Professional Documents
Culture Documents
Secara struktural, alkohol dapat dilihat sebagai turunan hidroksil dari alkana atau strukturnya mirip dengan air dengan satu atom H digantikan oleh gugus alkil.
Secara struktural, eter dapat dilihat strukturnya mirip dengan air dengan dua atom H digantikan oleh gugus alkil.
Alkohol
Kegunaan Rumus Umum Tata Nama Hubungan Struktur dengan Sifat Fisik dan Sifat Kimia Isomer dan Bahaya
Eter
Kegunaan Rumus Umum Tata Nama Hubungan Struktur dengan Sifat Fisik dan Sifat Kimia Isomer dan Bahaya
Kegunaan Alkohol
Metanol
Sebagai bahan baku pembuatan senyawa kimia Sekitar 40% metanol yang ada diubah menjadi formaldehid, dan dari sana akan dihasilkan berbagai macam produk seperti plastik, cat, peledak, dan tekstil.
Sebagai bahan bakar Metanol jika dibakar akan menghasilkan karbon dioksida dan air.
Metanol bisa digunakan sebagai sebuah aditif petrol untuk meningkatkan pembakaran, atau kegunaannya sebagai sebuah bahan bakar independen (masih dalam penelitian).
Etanol
Etanol digunakan untuk membunuh kuman.
Glikol (1,2 etanadiol) 1) Digunakan untuk bahan serat sintesis, seperti dacron, pelarut, dan pelembut. 2) Digunakan sebagai penurun titik beku.
2) Digunakan untuk pembuatan bahan peledak (dinamit) yang mengandung gliseril trinitrat (nitrogliserin).
Kegunaan Eter
Dietil eter 1) Digunakan sebagai obat bius atau anastesi pada operasi namun kini ditinggalkan karena efek sampingnya (mual dan muntah-muntah). 2) Digunakan sebagai pelarut senyawa-senyawa organik.
Metil ters-butil eter (MTBE) Digunakan untuk menaikkan angka oktan bensin menggantikan TEL/TML yang akan menghasilkan debu timbal (Pb2+) sehingga didapatkan bensin yang ramah lingkungan
Rumus Umum
Alkohol Rumus Umum Alkohol Rumus Umum Eter Rumus Umum Eter Rumus Umum : R-OH : CnH2n+1OH
: RO-H : CnH2n+2O
TATANAMA ALKOHOL
Dalam Tatanama IUPAC, suatu nama harus mengandung empat karakter : lokant, awalan, senyawa induk, dan suatu akhiran.
CH3CH2CHCH2CH2CH2OH CH3
4-Metil-1-heksanol
lokant
awalan lokant induk akhiran
CH3CH2CH2OH
CH3CHCH2CH3 OH
2 3
CH3CHCH2CH2CH2OH
1-Propanol
CH3
2-Butanol
4-Metil-1-Pentanol
1 1 2 3
ClCH2CH2CH2OH
3-Kloro-1-propanol
4,4-Dimetil-2-pentanol
Menurut tata nama trivial alkohol diberi nama dengan menyebutkan nama gugus alkil yang mengikat gugus OH kemudian diikuti dengan kata alkohol.
CH3CH2CH2OH CH3CH2CH2CH2OH CH3CH2CHCH3 OH
Propil alkohol
Butil alkohol
sec-Butil alkohol
CH3 H3C C CH3 OH CH3
CH3
CH3CCH2OH CH3CHCH2OH CH3
Isobutil alkohol
tert-Butil alkohol
Neopentil alkohol
Alkohol yang mengandung dua gugus hidroksil umumnya diberi nama diikuti kata glikol. Dalam sistem IUPAC alkohol tersebut dinamai sebagai diol.
CH2 OH CH2 CH3CH OH CH2 OH CH2CH2CH2 OH OH
OH
Alkohol dengan tiga gugus -OH bisa di namai gliserol. Dalam sistem IUPAC dinamai -triol Contohnya :
2,2-dimetil etanol
Klasifikasi Alkohol
Didasarkan atas jenis atom karbon yang mengikat gugus OH golongan alkohol dapat diklasifikasikan menjadi:
Alkohol primer
H H C H H C H O H
2. Alkohol Sekunder
H H C H H C O H H C H H
3. Alkohol Tersier
H H H C H H
C
H
C
O
C
H
TATANAMA ETER
Dalam nama trivial, penamaan eter ditenyukan dengan menuliskan kedua gugus yang terikat pada atom oksigen (sesuai urutan abjad) dan tambahkan akhiran -eter.
