You are on page 1of 6

Pengukuran Tinggi Fundus Uteri Tinggi fundus uteri adalah tinggi puncak tertinggi rahim sesuai usia kehamilan.

Biasanya pengukuran ini dilakukan saat pemeriksaan abdomen ibu hamil tepatnya saat melakukan Leopold 1. Dari pengukuran TFU dapat diketahui taksiran usia gestasi dan taksiran berat badan janin. Pengukuran TFU menggunakan jari pemeriksa sebagai alat ukurnya, namun kelemahannya tiap orang memiliki ukuran jari yang berbeda. TFU lebih baik diukur menggunakan metylen dengan satuan cm, ujung metylen ditempelkan pada simfisis pubis sedangkan ujung lain ditempelkan di puncak rahim. a. TFU untuk mengetahui tafsiran usia kehamilan (UK) Jika fundus belum melewati pusat : UK(minggu) = hasil ukur + 4 Jika fundus sudah melewati pusat : UK(minggu) = hasil ukur + 6 Umur Kehamilan (minggu) 12 16 20 24 28 32 36 40 TFU 3 jari diatas simfisis simfisis-pusat 3 jari dibawah pusat Setinggi pusat 3 jari diatas pusat Setengah pusat-processus xifoideus Setinggi processus xifoideus 4 cm dibawah processus xifoideus Cm

20 23 26 30 33

Hasil pengukuran TFU pasien adalah 26 cm pada usia kehamilan 31 minggu. Seharusnya usia gestasi 31 minggu TFU nya adalah 30 cm. Hal ini berarti bahwa TFU pasien tidak normal b. TFU untuk mengetahui tafsiran berat janin (TBJ) TBJ (gram)= (TFU-12 cm) x 155 gram Yang dapat dibuat bervariasi berdasarkan turunnya bagian terendah panggul Bagian Terendah Pengukuran Hodge I Hodge II Hodge III (TFU-13) x 155 gram (TFU-12) x 155 gram (TFU-11) x 155 gram

TFU 26 cm TBJ = (TFU-13) x 155 = (26-13) x 155 = 2015 gram Sedangkan TBJ menurut TFU normal UK 7 bulan adalah:

TBJ = (TFU-13) x 155 = (30 13) x 155 = 2635 gram Berdasarkan hasil anamnese pasien, diketahui bahwa TBJ yang dihitung pada pemeriksaan kehamilan yang dilakukan pasien sebelum ini (tanggal 13 Oktober 2010 lalu) adalah 1,3 kg. Jadi Nampak jelas bahwa janin yang dikandung ibu tersebut kemungkinan mengalami retardasi pertumbuhan dan tidak menutup kemungkinan pula bila gangguan ini tidak ditangani dengan baik, janin dapat lahir dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)

Berat Bayi Lahir Rendah

2.1 Definisi Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir 2.2 Epidemiologi Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (1,2). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% . 2.3 Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (3). (1) Faktor ibu a. Penyakit Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain b. Komplikasi pada kehamilan. Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, preeklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm. c. Usia Ibu dan paritas Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia d. Faktor kebiasaan ibu Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika. (2) Faktor Janin Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom. (3) Faktor Lingkungan Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosioekonomi dan paparan zat-zat racun (4,7). 2. 4 Komplikasi:

Hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindroma gawat nafas, paten duktus arteriosus, infeksi, perdarahan intraventrikular, apnea of prematurity, anemia Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi BBLR: Gangguan perkembangan, gangguan pertumbuhan, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, penyakit paru kronis, kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit, kenaikan frekuensi kelainan bawaan. 2.5 Diagnosis: Mengetahui bayi mengalami BBLR dapat dilakukan dengan cara anamneses, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. 2.5.1 Anamnesis Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR (3): a. b. c. d. e. f. g. h. Umur ibu Riwayat hari pertama haid terakir Riwayat persalinan sebelumnya Paritas, jarak kelahiran sebelumnya Kenaikan berat badan selama hamil Aktivitas Penyakit yang diderita selama hamil Obat-obatan yang diminum selama hamil

2.5.2 Pemeriksaan Fisik Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain: a. b. c. Berat badan janin Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).

2.5.3 Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (3): a. b. c. Pemeriksaan skor ballard Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah. d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas. e. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <>

2.6 Penatalaksanaan/ terapi 2.6.1 Medikamentosa a. b. c. Pemberian vitamin K1 Injeksi 1 mg IM sekali pemberian Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 310 hari, dan umur 4-6 minggu) 2.6.2 Diatetik Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama (6): Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.

Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu. Referensi: http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi-berat-lahir-rendah-bblr/ . Berat Bayi Lahir Rendah. 2010 Modul ANC

You might also like