You are on page 1of 79

PATOLOGI

Patologi berasal dari kata Pathos berarti penyakit dan Logos berarti ilmu Jadi patologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit.

Pembagian Patologi 1. Patologi Anatomi 2. Patologi Klinik 3. Patologi Forensik

Patologi Anatomi Adalah ilmu yang mempelajari perubahan struktur serta fungsional pada sel, jaringan dan organ tubuh, yang terkena penyakit atau jejas .
Patologi Klinik Mempelajari perubahan pada darah , urine, faeses dan cairan tubuh pada suatu penyakit Patologi Forensik Mempelajari perubahan pada organ tubuh pada mayat, mempelajari sebab kematian pada mayat.

PEMBAGIAN PATOLOGI ANATOMI


Patologi Anatomi umum : mempelajari reaksi dasar dari sel dan jaringan terhadap stimulus atau rangsangan yang abnormal Patologi Anatomi khusus : Mempelajari respons spesifik jaringan dan organ tertentu terhadap stimulus atau rangsangan misal paru paru, jantung, hati dll

Untuk dapat mengetahui perubahan struktur dan fungsi sel, jaringan atau organ diperlukan bahan pemeriksaan dan tehnik pemeriksaan tertentu yang berguna untuk menegakkan diagnosa ditinjau dari bidang patologi anatomi

BAHAN-BAHAN PEMERIKSAAN DI LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI


1. Biopsi yaitu potongan kecil jaringan yang di dapat dari penderita untuk menegakkan diagnosa penyakit. Bahan biopsi diperoleh dari berbagai cara, misalnya eksisi, endoskopi. 2.Sitologi : bahan sitologi berupa cairan tubuh misal sputum, cairan ascites, cairan pleura, hapusan dari vagina dll. 3 Hasil operasi bahan diambil dari tubuh saat dilakukan operasi misalnya mammae.
6

Peranan AHLI PATOLOGI


Suatu hari ahli Bedah menelpon seorang ahli patologi bahwa besok pagi akan ada operasi ekterpasi tumor payu dara perempuan 29 thn dikwadran lateral atas yg oleh karenanya perlu Pemeriksaan PA secara kilat yg disebut : FROZEN SECTION ( FS )

Wah ini Ganas ga ya?!

Harapan dokter bedah : ingin tahu segera hasil biopsi nanti Ganas atau jinak. bila ganas mastektomi.

Tehnik atau cara pemeriksaan


Makroskopis Microskopis /histopatologik Sitologik Microskop elektron Otopsi untuk bedah mayat

CARA-CARA PEMERIKSAAN YANG DIGUNAKAN DI BAGIAN P.A.

1. Makroskopik/Gross. Yaitu dengan memeriksa perubahanperubahan dengan mata telanjang dan dengan meraba. Organ : - Ukuran: membesar/ mengecil - Konsistensi: lunak, keras, padat, rapuh - Warna : pucat, kuning

2. Mikroskopik/Histopatologik. Yaitu memeriksa dengan menggunakan mikroskop sinar biasa. - Memeriksa perubahan struktur dalam sel/jaringan yang disebabkan karena penyakit tertentu.

10

3. Mikroskop Elektron yaitu alat untuk melihat/meneliti perubahan-perubahan organel ultrastruktural di dalam sel.

11

4. Sitologi. Sitologi berasal dari kata cytos (sel) dan logos (ilmu pengetahuan) Sitologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan yang terjadi dalam sel. Pemeriksaan sitologik : mencari dan menilai perubahan struktur dari setiap sel yang ditemukan. -Pemeriksaan Sitologi berguna untuk deteksi kanker, misalnya pap smear untuk deteksi Dini Kanker Leher Rahim. - Kelainan genetik - Kelainan hormonal.

