You are on page 1of 3

Pemeriksaan HIV Menyambut hari AIDS yang diperingati setiap tanggal 1 Desember, maka kali ini ditampilkan informasi

mengenai HIV/AIDS yang diambil dari mayoclinic. Keberadaan human immunodeficiency virus (HIV) didalam tubuh manusia dapat diketahui melalui pemeriksaan darah ataupun lendir mulut yang mengandung antibodi terhadap virus tersebut. CDC USA sendiri menganjurkan agar pemeriksaan tersebut dilakukan rutin setiap tahun sebagai bagian dari cek kesehatan umum. Tetapi bagi orang yang termasuk beresiko tinggi seperti pengguna narkoba yang memakai jarum suntik ataupun pekerja seks komersial, pemeriksaan ini sangat disarankan. Pemeriksaan HIV sendiri tidak dapat memberikan hasil yang positif apabila dilakukan segera setelah terjadinya infeksi HIV. Hal ini karena tubuh manusia memerlukan waktu untuk membentuk antibodi terhadap virus tersebut, kurang lebih selama 12 minggu. Jadi misalkan, apabila anda melakukan perilaku beresiko hari ini maka tes HIV sebaiknya dilakukan 12 minggu kemudian untuk mengetahui apakah anda tertular HIV atau tidak. Bahkan pada beberapa kasus yang sangat jarang, waktu yang diperlukan (supaya antibodi dapat terbentuk terhadap virus HIV) dapat lebih lama lagi yaitu sampai 6 bulan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah : 1. Tes darah ELISA dan Western Selama bertahun-tahun, tes darah ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay test) digunakan untuk mencari antibodi terhadap HIV. Jika hasil test tersebut positif (berarti mempunyai antibody terhadap HIV), maka pemeriksaan yang sama akan diulang kembali. Jika hasil tes ulangannya tersebut juga positif, maka selanjutnya akan dilakukan tes konfirmasi yang disebut dengan tes darah Western, yang digunakan untuk melihat ada atau tidaknya protein HIV. Tes darah Western ini penting dilakukan karena, bisa saja tubuh mempunyai antobodi non HIV yang memberikan hasil positif palsu pada tes darah ELISA. Dengan mengkombinasikan kedua tes tersebut dapat memberikan hasil yang lebih akurat, jadi diagnosis HIV dapat diberikan apabila ketiga tes tersbut yang dilakukan memberikan hasil yang positif semua. Salah satu kekurangan dari metode ini adalah memerlukan waktu kurang lebih selama 2 minggu untuk mendapatkan hasil dari tes darah ELISA dan Western, yang dapat membuat orang yang menjalani pemeriksaan menjadi terganggu emosinya atau bahkan enggan kembali untuk menerima hasilnya. 2. Tes HIV Rapid Saat ini, beberapa tes lain yang digunakan untuk memeriksa HIV dapat memberikan hasil yang akurat dalam jangka waktu yang lebih cepat, yaitu sekitar 20 menit. Tes ini juga mencari adanya antibodi terhadap HIV dengan menggunakan darah atau cairan yang diambil dari bagian bawah & atas gusi melalui suatu alat yang dioleskan ke daerah tersebut. Hasil positif dari pemeriksaan ini memerlukan konfirmasi tes darah, yang sayangnya karena masih tergolong baru & baru disetujui di beberapa tempat di USA, belum tersedia di semua tempat. 3. Pemeriksaan di rumah Baru-baru ini, FDA USA telah menyetujui hanya 1 tes HIV yang dapat dilakukan di rumah. Nama tes tersebut adalah Home Access HIV-1 test yang dipasarkan oleh Home Access Health. Tes tersebut mempunyai akurasi yang sama seperti pada tes di laboratorium, serta semua hasil positifnya juga akan secara otomatis di periksa kembali. Tetapi berbeda dengan alat tes kehamilan misalnya yang dapat memberikan hasil secara langsung, maka hasil tersebut tidak dapat dievaluasi sendiri. Jadi orang yang melakukan tes rumah tersebut harus

mengirimkan contoh darahnya, kemudian menghubungi nomor tertentu 3-7 hari kemudian untuk mendapatkan hasil tesnya. Tes ini menjamin privasi dan anonimus dari pengirim sampel, karena hanya diidentifikasi berdasarkan barcode yang terdapat pada peralatan tersebut. Kelemahan dari tes rumah ini adalah tidak adanya konsultasi dari tenaga kesehatan, seperti yang bisa didapat pada saat berkunjung ke klinik, walaupun tetap diberikan rujukan untuk menemui tenaga kesehatan. Jika nantinya anda mendapatkan hasil diagnosis positif HIV, maka dokter akan melakukan pemeriksaan lain untuk membantu memperkirakan gerak maju dari penyakit tersebut. Pemeriksaan tersebut mengukur jumlah virus yang terkandung didalam darah (viral load). Hasil pemeriksaan viral load tersebut juga dapat digunakan untuk menetukan kapan mulai pengobatan atau kapan berubah pengobatan. Akhirnya, apapun jenis pemeriksaan yang dilakukan apabila hasilnya menunjukkan positif terkena infeksi HIV, sebaiknya segera beritahu pasangan atau orang terdekat anda supaya mereka juga dapat segera melakukan pemeriksaan atau melakukan tindakan untuk mencegah tertular HIV. http://medicastore.com/forum/viewtopic.php?f=9&t=1126

