You are on page 1of 18

Oleh: 1. Abdulhafidz M 2. Adli Bulain 3. Akbar Anugrah S 4.

Allysa Khanza

(01) (02) (03) (04)

Karya sastra di Indonesia sejak tahun 1920 1950, yang dipelopori oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.

Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa MelayuTinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura.

Balai Pustaka merupakan suatu angkatan yang sangat berpengaruh kepada perkembangan perpustakaan baru terutama yang tertulis dengan huruf latin (Usman, 1979: 15). Hal itu tercermin dengan pindahnya pusat perhatian orang-orang yang berminat kepada kesusastraan ke Balai Pustaka (Jakarta) yang berpengaruh pada perkembangan bahasa dari bahasa melayu baru (yang banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa daerah dan bahasa surat kabar) kemudian menjelma menjadi bahasa Indonesia.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan munculnya angkatan Balai Pustaka maka telah membuka hati para penulis untuk mau memperlihatkan hasil karyanya yang dulunya menggunakan bahasa daerah kemudian beralih menggunakan bahasa Indonesia sebagai ungkapan rasa bangga berbangsa Indonesia. Saelainitu dengan munculnya angkatan Balai Pustaka maka telah membuka semangat dan kesadaran para penulis untuk mempersatukan daerah-daerahnya demi keutuhan bangsa Indonesia.

Balai Pustaka mempunyai tujuan untuk memberikan konsumsi berupa bacaan kepada rakyat yang berisi tentang politik pemerintahan kolonial, sehingga dengan hal itu Balai Pustaka telah memberikan informasi tentang ajaran politik kolonial. Berdasarkan penyataan tersebut maka dengan didirikannya Balai Pustaka telah memberikan manfaat kepada rakyat Indonesia karena sastra Indonesia menjadi berkembang.

Menggunakan bahasa Indonesia yang masih terpengaruh bahasa melayu Persoalan yang diangkat persoalan adat kedaerahan dan kawin paksa Dipengaruhi kehidupan tradisi sastra daerah/lokal Cerita yang diangkat seputar romantisme

1.

2.

3.

4.

Sebagian besar sastra angkatan Balai Pustaka mengambil tema masalah kawin paksa (Menurut masyarakat perkawinan itu urusan orang tua, pihak orang tua berkuasa sepenuhnya untuk menjodohkan anaknya). Latar belakang sosial sastra angkatan Balai Pustaka berupa pertentanga paham antara kaum muda dengan kaum tua. Kita bisa mengaambil contoh novel Salah Asuhan, Si Cebol Rindukan Bulan, yang memiliki kecenderungan simpati kepada yang lama, bahwa yang baru tidak semuanya membawa kebaikan. Unsur nasionalitas pada sastra Balai Pustaka belum jelas. Pelaku-pelaku novel angkatan Balai Pustaka masih mencerminkan kehidupan tokoh-tokoh yang berasal dari daerah-daerah Peristiwa yang diceritakan saesuai dengan realitas kehidupan masyarakat.

5.

6.

7.

8.

Analisis psikologis pelakunya belum dilukiskan secara mendalam. Sastra Balai Pustaka merupakan sastra bertendes dan bersifat didaktis yaitu lebih cenderung pada sesuatu khususnya mengenai permasalahan diatas sehingga terlihat seolaholah karyanya hanya itu-itu saja/monoton. Bahasa sastra Balai Pustaka adalah bahasa Indonesia pada masa permulaan perkembangan yang pada masa itu disebut bahasa melayu umum. Genre sastra Balai Pustaka berbentuk novel, sedangkan puisinya masih berupa pantun dan syair

NUR SUTAN ISKANDAR


Nur Sutan Iskandar dilahirkan tanggal 3 November 1893 di Sungai Batang, Maninjau, Sumatra Barat. Setelah beristri ia diberi gelar Sutan Iskandar. Pendidikannya adalah Sekolah Melayu kelas II di Maninjau tamat tahun 1908. Ia menjadi guru sekolah desa di sungai batang dan setelah itu menjadi guru bantu di Muara Beliti (Palembang). Pada tahun 1914 ia dipindahkan ke sekolah kelas II di Padang.

Selanjutnya berturut-turut kedudukannya adalah menjadi korektor Balai Pustaka, Redaktur Kepala pada Balai Pustaka. Dosen Bahasa Indonesia pada Fakultas Sastra di Universitas Indonesia Jakarta. Kiranya semua orang akan sependapat kalau dikatakan bahwa Nur Sutan Iskandar adalah orang yang sangat setia kepada karyanya, yakni mengarang. Bahasanya amat lancar dan terjaga dengan baik. Dengan sangat teliti ia menggambarkan lokasi cerita, hinggga mampu membuat karyanya sangat menarik.

Adapun karyanya antara lain : A. Neraka Dunia (Novel 1937) B. Cinta Tanah Air (Novel 1944) C. Perjalanan Hidup ; Perjuangan Srikandi Irian Barat untuk Kemerdekaan (1962) D. Gudang Intan Nabi Sulaiman (1929, dari Ridder Hanggard) E. Tiga Panglima Perang (1922, saduran dari Alexander Dimas) F. Abunawas (1929)

MARAH RUSLI
Seorang bangsawan yang lahir di Padang pada tahun 1889 dan meninggal pada tanggal 17 Januari 1968. Ia menjadi dokter hewan beberapa lama di Sumbawa dan terakhir di Semarang. Roman Siti Nurbaya merupakan roman karya Marah Rusli yang paling populer pada Angkatan Balai Pustaka, bahkan pada zaman Belanda roman itu dicantumkan sebagai buku pelajaran di AMS, Yogyakarta.

Marah Rusli dianggap sebagai salah seorang pelopor atau pengakhir zaman kesusasteraan lama. Persoalan yang dikemukakan di dalam bukunya bukan hal-hal yang istana sentris lagi dan bukan hal-hal yang bersifat fantasi belaka, melainkan lukisan realitas masyarakat.

Adapun karangan Marah Rusli yang lain adalah : A. Anak dan Kemenakan (roman 1956) B. La Hami (roman sejarah di Pulau Sumba) C. Siti Nurbaya (1922)

Abdul Muis
Abdul Muis dilahirkan di Bukittingi 3 Juli 1886. Ia meninggal pada tahun 1959 di Bandung. Pendidikannya adalah Stovia tetapi tidak tamat. Kemudian menjadi wartawan dan pemimpin Serikat Islam, serta giat dalam gerakan untuk memperoleh otonomi yang lebih besar bagi Hindia (Indies) sepanjang Perang Dunia I.

Sebagai penulis, penerjemah, dan wartawan, dia hidup secara tidak menonjol di Jawa Barat hingga meninggalnya. Romannya yang paling terkenal adalah Salah Asuhan. Roman ini sangat menarik karena temanya dan cara pengarang mengungkakan tema itu. Selain itu, roman ini menarik karena keterusterangannya dalam membicarakan masalah diskriminasi ras (keturunan bangsa) dan masalah sosial, serta yang lebih menarik lagi karena persoalan ini diungkap karya sastra.

Adapun karya-karya Abdul Muis yang lain adalah : a. Surapati (roman sejarah,1950) b. Putri Umbun-Umbun Emas (1950) c. Robert Anak Surapati (roman sejarah 1952) d. Suara Kakaknya (cerpen) e. Daman Brandal Sekolah Gudang (roman kanak-kanak)

TERIMA

KASIH :D

You might also like