CH3
C6H5OC
CH3OCH2CH3 CH3CH2OCH2CH3
CH3
Dietil eter
CH3
Dalam sistem IUPAC, penamaan eter ditentukan dengan gugus RO- merupakan suatu gugus alkoksi, sisanya diberi akhiran ana. Nama substitutif IUPAC dipakai untuk menamai eter yang rumit dan senyawa dengan lebih dari satu ikatan eter.
CH3CHCH2CH2CH3 OCH3 CH3OCH2CH2OCH3
2-Metoksipentana
1,2-Dimetoksietana
CH3CH2O
CH3
1-Etoksi-4-metilbenzena
O
Tetrahidrofuran (oksasiklopentana)
Dioksana (1,4-dioksasikloheksana)
2. Kelarutan
Alkohol dengan massa molekul rendah dapat larut dalam air dengan baik. Kelarutan dalam air ini lebih disebakan oleh ikatan hidrogen antara alkohol dan air.
Semakin banyak atom karbon pada rantai lurus, semakin kecil kelarutannya dalam air karena sifat hidrofob dari alkil yang semakin dominan mengalahkan sifat hidrofilnya.
O H
HIDROFIL
Contoh : Desil alkohol hanya sedikit larut dalam air karena memiliki alkil yang panjang atau memiliki atom C yang banyak.
HIDROFOB
3. Titik didih Titik didih adalah ukuran kasar dari jumlah energi yang diperlukan untuk mengubah fasa cair menjadi gas. Semakin besar massa molekul relatif alkohol maka titik didih akan semakin tinggi. Titik didih alkohol bercabang lebih rendah daripada alkohol berantai lurus meskipun massa molekul relatifnya sama. Titik didih alkohol yang relatif tinggi merupakan akibat langsung dari daya tarik intermolekular yang kuat.
Jika gugus OH pada alkohol berinteraksi dengan molekul alkohol lain sebagai ikatan hidrogen, dibutuhkan energi yang cukup besar untuk memisahkan ikatan tersebut. Barulah kemudian molekul tersebut dapat terlepas dari cairan menjadi gas.
Titik Didih
OH
117C
OH
108C
15 g
99C
OH OH
25 g
82C
Sifat Kimia
1. Keasaman Alkohol memiliki keasaman yang mirip dengan air. Metanol sedikit lebih asam dibanding air (pKa = 15,7). Namun hampir semua alkohol adalah asam yang lebih lemah dari air. Keasaman alkohol dipengaruhi oleh efek induksi, seperti tert-butil alkohol yang terinduksi positif oleh alkil yang mendorong elektron sehingga atom H akan melekat kuat pada atom O dan sulit terlepas sebagai H+
CH 3 OH
CH 3 CH 2 OH
Karena pengaruh gugus alkil yang berikatan dengan OH lebih panjang, gugus alkil akan semakin kuat mendorong awan elektron ke arah O yang lebih elektronegatif, sehingga O semakin negatif dan sulit melepas H+ sehingga, Etanol lebih kurang asam daripada metanol
CH 3 OH
Elektronegativitas
CH 3 CH 2 OH
Elektronegativitas
CH 3CH 2OH
Na2Cr2O7 H 2 SO4
CH 3 C O H 2O
H
Na2Cr2O7 H 2 SO4
2. Oksidasi alkohol sekunder Oksidasi alkohol sekunder dengan menggunakan natrium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan suatu keton dan air.
Na2Cr2O7 H 2 SO4
3. Oksidasi alkohol Tersier Oksidasi alkohol tersier oleh oksigen akan menghasilkan campuran asam karboksilat, keton, karbondiokaida dan air.
