You are on page 1of 22

PENDAHULUAN

Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik. Kanker paru adalah pembunuh nomor satu diantara pria di USA. Namun, kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita dibanding pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita. Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Sebagai akibat, angka survival pasien kanker paru adalah rendah. Bukti-bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul ditempat jaringan parut sebelumnya (tuberculosis, fibrosis) dalam paru. Sebagian besar kanker paruparu berasal dari sel-sel di dalam paru-paru; tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru. Kanker paru-paru merupakan kanker yang paling sering terjadi, baik pada pria maupun wanita Dugaan meningkat pada mereka yang merupakan bagian dari kelompok resiko tinggi yaitu, apakah pasien merokok, apakah pasien telah terpapar dengan suatu bahan berbahaya dalam pekerjaannya, dan pernakah pasien menderita fibrosis paru kronis. Kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika merokok dihilangkan. Di Amerika Serikat Kanker Paru adalah penyebab kematian kedua diantara semua macam kanker. Kanker Paru bahkan menyebabkan kematian melebihi kanker payudara, kanker prostat dan kanker usus besar, apabila kematian ketiga macam kanker ini bersamasama dihitung. Keganasan di rongga thorak mencakup kanker paru, tumor mediastinum, metastasis tumor paru dan keganasan di pleura. Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) maupun metastasis tumor di paru.

TINJAUAN PUSTAKA

I.

DEFINISI Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal. Tumor jinak atau Noduler Paru biasanya tidak menyebabkan suatu gejala atau tanda-tanda, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan foto toraks atau CT, namun bisa menyebabkan bersin, batuk, batuk darah, nafas pendek, dan panas apabila mengalami infeksi. Penentuan suatu Tumor benign atau suatu kanker ganas stadium awal adalah penting sekali karena mempengaruhi prognosis atau kesembuhan dari penderitanya. Kanker Paru adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel paru yang tidak terkontrol. Apabila tidak diobati dan dibiarkan maka pertumbuhan sel Paru akan berkembang dan menyebar keluar Paru.

II. ETIOLOGI Seperti kanker pada umumnya penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui secara pasti, tapi paparan dan inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan factor penyebab utama disamping adanya factor lain seperti kekebalan tubuh, genetic, dan lain-lain. Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombarg dan Doering (1928), telaj melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok dan yang tidak merokok. Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru pada pria dan 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10% -15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat kerja. Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard, dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok.

Peranan polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru maih belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga. Kadang kanker paru-paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru yang lain seperti tuberculosis dan fibrosis. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru-paru. Efek rokok bukan saja menyebabkan kanker paru, tapi dapat juga menyebabkan kanker pada organ lain seperti mulut, laring, esophagus. Etiologi lain dari kanker paruparu yang pernah dilaporkan adalah: 1. Yang berhubungan dengan paparan zat karsinogen, seperti: Asbestos, sering menyebabkan mesotelioma Radiasi ion pada pekerja tambang uranium Radon, arsen, kromuim, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida.

2. Polusi Udara. Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak polusi udaranyadibandingkan yang tinggal di daerah rural. 3. Genetik. Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperanan dalam kanker paru-paru, yakni: Proto oncogen, Tumor suppresser gene, Gene encoding enzyme. 4. Diet. Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru-paru. III. KLASIFIKASI KLASIFIKASI PATOLOGI Klasifikasi patologi umumnya untuk menentukan terapi dan prognosis. a) Kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) Sekitar 20% dari tumor ganas paru adalah karena karsinoma sel kecil. Pada presentasinya, karsinoma sel kecil hampir selalu bermetastasis ke nodul limfatikus atau ke tempat yang jauh, oleh karena itu tatalaksana tumor jenis ini adalah kemoterapi kombinasi

