You are on page 1of 23

LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN KADAR GLUKOSA


Nama NIM Kelompok Asisten : Meity Jolanda K : H311 08 262 : 2 (Dua) : Nurlaida

Hari/Tgl. Praktikum : Senin/25 Oktober 2010

LABORATORIUM BIOKIMIA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2010 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Karbohidrat banyak terdapat di alam, diantaranya dalam bentuk pati, kapas, gula pasir, dan kayu. Karbohidrat adalah polihidroksi dari aldehida atau keton. Nama karbohidrat atau hidrat dari karbon adalah istilah yang dilontarkan pada masa awal dipelajarinya kimia karbohidrat. Banyak dari senyawa ini mempunyai bobot molekul kelipatan CH2O, misalnya C6H12O6 dan C5H10O5. Karbohidrat digolongkan menjadi monosakarida, disakarida, dan

polisakarida. Salah satu contoh monosakarida ialah glukosa. Glukosa merupakan senyawa penting di alam karena perannya yang penting dalam proses biologis. Glukosa merupakan molekul paling sederhana hasil hidrolisis dari semua karbohidrat dalam tubuh sebelum proses oksidasi. Glukosa dapat mereduksi ion kupri menjadi kupro sehingga reaksi ini dapat digunakan sebagai dasar di dalam penentuan glukosa dan dilakukan dengan berbagai metode antara lain: Luff Schrool, Munson-Walker, Lane-Eynon, dan Somogy-Nelson. Metode Somogy-Nelson didasarkan pada hasil reduksi ion kupri oleh glukosa (gula reduksi) dalam suasana basa dengan arsenomolibdat yang memberikan warna biru (molybdenium blue). Intensitas warna yang terbentuk bergantung pada konsentrasi glukosa. Absorbansi diukur pada panjang gelombang tertentu dengan spektrofotometer. Dengan menggunakan larutan standar maka konsentrasi glukosa dapat diketahui. Berdasarkan teori di atas maka dilakukanlah percobaan ini. 1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1

Maksud Percobaan Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

mempelajari teknik penentuan kadar glukosa dalam suatu .sampel dengan menggunakan metode Somogy-Nelson. 1.2.2 Tujuan Percobaan Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan kadar glukosa yang terkandung dalam sampel minuman M150 dengan metode SomogyNelson menggunakan spektofotometer. 1.3 Prinsip Percobaan Prinsip dari percobaan ini ialah penentuan kadar glukosa dalam sampel melalui reduksi ion Cu2+ oleh glukosa sehingga membentuk endapan merah bata Cu2O dengan penambahan arsenomolibdat akan membentuk warna biru yang kemudian akan ditentukan kadarnya melalui spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum. Nilai absorbansi yang diperoleh menunjukkan kadar glukosa dalam sampel.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata karbohidrat timbul karena rumus molekul senyawa ini dapat dinyatakan sebagai hidrat dari karbon. Contohnya, glukosa memiliki rumus molekul C6H12O6 yang dapat ditulis sebagai C6(H2O)6. Karbohidrat adalah polihidroksialdehid, polihidroksiketon, atau zat yang memberikan senyawa seperti itu jika dihidrolisis. Kimiawi karbohidrat pada dasarnya merupakan kimia gabungan dari dua gugus fungsi, yaitu gugus hidroksil dan gugus karbonil (Hart dkk., 2003). Karbohidrat atau sakarida adalah segolongan besar senyawa organik yang tersusun dari atom karbon, hidrogen, dan oksigen (Ratna dkk., 2010).

Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana. Kalau atom karbon dinotasikan sebagai bola berwarna hitam, okeigen berwarna merah dan hidrogen berwarna putih maka bentuk molekul tiga dimensi dari glukosa akan seperti gambar disamping ini. Banyak karbohidrat yang merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta bercabang-cabang (Ratna dkk., 2010). Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dan sumber tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan daging hewan. Selain itu, karbohidrat juga menjadi komponen struktur penting pada makhluk hidup dalam bentuk serat (fiber), seperti selulosa, pektin, serta lignin (Ratna dkk., 2010).

