You are on page 1of 9

PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)

Belajar melalui pendekatan pemecahan masalah ditunjukkan pada pengembangan generalisasi-generalisasi yang akan membantu individu untuk memecahkan masalahmasalah yang dikemukakannya. Pendekatan ini disenangi oleh banyak ahli pendidikan, karena mereka mengakui bahwa pemecahan masalah merupakan bentuk belajar yang paling tingggi tingkatannya. Proses pemecahan masalah menghasilkan lebih banyak prinsip yang dapat membantu pemecahan masalah selanjutnya. Pengajaran matematika misalnya terdiri atas masalah. Pemecahan terhadap suatu masalah biasanya dilakukan dengan mempelajari prinsip-prinsip kemudian menerapkannya ke dalam pemecahan masalah tersebut. Beberapa pakar telah mengemukakan pendapatnya tentang apa itu masalah. Susanta (1996), mengatakan bahwa secara umum masalah dapat ditafsirkan sebagai suatu kesenjangan antara yang seharusnya terjadi dengan apa yang sesungguhnya terjadi, atau antara cita-cita (tujuan) dan keadaan sekarang. Bell (dalam Upu, 2003) mengemukakan bahwa suatu situasi dikatakan masalah bagi seseorang jika ia menyadari keberadaan situasi tersebut, mengakui bahwa situasi tersebut memerlukan tindakan dan tidak dengan segera dapat menemukan pemecahannya. Sejalan dengan itu, Hayes (dalam Upu, 2003) mengemukakan bahwa suatu masalah adalah merupakan kesenjangan antara keadaan sekarang dengan tujuan yang ingin dicapai, sedang kita tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan tersebut. McGivney dan DeFranco (dalam Upu, 2003) menjelaskan bahwa masalah dalam pembelajaran matematika mengandung tiga unsur penting, yaitu: (1) informasi, (2) operasi, dan (3) tujuan. Hudoyo (1990:113) mengatakan bahwa suatu pernyataan merupakan masalah bagi seseorang, bila orang itu tidak memiliki aturan tertentu yang segera dapat digunakan untuk menentukan jawaban pertanyaan tersebut. Berdasar beberapa pengertian tentang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa suatu situasi tertentu dapat merupakan masalah bagi orang tertentu, tetapi belum tentu merupakan masalah bagi orang lain. Dengan kata lain, suatu situasi mungkin merupakan masalah bagi seseorang pada waktu tertentu, akan tetapi belum tentu merupakan masalah baginya pada saat yang berbeda. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki 1

untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang tidak rutin. Namun kenyataan menunjukkan bahwa aktivitas pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika belum dijadikan sebagai kegiatan utama. Suryadi dkk. (dalam Suherman dkk., 2003) dalam surveinya menemukan bahwa pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh para guru maupun siswa di semua tingkatan mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Umum. Akan tetapi, hal tersebut masih dianggap bagian yang paling sulit dalam matematika baik bagi siswa dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya. Menurut Polya (Muhkal, 1999: 3) membedakan masalah matematika menjadi dua macam yaitu: (1) masalah untuk menemukan, dan (2) masalah untuk membuktikan. 1) Masalah untuk menemukan Masalah matematika macam ini, penyelesaiannya diperoleh melalui proses penemuan. Masalahnya dapat bersifat teoretis atau praktis, abstrak atau konkret. Bagian utamanya yaitu: (a) apa yang harus ditemukan, (b) data apa yang diketahui, dan (c) syarat-syarat apa yang harus dipenuhi. 2) Masalah untuk membuktikan Masalah matematika macam ini, penyelesaiannya adalah menunjukkan apakah suatu pernyataan benar atau salah (tidak kedua-duanya). Bagian utamanya yaitu (a) hipotesis, dan (b) konklusi. Sedangkan menurut Soedjadi (Muhkal, 1999: 3) juga membedakan masalah matematika dengan dua macam yaitu: (1) masalah matematika yang konvergen, dan (2) masalah matematika yang divergen. Masalah matematika yang konvergen, penyelesaiannya terarah kepada jawaban tunggal atau pasangan tertentu. Dengan kata lain, hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar. Kemampuan siswa yang dapat ditumbuhkan dengan masalah macam ini adalah kemampuan berpikir konvergen. Masalah matematika yang divergen, penyelesaiannya lebih terarah satu atau bervariasi. Dengan kata lain, kemungkinan jawaban yang benar lebih dari satu. Kemampuan siswa yang dapat ditumbuhkan dengan masalah macam ini adalah kemampuan berpikir divergen. Berpikir divergen adalah salah satu indikator berpikir kreatif. Masalah matematika yang divergen dapat dikembangkan dan ditingkatkan menjadi investigasi matematika. Di dalam proses belajar mengajar matematika di sekolah, pertanyaan yang diberikan kepada siswa biasanya disebut soal. Soal yang diberikan kepada siswa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: (1) soal berupa latihan yang dimaksudkan melatih siswa terampil 2

