You are on page 1of 6

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR

SURVEY GEODESI

Agustus 2007

D E P A R T E M E N

P E K E R J A A N B I N A

U M U M

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA


D I R E K T O R A T T E K N I K
Jl. Pattimura No. 20 Gd. Sapta Taruna Lt. VI Keb-Baru Telp/Fax (021) 7251544 - 7247283 Jkt 12110

POS Survey Geodesi

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR SURVEY GEODESI

I.

Maksud Prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk melakukan pemetaan situasi sekitar lokasi jembatan terpilih. Ruang Lingkup Prosedur ini memuat survey topografi dilakukan sepanjang lokasi as jalan pada jembatan yang sesuai dengan rencana lokasi jembatan yang dikehendaki, pertimbangan lokasi jembatan didasarkan rekomendasi dari Studi Kelayakan.

II.

III. Acuan Dokumen kontrak IV. Pihak yang Terkait/terlibat A. Pemberi tugas (owner) B. Penyedia Jasa Team leader Geodetic Engineer Surveyor V. Prosedur A. Surat Ijin Survey 1. Pengajuan lokasi, jenis survey, jumlah dan waktu pelaksanaan survey oleh engineer kepada Team Leader untuk mendapatkan masukan dan persetujuan 2. Hasil persetujuan dari Team Leader, selanjutnya mengajukan ijin survey ke pemberi tugas berikut tanggal, jenis, jumlah dan lokasi pelaksanaan survey 3. Setelah persetujuan survey oleh pemberi tugas, selanjutnya pemberi tugas membuat surat pemberitahuan kepada instansi yang terkait dengan pelaksanaan survey yang akan dibawa oleh pelaksana survey B. Pelaksanaan Survey 1. Pekerjaan Perintisan : a. Pekerjaan perintisan berupa merintis atau membuka sebagian daerah yang akan diukur sehingga pengukuran dapat berjalan lancar. b. Peralatan yang dipakai untuk perintisan adalah parang, kampak dan sebagainya. c. Perintisan diusahakan mengikuti koridor yang telah diplot di atas peta topografi atau atas petunjuk Kepala Satuan Kerja / Project officer. 2. Pekerjaan pengukuran : a. Sebelum melakukan pengukuran harus diadakan pemeriksaan alat yang baik yang sesuai dengan ketelitian alat dan dibuatkan daftar hasil pemeriksaan alat tersebut. b. Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenal dan aman, dibuat titik tetap (BM) yang diambil dari titik triangulasi atau lokal. c. Awal dan akhir proyek hendaknya diikatkan pada titik- titik tetap (BM). d. Pekerjaan pengukuran topografi sedapat mungkin dilakukan sepanjang rencana as jalan (mengikuti koridor rintisan) dengan mengadakan pengukuranpengukuran tambahan pada daerah persilangan dengan sungai dan jalan lain sehingga memungkinkan diperoleh as jalan sesuai dengan standar yang ditentukan.
Subdit Teknik Jembatan Hal : 1/ 5

POS Survey Geodesi

1). Pengukuran Titik Kontrol Horizontal a). Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk polygon tertutup. b). Sisi polygon atau jarak antara titik polygon maksimal 100 meter diukur dengan peges ukur (meteran) c). Patok-patok untuk titik-titik polygon adalah patok kayu, sedang patokpatok untuk titik ikat adalah dari beton. d). Sudut-sudut polygon diukur dengan alatukur Theodolit jenis Wild-T2. e). Titik-titik ikat (BM) harus diukur sudutnya dengan alat yang sama dengan alat pengukuran polygon, jaraknya diukur dengan pegas (meteran) / jarak langsung, Ketelitian polygon adalah sebagai berikut: Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10 kali akar jumlah titik poligon. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5 Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal proyek, dan pada setiap jarak 5 km (kurang lebih 60 titik polygon) pada titik akhir pengukuran. Pengamatan matahari pada tiap titik dilakukan dalam 4 seri (4 biasa dan 4 luar biasa). 2). Pengukuran Titik Vertikal a). Jenis alat yang digunakan untuk pengukuran ketinggian adalah cukup dengan alat waterpass jenis NAK-2 atau yang setingkat. b). Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand dilakukan 2 (dua) berdiri alat, dengan perbedaan pembacaan maksimum 2 mm. c). Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam arti pembagian skala jelas dan sama. d). Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) pembacaan benang atas, tengah dan bawah. e). Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB), mempunyai kontrol pembacaan : 2BT = BA + BB f). Ketelitian pengukuran tidak boleh melampaui 10 kali akar D. g). Referensi leveling menggunakan referensi koordinat geografis. 3). Pengukuran Situasi a). Pengukuran situasi dilakukan dengan alat Tachimetri (To). b). Ketelitian alat yang dipakai adalah 10 c). Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus mencakup semua keterangan yang ada di daerah tersebut. d). Untuk tempat tempat jembatan atau perpotongan dengan jalan lain pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran khusus). e). Tempat-tempat sumber material jalan yang terdapat di sekitar jalur jalan perlu diberi tanda di atas peta dan dan di photo (jenis dan lokasi material). 4). Pengukuran Penampang Memanjang a). Pengukuran Penampang memanjang dilakukan sepanjang sumbu rencana jalan. b). Alat yang digunakan adalah jenis Theodolit atau alat ukur lain yang mempunyai ketelitian yang sama. 5). Pengukuran Penampang Melintang a). Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar dan landai di buat setiap 50 m dan pada daerah-daerah tikungan / pegunungan setiap 25 m. b). Pada daerah yang menikung, dari as jalan ke arah luar 25 m dan kearah dalam 75 m.
Subdit Teknik Jembatan Hal : 2/ 5

