You are on page 1of 8

PANEN DAN PASCA PANEN TANAMAN PADI

Disusun oleh : Ekayana Putra N H0710041

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS PERTANIAN 2013


PENDAHULUAN Pengertian pascapanen hasil pertanian adalah tahapan kegiatan yang dimulai sejak pemungutan (pemanenan) hasil pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan sampai siap untuk dipasarkan. Hasil utama pertanian adalah hasil pertanian yang merupakan produk utama untuk tujuan usaha pertanian dan diperoleh hasil melalui maupun tidak melalui proses pengolahan.

Adapun yang dimaksud dengan penanganan pascapanen adalah tindakan yang disiapkan atau dilakukan pada tahapan pascapanen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dan atau diolah lebih lanjut oleh industri (Anonim, 1986). Penanganan pascapanen hasil pertanian meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan langsung terhadap hasil pertanian yang karena sifatnya harus segera ditangani untuk meningkatkan mutu hasil pertanian agar mempunyai daya simpan dan daya guna lebih tinggi. Sesuai dengan pengertian tersebut diatas, kegiatan pascapanen meliputi kegiatan pemungutan hasil (pemanenan), perawatan, pengawetan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, penggudangan dan standardisasi mutu ditingkat produsen. Khususnya terhadap komoditas padi, tahapan pascapanen padi meliputi pemanenan, perontokan, perawatan, pengeringan, penggilingan, pengolahan, transportasi, penyimpanan, standardisasi mutu dan penanganan limbah. Penanganan pascapanen hasil pertanian bertujuan untuk menekan tingkat kerusakan hasil panen komoditas pertanian dengan meningkatkan daya simpan dan daya guna komoditas pertanian agar dapat menunjang usaha penyediaan bahan baku industri dalam negeri, meningkatkan nilai tambah dan pendapatan, meningkatkan devisa negara dan perluasan kesempatan kerja serta melestarikan sumberdaya alam dan lingkugan hidup. PEMBAHASAN 1. Pemanenan Tanaman Padi Pemanenan padi merupakan kegiatan akhir dari pra panen dan awal dari pasca panen. Usaha tani padi tidak akan menguntungkan atau tidak akan memberikan hasil yang memuaskan apabila proses pemanenan dilakukan pada umur panen yang tidak tepat dan dengan cara yang kurang benar. Umur panen padi yang tepat akan menghasilkan gabah dan beras bermutu baik, sedang cara panen yang baik secara kuantitatif dapat menekan kehilangan hasil. Oleh karena itu komponen teknologi pemanenan padi perlu disiapkan. Ada beberapa cara untuk menentukan umur panen padi, yaitu berdasarkan: a. Umur tanaman menurut diskripsi varietas, b. Kadar air gabah, c. d. Metode optimalisasi yaitu hari setelah berbunga rata, dan Kenampakan malai (Setyono dan Hasanuddin 1997).

Waktu (umur) panen berdasarkan umur tanaman sesuai dengan diskripsi varietas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya varietas, iklim, dan tinggi tempat, sehingga umur panennya berbeda berkisar antara 5-10 hari. Berdasarkan kadar air, padi yang dipanen pada kadar air 21-26% memberikan hasil produksi optimum dan menghasilkan beras bermutu baik (Damardjati,1979). Cara lain dalam penentuan umur panen yang cukup mudah dilaksanakan adalah metode optimalisasi.Dengan metode optimalisasi, padi dipanen pada saat malai berumur 30 35 hari setelah berbunga rata (HSB) sehingga dihasilkan gabah dan beras bermutu tinggi (Rumiati dan Soemadi,1982) Penentuan saat panen yang umum dilaksanakan petani adalah didasarkan kenampakan malai, yaitu 90 95 % gabah dari malai tampak kuning (Rumiati, 1982). Dengan diintroduksikannya varietas varietas unggul baru padi yang memiliki potensi hasil tinggi dan berpostur pendek, maka terjadi perubahan penggunaan alat panen dari ani-ani ke penggunaan sabit biasa/sabit bergerigi. Dalam pemanenan padi tersebut menyebabkan kehilangan hasil rendah (Damardjati,dkk 1988, Nugraha dkk, 1990). Cara panen padi tergantung kepada alat perontok yang digunakan . Ani-ani umumnya digunakan petani untuk memanen padi lokal yang tahan rontok dan tanaman padi berposter tinggi dengan cara memotong pada tangkainya. Cara panen padi varietas unggul baru dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah atau potong bawah tergantung cara perontokannya. Cara panen dengan potong bawah, umumnya dilakukan bila perontokannya