12

JEJAS SEL

Bila suatu sel mendapatkan rangsang atau stimulus patologik sel akan mengalami : Adaptasi sel yaitu perubahan sel sebagai reaksi terhadap stimulus dan sel masih dapat hidup serta dapat mengatur fungsinya Reaksi adaptasi dapat berupa ; Hypertrofi, Atrofi, hyperplasia, metaplasia

Bila stimulus diperbesar hingga melampau adaptasi sel terhadap stimulus maka timbul jejas sel atau Cell injury, yang biasanya bersifat sementara (Reversible) Namun bila stimulus menetap atau bertambah besar , sel akan mengalami jejas yang irreversible dan sel akan mati (necrosis)

Jejas ringan

Sel normal

Jejas hebat, lethal

Jejas sedang Peningkatan Kebutuhan fungsional

Kerusakan sel reversibel

Kerusakan sel Ireversibel

Adaptasi Hipertrofi, Atrofi Hiperplasia, Metaplasia

Akumulasi Degenerasi, infiltrasi

Kematian sel (Necrosis)

Sel kembali normal

JEJAS 1. Jejas endogen dapat bersifat : defek genetik, factor imun, produksi hormonal tidak adequat, hasil metabolismo tidak sempurna, proses menjadi tua (aging)

JEJAS EKSOGEN
1. Agen kimiawi : zat kimiawi, obat obatan (intoksikasi, hypersensitifitas) 2. Agen fisik misal trauma, ionisasi radiasi, listrik, suhu. 3. Agen biologik : infeksi mikro organisme, virus, kuman, parasit, jamur .

Jejas seluler yang paling sering ditemukan adalah Keadaan hipoksik atau Anoksik yaitu pada : penyakit tractus respiratorius penyakit jantung anemia keadaan iskemik karena terjadi penyempitan atau penutupan pembuluh darah oleh proses arteriosklerosis, trombus, embolus, radang, atau adanya penekanan dari luar misal tumor, ligasi saat operasi.

Reaksi sel terhadap jejas dapat berbeda tergantung pada : intensitas dan periode jejas Jejas ringan (kurang bermakna) : terjadi peningkatan kebutuhan fungsional Adaptasi : penyesuaian terhadap lingkungan, tidak ada perubahan kimia, Hypertrofi, Hyperplasia , Atrofi,Metaplasia, Displasia.

Atrofi adalah suatu pengecilan ukuran sel akibat berkurangnya substansi sel sehingga jaringan yg disusun oleh sel tsb menjadi lebih kecil Atrofi dapat disebabkan oleh : - Penurunan beban kerja - Hilangnya inervasi saraf - Berkurangnya vaskularisasi - Nutrici yg tidak adequat

Atrofi

Atrofi disuse adalah atrofi yang terjadi pada organ yang tidak beraktifitas dalam jangka waktu yg lama, misal pada pasien dengan patah tulang pada tungkai, kemudian di gips sehingga tungkainya tidak digunakan untuk jangka waktu yg lama , setelah gipsnya dibuka maka tungkainya menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan tungkai sisi lainnya.

Berbeda dengan atrofi, hipoplasia merupakan perkembangan yg tidak sempurna dari suatu organ. Suatu organ yg mengalami hipoplasia terbentuk normal namun ukurannya terlalu kecil jika dibandingkan dgn yg normal, contohnya ginjal yg terbentuk dgn struktur normal , hanya ukurannya kecil dgn pembuluh darh yg kecil pula, Kemungkinan berat ginjal tsb hanya 50 gram dibandingkan dgn berat ginjal normal 150 gram. Pada atrofi alat tubuh pernah mencapai ukuran normal dan selanjutnya menjadi lebih kecil, sedang pada hipoplasia dari awal organ tsb memang berukuran kecil dan tidak akan mencapai ukuran normal.