b) Kanker paru sel tidak kecil (non small cell lung cancer, NSCLC) Karsinoma paru yang bukan merupakan karsinoma small cell dikelompokan menjadi satu karena prognosis serta tatalaksana kanker jenis ini serupa. Ada tiga tipe utama yaitu karsinoma paru sel skuamosa, adenokarsinoma, dan karsinoma paru sel besar. KLASIFIKASI HISTOLOGI Kanker paru dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe histology. Klasifikasi mempunyai dampak yang penting bagi manajemen klinis serta prognosis dari penyakit. Kebanyakan tipe kanker paru adalah karsinoma (malignansi yang berasal dari sel-sel epitel). Dua tipe histology yang paling sering ditemukan dari karsinoma paru dikategorikan berdasarkan ukuran dan tampilan dari sel-sel malignan yang terlihat di bawah mikroskop adalah karsinoma paru non small cell dan karsinoma paru small cell. Tipe non small cell adalah jenis dengan prevalensi hingga saat ini. Frekuensi dari tipe histology kanker paru:

Berdasarkan Asal Jaringan Lebih dari 90% kanker paru berasal dari bronkus, hingga kanker ini disebut karsinoma bronkogenik yang terdiri dari: 1. Karsinoma sel skuamos 2. Karsinoma sel kecil 3. Karsinoma sel besar 4. Adenokarsinoma paru Karsinoma sel alveolar berasal dari alveoli di dalam paru-paru. Kanker ini bisa merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih dari satu daerah di paru-paru.

Tumor paru yang lebih jarang terjadi adalah: 1. Adenoma (bisa ganas, bisa jinak) 2. Hamartoma kondromatous (jinak) 3. Sarkoma (ganas) Limfoma merupakan kanker dari sistem getah bening, yang bisa berasal dari paruparu atau merupakan penyebaran dari organ lain. Banyak kanker yang berasal daritempat lain menyebar ke paru-paru. Biasa kanker ini berasal dari payudara, usus besar, prostat, ginjal, tiroid, lambung, leher rahim, rektum, buah zakar, tulang, dan kulit. Pancoast tumor adalah suatu tumor ganas pada sulcus superior paru berupa massa yang tumbuh pada dinding dada atau menyerang daerah apikal dari dinding dada. Pancoast tumor lebih jarang terjadi daripada tumor ganas paru lainnya. Pancoast tumor berkisar 1-3% dari semua kasus tumor ganas paru. Permasalahan utama pancoast tumor adalah keterlambatan dalam menegakan diagnosis, karena dalam stadium awal tidak dapat terlihat kelainan pada foto toraks serta mempunyai kemiripan gejala dengan penyakit otot dan saraf lainnya. Lebih dari 95% pancoast tumor adalah jenis non small cell carcinoma, dimana jenis yang paling sering terjadi adalah squamous cell carcinoma dan adenokarsinoma. Jenis small cell carcinoma terjadi pada sekitar 5% dari kasus pancoast tumor. Karsinoma sel skuamous Disebut squamous cell carcinoma dalam bahasa Inggris atau SCC, jenis kanker ini bisa terjadi di dalam saluran bronkus utama. Umumnya terjadi perkembangan keratin dan mutiara keratin. Adenokarsinoma paru Adenokarsinoma paru tercatat terjadi sekitar 30%-45% dan nampaknya akan terus mengalami peningkatan. Kasus adenokarsinoma paru biasanya terjadi pada organ paru dan lebih sering terjadi pada wanita daripada pada pria, dengan kecendrungan metatasis pada daerah awal di sekitar nodus limfa dan otak. Memperlihatkan susunan seluler seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Penderita adenokarsinoma paru biasanya memiliki riwayat penyakit paru intertitial kronis, sperti skleroderma, penyakit reumatoid, sarkoidosis, pneumonitis intertitial, tuberkulosis, infeksi paru berulang atau penyakit paru yang disertai nekrosis. Hal ini menyebabkan adenokarsinoma sering disebut scar carcinoma.