dengan cara dibanting/digebot atau menggunakan pedal thresher .Panen padi dengan cara potong atas atau potong tengah bila dilakukan perontokannya menggunakan mesin perontok. 2. Penumpukan dan Pengumpulan Penumpukan dan pengumpulan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah padi dipanen. Ketidak-tepatan dalam penumpukan dan pe-ngumpulan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup tinggi. Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kehilangan hasil sebaiknya pada waktu penumpukan dan pengangkutan padi menggunakan alas. Penggunaan alas dan wadah pada saat penumpukan dan pengangkutan dapat menekan kehilangan hasil antara 0,94 2,36 %. a. Perontokan Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan pengum-pulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %. Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher. 1) Perontokan padi dengan cara digebot Gebotan merupakan alat perontok padi tradisionil yang masih banyak digunakan petani. Bagian komponen alat gebotan terdiri dari: a) Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki berdiri di atas tanah, dapat dipindah-pindah. b) Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau melintang dengan jarak renggang 1 2 cm. c) Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar bambu, plastik lembaran atau terpal sedangkan bagian depan terbuka. Berikut ini cara perontokan padi dengan alat gebot : a) Malai padi diambil secukupnya lalu dipukulkan/digebot pada meja rak perontok 5 kali dan hasil rontokannya akan jatuh di terpal yang ada di bawah meja rak perontok. b) Hasil rontokan berupa gabah kemudian dikumpulkan. 2) Perontokan padi dengan pedal thresher Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana dan digerakan meng-gunakan tenaga manusia. Ke-lebihan alat ini dibandingkan dengan alat gebot adalah mampu menghemat tenaga dan waktu, mudah diperasikan dan mengurangi kehilangan hasil, kapasitas kerja 75 100 kg per jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang. Penggunaan pedal thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 2,5 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher : a) Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun. b) Putaran poros pemutar memutar silinder perontok. c) Putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan dengan memukul gabah yang menempel pada jerami sampai rontok. d) Arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (men-jauh dari operator). 3) Perontokan padi dengan power thresher Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak enjin. Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi. Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 3 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan power thresher : a) Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan mesin perontok tipe throw in dimana semua bagian yang akan dirontok masuk ke dalam ruang perontok. b) Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara manual denngan alat atau mesin yang mempunyai tipe Hold on dimana tangki jerami dipegang, hanya bagian ujung padi yang ada butirannya ditekankan kepada alat perontok.

b.

c) Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai dengan yang diinginkan untuk merontok padi d) Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang di-masukkan dari pintu pemasuk-kan. e) Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok, tergesek terpukul dan terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembwa menuju pintu pengeluaran jerami. f) Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan perontok, sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu peng-eluaran jerami. g) Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan perontok akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh kipas angin. h) Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup terbuang melalui pintu pengeluaran kotoran ringan. i) Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui ayakan yang berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada pintu pengeluaran padi bernas. Pengeringan Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang lama. Kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan proses pengeringan dapat mencapai 2,13 %. Pada saat ini cara pengeringan padi telah berkembang dari cara penjemuran menjadi pengering buatan. 1) Pengeringan Padi dengan Cara Penjemuran Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah dengan memanfaatkan panas sinar matahari. Untuk mencegah bercampurnya kotoran, kehilangan butiran gabah, memudahkan pe-ngumpulan gabah dan meng-hasilkan penyebaran panas yang merata, maka penjemuran harus dilakukan dengan menggunakan alas. Penggunaan alas untuk penjemuran telah berkembang dari anyaman bambu kemudian menjadi lembaran plastik/terpal dan terakhir lantai dari semen/beton. Berikut ini cara penjemuran gabah basah. a) Cara penjemuran dengan lantai jemur Dari berbagai alas pen-jemuran tersebut, lantai dari semen merupakan alas penjemuran terbaik. Permuka-an lantai dapat dibuat rata atau bergelombang. Lantai jemur rata pembuatannya lebih mudah dan murah, namun tidak dapat mengalirkan air hujan secara cepat bahkan adakalanya menyebabkan genangan air yang dapat merusakkan gabah. Lantai jemur bergelombang lebih di-anjurkan, karena dapat mengalirkan sisa air hujan dengan cepat. Berikut ini cara penjemuran dengan lantai jemur : o Jemur gabah di atas lantai jemur dengan ketebalan 5 cm 7 cm untuk musim kemarau dan 1 cm 5 cm untuk musim penghujan. o Lakukan pembalikan setiap 1 2 jam atau 4 6 kali dalam sehari dengan menggunakan garuk dari kayu. o Waktu penjemuran : pagi jam 08.00 jam 11.00, siang jam 14.00 17.00 dan tempering time jam 11.00 jam 14.00. o Lakukan pengumpulan de-ngan garuk, sekop dan sapu. b) Cara penjemuran dengan alas terpal/plastik Alas terpal/plastik dapat juga dipakai untuk alas penjemuran. Beberapa keuntungan pengguna-an alas terpal/plastik adalah : o Memudahkan pengumpulan untuk pengarungan gabah pada akhir penjemuran. o Memudahkan penyelamatan gabah bila pada waktu penjemuran hujan turun secara tiba-tiba. o Dapat mengurangi tenaga kerja buruh di lapangan. o Berikut cara penjemuran dengan alas terpal/plastik : o Jemur gabah di atas alas terpal/plastik dengan ke-tebalan 5 7 cm untuk musim kemarau atau 1 5 cm untuk musim peng-hujan.

