You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN RESUSITASI JANTUNG PARU By, Moh Khaerul Efendi, 1106003144 1.

Pengertian Resusitasi jantung paru merupakan suatu tindakan yang merupakan salah satu usaha untuk mengembalikan keadaan henti nafas dan henti jantung ke fungsi optimal, guna mencegah kematian biologis. Soerasdi menyebutkan bahwa resusitasi merupakan tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru dan beroirientasi pada pada otak. Usaha untuk menjaga airway tetap terbuka, menunjang pernapasan dan sirkulasi darahdisebut bantuan hidup dasar (BHD). BHD dimulai dengan mengenali secara tepat keadaan henti jantung atau napas dan segera memberikan bantuan ventilasi dan sirkulasi. BHD bertujuan untuk memasok oksigen ke otak, jantung dan alat vital lainnya secara cepat. Kemudian dilanjutkandengan bantuan hidup lanjut. Adapun beberapa keadaan yang dapat diberikan tindakan resusitasiadalah keadaan henti napas pada korban tenggelam, obstruksi benda asing di jalan napas,keracunan obat, tersedak, koma, dll. Selain itu juga fibrilasi ventrikel, takhikardi ventrikel, asitoldan disosiasi elektromekanikal. Sirkulasi untuk menjamin oksigenasi yang adekwat sangatdiperlukan dengan segera karena sel-sel otak menjadi lumpuh apabila oksigen ke otak terhentiselama 8 20 detik dan akan mati apabila oksigen terhenti selama 3 5 menit (Soerasdi, 2004). 2. Tujuan Tindakan Memulai kembali sirkulasi yang spontan (advance life support) Memberikan bantuan eksternalterhadap sirkulasi (fungsi jantung) dan ventilasi (fungsi pernapasan/paru) pada pasien henti jantung atau henti napas Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas) Untuk membentuk jalan napas yang lancar Pengelolaan intensif pasca resusitasi (prolonged life support)Melindungi otak secara manual dari kekurangan oksigen (fungsi utama) Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (napas).

mengalirkan darah yang mengandung oksigen ke otak dalam upaya mencegah kerusakan jaringan yang permanen.

3. Indikasi Henti jantung Henti napas (obstruksi jalan napas akibat benda asing, tersedak, tersengat listrik, syok hipovolemik karena pendarahan, reaksi anafilaktik, tenggelam, overdosis

obat,ketidakseimbangan elektrolit) Dyspnea, henti napas 15 30 detik Kulit pucat abu abu Pupil lebar dan tidak reaktif 60 90 detik Pulsasi arteri karotis tidak teraba Tak terabanya nadi segera Ketidaksadaran 10 20 detik Keadaan penurunan mental

4. Kontraindikasi Fraktur Kosta Trauma thorax Pneumothorax Emphysema bera Fraktur Kosta T rauma thorax Pneumothorax Emphysema berat Cardiac tamponade Cardiac arrest lebih dari 5-6 menit

5. Komplikasi Tertutupnya saluran pernapasan akibat kepala terlalu dihiperekstensikan Patah tulang dada dan tulang iga Bocornya paru-paru ( Pnemotoraks) Perdarahan dalam paru-paru/rongga dada ( Hemotoraks) Luka dan memar pada paru-paru

Robekan pada hati

6. Penghentian RJP Jika penderita sudah tidak memberikan respon yang stabil. Pupil dilatasi maksimal Tidak ada respon spontan setelah RJP selama 15-30 menit Gambaran EKG sudah flat

7. Anatomi torax Dinding dada terdiri dari Tulang dada yakni iga, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula dan scapula. Dinding dada terdiri dari otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah intrerkostalis dan torakalis interna. Bagian bawah torax dibatasi oleh otot diafragma. Diafragma tempat jalan untuk aorta, vena cava inferior serta esofaguIsi rongga torak. Rongga torax dibagi menjadi tiga, yakni kiri, tengah dan kanan, didalamnya terdapat paru paru. Rongga torax dibatasi oleh pleuravisceralis dan parietalis. Rongga mediastinum dan isinya terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi menjadi bagian anterior, medius, posterior dan superior. Rongga Mediastinum 1) Mediastinum superior, batasnya :Atas : bidang yang dibentuk oleh vertebra torakalis 1, kosta 1, dan jugular notch.Bawah : bidang yang dibentuk dari angulus sternal ke vertebra torakalis 4Lateral : pleura mediastinalisAnterior : manubrium sterni.Posterior : Corpus vertebra torakalis 1-4. 2) Mediastinum inferior terdiri dari mediastinum anterior, mediastinum medius,mediastinum posterior. 3) Mediastinum anterior batasnya :Anterior : sternum ( tulang dada )Posterior : pericardium ( selaput jantung )Lateral : pleura mediastinalisSuperior : plane of sternal angleInferior : diafragma.