Reaksi Esterifikasi
H2SO4 Panas
Reaksi Eliminasi
2. Kelarutan Eter memiliki gugus -O- yang bersifat polar dan rantai alkil (R) yang bersifat non polar. Jadi kelarutan eter dalam pelarut polar misalnya air, berkurang dengan pertambahan panjang rantai karbon karena eter semakin bersifat non polar. Akan tetapi kelarutan eter dalam air ini sangat kecil karena ikatan hidrogen yang terbentuk antara eter dan air sangat lemah.
Ketika dilarutkan dalam air eter dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air, karena ikatan hidrogen dengan air inilah maka kelarutan dietil eter hampir sama dengan 1-butanol. Dietil eter & 1-butanol memiliki kelarutan yang sama dalam air, sekitar 8 g per 100 mL pada suhu kamar.
CH 3CH 2 O CH 3CH 2
H O H
Ikatan Hidrogen
CH 3CH 2 O CH 3CH 2
H O H
Ikatan Hidrogen
Ikatan Hidrogen
CH 3CH 2 O CH 3CH 2
Ikatan Hidrogen
C2H6O
Dimetil eter
Larut
C3H8O
Larut
C4H10O
Sedikit Larut
3. Titik didih Antar molekul eter tidak memiliki ikatan hidrogen. Eter hanya mempunyai 1 jenis gaya antar molekul, yaitu Gaya London dan gaya dipol dipol. Kekuatan Gaya London akan semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah atom karbon. Hal ini mengakibatkan titik didihnya pun semakin meningkat.
CH 3CH 2 O CH 3CH 2
Gaya dipol dipol (tarik menarik) Gaya dipol dipol (tarik menarik)
CH 3CH 2 O CH 3CH 2
Gaya dipol dipol (tolak menolak) Gaya dipol dipol (tolak menolak)
CH 3CH 2 O CH 3CH 2
Sifat Kimia
Reaksi-reaksi Pada Eter 1. Oksidasi Oksidasi suatu eter dengan campuran kalium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan aldehida
2. Reaksi dengan Asam Sulfat Eter dapat bereaksi dengan asam sulfat pekat menghasilkan suatu alkohol dan alkil hidrogen sulfat 25 25 + 24 25 + 254
3. Reaksi dengan Asam Halida Eter dapat bereaksi dengan asam halida menghasilkan campuran alkohol dengan alkil halida
4. Hidrolisis Hidrolisis dengan asam sulfat suatu eter akan menghasilkan alkohol
5. Halogenasi Eter dapat mengalami reaksi substitusi oleh halogen. Substitusi terjadi pada atom H
2-pentanol
1-butanol
2-butanol
2-metil-1-butanol
Isomer Fungsional Senyawa-senyawa yang termasuk ke dalam kelompok alkohol (kecuali metanol, CH3OH) selalu berisomeri fungsional dengan senyawa-senyawa dalam kelompok eter. Contoh :
1-butanol
dietileter
etoksipropana
CH3CH2CH2OCH2CH3
Metoksi propana
2-butanol
Isomer Struktur Contoh : Untuk C4H10O terdapat 3 isomer srtuktur yaitu: Metoksipropana, 2-metoksipropana , etoksietana metoksipropana 2-metoksipropana CH3-O-CH-CH3 l CH3
CH 3CH 2 O CH 3CH 2
etoksietana
Bahaya Alkohol
Bila seseorang mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol, zat tersebut diserap oleh lambung, masuk ke aliran darah dan tersebar ke seluruh jaringan tubuh,yang mengakibatkan terganggunya semua sistem yang ada di dalam tubuh. Besar akibat alkohol tergantung pada berbagai faktor, antara lain berat tubuh, usia, gender, dan sudah tentu frekuensi dan jumlah alkohol yang dikonsumsi. Keterpaan uap alkohol diatas 1000 ppm menimbulkan efek pusing, iritasi pada mata, tenggorokan dan hidung sehingga mengganggu sistem pernafasan.
Bahaya Eter
Eter bersifat toxic (beracun) berbahaya bagi kesehtan bila terisap,tertelan,atau kontak dengan kulit. Dietil eter sebagai pembius total sangat ampuh, tapi sekarang ditinggalkan, karena efek sampingnya (menyebabkan mual, dan muntah-muntah). Eter mudah terbakar