menerapkan pengalaman belajar matematika yang baru diperolehnya, (2) soal berupa masalah yang dimaksudkan mengembangkan kemampuan siswa menerapkan pengalaman belajar matematika yang lampau pada situasi lain. Dengan demikian dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah melalui proses belajar mengajar matematika, guru harus mampu memilah dan memilih soal-soal yang benar-benar merupakan masalah bagi siswa. Masalah yang diberikan kepada siswa haruslah sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya dan latar belakang pengetahuannya. Mengajar dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah adalah cara mengajar dengan membimbing siswa untuk menyelesaikan soal yang membentuk langkah yang jelas untuk mendapatkan hasilnya. Dalam arti bahwa mengajar dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah adalah materi-materi yang disampaikan masih merupakan masalah dan diserahkan kepada siswa untuk menyelesaikannya. Penyelesaian masalah merupakan suatu proses mental yang tinggi dan kompleks, yaitu melibatkan visualisasi, imajinasi, abstraksi, dan asosiasi informasi-informasi yang diberikan. Karena itu, penyelesaian masalah melalui proses belajar mengajar matematika dapat membantu siswa dalam meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya pada aspek penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Menurut Bell (Muhkal, 1999: 3) menyelesaikan masalah merupakan suatu bentuk kegiatan belajar yang penting dalam proses belajar mengajar matematika di sekolah. Oleh karena penyelesaian masalah matematika pada umumnya dapat dialihgunakan menyelesaikan masalah-masalah baru pada situasi. Sedangkan Slameto (Muhkal, 1999: 3) mengemukakan bahwa dalam proses belajar mengajar matematika, penyelesaian masalah merupakan proses dan keterampilan intelaktual dasar penting yang harus diperhatikan oleh para guru matematika. Kemampuan menyelesaikan masalah matematika merupakan salah satu tujuan belajar mengajar matematika. Menurut Polya (dalam Suherman dkk., 2003) solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu: 1. 2. 3. 4. dikerjakan. 3 Memahami masalah. Merencanakan penyelesaian. Menyelesaikan masalah sesuai rencana. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah

Sejalan dengan Polya, Mappaita Muhkal (2005), mengemukakan bahwa pada dasarnya tidak terdapat langkah-langkah penyelesaian masalah yang bersifat baku. Banyaknya langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan suatu masalah bergantung pada kemampuan yang dimiliki oleh orang yang akan menyelesaikan masalah dan tingkat kesukaran dari masalah tersebut. Namun, langkah-langkah yang umum atau biasa digunakan adalah sebagai berikut: 1. 2. Memahami masalah, antara lain menentukan apa yang diketahui, dan apa yang ditanyakan. Menyusun rencana (memilih strategi) penyelesaian, mungkin dengan mencoba-coba, mungkin dengan menyederhanakan masalahnya, mungkin dengan membuat model atau gambar, atau mungkin dengan berfikir balik dari belakang. 3. 4. Melaksanakan rencana dengan strategi yang sudah dipilih itu, kemudian membuat dugaan penyelesaian dan membuktikan dugaan itu. Mengkomunikasikan penyelesaian/perolehannya dengan uraian. Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah matematika menurut Hudoyo (Upu, 2003 : 36) sebagai berikut. a. Mengerti masalah 1. Apa yang dipertanyakan atau dibuktikan? 2. Data apa yang diketahui? 3. Bagaimana syarat-syaratnya? b. Membuat rencana penyelesaian 1. Pengumpulan informasi yang berkaitan prasyarat yang telah ditentukan. 2. Menganalisis informasi dengan melaksanakan analogi masalah. 3. Jika siswa menemui jalan buntu, maka guru membantu mereka melihat masalah dari sudut yang berbeda. c. Melaksanakan rencana penyelesaian Memeriksa atau meneliti setiap langkah. d. Mengevaluasi kembali penyelesaian 1. Kecocokan hasil. 2. Apakah ada hasil yang lain? 3. Apakah ada cara yang lain untuk menyelesaikan masalah tersebut? 4. Dengan cara yang berbeda apakah hasilnya sama?