Bentuk lain adalah aplasia pada keadaan ini hanya terbentuk rudimen organ dan organ tsb tidak akan tumbuh menjadi normal Agenesis merupakan keadaan yg lebih hebat dari aplasia , dimana rudimen organ tidak ada sama sekali

26

HYPERTROFI
Adalah bertambah besarnya ukuran sel sehingga jaringan atau organ yang disusun oleh sel tsb menjadi lebih besar pula Contoh : hypertrofi otot pada tungkai pengemudi becak, pada binaragawan Hypertrofi ini karena kerja otot yang berlebihan Hypertrofi patologik adalah pada penderita hypertensi terjadi pembesaran otot jantung

HIPERTROFI - ukuran organ/jaringan bertambah besar karena besar sel bertambah

Hypertrophy
Enlargement of cardiac muscle in response to valve disease
Normal Heart

Hypertrophied Left Ventricle

HYPERPLASIA

Adalah bertambahnya jumlah sel dalam suatu jaringan atau organ sehingga jaringan atau organ menjadi lebih besar ukurannya dari normal.

HIPERPLASIA ukuran organ / jaringan bertambah karena jumlah sel bertambah

Hyperplasia
Nodular hyperplasia of the prostate gland
Normal

32

Metaplasia
Adalah perubahan sementara dari sel dewasa menjadi sel dewasa yang lain. Misal pada perokok terjadi perubahan epitel dari Sel epitel kolumnar bercilia di trachea atau bronchus menjadi sel epitel skuamosa berlapis. Pada pasien dengan batu saluran kelenjar liur, batu pancreas, batu pada ductus biliaris juga terjadi perubahan dari kolumnar menjadi squamosa berlapis.

DISPLASIA
Adalah perubahan sel dewasa kearah kemunduran dengan ciri khas terjadi variasi ukuran, bentuk dam orientasi Disebabkan oleh iritasi, atau peradangan menahun Ciri khas displasia adalah hilangnya orientasi sel, sel berubah bentuk dan ukurannya, ukuran dan bentuk inti berubah, hyperkromatik dan gambaran mitosis lebih banyak dari normal

Degenerasi
Degenerasi adalah perubahan perubahan morfologik akibat trauma yg non fatal, perubahan tsb masih dapat pulih (reversibel), bila berlangsung lama dapat menyebabkan necrosis Pada degenerasi timbul gangguan dalam metabolisme Karbo hidrat, protein, dan lemak pada sel (gangguan intra seluler) yang akhirnya mengakibatkan perubahan dalam struktur sel

DEGENERASI
Pada degenerasi : Adanya jejas pada sel menyebabkan perubahan metabolisme. Pada Degenerasi timbul perubahan pd sel akibat adanya jejas pd sel mengakibatkan gangguan dalam metabolisme karbohidrat, proten & lemak pd sel Perubahan struktur sel.

INFILTRASI
Pada Infiltrasi : Menunjukkan perubahan metabolisme, yang kemudian diikuti oleh jejas pada sel. Pd Infiltrasi terjadi akibat gangguan yg sifatnya sistemik akibat adanya metabolikmetabolik yg menumpuk dalam jumlah berlebihan merusak struktur sel.

Degenerasi

Infiltrasi

Perubahan metabolisme

Jejas pada sel

Adanya jejas pada sel

Adanya perubahan metabolisme

Degenerasi & infiltrasi

INFILTRASI
Terjadi gangguan yang sifatnya sisteimik dan kemudian mengenai sel sel yang semula sehat akhirnya terdapat metabolit yang menumpuk dalam jumlah berlebihan. Karena itu perubahan yang awal adalah ditemukannya metabolit metabolit didalam sel, benda benda ini kemudian merusak struktur sel

DEGENERASI Keadaan dimana terjadi perubahan biokimia intra seluler yang disertai perubahan morfologik akibat jejas non fatal pada sel Terjadi proses penimbunan (storage) atau akumulasi cairan, zat dalam sel, terutama dalam sitoplasma, dengan mikroskop terlihat sel menggembung (bengkak) dan sitoplasma keruh dengan granula kasar sehingga disebut degenerasi bengkak keruh(clowdy swelling)