Jenis-jenis Pemeriksaan HIV/AIDS


HIV/AIDS termasuk jajaran penyakit yang mempunyai tingkat penularan yang sangat tinggi. Hal ini terjadi karena seringkali seseorang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi HIV, sehingga menjadi sumber penularan bagi orang lain. Seseorang terkena HIV biasanya diketahui jika telah terjadi Sindrom Defisiensi Imun Dapatan (AIDS) yang ditandai antara lain penurunan berat badan, diare berkepanjangan, Sarkoma Kaposi, dan beberapa gejala lainnya. Berkembangnya teknologi pemeriksaan saat ini mengijinkan kita untuk mendeteksi HIV lebih dini. Beberapa pemeriksaan tersebut antara lain adalah : ELISA ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay), tes ini mendeteksi antibodi yang dibuat tubuh terhadap virus HIV. Antibodi tersebut biasanya diproduksi mulai minggu ke 2, atau bahkan setelah minggu ke 12 setelah terpapar virus HIV. Kerena alasan inilah maka para ahli menganjurkan pemeriksaan ELISA dilakukan setelah minggu ke 12 sesudah melakukan aktivitas seksual berisiko tinggi atau tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi. Tes ELISA dapat dilakukan dengan sampel darah vena, air liur, atau air kencing. Saat ini telah tersedia Tes HIV Cepat (Rapid HIV Test). Pemeriksaan ini sangat mirip dengan ELISA. Ada dua macam cara yaitu menggunakan sampel darah jari dan air liur. Hasil positif pada ELISA belum memastikan bahwa orang yang diperiksa telah terinfeksi HIV. Masih diperlukan pemeriksaan lain, yaitu Western Blot atau IFA, untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan ELISA ini. Jadi walaupun ELISA menunjukkan hasil positif, masih ada dua kemungkinan, orang tersebut sebenarnya tidak terinfeksi HIV atau betul-betul telah terinfeksi HIV.

Western Blot Sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi antibodi terhadap HIV. Western blot menjadi tes konfirmasi bagi ELISA karena pemeriksaan ini lebih sensitif dan lebih spesifik, sehingga kasus 'yang tidak dapat disimpulkan' sangat kecil. Walaupun demikian, pemeriksaan ini lebih sulit dan butuh keahlian lebih dalam melakukannya. IFA IFA atau indirect fluorescent antibody juga meurupakan pemeriksaan konfirmasi ELISA positif. Seperti halnya dua pemeriksaan diatas, IFA juga mendeteksi antibodi terhadap HIV. Salah satu kekurangan dari pemeriksaan ini adalah biayanya sangat mahal. PCR Test PCR atau polymerase chain reaction adalah uji yang memeriksa langsung keberadaan virus HIV di dalam darah. Tes ini dapat dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu setelah terpapar virus HIV. Tes ini sangat mahal dan memerlukan alat yang canggih. Oleh karena itu, biasanya hanya dilakukan jika uji antibodi diatas tidak memberikan hasil yang pasti. Selain itu, PCR test juga dilakukan secara rutin untuk uji penapisan (screening test) darah atau organ yang akan didonorkan. http://www.wartamedika.com/2008/06/jenis-jenis-pemeriksaan-hivaids.html

Tes yang paling lazim untuk HIV adalah tes darah. Sekarang juga ada tes yang dapat mencari antibodi dalam air seni, atau dalam cairan yang diambil dari dalam mulut (bukan air liur), digesekkan dari dalam pipi. Tes yang sering dipakai sekarang disebut tes cepat atau rapid test, yang mampu menyediakan hasil dalam 20-30 menit. Untuk tes darah, contoh darah kita diambil dengan jarum suntik sekali pakai, atau tetes darah diambil setelah jari kita ditusuk dengan jarum sekali pakai. Jika hasil tes pertama reaktif (positif), hal ini menunjukkan kemungkinan kita terinfeksi HIV. Tetapi tes harus diulang dua kali dengan cara berbeda untuk memastikan hasilnya benar, dan dapat dinyatakan positif. Ini biasanya dilakukan oleh tempat tes tanpa kita diketahui. Hasil juga dapat dilaporkan sebagai non-reaktif (negatif). Kadang laboratorium juga melaporkan angka non-reaktif (mis. non-reaktif, 0,34). Angka ini tidak ada relevansi sama sekali dan sebaiknya diabaikan. Sebelum darah diambil, kita wajib diberi konseling oleh seorang konselor yang terlatih. Di antara yang lain, konseling ini akan memberi informasi dasar tentang HIV dan AIDS, manfaat dan kerugian kita mengetahui apakah kita terinfeksi, dan bagaimana kita akan bereaksi jika nanti hasilnya positif. Setelah itu, kita diminta menyetujui sebelum darah diambil (sering disebut informed consent). Kita juga wajib diberi konseling lagi oleh konselor yang sama saat hasilnya sudah ada. Hasilnya hanya boleh diberikan pada kita, dan tidak boleh diberikan pada orang lain tanpa persetujuan kita. Tempat melaksanakan tes bertanggung jawab untuk menjamin nama kita dan hasil tes tidak diketahui orang lain (konfidentialitas lihat LI 813).

You might also like