Karbohidrat terdapat dalam semua tumbuhan dan hewan dan penting bagi kehidupan. Lewat fotosintesis, tumbuhan mengonversi karbon dioksida atmosfer menjadi karbohidrat, terutama selulosa, pati, dan gula. Selulosa adalah blok pembangun pada dinding sel yang kaku dan jaringan kayu dalam tumbuhan, sedangkan pati adalah bentuk cadangan utama dari karbohidrat untuk nantinya digunakan sebagai makanan atau sumber energi. Beberapa tumbuhan (tebu dan bit gula) menghasilkan sukrosa. Gula lain, yakni glukosa, merupakan komponen penting dalam darah. Dua gula lainnya, ribosa dan 2-deoksiribosa, ialah komponen material genetik RNA dan DNA. Karbohidrat lain penting sebagai komponen koenzim, antibiotik, tulang rawan, cangkang krustasea, dinding sel bakteri, dan membran sel mamalia (Hart dkk., 2003). Karbohidrat sederhana dapat dipandang sebagai polihidroksi aldehida dan keton. Karbohidrat yang paling sederhana adalah monosakarida. Bila suatu gula mempunyai gugus aldehid, gula tersebut merupakan suatu aldosa. Namun, bila gula tersebut mempunyai gugus keto, gula tersebut merupakan suatu ketosa. Suatu monosakarida dikenali dari jumLah atom karbon yang dikandungnya.

Monosakarida yang paling banyak dijumpai dalam makanan kita adalah heksosa yaitu glukosa dan fruktosa (Bresnick, 1994). Berdasarkan jumlah monomer pembentuk suatu karbohidrat maka dapat dibagi atas tiga golongan besar yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida. Istilah sakarida berasal dari bahasa latin dan mengacu pada rasa manis senyawa karbohidrat sederhana. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana (Tim Dosen Kimia, 2008). Monosakarida merupakan karbohidrat sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan

cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbohidrat yang lain. Adapun beberapa monosakarida yang penting yakni glukosa, fruktosa, galaktosa dan pentosa (Poedjiadi, 1994). Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Dalam alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut fotosintesis dan menghasilkan glukosa yang digunakan untuk pembentukan amilum dan selulosa (Poedjiadi, 1994). Glukosa adalah gula yang mempunyai enam atom karbon dan dengan demikian disebut heksosa. Karbohidrat lima karbon dikenal sebagai pentosa dan selanjutnya. Kenyataan bahwa gugus karbonil adalah sebuah aldehida yang

ditunjukkan dengan menggolongkan glukosa sebagai aldoheksosa. Monosakarida yang amat penting yaitu D-glukosa sering dikenal sebagai dektrosa. (Pine, dkk., 1988). Bentuk terbuka heksosa berada pada keseimbangan dengan bentuk hemiasetal atau hemiketalnya. Glukosa mempunyai bentuk piranosa yang paling dominan dan kedua anomer dan telah diisolasi. Berdasarkan defenisi, bentuk isomer yang mempunyai C1-OH dan C5-C6. Siklisasi akan menghasilkan pusat asimetri baru. Anomer berbeda dalam sifat-sifat fisika dan rotasi optik. Dalam larutan kedua bentuk akan mencapai keseimbangan dan reaksi dapat diikuti dengan mengukur perubahan rotasi optik. Perubahan tersebut disebut mutarotasi (Sastrohamidjojo, 1996).