4)

Mediastinum medium batasnya :Anterior : perikardiumPosterior : perikardiumLateral : pleura mediastinalisSuperior : plane of sternal angleInferior : diafragma.

5)

Mediastinum posterior, batasnya :Anterior : pericardium, Posterior : corpus vertebra torakalis 5 - 12Lateral : pleura mediastinalisSuperior : plane of sternal angleInferior : diafragma.

Batas-batas Thorax. Batas bawah thorax: arcus costarum Processus xhiphoideus Garis penghubung antara puncak-puncak ketiga iga terakhir dan processusspinalis thoracal XII Batas atas thorax : incisura jugularis sterni Clavicula Garis penghubung antara articulus acromioclavicularis dan processus spinaliscervical VII

Dinding Thorax Costae Rangka toraks terluas adalah iga-iga (costae) yang merupakan tulang jenisosseokartilaginosa. Memiliki penampang berbentuk konus, dengan diameter penampang yang lebih kecil pada iga teratas dan makin melebar di iga sebelah bawah.Di bagian posterior lebih petak dan makin ke anterior penampang lebih memipih.Terdapat 12 pasang iga yaitu 7 iga pertama merupakan iga sejati (costae vera) yangmelekat pada vertebra yang bersesuaian, dan terletak di sebelah anterior ke sternum. Iga8-10 merupakan iga palsu (false rib/costae spuria) yang melekat di anterior kerawan kartilago iga diatasnya, dan 2 iga terakhir merupakan iga yang melayang (costaefluctuantes) karena tidak berartikulasi di sebelah anterior. Setiap iga terdiri dari caput(head), collum (neck), dan corpus (shaft). Iga memiliki 2 ujung, yaitu permukaanartikulasi vertebral dan sternal.

Bagian posterior iga berstekstur kasar dan terdapatforamen-foramen kecil. Sedangkan bagian anterior lebih rata dan halus. Tepi superior iga terdapat krista kasar tempat melekatnya ligamentum costotransversus anterior,sedangkan tepi inferior lebih bulat dan halus. 8. Aspek keamanan dan keselamatan yang harus diperhatikan Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan pasien. Minimalisasi kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam memberikan napas bantuan sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk melindungi penolong dari penyakit yang mungkin dapat ditularkan oleh korban Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertamaadalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri. 9. Prosedur 1) Tanyakan kondisi Apabila menemukan klien dalam keadaan tidak sadar. Tujuan : Memberikan stimulus untuk

menyadarkan 2) Pukulan precordial Apabila henti kardiosirkulasi Bila jantung tidak hipoksia Bradikardi menjadi takikardi selanjutnya menjadi vibrilasi ventrikel Tujuan : o Pemukulan sternum dari ketinggian 30 cm menimbulkan aktivitas listrik o Pemukulan 1 2 menit memacu

miokardium berkontraksi efektif. 3) Memanggil pertolongan

4) Pertahankan jalan napas (Airways) Apabila klien telentang, kemungkinan akan terjadi obstruksi jalan napas sebagian atau total oleh jatuhnya lidah. Hal yang dilakukan adalah kepala dihiperekstensikan, dagu diangkat, mulut ditutup. Dalam posisi ini kepala nafas korban bisa dipertahankan. Apabila hidung tersumbat, maka mulut dibuka 1 2 cm agar udara bisa masuk lewat mulut. Salah satu tangan mengangkat dagu. Tangan lainnya diletakkan pada garis rambut. Apabila ada sumbatan pada jalan nafas, segera bersihkan. Pegang sudut bagian bawah rahang korban dan angkat dengan kedua tangan, satutangan pada setiap sisi, menggerakkan mandibula ke depan (jaw thrust) sambilmemiringkan kepala ke arah belakang. Cara ini juga dapat digunakan untuk membuka jalan napas pada cedera leher atau kepala. 5) Teknik breathing Persiapkan pernapasan buatana. a. Untuk resusitasi mulut ke mulut pada orang dewasa, jepit hidung dan mulut korban. Pada bayi, tempatkan di hidung dan mulut bayi. b. Untuk resusitasi kantung ambu, gunakan masker wajah dengan ukuran tepat dan pasang pada mulut dan hidung korban. Berikan pernapasan buatan a. Resusitasi orang dewasa 1. Untuk resusitasi mulut ke barier pada orang dewasa, tarik napas dalam dan sekat bibir di sekeliling mulut korban, menghasilkan sekat kedap udara. 2. Berikan dua klai aliran napas secara perlahan, 1,5 2 detik setiap kali, diikutidengan 10 20 kali napas per menitc)Untuk pernapasan buatan dengan