o Lakukan pembalikan secara teratur setiap 1 2 jam sekali atau 4 6 kali dalam sehari. Pembalikan di-anjurkan tanpa mengguna-kan garuk karena dapat mengakibatkan alas sobek. o Waktu penjemuran : pagi jam 08.00 jam 11.00, siang jam 14.00 17.00, dan tempering time jam 11.00 jam 14.00. o Lakukan pengumpulan de-ngan cara langsung di-gulung. 2) PengeringanPadi dengan Pengering Buatan Pengeringan buatan merupakan alternatif cara pengeringan padi bila penjemuran dengan matahari tidak dapat dilakukan. Secara garis besar pengeringan buatan dibagi atas 3 bentuk, yaitu tumpukan datar (Flat Bed), Sirkulasi (Recirculation Batch) dan kontinyu (Continuous-Flow Dryer). a) Flat Bed Dryer Pengeringan dengan meng-gunakan Flat Bed Dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut : o Padi yang akan dikeringkan di tempatkan pada kotak pengering. o Api dari sumber panas akan dihembuskan ke bagian/ ruangan bawah dari kotak pegering oleh blower yang digerakkan motor peng-gerak. o Udara panas naik ke ruang atau kotak pengering yang berisi padi melalui sekat yang berlubang. o Udara panas akan me-nurunkan kadar air padi. b) Continuous Flow Dryer Pengeringan dengan continuous flow dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut : o Cara kerja sama dengan drier lainnya, namun padi yang akan dikeringkan diaduk posisinya oleh screw conveyor. o Alat ini terdiri dari kotak pengering vertikal, pemanas dan dilengkapi dengan screw conveyor dischange. o Gabah yang akan dikeringkan dimasukan pada bagian atas kotak pengering. Udara pemanas dihembuskan pada salah satu sisi kotak pengering dan keluar lewat sisi yang lain. o Pada saat pengeringan gabah terus turun ke bawah dan dikeluarkan pada bagian bawah Screw Conveyor Dischange yang terletak pada bagian bawah kotak pengering. Besarnya kecepatan keluarnya gabah dapat diatur. 3. Penyimpanan Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah/beras agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah/ beras dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, dan serangan serangga, binatang mengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu gabah/beras. a. Penyimpanan Gabah dengan Sistem Curah Sistem curah, yaitu gabah yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat yang dianggap aman dari gangguan hama maupun cuaca Penyimpanan gabah dengan sistem curah dapat dilakukan dengan menggunakan silo. Silo merupakan tempat menyimpan gabah/beras dengan kapasitas yang sangat besar. Bentuk dan bagian komponen silo adalah sebagai berikut : Penyimpanan gabah/beras de-ngan silo dilakukan dengan cara sebagai berkut : 1) Gabah yang disimpan dialirkan melalui bagian atas silo dengan menggunakan elevator, dan dicurahkan ke dalam silo. 2) Ke dalam tumpukan gabah tersebut dialirkan udara panas yang dihasilkan oleh kompor pemanas dan kipas yang terletak di bagian bawah silo. 3) Kondisi gabah dipertahankan dengan mengatur suhu udara panas dan aerasi. b. Penyimpanan Gabah dengan Kemasan/Wadah Penyimpanan gabah dengan kemasan dapat dilakukan dengan menggunakan karung. Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan gabah dengan karung adalah :

1) Karung harus dapat melindungi produk dari kerusakan dalam pengangkutan dan atau penyim-panan. 2) Karung tidak boleh meng-akibatkan kerusakan atau pen-cemaran oleh bahan kemasan dan tidak membawa OPT. 3) Karung harus kuat, dapat menahan beban tumpukan dan melindungi fisik dan tahan terhadap goncangan serta dapat mempertahankan ke-seragaman. Karung harus diberi label berupa tulisan yang dapat menjelaskan tentang produk yang dikemas. 4. Penggilingan Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras. Proses penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan penyimpanan. Bagian komponen mesin penggiling terdiri dari : a. Motor penggerak b. Pengupas sekam biasanya dipakai tipe roll karet. Terdapat 2 buah roll karet yang berputar berlawanan dengan kecepatan putar yang berbeda. Jarak antara 2 roll karet dapat diatur tergantung jenis gabah yang akan dikupas, biasanya 2/3 besarnya gabah. Diameter kedua roll karet sama bervariasi 300 500 mm dan lebar 120 500 mm. c. Pemisah gabah mempunyai 3 tipe yaitu : separator tipe kompartmen, merupakan kotak oscilator terdiri dari 1, 2, 3 atau 4 lapis/dek. separator tipe dek, terdiri dari 3 sampai 7 rak dengan posisi miring, rak disusun dengan jarak 5 cm. Separatortype saringan, terdiri dari ayakan saringan yang bergetar berjumlah 6 15 ayakan. d. Penyosoh tipe mesin penyosoh yang dipakai untuk rice milling unit adalah tipe jet parlour. udara dialirkan melalui poros yang tipis dan lubang dari tabung. Dinding heksagonal yang berlubang membungkus tabung besi yang berputar. Jarak renggang dinding heksagonal dan tabung besi dapat diatur dengan sekrup. Unit pembawa/conveyor. e. Proses penggilingan gabah dila-kukan dengan cara sebagai berikut: 1) Hidupkan mesin 2) Masukkan gabah yang akan dikupas ke dalam hoper melalui bagian atas kemudian masuk diantara kedua rol karet. 3) Atur renggang rol. 4) Hasil pengupasan berkisar 90% beras pecah kulit dan 10% gabah, tergantung perbedaaan kecepatan putaran rol. Sekam yang terkupas terpecah menjadi 2 dan utuh. Beras pecah kulit yang dihasilkan tidak banyak yang retak sehingga bila disosoh akan memperoleh persentase beras kepala yang relatif tinggi. 5. Pasca Panen Tanaman Padi Masalah utama dalam penanganan pascapanen padi yang dihadapi petani adalah masih tingginya kehilangan hasil selama penanganan pascapanen yang besarnya sekitar 21% (BPS,1996) dan rendahnya mutu gabah dan beras yang dihasilkan. Rendahnya mutu gabah disebabkan oleh tingginya kadar kotoran dan gabah hampa serta butir mengapur mengakibatkan rendahnya rendemen beras giling yang diperoleh (Setyono dkk. 2000). Butir mengapur selain dipengaruhi oleh faktor genetika, juga dipengaruhi oleh teknik pemupukan dan pengairan, sedangkan kadar kotoran dipengaruhi oleh faktor teknis, yaitu cara perontokan. Oleh karena sebagian besar pemanen merontok padinya dengan cara dibanting atau dengan menggunakan pedal thresher, maka gabah yang diperoleh mengandung kotoran dan gabah hampa cukup tinggi. Kehilangan hasil panen dan rendahnya mutu gabah terjadi pada tahapan pemanenan dan perontokan sehingga sasaran utama penelitian pascapanen padi saat itu dititikberatkan kepada penelitian komponen teknologi pemanenan, perontokan sampai kepada rekayasa sistem pemanenan padi.