Adenokarsinoma bronkoalveolar Sebuah subtipe adenokarsinoma paru dengan tingkat kejadian sekitar 2%-4% dari total kejadian kanker paru, sering dikaitkan dengan beberapa penyakit paru yang berakibat pada fibrosis paru, seperti pneumonia, fibrosis paru idiopatik, granulomata, asbestosis, alveolitis dengan fibrosis, skleroderma, dan penyakit Hodgkin. Tempat terjadinya kanker ini masih terjadi perdebatan. Namun, kemungkinan telah diperkecil antara populasi sel Clara atau pneumosit tipe II yang merambat sepanjang alveolar septa. Karsinoma sel besar Kanker ini memiliki tingkat kejadian sekitar 9%. Tumor memiliki ciri sel yang cukup besar dengan inti sel yang besar. Belum ditemukan diferensiasi grandular dan skuamus. Cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh. Karsinoma sel kecil Seperti tipe sel skuamosa biasanya terletak di tengah dosekitar percabangan utama bronki. Tidak seperti kanker paru lain, jenis tumor ini timbul dari sel-sel kulchitsky, komponen normal epitel bronkus. Gambaran mikroskopis menunjukan terbentuk dari sel-sel kecil (sekitar 2 kali ukuran limfosit) dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Sel-sel ini menyerupai biji oat. Prognosis dari karsinoma ini yang paling buruk dibandingkan dengan yang lain (sel kecil memiliki pembelahan yang tercepat). IV. MANIFESTASI KLINIS Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukan gejala klinis. Bila sudah menampakan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Manifestasi klinis karsinoma bronkogenik beraneka ragam, dapat dibagi atas: 1. Manifestasi Lokal Kanker Paru (Intrapulmonal Intratorakal): - Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengan/tanpa produksi sputum. Produksi sputum yang berlebih merupakan suatu gejala karsinoma sel bronkoalveolar (bronchoalveolar cell carcinoma). Susah bernafas (dyspnea) dan penurunan berat badan juga sering dikeluhkan oleh pasien kanker paru - Hemoptisis (batuk darah) merupakan gejala pada hampir 50% kasus - Nyeri dada juga umum terjadi dan bervariasi mulai dari nyeri pada lokasi tumor atau nyeri yang lebih berat oleh karena adanya invasi ke dinding dada atau mediastinum

- Susah bernafas (dyspnea) dan penurunan berat badan juga sering dikeluhkan oleh pasien kanker paru - Pneumonia fokal rekuren dan pneumonia segmental mungkin terjadi karena lesi obstruktif dalam saluran nafas - Mengi unilateral dan monofonik jarang terjadi karena adanya tumor bronkial obstruksi. Stridor dapat ditemukan bila trakea sudah terlibat 2. Gejala intratorasik ekstrapulmoner Penyebaran tumor ke mediastinum akan menekan atau merusak struktur-struktur di dalam mediastinum dengan akibat antara lain: -

n. phrenicus : parese/paralise diafragma n. Laringeus recurrens : menyebabkan suara serak dan paralisis pita suara kiri saraf simpatik superior : sindroma Horner kompresi esophagus : disfagia yaitu nyeri kepala, wajah sembab/plethora, lehar edema dan kongesti, pelebaran vena-vena dada

- vena cava superior: akan menunjukkan suatu sindroma vena kava superior,

Trakea/bronkus : sesak Jantung : gangguan fungsional, terjadi efusi perikardial

3. Gejala intratorasik non-metastatik Dapat dibagi atas: Manifestasi neuromuskular, berupa neuropatia karsinomatosa terdiri dari miopati, neuropati perifer, degenerasi serebellar subakut, ensefalomiopati, dan mielopati nekrotik. Insiden ini terdapat pada 4-15% kasus. Manifestasi endokrin metabolik, dapat berupa sindrom Cushing, sindroma karsinoid, hiperparatiroid dengan hiperkalsemia, sekresi ADH dengan akibat hiponatremi, sekresi insulin dengan akibat dapat terjadi hipoglikemia, ginekomastia karena peningkatan sekresi gonadotropin, hiperpigmentasi kulit karena sekresi MSH. Manifestasi jaringan ikat dan tulang, yang paling terkenal yaitu hypertropic pulmonary osteoarthropathy, gejala ini dihubungkan dengan peningkatan growth hormone yang imunoreaktif dalam plasma. Manifestasi vaskuler dan hematologik, tidak begitu sering didapatkan, sering dalam bentuk migratory trombophlebitis, purpura, dan anemia.