CHO H HO H H OH H OH OH CH2OH

D - glukosa Rumus proyeksi Fischer adalah cara umum untuk menggambarkan molekul monosakarida. Proyeksinya biasa digambar dengan sebuah rantai karbon vertikal dan gugus karbonil paling dekat dengan puncak (Pine, dkk., 1988). Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu(II) (Budiyanto, 2002). Glukosa dapat mereduksi ion kupri menjadi kupro sehingga reaksi ini dapat digunakan sebagai dasar di dalam penentuan glukosa dan dilakukan dengan berbagai metode antara lain : Luff Schrool, Munson-Walker, Lane-Eynon dan Somogy-Nelson. Metode Somogy-Nelson didasarkan pada hasil reduksi ion kupri oleh glukosa (gula reduksi) dalam suasana basa dengan arsenomolibdat yang memberikan warna biru. Intensitas warna yang terbentuk bergantung pada konsentrasi glukosa (Tim Dosen Biokimia, 2010). Nelson mencoba berbagai warna reagen, yang menyebabkan

pengembangan sebuah reagen arsenomolybdate baru. Ketika reagen ini digunakan dengan mikro reagen Somogyi, itu memberikan stabilitas memuaskan dan reproduksibilitas warna. Dengan ini berarti telah memungkinkan untuk

menggunakan reagen tembaga dalam prosedur fotometri untuk hampir semua digunakan untuk prosedur titrimetrik yang diadaptasi. Ini termasuk gula jaringan, glikogen, urin reduksi setara, maltosa, asam glukuronat, dll (Nelson, 1944).

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah reagen warna arsenomolibdat, larutan Nelson A, larutan Nelson B, glukosa monohidrat

(C6H1206.H2O), sampel cair (minuman M150), aquadest, kertas label, sabun, dan tissue roll 3.2 Alat Percobaan Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah spektronik 20 D+, neraca analitik digital, labu ukur 10 mL, pipet ukur 0,2 mL, pipet ukur 1 mL, pipet ukur 10 mL, pipet volume 1 mL, bulp, filler, mikro pipet, gelas piala 100 mL, sendok tanduk, batang pengaduk, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, penjepit tabung reaksi (gegep), penangas air, kuvet, oven, sikat tabung. 3.3 Prosedur Percobaan 3.3.1 Pembuatan Larutan Induk 1 mg/mL Ditimbang 0,011 g glukosa monohidrat, kemudian dimasukkan kedalam gelas piala 100 mL dan dilarutkan dengan sedikit aquadest lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL lalu diencerkan dengan aquadest hingga mencapai volume 10 mL. Kemudian larutan dihomogenkan. 3.3.2 Pembuatan Larutan Standar Dipipet larutan induk ke dalam 5 buah tabung reaksi sebanyak 0,02 mL pada tabung pertama, 0,03 mL pada tabung kedua, 0,04 mL, pada tabung ketiga 0,05 mL pada tabung keempat dan 0,06 mL pada tabung kelima berturut-turut untuk pembuatan larutan standar dengan konsentrasi 0,004 mg/mL; 0,006 mg/mL; 0,008 mg/mL; 0,010 mg/mL; 0,012 mg/mL. Setelah itu diencerkan dengan aquadest ke dalam masing-masing tabung reaksi hingga mencapai volume 5 mL. Kemudian larutan dihomogenkan. 3.3.3 Pembuatan Pereaksi Nelson

Dipipet larutan Nelson A sebanyak 20 mL ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 0,8 mL larutan Nelson B. Kemudian larutan dihomogenkan. 3.3.4 Pembuatan Larutan Sampel Dipipet larutan sampel sebanyak 0,1 mL ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan dengan aquadest hingga mencapai volume 10 mL. Kemudian larutan dihomogenkan. Setelah itu, dipipet lagi sebanyak 0,01 mL, dari hasil pengenceran pertama, ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan dengan aquadest hingga mencapai volume 1 mL. Kemudian larutan