Sementara itu, Susanta (1996), mengemukakan bahwa menyelesaikan masalah berarti menjembatani kesenjangan antara cita-cita dan keadaan sekarang. Lebih jauh beliau mengemukakan bahwa untuk menyelesaikan suatu masalah dibutuhkan langkah-langkah penyelesaian sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Mengidentifikasi (Mempertegas masalahnya). Mencari metode-metode penyelesaian. Memilih metode yang paling cocok, paling murah, atau paling cepat (optimisasi). Melaksanakan (Implementasi). Mengevaluasi hasil. Mohammad Nur, dalam Ibrahim (2000:26) mengemukakan paling sedikit empat kriteria pemecahan masalah yang baik yakni: 1) Masalah itu harus autentik, berarti bahwa masalah harus lebih berakar pada pengalaman dunia nyata siswa dari pada berakar pada prinsip disiplin ilmu tertentu. 2) Permasalahan seharusnya tak terdefenisi secara ketat dan menghadapkan suatu makna misteri atau teka-teki. 3) Masalah itu harusnya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual mereka. 4) Masalah seharusnya cukup luas untuk memungkinkan guru menggarap tujuan instruksional mereka dan masih cukup terbatas membuat pelajaran layak dalam waktu tepat dan sumber daya yang terbatas. Menurut Marjono (dalam Syarifuddin, 2001) pemecahan masalah matematika memerlukan keterampilan menghitung, membaca, dan kemampuan menyatakan hubungan. Lebih jauh beliau mengungkapkan bahwa pemecahan masalah matematika memerlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. 2. 3. Memahami soal dengan mengetahui informasi yang diberikan, yang harus dicari arti kata-kata atau istilah yang ada, dari soal yang sejenis yang pernah dikerjakan. Menentukan hubungan yang ada dengan soal yang pernah diselesaikan serta membuat soal yang lebih sederhana. Menentukan strategi dan mengidentifikasi struktur soal (fakta-fakta, syaratsyarat yang ada) kemungkinan menentukan model penyelesaian, apakah berupa persamaan, pertidaksamaan, dan sebagainya. 4. Menggunakan model yang telah ditentukan. 5

5. 6. digunakan.

Menafsirkan hasil yang telah diperoleh. Menganalisis metode penyelesaian, yaitu melukiskan langkah-langkah dalam urutan yang logis, menunjukkan informasi yang diperoleh, dan penalaran yang Menurut Polya (dalam Upu, 2003) pemecahan masalah merupakan suatu usaha

mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu mudah segera dapat dicapai. Pemecahan masalah dalam hal ini meliputi dua aspek, yaitu masalah untuk menemukan dan masalah untuk membuktikan. Pemecahan masalah dapat pula diartikan sebagai penemuan langkah-langkah untuk mengatasi kesenjangan yang ada. Sedangkan kegiatan pemecahan masalah adalah merupakan kegiatan manusia dalam menerapkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang diperoleh sebelumnya (Dahar dalam Syarifuddin, 2001). Menurut Haji (dalam Syarifudin, 2001) dalam memecahkan masalah matematika, diperlukan kemampuan awal, yakni: a. b. c. d. e. semula. Selanjutnya dalam Media Pendidikan Matematika (dalam Syarifuddin, 2001) kemampuan-kemampuan awal tersebut merupakan penunjang untuk memecahkan masalah matematika sebagaimana yang tercantum pada langkah-langkah penyelesaian masalah di bawah ini: 1. kalimat. 2. a. b. c. 3. 4. Memisahkan dan mengungkap: Apa yang diketahui dari masalah. Apa yang diminta/ ditanyakan dalam masalah l. Operasi/pengerjaan apa yang diperlukan. Membuat model matematika dari masalah. Menyelesaikan model matematika menurut aturan-aturan matematika sehingga mendapat jawaban dari model tersebut. 6 Membaca soal dengan cermat untuk dapat menangkap makna tiap Kemampuan menentukan hal yang diketahui dalam masalah. Kemampuan menentukan hal yang ditanyakan dalam masalah. Kemampuan membuat model matematika. Kemampuan melakukan komputasi. Kemampuan menginterpretasikan jawaban model ke permasalahan

5.