POS Survey Geodesi

c). Lebar pengukuran penampang melintang 50 m ke kiri dan ke kanan as jalan. d). Khusus untuk perpotongan dengan sungai / jalan dilakukan dengan ketentuan khusus (lihat pengukuran khusus). e). Alat yang digunakan adalah sejenis Wild To. 6). Pengukuran Khusus Jembatan a). Pengukuran situasi daerah sepanjang jembatan harus mencakup semua keterangan yang ada di daerah sepanjang jalan dan jembatan misalnya: ruamah, pohon, pohon pelindung jalan, pinggir jalan pinggir selokan, letak gorong-gorong serta dimensinya, tiang listrik, tiang telepon, batas-batas bangunan jembatan, batas sawah, batas kebun, arah aliran air dan lain sebagainya. b). Patok Km dan Hm yang ada pada tepi jalan harus diambil dan dihitung koordinatnya. Ini maksudnya untuk memperbanyak titik referensi pada penemuan kembali sumbu jalan yang direncanakan. c). Daerah yang diukur 200 meter panjang masing- masing oprit jembatan, 100 meter pada kiri dan kanan as jalan pada daerah sungai, 50 meter kiri dan kanan as jalan yang mencakup patok DMJ. d). Alat yang digunakan adalah sejenis Wild-To. 7). Pemasangan Patok Patok a). Patok beton dibuat dengan ukuran 15x15x60 cm dan harus dipasang pada awal / akhir 2 (dua) buah dan pada patok antara dipasang dengan interval 1 km dan berpotongan rencana jalan dengan sungai 2 buah seberang meneberang. b). Patok beton tersebut harus ditanam kedalam tanah sepanjang kurang lebih 45 cm (yang kelihatan di atas tanah kurang lebih 15 cm). c). Patok-patok (BM) diberi tanda BM dan Nomor Urut. d). Untuk memudahkan pencarian patok kembali, sebaiknya pada pohonpohon di sekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu misalnya . (nomor urut / 2003). e). Patok polygon maupun patok stasion diberi tanda cat kuning dengan tulisn hitam yang diletakan di sebelah kiri ke arah jalannya pengukuran. f). Khusus untuk profil memanjang titik-titiknya yang terletak di sumbu jalan diberi paku yang dilingkari cat kuning sebagai tanda. 8). Perhitungan dan Pengambaran Peta a). Perhitungan koordinat polygon utama didasarkan pada titik titik ikat yang dipergunakan. b). Penggambaran titik titik polygon harus didasarkan pada hasil perhitungan koordinat, tidak boleh secara grafis. c). Gambar ukur yang berupa gambar situasi dalam kertas millimeter dengan skala 1:1000 untuk situasi jalan, skala 1:500 untuk situasi jembatan. d). Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur begitu pula semua keterangan keterangan yang penting. Ketinggian titik tersebut perlu dicatumkan. C. Pelaporan Laporan Akhir Survey Tofografi harus mencakup sekurang-kurangnya pembahasan mengenai hal-hal berikut: 1. Data proyek. 2. Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap kota besar terdekat.
Subdit Teknik Jembatan Hal : 3/ 5

POS Survey Geodesi

3. 4. 5.

Kondisi morfologi sepanjang lokasi Kondisi badan jalan yang ada sepanjang trase jalan Batuan penyusun (stratigrafi) sepanjang trase jalan. Untuk peta penyebaran batuan disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan standar pewarnaan geologi dan diberi notasi 6. Hasil akhir pemeriksaan laboratorium dijadikan acuan untuk perbaikan hasil diskripsi secara visual. 7. Penyebaran jenis tanah sepanjang trase jalan. Untuk peta penyebaran tanah disiapkan dalam kertas kalkir ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan standar pewarnaan geologi dan diberi notasi. 8. Analisis perhitungan konstruksi timbunan dan stabilitas lereng. 9. Analisis longsoran sepanjang trase jalan 10. Sumber bahan konstruksi jalan (jenisnya dan perkiraan volume cadangan). 11. Gejala struktur geologi yang ada (kekar, sesar/patahan dsb.) beserta lokasinya. 12. Rekomendasi

VI.

Check List Kegiatan a. Penetapan lokasi surveyi pada peta dan jenis didiskusikan disetujui dan disetujui

Pihak yag terlibat b c d x x x

b. Persetujuan ijin, lokasi tanggal pelaksanaan survey

c. Pembuatan surat ijin survey ke disetujui instansi terkait d. Persiapan kebutuhan peralatan, dilakukan formulir dan personil e. Pelaksanaan survey sesuai lokasi yang ditentukan dilakukan Pengisian data ke formulir yang dilakukan sesuai Pengambilan sample dilakukan Pengambilan foto survey dilakukan f. Pengujian Laboratorium sampel dilakukan tanah g. Pembuatan laporan pelaksanaan survey Catatan: Pihak yang terkait adalah: a. Koordinator Survey Lapangan b. Engineer c. Team Leader d. Pemberi tugas dilakukan x x

x x x x x x x

Subdit Teknik Jembatan

Hal : 4/ 5

POS Survey Geodesi

Bagan Alir (Flowchart)

Engineer

Team Leader

Pemberi Tugas

Instansi terkait

Pengusulan Survey dan lokasi

memenuhi persyaratan

Pengajuan tanggal pelaksanaan survey

Pembuatan surat ijin ke instansi terkait

surat ijin ke instansi terkait

Pelaksanaan survey

Pengujuan sampel di laboratorium

Pembuatan Laporan

Subdit Teknik Jembatan

Hal : 5/ 5

You might also like