4. Manifestasi Ekstratorakal Metastasis Karsinoma bronkogenik adalah satu-satunya tumor yang mampu berhubungan langsung dengan sirkulasi arterial, sehingga kanker tersebut dapat menyebar hampir pada semua organ, terutama otak, hati, dan tulang. Keterlibatan organ-organ ini dapat menyebabkan nyeri local. Penurunan berat badan >20% dari berat badan sebelumnya (bulan sebelumnya) sering mengindikasikan adanya metastasis. Pasien dengan metastasis ke hepar sering mengeluhkan penurunan berat badan. Metastasis ke tulang dapat terjadi ke tulang mana saja namun cenderung melibatkan tulang iga, vertebra, humerus, dan tulang femur. Bila terjadi metastasis ke otak, maka akan terdapat gejala-gejala neurologi, seperti confusion, perubahan kepribadian, dan kejang. Kelenjar getah bening supraklavikular dan servikal anterior dapat terlibat pada 25% pasien dan sebaiknya dinilai secara rutin dalam mengevaluasi pasien kanker paru. 5. Gejala sistemik Anoreksia, berat badan menurun lebih dari 4 kg dalam kurun waktu 6 bulan, di RSUD dr. Soetomo, gejala penurunan berat badan ini mencapai 53,1%. Pancoast Tumor Walaupun pancoast tumor adalah tumor paru-paru, namun ia jarang menimbulkan gejala yang berhubungan dengan paru-paru (batuk, batuk berdarah, dan sesak nafas) karena letaknya di daerah perifer paru. Apabila gejala tersebut terjadi pada orang dengan pancoast tumor, maka prognosa orang tersebut sangat buruk. Gejala-gejala yang biasanya terjadi pada Pancoast Tumor yaitu: Pada awalnya terasa nyeri yang hebat pada bahu, kemudian menjalar ke daerah axilla, scapula, hingga distribusi N.ulnar dari lengan atas ,siku,dan akhirnya sampai pada permukaan lengan bawah dan jari manis tangan. Nyerinya biasanya berlangsung terus menerus dan tidak berhenti-henti, sehingga membutuhkan obat bius untuk mengurangi rasa nyerinya. Bila tumor meluas ke rantai simpatis maka Sindroma Horner akan terjadi pada sisi ipsilateral dari wajah dan extremitas atas. Gejala-gejala dari sindroma horner adalah ptosis (kesulitan dalam mengangkat kelopak mata), miosis pupil ( pupilnya mengecil oleh karena kontraksi pupil), dan anhidrosis ( kulit yang kering karena kurangnya sekresi kelenjar keringat).

Otot dari tangan menjadi lemah dan atrofi. Iga pertama dan kedua atau tulang belakang bisa dilibatkan oleh penyebaran tumor sehingga menyebabkan rasa nyerinya menjadi semakin hebat. Sindroma vena cava juga dapat terjadi walaupun jarang ditemukan. Sindroma vena cava menyebabkan sesak nafas, wajah dan extremitas atas menjadi bengkak.