dihomogenkan. Larutan sampel ini merupakan pengenceran 10000 kali. 3.3.5 Penentuan Kadar Glukosa Dipipet 1 mL dari setiap larutan standar kedalam 5 buah tabung reaksi. Kemudian ke lima buah tabung reaksi yang berisi 1 mL larutan standar dengan konsentrasi berturut-turut 0,004 mg/mL; 0,006 mg/mL; 0,008 mg/mL; 0,010 mg/mL; 0,012 mg/mL serta tabung reaksi yang berisi 1 mL larutan sampel dan 1 mL blanko (aquadest) masing-masing ditambahkan dengan larutan Nelson sebanyak 1 mL. Kemudian dimasukkan dalam penangas air selama 20 menit, lalu didinginkan dengan segera ke dalam air dingin. Setelah dingin, setiap tabung reaksi ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat lalu setiap deret standar, sampel dan blanko aquadest diencerkan dengan aquadest sampai volume 100 mL dan dihomogenkan lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi kembali. Setelah itu, diukur absorbansinya dengan spektronik 20 D+.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan Dari hasil percobaan diatas, maka diperoleh data absorbansi blanko, standar, dan sampel M150 sebagai berikut : No 1 Konsentrasi (mg/mL) 0,04 Absorban 0,01

2 3 4 5

0,06 0,08 0,1 Sampel

0,063 0,079 0,091 0,029

dan dari data tersebut, maka diperoleh nilai persamaan garis lurusnya : y = 1,295x - 0,029 sehingga konsentrasi glukosa dalam sampel minuman M150 dengan pengenceran 10000 kali adalah : y = 1,295x - 0,029 0,029 = 1,295x 0,029 1,295x = 0,029 + 0,029 1,295x = 0,058 x = 0,0581,295 x = 0,0448 mg/mL Jadi konsentrasi glukosa dalam sampel M150 adalah : = 0,0448 mg/mL faktor pengenceran = 0,0448 mg/mL 10000 = 448 mg/mL 4.2 Pembahasan Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu(II). Glukosa dapat mereduksi ion kupri menjadi kupro sehingga reaksi ini dapat digunakan sebagai dasar di dalam penentuan glukosa. Pada percobaan ini digunakan metode Somogy-Nelson dalam menentukan kadar glukosa. Proses yang terjadi pada metode ini yaitu oksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan reduksi ion kupri menjadi ion kupro. Yang digunakan sebagai

bahan dasar pembuatan larutan induk adalah glukosa monohidrat, dimana bahan tersebut dilarutkan dan diencerkan hingga konsentrasi larutan induk 1 mg/mL. Dari larutan induk tersebut dibuat deretan larutan sandar dengan konsentrasi 0,004 mg/mL; 0,006 mg/mL; 0,008 mg/mL; 0,010 mg/mL kemudian dilakukan penambahan penambahan larutan Nelson (berwarna biru) yang berfungsi sebagai pembawa ion kupri. Lalu dipanaskan yang bertujuan agar ion kupri tereduksi oleh gula pereduksi (glukosa) sehingga menjadi ion kupro dalam suasana basa. Setelah pemanasan dilakukan terbentuk endapan merah (Cu2O) yang memiliki warna yang semakin tua sesuai dengan konsentrasi glukosa yang terdapat dalam larutan. Larutan tersebut lalu didinginkan pada air dingin dan ditambahkan reagen arsenomolibdat, dimana reagen ini berfungsi sebagai khromatogen yang menyebabkan larutan berwarna kehijauan. Perbedaan mendasar antara khromatogen dengan indikator yaitu zat yang bertindak sebagai khromatogen ikut bereaksi dengan larutan sedangkan zat yang bertindak sebagai indikator tidak ikut bereaksi sehingga pada perlakuan tertentu, misalnya pemanasan dalam waktu tertentu, larutan dapat berubah menjadi tak berwarna. Hal yang berbeda terjadi pada larutan yang mengandung khromatogen. Sampel cair (M150) yang akan dihitung kadar glukosanya terlebih dahulu diencerkan dengan tujuan agar larutan tersebut dapat terbaca dalam alat spektofometer 20 D+ yang selanjutnya dapat masuk dalam kurva standar glukosa yang telah dibuat. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari percobaan diatas, maka diperoleh persamaan garis lurus dari deret standar yang telah diukur absorbannya pada alat spectronic 20D+ adalah y = 1,295x - 0,029, dan dari persamaan tersebut dapat diperoleh konsentrasi glukosa dalam sampel M150 adalah 448 mg/mL.