Kelainan ini sering ditemukan pada sel tubulus ginjal, hati, jantung. Terjadi kerusakan Retikulum endoplasma dan mitokondria, Pembengkakan kedua organel tadi menimbulkan fragmentasi partikel yang mengandung unsur lipid dan protein sehingga meningkatkan tekanan osmosis intra sel,Komponen cairan ekstra sel masuk, terjadi edema intra sel. Komponen protein dominan dalam proses ini adalah albumin, sehingga kemunduran sel yang terjadi disebut degenerasi albumin.. Kemunduran ini masih bersifat reversibel Kemudian bila proses ini berlanjut dapat terjadi pembengkakan vesikel, terlihat vacuol intra sel sehingga kelainan ini disebut juga degenerasi vakuoler atau degenerasi hidrofik.

Contoh degenerasi albumin adalah epitel tubulus ginjal yg mengalami penyakit pyelonefritis kronis, gambaran histologisnys menunjukkan epitel tubulus membengkak sehingga lumen tubulus tidak bulat lagi tetapi membentuk bintang dan sitoplasma sel nampak bergranuler serta dinding sel menjadi tidak jelas

Degenerasi hidrofik
Merupakan jejas sel reversibel dengan penimbunan intra seluler yg lebih parah jika dibandingkan degenerasi albumin. Secara makroskopis organ yg mengalami degenrasi hidrofik menjadi lebih besar dan lebih berat dari normal dan nampak lebih pucat. Microskopis tampaj vacuola vacuola kecil sampai besar dalam sitoplasma contoh degenerasi hidrofik dijumpai pada stroma vili korialis pada penyakit mola hidatidosa (hamil anggur) sehingga vili korialis nampak menbesar

Steatosis (perubahan perlemakan)


- Dulu dikenal sebagai degenerasi lemak yi menggambarkan adanya penimbunan abnormal triglicerida dalam sel parenchym, perubahan perlemakan ini sering terjadi di hepar karena hepar merupakan organ utama dalam metabolisme lemak , selain organ jantung, otot dan ginjal

Penyebab steatosis
Toksin Malnutrisi protein Diabetes melitus Obesitas Anoksia Alkohol

Lemak atau lipid berasal dari jaringan adiposa dan dari diet yg dibawa ke heparAsam lemak bebas akan masuk kehepar dan sebagian asam ini akan diesterisasi menjadi triglicerida, sebagian asam lemak bebas diubah menjadi kolesterol, fopsfolipid, atau dioksidasi di mitokondria menjadi benda keton. Agar dapat disekkresikan oleh hati triglicerida intra seluler harus berikatan dgn apoprotein menjadi lipo protein,

Jika terjadfi gangguan dalam metabolisme lemak akan timbul penimbunan trigliceruda yg berlebihan dalam hepar, gangguan ini dapat disebabkan oleh alkohol, , hepato toksin yg menghambat fungsi mitokondria, CCl 4 dan malnutrici protein menyebabkan penurunan sintesa apoprotein, anoksia menghanbat oksidasi asam lemak serta kelaparan meningkatkam mobilisasi jaringan adiposa sehingga terbentuk banyak triglicerida

INFILTRASI
INFILTRASI Merupakan penimbunan metabolit sistemik pada sel normal (tidak mengalami jejas langsung seperti pada degenerasi) Dalam keadaan normal sel tubuh manusia mengandung unsur utama bahan metabolisme tubuh yi lemak/ zat lipid, protein/ asam amino dan karbo hidrat/glikogen Glukosa yang secara kuantitas berbeda misalnya sel otot scelet mengandung glikogen lebih banyak dari pada sel lain

Dalam keadaan normal zat metabolisme berada berada dalam sitoplasma, bila depo intra sel berlebihan dapat sampai intra nucleus. Apabila ada infiltrasi berlebihan melampau batas kemampuan organel sel terkait, sel dapat pecah, debri sel akan ditanggulangi sistim makrofag yang dapat melakukan Fagositosis.