V. DIAGNOSA Melakukan suatu pemeriksaan radiologis dada adalah langkah pertama jika pasien melaporkan gejala-gejala yang menimbulkan kecurigaan akan adanya suatu kanker paru. Pemeriksaan ini mungkin mengungkapkan adanya massa yang jelas, pelebaran mediastinum (sugestif dari penyebaran ke limfonodus yang ada di sana), atelektasis (kolaps), konsolidasi (pneumonia), atau efusi pleura. Jika tidak ada temuan radiografi tapi kecurigaan akan adanya kanker tinggi (seperti perokok berat dengan sputum bercampur darah), bronkoskopi dan/atau CT-Scan mungkin menyediakan informasi yang dibutuhkan. Bronkoskopi atau biopsi yang dipandu CT-Scan sering digunakan untuk mengidentifikasi tipe tumor temuan abnormal. Pada pasien dengan Pancoast tumor dapat ditemukan Sindroma Horner oleh karena paralysis saraf simpatis ,yaitu Ptosis (kesulitan dalam mengangkat kelopak mata), miosis pupil (pupilnya mengecil oleh karena kontraksi pupil), dan anhidrosis ( kulit yang kering karena kurangnya sekresi kelenjar keringat). a) Deteksi dini Pada tahun 1999, di AS diduga didapati 94.000 kasus baru kanker paru pada pria dan 77.600 pada wanita, 658.900 penderita meninggal karena kanker paru. Melihat besarnya populasi yang menderita kanker paru maka tindakan deteksi dini untuk mengetahui adanya kanker paru berupa skrinning (penyaringan) perlu dilakukan. Sasaran penyaringan penderita dengan risiko kanker paru yang tinggi, yaitu: Pria, survey epidemiologi kanker paru berdasarkan jenis kelamin pada umumnya melaporkan bahwa perbandingan kasus pria dan wanita sebesar 5:1, di Surabaya 39:8. Umur > 40 tahun, survei epidemiologi kanker paru pada umumnya melaporkan bahwa kurang lebih 90% kasus didapatkan pada penderita di atas usia 40 tahun. Di AS 90% berusia diatas 40 tahun sedang angka di Surabaya 84,4%. Perokok, beberapa data epidemiologik perihal rokok yang sudah banyak dilaporkan. Makin banyak merokok/hari (>20 batang/hari) dan makin lama

merokok (>10-20 tahun) serta kebiasaan inhalasi dalam, penyalaan kembali puntung rokok, akan mempertinggi risiko terkena kanker paru sebanyak 4-120 kali. Bekerja atau berhubungan dengan asbestos (paparan asbestos akan meningkatkan risiko 4-5 kali atau lebih banyak lagi hingga 100 kali jika individu yang terpapar juga seorang perokok); uranium, arsenikum, nikel, coal, tar, petroleum oil, gas mustard. Ada riwayat penyakit paru interstitial, penyakit paru kronis obstruktif Pasien dengan infeksi HIV dan memiliki riwayat merokok dapat terkena kanker paru pada usia relatif muda (<50 tahun). Risiko terkena kanker paru pada pasien ini meningkat 6,5 kali. Mempunyai gejala klinik yang berhubungan dengan kanker paru, batuk-batuk darah, penurunan berat badan lebih dari 4 kg/6 bulan, stridor unilateral, batuk yang hebat serta lama atau batuk rokok (smokers cough) b) Penyaringan (skrinning) Untuk penyaringan (skrinning) dilakukan pemeriksaan sitologi dan foto thoraks, karena kedua pemeriksaan ini saling melengkapi (komplementer). Sitologi sering lebih peka untuk kanker paru yang letaknya sentral, sedangkan foto toraks lebih baik untuk kanker yang letaknya perifer. Interval penyaringan dianjurkan tiap 6 bulan sekali. Hal ini berdasarkan hasil dari Mayo Lung Project yang melaporkan bahwa survival rate meningkat bila kurun waktu antara foto toraks yang negatif dengan foto toraks yang pertama menunjukkan adanya kanker paru kurang dari setahun. Penyaringan orang yang berisiko tinggi (laki-laki diatas usia 45 tahun yang merokok 40 atau lebih sehari) bagi kanker paru dengan sitologi sputum dan radiograf toraks setiap 4 bulan telah memperlihatkan angka prevalen kanker paru pada pasien asimtomatik 4 sampai 8 kasus per 1000 orang. a. Pemeriksaan Sitologi Pemeriksaan sitologi mampu memeriksa sel kanker sebelum tindakan kanker bedah sehingga bermanfaat untuk deteksi pertumbuhan kanker, bahkan sebelum timbul manfestasi klinik penyakit kanker. Dahak spontan mempunyai nilai diagnostik tinggi terutama pada tumor dengan kecurigaan klinis yang jelas. Koleksi dahak 24 jam atau dahak pagi sangat banyak mengandung materi semua lapisan paru bagian dalam. Akurasi akan melebih 90% bila pemeriksaan dilakukan 3-5 kali berturut-turut. Dahak setelah pemeriksaan bronkoskopi (post broncoscopic sputum) yaitu 2 jam sesudah atau keesokan