Dari grafik diperoleh nilai r = 0,876. Artinya dalam membuat deret standar, kurang teliti karena diperoleh nilai r yang kurang dari satu. Hal ini mungkin terjadi karena pada saat membuat deret standar kurang teliti dalam memipet dan mengencerkan deret standar. Hal ini juga disebabkan karena dalam membuat deret standar digunakan tabung reaksi dan bukan labu ukur. Hal ini akan sangat berpengaruh karena volume tabung reaksi sangat tidak teliti dibandingkan dengan labu ukur.

BAB V HASIL DAN KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh dari percobaan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kadar glukosa yang terdapat dalam sampel minuman M150 adalah 448 mg/mL. 5.2 Saran Saran untuk pecobaan adalah sebaiknya dalam membuat deret standar, digunakan labu ukur dan bukan tabung reaksi agar diperoleh nilai r yang baik dan hasil pengukuran yang diperoleh teliti.

DAFTAR PUSTAKA

Bresnick, S. D., 1994, Intisari Kimia Organik, diterjemahkan oleh Hadian Kotong, Lippincott Williams & Wilkins Inc. USA, 69. Budiyanto, M.A.K, 2002, Dasar- Dasar Ilmu Gizi, UMM Press, Malang Hart, H., Craine, L. E., dan Hart, J. D., 2003, Kimia Organik edisi kesebelas, diterjemahkan oleh Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta. Nelson, N., 1944, A Photometric Adaptation of The Somogyi Method For The Determination of Glucose, Journal of Biological Chemistry, 163, 375380. Pine, S. H., J., B., Hendrickson, D., J., Cram, dan G., S., Hammond, 1988, Kimia Organik 2 edisi keempat, diterjemahkan oleh Hamid A., ITB, Bandung. Poedjiadi, A., 2005, Dasar-Dasar Biokimia edisi revisi, UI-Press, jakarta. Ratna, dkk., 2010, Kegunaan Minyak Bumi, (online), (http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/kegunaan-minyak-bumi-2/, diakses tanggal 28 Oktober 2010 pukul 21.00).

Sastrohamidjojo, H., 1996, Sintesis Bahan Alam, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi, 2003, Analisa Bahan makanan dan Pertanian, Liberty Yogyakarta Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tim Dosen Biokimia, 2010, Penuntun dan Laporan Praktikum Biokimia, Laboratorium Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar. Tim Dosen Kimia, 2008, Kimia Dasar, MKU-IAD Universitas Hasanuddin, Makassar.

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 28 Oktober 2010 Asisten Praktikan

( NURLAIDA ) Lampiran 1. Bagan Kerja 1. Pembuatan Larutan Induk Glukosa monohidrat Hasil Ditimbang 0,011 g

( MEITY JOLANDA K )

Dilarutkan dengan aquadest hingga volume 10 mL Dihomogenkan

Dipipet

1. Pembuatan Larutan Standar Dipipet sebanyak 0,03 ml ke dalam tabung reaksi Ditambahkan aquadest sebanyak 4,97 ml

Dipipet

Dipipet sebanyak 0,05 ml ke dalam tabung reaksi

Dipipet sebanyak 0,06 ml ke dalam tabung reaksi

sebanyak 0,02 ml ke dalam tabung reaksi Ditambahkan aquadest sebanyak 4,98 ml

sebanyak 0,04 Larutan Induk ml ke dalam tabung reaksi Ditambahkan aquadest sebanyak 4,96 ml

Ditambahkan aquadest sebanyak 4,95 ml

Ditambah kan

Larutan Standar 0,004

Larutan Standar 0,006

Larutan Standar 0,008

Larutan Standar 0,010

Larutan Standar 0,012

1. Pembuatan Larutan Nelson Larutan Nelson A Larutan Nelson B Dipipet sebanyak 0,8 mL

Dipipet sebanyak 20 mL Larutan Nelson dihomogenkan

1. Preparasi Sampel

Larutan sampel cair (M150) Dipipet sebanyak 0,1 mL ke dalam tabung reaksi Ditambahkan aquadest sampai 10 mL Dihomogenkan

