Professional Documents
Culture Documents
I Latar Belakang
1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun
2. PAUD dilaksanakan melalui pemberianrangsangan (stimulasi) pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut
3. Penyelenggaraan PAUD mengacu pada STANDAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PERMENDIKNAS NO.58 TAHUN 2009 Tgl 17 September 2009) sebagaimana diamanatkan oleh PERATURAN PEMERINTAH No 19. Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
4. STANDAR PAUD terdiri atas empat kelompok yaitu : 4.1 Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan 4.2 Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 4.3 Standar Isim Proses dan Penilaian 4.4 Standar sarana/prasarana, pengelolaan dan pembiayaan
5. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan anak usia dini dijabarkan sesuai kelompok usia terdiri dari :
5.1 Tahap uisa 0 2 tahun 5.2 Tahap uisa 2 4 tahun 5.3 Tahap uisa 4 6 tahun
6. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan anak usia dini meliputi 5 lingkup perkembangan yaitu :
6. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan anak usia dini meliputi 5 lingkup perkembangan yaitu :
6.2 Motorik a. Motorik Kasar b. Motorik Halus c. Kesehatan Fisik 6.3 Kognitif a. Pengetahuan umum dan sains b. Konsep bentuk, warna & pola c. Konsep bilangan, lambang huruf
bilangan &
6.4 Bahasa a. Menerima bahasa b. Mengungkapkan bahasa c. Keaksaraan 6.5 Sosial emosional a. Sosial b. Sensitifitas emosi c. Kemandirian
1. Salah satu kemampuan dasar yang harus distimulasi pada PAUD adalah "Kemampuan Berbahasa". Menurut Santrock 1995, bahasa adalah suatu sistem simbol untuk berkomunikasi yang meliputi fonologi (unit suara), morfologi (unit arti), sintaksis (tata bahasa), s,emantik (variasi arti) dan pragmatik (penggunaan bahasa)
2. Perkembangan berbahasa anak meliputi perkembangan menyimak/ mendengar, berbicara/berkomunikasi, membaca dan menulis. Secara natural potensi berbahasa anak membutuhkan suatu upaya/strategi, metode dan teknik memberi pengalaman berbahasa yang tepat pada anak sesuai dengan kebutuhannya
Secara garis besar metode dapat dimaknai sebagai suatu upaya/strategi untuk menstimulasi kemampuan berbahasa anak melalui berbagai teknik. Metode dan teknik dapat dikategorikan pada beberapa upaya/strategi antara lain :
1. Simak ulang ucap 2. Simak kerjakan 3. Simak terka 4. Menjawab pertanyaan 5. Parafrase 6. Merangkum/menyimpulkan 7. Bisik/ pesan berantai 8. Dramatisasi 9. Bermain peran 10. Sosio drama 11. Senam cerita
IV METODE BERCERITA
1. Bercerita merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan dengan atau tanpa alat peraga Cerita yang disampaikan dapat berbentuk penanaman nila-nilai agama, moral, karakter dalam membentuk sikap perilaku
Penyampaian pesan/ informasi tentang konsep pengembangan kemampuan dasar (sesuai lingkup pengembangan pada Standar PAUD)
2. Cerita dengan teknik dongeng a. lsi cerita yang dapat mengembangkan fantasi anak seperti : Burung bertelur emas, Kura-kura dan kancil, Buaya dan harimau.
b. Cerita yang berkaitan dengan konsep nyata seperti : Bermain layang-layang, Menolong nenek tua, Persahabatan Budi dan Tono
Tujuan Bercerita
Agar anak dapat mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan oleh orang lain, mampu bertanya jika ada Yang belum dipahaminya atau dapat menjawab pertanyaan, menceritakan dan mengekspresikannya pada orang lain apa yang didengarnya
Fungsi Bercerita
Kegiatan bercerita berfungsi membantu perkembangan bahasa anak akan kemampuan berbicaranya, menambah perbendaharaan kosa kata, kemampaun mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat, mengekspresikannya melalui bernyanyi, menulis, ataupun menggambar
Melatih daya serap atau daya tangkap anak Melatih daya fikir anak Melatih daya konsentrasi anak
Bentuk-bentuk metode bercerita terbagi atas: Bercerita tanpa alat peraga Bercerita dengan alat peraga
Bentuk bercerita dengan alat peraga terbagi dua yaitu: Bercerita dengan alat peraga langsung Bercerita dengan alat peraga tak langsung/ benda tiruan
Bercerita tanpa alat: Bercerita tanpa alat adalah kegiatan bercerita yang dilakukan tanpa menggunakan media atau alat peraga, hanya mengandalkan suara, mimik atau gerak anggota tubuh
Strategi pelaksanaan bercerita tanpa alat: Dengan bernyanyi, diiringi musik atau melalui permainan anak Memberikan apersepsi
Memberikankesempatan pada anak untuk menyebutkan judul cerita Evaluasi isi cerita dalam bentuk pertanyaan atau peragaan Menyimpulkan isi cerita
Tujuan bercerita dengan alat peraga : Tujuan bercerita dengan alat peraga adalah untuk membantu Imajinasi anak untuk memahami isi cerita
Fungsi bercerita dengan alat peraga : Fungsi bercerita dengan alat peraga adalah dengan menggunakan alat peraga pendidik lebih mudah menyampaikan isi cerita
3. Kegiatan bercerita dengan boneka 4. Kegiatan bercerita dengan gambar seri 5. Kegiatan bercerita dengan gambar lepas
6. Kegiatan bercerita dengan papan flanel 7. Bercerita dengan boneka/samdiwara boneka 8. Bercerita dengan boneka wayang
VI PENUTUP
Kegiatan bercerita memerlukan kreatifitas guru dalam menyiapkan alat bantu supaya tidak terjadi verbalisme
Kegiatan bercerita memerlukan persiapan yang akan membantu guru untuk mencapai tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan anak
TERIMA KASIH
Dra. Hj. Andi Asiah Sanusi, M.Pd. Contact : 081342062017