harinya, banyak mengandung materi diagnostik dari bagian dalam yang tinggi nilai diagnostiknya. Untuk pengeluaran dahak yang representatif, pemberian bahan yang menginduksi batuk dapat sangat menolong pengeluarannya, yaitu bahan mukolitik atau salin. Kadang-kadang sekret tumor yang mengering dapat membuntu pengeluaran dahak di bagian yang dalam, untuk itu dengan bantuan posisi postural dan mukolitik dahak dapat keluar dengan maksimal. Untuk tumor yang berada di perifer, materi pemeriksaan dapat dikumpulkan dengan menggunakan alat bronkoskop fiberoptik yang fleksibel (lentur) misalnya dengan melakukan aspirasi, bilasan dan sikatan bronkus. Aspirat di sekitar daerah yang dicurigai adanya tumor, umumnya mengandung sel-sel yang amat representatif dan banyak mengandung sel ganas daripada yang terdapat pada cairan bilas atau hasil sikatan bronkus pada kasus yang sama. Menurut penelitian Risse dkk (1987), ada hubungan yang erat antara hasil positif dari sitologi dahak yang mengandung darah atau bloody sputum untuk kanker paru primer maupun sekunder. Nilai positif pada sitologi dahak ini tinggi pada kanker primer dengan bloody sputum. Persentase diagnosis positif benar lebih tinggi secara bermakna pada dahak post bronkoskopi daripada prebronkoskopi, namun bila produksi dahak mengandung darah, persentase nilai positif benar akan lebih tinggi secara bermakna pada dahak prebronkoskopi. Pemeriksaan sitologi sputum efektif pada tumor yang letaknya endobronchial dan biasanya dibuat 3 contoh specimen. Keadaan ini dapat memberikan hasil 30% pada mereka yang tanpa gejala, 50% bila adanya riwayat batuk dan 70% bila adanya riwayat batuk darah pada mereka yang kita curigai. b. Pemeriksaan Radiologis Thoraks Meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai pada bidang radiologi, seperti computed tomografi, Scintigrafi, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan sebagainya, namun x-foto dada yang rutin dikerjakan masih merupakan metode yang sangat informatif pada pemeriksaan paru dan struktur-struktur toraks. Standar pemeriksaan adalah x-foto dada posisi postero-anterior dan lateral. Pemeriksaan radiologis idealnya memakai film berukuran 66 x 43 cm dengan paparan sinar 140 KV (Hight KV Teknik). Pemeriksaan ini hanya memberi radiasi yang kecil. Penilaian bentuk kelainan radiologi thoraks dikelompokkan berdasarkan: Penilaian hilus, meliputi: Pembesaran hilus, Massa di hilus, Massa perihilus

Penilaian parenkim paru meliputi: Massa, Massa apical, Massa multiple, Emfisema, Ateletaksis, Proses konsolidasi, Pneumonitis, Kavitas Penilaian ekstrapulmoner intrakranial meliputi: pelebaran/massa di mediastinum, dinding toraks termasuk otot dan tulangnya, efusi pleura, peninggian diafragma

Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral, kelainan dapat dilihat bila massa tumor berukuran >1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai indentasi pleura, tumor satelit, dan lain-lain. Pada foto toraks juga dapat ditemukan invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikard dan metastasis intrapulmoner.