Hasil

Lalu dipipet lagi sebanyak 0,01 mL dan diencerkan sampai 1 mL Dihomogenkan

1. Penentuan Kadar Glukosa Larutan standar 0,006 Larutan standar 0,008 Larutan standar 0,010 Larutan Standar 0,014 Larutan sampel Blanko Aquadest )

Masing-masing diambilt sebanyak 1 mL kedalam tabung reaksi Ditambahkan dengan 1 mL larutan Nelson

Dipanaskan di atas penangas air selama 20 menit Didinginkan segera dengan air dingin hingga dingin Ditambahkan larutan arsenomolibdat 1 mL Diencerkan dengan aquadest sampai 100 mL Dihomogenkan Diukur absorbansinya dengan spektronik 20 D+ Hasil

Lampiran 2. Perhitungan A. Pembuatan Larutan induk 1 mg/mL Dik: M Volume Mr. Glukosa monohidrat Mr. Glukosa Dit: = 1 mg/mL = 10 mL = 198 gr/mol = 180 gr/mol

Massa glukosa monohidrat = ........?

Penyelesaian: M = Mr GlukosaMr Glukosa monohidrat x x mg10 mL 1 mg/mL = 180198 x mg = 11 mg B. Pembuatan Larutan Standar Dik: M1 = 1 mg/mL M2 = a. 0,004 mg/mL,

x x mg10 mL

b. 0,006 mg/mL, c. 0,008 mg/mL, d. 0,010 mg/mL, e. 0,012 mg/mL. V2 = 5 mL Dit: V1 = ........? untuk konsentrasi glukosa 0,004 mg/mL, 0,006 mg/mL, 0,008 mg/mL, 0,010 mg/mL dan 0,012 mg/mL.

Penyelesaian: a. Konsentrasi glukosa 0,004 mg/mL V1 . M1 V1 . 1 mg/mL V1 V akuades = = = = = V2 . M2 5 mL . 0,004 mg/mL 0,02 mL 5 mL 0,02 mL 4,98 mL

b. Konsentrasi glukosa 0,006 mg/mL V1 . M1 V1 . 1 mg/mL V1 V akuades = = = = V2 . M2 = 5 mL . 0,006 mg/mL

0,03 mL 5 mL 0,03 mL 4,97 mL

c. Konsentrasi glukosa 0,008 mg/mL V1 . M1 = V2 . M2 5 mL . 0,008 mg/mL 0,03 mL

V1 . 1 mg/mL = V1 =

V akuades

= =

5 ml 0,04 mL 4,96 mL

d. Konsentrasi glukosa 0,010 mg/mL V1 . M1 V1 . 1 mg/mL V1 V akuades = = = = = V2 . M2 5 mL . 0,010 mg/mL 0,05 mL 5 mL 0,05 mL 4,95 mL

e. Konsentrasi glukosa 0,012 mg/mL V1 . M1 V1 . 1 mg/mL V1 V akuades = = = = = A. Preparasi Sampel Pengenceran 10000 kali 0,110 = 10 0,1 = 9,9 mL aquadest V2 . M2 5 mL . 0,012 mg/mL 0,06 mL 5 mL 0,06 mL 4,94 mL

0,011 = 1 0,01 = 9,99 mL aquadest Faktor pengenceran = 100,1 10,01=10000 kali pengenceran B. Penyiapan Larutan Nelson Larutan Nelson A 25 20 mL : : : Larutan Nelson B 1 0,8 mL

Lampiran 3. Tabel dan Grafik Hasil Pengukuran Konsentrasi (mg/mL) 0,04 0,06 0,08 0,1 Absorban regresi 0,0228 0,0487 0,0746 0,1005

No 1 2 3 4

Absorban 0,01 0,063 0,079 0,091

You might also like