Agroindustri padi belum berkembang seperti yang diharapkan, seperti yang terlihat dalam penggilingan padi. Pengusaha penggilingan padi umumnya hanya mengutamakan beras hasil giling, belum memperhatikan secara serius produk samping dan limbahnya. Pola kerja kelompok dalam penanganan pasca panen padi harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknis dan ekonomis sebagai berikut : Pemanenan dan perontokan dilakukan oleh regu/kelompok pemanen. Jumlah pemanen harus dibatasi 1 regu/kelompok pemanen terdiri dari 5 7 orang dilengkapi dengan 1 pedal thresher atau 15 20 orang dilengkapi dengan 1 power thresher. Pemanenan dan perontokan padi dengan sistem kelompok perlu terus disosialisasikan kepada pemanen dan petani. Penerapan pemanenan padi dengan sistem kelompok dapat menekan kehilangan hasil pasca panen padi. Menurut hasil penelitian, kehilangan hasil panen pada sistem kelompok jauh lebih rendah dibandingkan dengan sistem kroyokan dan ceblokan. Penanganan pasca panen harus dilihat dari segi berikut : a) Lokasi Lokasi bangunan tempat penanganan pasca panen harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Bebas dari pencemaran ; - Bukan di daerah pembuangan sampah/kotoran cair maupun padat. - Jauh dari peternakan, industri yang mengeluarkan polusi yang tidak dikelola secara baik dan tempat lain yang sudah tercemar. 2) Pada tempat yang layak dan tidak di daerah yang saluran pembuangan airnya buruk. 3) Dekat dengan sentra produksi sehingga menghemat biaya transportasi dan menjaga kesegaran hasil. 4) Sebaiknya tidak dekat dengan perumahan penduduk. a. Bangunan Bangunan untuk penanganan pasca panen harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan kesehatan sesuai dengan : 1) Jenis produk yang ditangani, sehingga mudah dibersihkan, mudah dilaksanakan tindak sanitasi dan mudah dipelihara. 2) Tata letak diatur sesuai dengan urutan proses penanganan, sehingga lebih efisien. 3) Penerangan dalam ruang kerja harus cukup sesuai dengan keperluan dan persyaratan kesehatan serta lampu berpelindung. 4) Tata letak yang aman dari pencurian b. FasilitasSanitasi 1) Bangunan untuk penanganan pasca panen harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan kesehatan. Bangunan harus dilengkapi dengan sarana penyediaan air bersih. 2) Bangunan harus dilengkapi dengan sarana pembuangan yang memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3) Bangunan harus dilengkapi sarana toilet : a) Letaknya tidak terbuka langsung ke ruang proses produksi beras. b) Dilengkapi dengan bak cuci tangan (wastafel). c. AlatdanMesin Alat dan mesin yang dipergunakan dalam penanganan pasca panen harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergonomis. Persyaratan peralatan dan mesin yang digunakan dalam penanganan pasca panen harus meliputi : 1) Sesuai dengan jenis produk yang akan dihasilkan 2) Permukaan yang berhubungan dengan bahan yang diproses tidak boleh berkarat dan tidak mudah mengelupas. 3) Mudah dibersihkan dan dikontrol