Gambaran radiografik dari kanker paru non small cell dan morbiditas terkait terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Kanker paru NSC. Lesi sentral yang besar terdiagnosa sebagai karsinoma NSC

Gambar 2. Kanker paru NSC. Efusi pleura sinistra dan kehilangan volume sekunder akibat karsinoma NSC pada lobus kiri bawah. Efusi pleura diambil sebagai sampel dan hasilnya menunjukan keganasan; sehingga lesinya tidak operable

Gambar 3. Kanker paru NSC. Kolaps pada daerah kiri atas hampir selalu sekunder akibat karsinoma bronkogenik endobrokial

Gambar 4. Kanker paru NSC. Kolaps paru kiri komplit sekunder akibat karsinoma bronkogenik dari bronkus cabang utama

Gambar 5. Kanker paru NSC. Kavitas pada lobus kanan bawah dari karsinoma sel skuamosa

Gambar 6. Kanker paru NSC. Kavitas lobus kanan bawah. Ini tidak dideskripsikan dengan baik dan ditemukan sebagai karsinoma sel skuamosa

Gambar 7. Kanker paru NSC. Lesi lobus kanan atas terdiagnosis sebagai adenokarsinoma pada biopsi perkutaneus

Gambar 8. Kanker paru NSC. Kolaps paru kanan atas dengan tanda S dari golden sekunder akibat karsinoma NSC pada bronkus

Gambaran radiologis pada pancoast tumor, pada posisi PA dapat terlihat: Gambaran radioopak berupa suatu massa unilateral atau asimetri di daerah apeks paru. Penebalan pleura Destruksi iga 1-3 Invasi tumor pada tulang belakang Pembesaran mediastinum karena massa tumor

Kelemahan menggunakan Xray adalah pada stadium awal, pancoast tumor sulit terdeteksi dari foto toraks PA karena sulitnya mengidentifikasikan bayangan di daerah apical paru.

Gambar 9. Pada foto torak posisi PA diatas terlihat massa tumor di daerah apex paru kiri berupa suatu perselubungan radioopak, dan terlihat destruksi iga 2 dan 3. Kombinasi dari terdapatnya massa di daerah apex paru dan adanya destruksi iga adalah karakteristik pancoast tumor.

c. CT Scan Thoraks CT scan toraks (Computerized Tomographic Scans) dapat mendeteksi tumor yang berukuran lebih kecil yang belum dapat dilihat dengan foto toraks, dapat menentukan ukuran, bentuk, dan lokasi yang tepat dari tumor oleh karena 3 dimensi. CT scan toraks juga dapat mendeteksi pembesaran kelenjar getah bening regional. Tanda-tanda proses keganasan tergambar dengan baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intrabronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak massif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala. Demikian juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan metastasis intrapulmoner. Pemeriksaan CT scan toraks sebaiknya diminta hingga suprarenal untuk dapat mendeteksi ada/tidak adanya pembesaran KGB adrenal.

Gambar 10. Pancoast tumor pada CT Scan potongan axial terlihat massa tumor menyerang pleksus brakialis di apex paru kiri.

d. MRI (Magnetic Resonance Imaging Scans) MRI tidak rutin digunakan untuk penjajakan pasien kanker paru. Pada keadaan khusus, MRI dapat digunakan untuk mendeteksi area yang sulit diinterpretasikan pada CT scan toraks seperti diafragma atau bagian apeks paru (untuk mengevaluasi keterlibatan pleksus brakial atau invasi ke vertebra). MRI sangat akurat dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya dalam menilai invasi Pancoast tumor pada dinding dada dan pleksus brakialis, memeriksa struktur pembuluh darah, bahkan anatomi apeks paru dapat terlihat lebih bagus dengan MRI karena saraf dari pleksus brachialis dan pembuluh darah bertemu pada apeks paru.

Gambar 11. Pancoast tumor pada potongan axial T1-weighted menunjukkan kompresi tulang belakang karena luasnya massa tumor

Gambar 12. Pancoast tumor pada MRI potongan sagital spin-echo T2-weighted menunjukkan kolaps tulang belakang dan kompresi dari C7, T1, dan T2 karena massa tumor.