kantung ambu pada orang dewasa, tekan kantung dengan maksimal setiap dua kali napas b. Resusitasi bayi/anak 1. Berikan dua klai aliran napas secara perlahan, 1 1,5 detik per napas denganistirahat diantaranya sehingga penyelamat bisa mengambil napas, diikuti 20 kalinapas per menit. 2. Untuk resusitasi dengan kantung ambu pada anak, gunakan dua kompresi kantungyang berukuran kecil. Observasi naik turunnya dinding dada setiap klien bernapas. Apabila paru-paru tidak mengembang, atur kembali posisi kepala dan leher dan periksa adanya obstruksi jalannapas yang terlihat. Isap setiap sekresi jalan napas. Apabila tidak tersedia alat isap, tolehkan kepala klienke salah satu sisi. Kaji adanya denyut arteri karotis. Pemeriksaan nadi dilakukan selama 5 10 detik.Jika arteri karotis tidak teraba, disarankan mengkaji arteri barkialis. 6) Tehnik Compression Orang dewasa (mulai dari anak usia 8 tahun ke atas) 1. Posisikan tangan yang benar Tangan penyelamat diletakkan di batas rangka iga korban Jari-jari digerakkan ke arah atas rangka iga untuk menandai tempat pertemuan igadengan sternum bagian bawah di tengah dada bagian bawah Letakkan tumit telapak tangan di atas sternum dan letakkan tangan lain pada bagian atas tangan yang berada di atas sternum sehingga kedua tangan menjadi parallel Jari-jari dapat diekstensikan atau paralel, tetapi jangan sampai menyentuh dada 2. Tegangkan siku, pertahankan lengan lurus dan bahu tepat di atas kedua tangan di atassternum korban 3. Lakukan kompresi dada 3,8 5 cm 4. Lakukan kompresi dada 80 100 kali per menit 5. Ventilasi paru- paru dengan dua kali napas lambat 6. Kaji korban setelah empat siklus (15 kali kompresi, dua kali ventilasi pada satusiklusnya)

Bayi (1-12 bulan) 1. Posisikan tangan dengan benar a)Bayangkan garis imajiner antara puting susu di atas tulang payudara (sternum) 2. Gunakan dua atau tiga jari (jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis/ibu jari kanandan kiri dengan jari yang lainnya melingkari dada dan punggung bayi. 3. Lakukan kompresi 1,3 2,5 cm minimal 100 kali/menit 4. Pada akhir setiap kompresi kelima lakukan ventilasi selama 1,5 detik 5. Kaji korban setelah 10 siklus (setiap siklus 5 kompresi, 1 ventilasi)Anak (1 7 tahun) 6. Posisikan tangan yang benar a. Letakkan tangan di batas bawah rangka iga korban dengan jari telunjuk dan jaritengah b. Ikuti batas rangka iga dengan jari tengah sampai titik tempat pertemuan iga dengansternum c. Letakkan jari telunjuk di sebelah jari tengah d. Letakkan tumit tangan di depan titik tempat jari telunjuk berada dengan aksis panjang tumit sejajar dengan sternum e. Tangan lain dari penyelamat mempertahankan posisi kepala anak 7. Kompresi sternum dengan satu tangan 2,5 3,8 cm dengan kecepatan 100 kali/menit 8. Lakukan ventilasi (1-1,5 detik) pada akhir setiap kompresi kelima 9. Kaji kembali korban setelah 10 kali siklus (tiap siklus 5 kompresi 1 ventilasi).

10. Hal yang harus diperhatikan Korban harus dalam posisi telentang Tindakan dilakukan di atas permukaan yang datar dan keras

Pada saat dilakukan kompresi jantung, jari-jari tangan jangan sampai menyentuh dadakorban

Posisi lengan harus lurus RJP dihentikan bila jantung sudah berdetak ditandai adanya nadi dan nafas sudahspontan, saat mengecek nadi dan pernafasan, penolong sudah kelelahan, dan pasien dinyatakan tidak mempunyai harapan lagi/meninggal.

You might also like