NECROSIS
Necrosis adalah kematian sel yang terjadi akibat jejas irreversible pada individu yang hidup. Perubahan yang terjadi pada proses necrosis : Digesti enzymatic = pencernaan oleh enzim yang ada dalam sel Denaturasi protein

Digesti enzymatic dibagi menjadi : Autolisis : Enzim katalitik berasal dari lisosom sel itu sendiri yang mati , kemudian mencerna sel itu sendiri Heterolisis : Sel yang mati akan dicerna oleh lisosom sel leukocyte yang datang kedaerah necrotik

Bila denaturasi protein lebih berpengaruh pada proses necrosis , terjadi Necrosis Koagulativa. Bila digesti Enzym lebih berpengaruh disebut necrosis Liquefaktif atau necrosis Kolikuativa

Pada Necrosis terjadi perubahan pada inti sel : Karyolisis : basofil dan kromatin menghilang. Karyopiknosis nucleus menjadi melisut, dan terjadi peningkatan warna basofil Karyo rheksis : nucleus menjadi fragmentasi

Normal

Pyknosis

Karyorrhexis

Karyolysis

Jenis necrosis
Necrosis koagulativa Necrosis Liquefaktif atau necrosis Kolikuativa Necrosis Kaseosa Necrosis enzimatic lemak Necrosis Gangrenosa

1. Necrosis coagulativa Terjadi koagulasi (pembekuan) unsur protein intra sel. Etiologi : - Oklusi pembuluh darah - Toksin bakteri virulensi tinggi. Pada infeksi salmonela typhosa terjadi necrosis koagulatif dikenal sebagai degenerasi hialin (Zenker) pada otot rectus abdominalis. Pada difteri dan sifilis stadium lanjut disebut Guma

Contoh necrosis koagualtif yg lain

pada infark myocard yg menunjukkan gambaran sel sel tanpa inti yg mengalami koagulasi, kemudian sel myocard yg necrotik akan menghilang karena terjadi fragmentasi dan fagositosis sisa sisa sel oleh makrofag, serta oleh aktifitas enzym proteolitik dari lisosom leukosit.

Necrosis Liquefaktif (kolikuativa) =necrosis mencair


Necrosis ini terjadi sebagai hasil autolisis atau heterolisis terutama pada infeksi bakteri terutama organisme pyogenik (proses radang supuratif) karena bakteri merupakan stimulus kuat yang dapat mengumpulkan sel leukosit, contoh lain necrosis koliquativa pada jaringan otak yg mengalami hipoksia

Necrosis Caseosa (Caseous = perkejuan


Sering dijumpai pada infeksi tuberculosis. Secara makroslopis daerah yg mengalami necrosis berwarna putih dan menyerupai keju disebut juga perkejuan. Gambaran microskopis memperlihatkan fokus fokus necrosis yg menunjukkan debris granuler amorf, terdiri dari sel sel yg pecah dan mengalmi koagulasi, Daerah necrosis dibatasi oleh daerah peradangan yg menunjukkan reaksi granulomatosa yg terdiri dari sel sel epitheloid, sel datia langhanz dan dikelilingi oleh sel limfosit

Necrosis Enzymatic lemak

Disini terjadi penghancuran lemak lokal sebagai hasil pengeluaran lipase pancreas aktif secara abnormal kedalam substansi pancreas aktif secara abnormal kedalam substansi pancreas dan rongga peritoneum. , hal ini merupakam keadaan abdomen akut yg dikenal sebagai necrosis pancreas akut