Tidak mencemari hasil seperti unsur atau fragmen logam yang lepas, minyak pelumas, bahan bakar, tidak bereaksi dengan produk, jasad renik dll 5) Mudah dikenakan tindakan sanitasi. d. Wadah dan pembungkus Wadah dan pembungkus yang digunakan dalam penanganan pasca panen harus : 1) Dapat melindungi dan mempertahankan mutu isinya terhadap pengaruh dari luar. 2) Dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur yang dapat mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu produk. 3) Tahan/tidak berubah selama pengangkutan dan peredaran. 4) Sebelum digunakan wadah harus dibersihkan dan dikenakan tindakan sanitasi. 5) Wadah dan bahan pengemas disimpan pada ruangan yang kering dan ventilasi yang cukup dan dicek kebersihan dan infestasi jasad pengganggu sebelum digunakan. e. Tenaga Kerja Tenaga kerja untuk penanganan pasca panen harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Tenaga kerja harus berbadan sehat. 2) Memiliki keterampilan sesuai dengan bidang pekerjaannya. 3) Mempunyai komitmen dengan tugasnya. 4) Sesuai dengan Undang-Undang Tenaga Kerja PENUTUP Pemanenan dan perontokan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi petani padi, karena kedua tahapan pascapanen padi tersebut terjadi kehilangan hasil sangat tinggi. Banyaknya gabah yang tercecer dan gabah tidak terontok akibat perilaku pemanen menyebabkan kehilangan hasil pada kedua tahapan tersebut mencapai lebih dari 15%. Perbaikan pemanenan padi dengan sistem kelompok dapat menekan ke hilangan hasil sampai 3,76%, sehingga dapat menyelamatkan hasil dari kehilangan sekitar 10%. Pemanenan padi dengan sistem kelompok merupakan salah satu sumber baru produksi padi, karena dapat menyelamatkan gabah hasil panen dari kehilangan. Pengembangan pemanenan padi dengan sistem kelompok selain dapat mengurangi besarnya kehilangan hasil dan dapat meningkatkan pendapatan petani dan pemanen, juga dapat menunjang peningkatan stok pangan nasional. Kelompok jasa pemanen yang bekerja secara profesional dapat menghindari perbuatan tidak terpuji atau kecurangan dari anggotanya pada khususnya dan para pemanen pada umumnya, serta mencegah tumbuhnya para pengasak. Penanganan pasca panen me-rupakan kegiatan strategis yang memerlukan partisipasi seluruh masyarakat. Untuk mengimplementasi-kan penanganan pasca panen dibutuh-kan kemampuan teknis dan manajemen yang baik. DAFTAR PUSTAKA Andoko, Agus. 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta Ningsih S,P.2013.Penaganan Pasca Panen Padi Hibrida.http://202.43.189.41/web/dipertantb/Juklak/pasca_panen_padi.htmDiakses pada tanggal 25 Maret 2013.

4)

Setyono, Agus.2012.Teknologi Penanganan Pascapanen Padi.Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi.Bandung

You might also like