Mengembalikan jawaban model ke jawaban masalah semula. Sejalan dengan itu, Polya (dalam Wahid, 2003) mengemukakan bahwa kemampuan-

kemampuan awal tersebut merupakan penunjang dalam proses pemecahan masalah yang tercantum dalam langkah-langkah penyelesaian masalah matematika berikut: 1. Pemahaman masalah Untuk memahami persoalan perlu dijawab seperti: apa yang diketahui? Apa ketentuannya? Bagaimana bunyi persyaratan? Apakah itu sudah cukup, tidak cukup, atau terlalu diarahkan? Dapatkah beberapa bagian dari persyaratan itu dipisah-pisahkan? Adakah bentuk-bentuk maupun tanda-tanda sesuai dengan bantuan atau perantaraannya. 2. Pemikiran suatu rencana Yang terpenting dalam memikirkan suatu rencana adalah mencari masalah atau unsur pengetahuan lain yang berhubungan, dan dengan persoalan yang diajukan terdapat kaitan yang dapat dinyatakan (persyaratan serupa, hal tidak diketahui yang serupa, soal-soal yang dapat membantu). 3. Pelaksanaan rencana Pembentukan secara sistematis masalah yang lebih baru dari bahan yang tersedia, dengan sedikit perubahan mengenai persyaratan atau tujuannya, atau mengubah-ubah data. Bila langkah rencana telah dilaksanakan, mungkin kebenaran kejadiannya dibuktikan. 4. Peninjauan kembali Mengoreksi hasil pendapat yang diperoleh dan dapatkah hasil tersebut atau metode itu digunakan untuk masalah lain. Menurut Caronge (dalam Wahid, 2003) bahwa untuk menyelesaikan masalah matematika diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. tujuannya. 2. pendekatan. 3. 4. Tarik kesimpulan, jawab pertanyaan, selesaikan masalah dan analisis kemampuan akhir yang diperoleh. Analisis dan evaluasi metode dan prosedur, jika perlu bandingkan dengan menggunakan metode lainnya. Tentukan cara pendekatan masalah, dapatkan sumber yang mungkin berguna dalam memecahkan masalah, cari hubungan dan generalisasinya, teliti alternatif Identifikasi masalahnya, tentukan apa yang akan dikerjakan, nyatakan

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa untuk menyelesaikan masalah matematika terdapat beberapa langkah yang telah ditentukan. Terkait dengan hal tersebut, Herman Hudoyo (1998), menyatakan bahwa dalam menyelesaikan masalah matematika yang membutuhkan beberapa langkah, diperlukan kegiatan mental yang tinggi sehingga dapat menemukan akal muslihat (trik) yang perlu diketahui (h. 147). Selanjutnya beliau mengatakan bahwa pemecahan masalah matematika dengan melibatkan kegiatan mental yang tinggi, diperlukan tes berbentuk uraian. Tes bentuk uraian ini mengukur ranah kognitif pada aspek pengetahuan, pemahaman, dan analisis sebagaimana yang ada pada taksonomi Bloom. Hal ini sesuai dengan tulisan yang termuat pada Jurnal Media Pendidikan Matematika Nasional (dalam Wahid, 2003), yang menyatakan bahwa membiasakan murid dengan tertib menulis diketahui, dinyatakan, atau suruhan dan jawaban (langkah-langkah penyelesaian masalah) akan memungkinkan timbulnya daya analitis dan sintesis pada anak tanpa disadari (h. 21).

DAFTAR PUSTAKA Bitman, Manulanga. 1993. Suatu Model Belajar Matematika Pemecahan Masalah. Program Pasca Sarjana IKIP Malang. Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan P2LPTK. Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang. M. Nur Ibrahim, 2000. Pusat Sains Dan Matematika Sekolah. Program Pasca Sarjana: UNESA Mohammad Nur, 2002. Pengajar Berpusat Kepada Siswa Dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Unesa: Surabaya. Muhkal, Mappaita. 1999. Menumbuhkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Melalui Proses Belajar Mengajar Matematika. Eksponen: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, 2(1), 1 - 14. FMIPA IKIP Ujung Pandang. Muhkal, Mappaita. 2005. Pengembangan Program Pembelajaran Matematika. Makassar: Jurusan Matematika FMIPA UNM. Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Susanta. 1996. Program Linear. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Tenaga Akademik. Syarifuddin. 2001. Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika dalam Unit Aritmetika Siswa Kelas I SLTP Negeri 8 Makassar. Skripsi FMIPA UNM. Upu, Hamzah. 2003. Problem Posing dan Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Pustaka Ramadhan. Wahid, Abdul. 2003. Deskripsi Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri No. 4 Maddukelleng Kabupaten Wajo. Skripsi FMIPA UNM.

You might also like