu

0,568* 0,696**

0,098 0,788** 0,749** 0,770**

0,671* 0,643* 0,720** -0,339 -0,094 -0,766** 0,296 0,048 0,684** 0,365 0,178 0,786**

(**) signifikan pada aras = 0,01 (*) signifikan pada aras = 0,05

You might also like