Gambar 13. Pancoast tumor pada MRI potongan sagital gradien-echo T2-weighted menunjukkan adanya massa tumor yang mengenai C7, T1 dan T2 dengan kolaps dan kompresi tulang belakang yang cukup berat

Gambar 14. Pancoast tumor pada MRI potongan coronal T1-weighted menunjukkan destruksi tulang belakang.

VI. STADIUM KANKER PARU


Tabel 3. Status Tumor Paru

Tabel 4. Keterlibatan KGB Regional

Tabel 5. Metastasis Jauh

Tabel 6. Stadium Kanker Paru

VII. PENATALAKSANAAN Tujuan pengobatan kanker paru: 1. Kuratif: Menyembuhkan atau memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup pasien 2. Paliatif: Mengurangi dampak kanker dan meningkatkan kualitas hidup 3. Rawat Rumah (Hospice Care) pada kasus terminal: Mengurangi dampak fisik maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga 4. Suportif Menunjang pengobatan kuratif, paliatif, dan terminal seperti pemberian nutrisi, transfusi darah dan komponen darah, growth factor, obat anti nyeri, dan obat anti infeksi

Pembedahan Pada kasus karsinoma bronkogenik, pembedahan dapat sebagai terapi kuratif maupun paliatif. Setiap kasus dengan karsinoma bronkogenik yang akan dilakukan pembedahan kuratif, harus ditentukan stadium pra bedah. Pembedahan hanya dilakukan pada penderita kanker paru stadium I, II, dan III-a tanpa IV-2. Status faal paru penderita, serta syarat-syarat operasi besar lainnya dikerjakan pada pra bedah. Dari faal paru pra bedah, bila FEV1 penderita 60% nilai predicted dan VC 50% atau diatas 1,7 L, umumnya penderita tahan terhadap tindakan pneumectomi. Bila FEV1 kurang dari 40% nilai predicted risiko terjadi gagal napas besar. Radiasi Radioterapi pada kanker paru dapat bersifat terapi kuratif atau paliatif. Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neo adjuvan untuk stadium III A. Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk meringankan keluhan penderita, seperti sindrom vena kava superior, nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada & metastasis tumor di tulang atau otak. Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000-6000 cGy, dengan cara pemberian 200 cGy/kali, 5 hari seminggu. Kemoterapi Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis kanker paru. Syarat utama harus ditentukan jenis histologis dan tampilan (performance status) yang harus lebih dari dosis skala Karnofsky atau mempunyai nilai 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat anti kanker atau kombinasi beberapa jenis obat dalam sebuah regimen kemoterapi. Berdasar konsensus PDPI yang telah disepakati, prinsip pemilihan jenis panduan obat anti kanker adalah: (1) Platinum based therapy (sisplatin atau karboplatin); (2)Respon obyektif satu obat anti kanker > 15%; (3) Toksisitas obat tidak lebih dari grade 3 skala WHO; (4) Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus pada penilaian terjadi tumor progresif. VIII. PROGNOSIS Ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival rate) untuk karsinoma bronkogenik tipe small cell = 0% dan dilakukan pembedahan atau tidak. - untuk karsinoma bronkogenik tipe non-small cell tergantung pentahapannya

Tahap I + operasi : untuk karsinoma epidermoid = 54% adenokarsinoma dan sel besar = 51%. Tahap II + operasi: Ca epidermoid = 35% adenokarsinoma dan sel besar = 18% Tanpa operasi : ketahanan hidup 5 tahun, kurang dari 10%

DAFTAR PUSTAKA

Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta:EGC. Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Edisi 4 Jilid 2 . Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Davey, Patrick. 2006. At a Glance Medicine. Jakarta:Erlangga. Davin Sutton. 1992. A textbook of Radiology & Imagng. Fifth edition. Volume 2. Churcill Livingston. www.dorlandkita.files.wordpress.com

You might also like