Enzim aktif dari pancreas dilepas dari sel asini pancreas dan ductusnya menghancurkan membran sel lemak dan lipase aktif akan memecah ester triglicerid yg ada dalam sel lemak. Asam lemak yg terlepas akan bereaksi dengan kalsium sehingga menghasilkan daerah putih berkapur, secara histologis necrosis menunjukkan fokus fokus dengan baras tidak jelas dari sel lemak dengan endapan kalsium yg basofilik dan dikelilingi oleh reaksi radang

Necrosis lemak

Dapat juga terjadi oleh adanya trauma langsung pada jaringan lemak , sering terjadi pada payudara

Necrosis gangrenosa

Digunakan untuk necrosis yg terjadi pada bagian distal kaki atau pada dinding saluran cerna atau organ dalam abdomen atau necrosis yg berhubungan dengan infeksi masif

WET GANGRENE

DRY GANGRENE

Perubahan yg terjadi setelah kematian


Autolisis Pada Autolisis jaringan yg mati akan dihancurkan oleh enzim enzim enzim antara lain enzim dari lisosom, mikroorganisme yg menginfeksi jaringan yg mati. Tubuh yg mati akan mencair, kecuali jika autolisis dicegah dengan pengawetan atau pendinginan

Algor mortis

Suhu tubuh menjadi dingin sesuai dengan suhu lingkungan, tubuh yg mati memerlukan wakti 24 -48 jam untuk nmenjadi dingin sesuai dengan suhu lingkungan, suhu menjadi dingin karena metabolisme terhenti. Jika tubuh yg mati berada ditempat yg dingin tubuh akan menjadi cepat dingin tetapi kalau tubuh berada ditempat yg panas pendinginan tubuh akan diperlambat

Algor mortis tergantung pada : suhu kamar/sekelilingnya bentuk tubuh pakaian suhu saat mati kelembaban atau faktor aliran udara

Rigor Mortis
Yaitu kekakuan tubuh setelah individu meninggal Rigor mortis timbul setelah 2 4 jam kematian, kekakuan pertama sekali dapat jelas ditemukan pad otot otot kecil (wajah, leher) dan menjalar ke otot besar (tangan dan kaki) Kaku mayat menjadi maksimal dalam 12 jam lalu bertahan selama 12 jam lalu mengholang dalam 12 jam ketiga dengan urutan yg sama dengan mulainya

Rigor Mortis
Terjadi karena cadangan glikogen tidak ada Pada saat kematian persediaan glkogen masih ada maka belum terjadi kekakuan Jika persediaan glokogrn habis maka konsentrasi ATP menurun otot menjadi kaku karena terbentuk aktin dan miosin Rogor mortis akan menetap sampai rantai aktin dan miosin dihancurkan oleh autolisis

Livor mortis (lebam mayat) Disebabkan oleh hemolisis sel darah merah sehingga lebam akan berwarna merah ungu. Proses ini tampak 30 menit setelah kematian dan akan mencapai puncaknya setelah 6 10 jam . lebam mayat terjadi karena darah secara pasif turun kebagian bawah tubuh, lebam mayat mulai timbul pada bagian bawah dari tubuh

Pembusukan Yaitu hancurnya tubuh yg mati karena invasi bakteri, penyebab pembusukan karena bakteri dari isi perut terutama clostridiun perfringen Terjadi karena terbentuk gas pembusukan yi H2S,

Kalsifikasi
Kalsifikasi : Yaitu proses pengendapan kalsium didalam jaringan. Kalsifikasi fisiologik : Proses kalsifikasi tulang Kalsifikasi patologi merupakan proses pengendapan abnormal garam calsium pada jaringan. Bila pengendapan terjadi pada jaringan yang mati disebut kalsifikasi distrofik. Bila terjadi pengendapan garam calsium pada jaringan normal disebut Kalsifikasi metastatik.

Kalsifikasi Metastatik Perubahan ini terjadi pada Hyperkalsemia yaitu pada : Hyperparatiroid, Kelebihan vitamin D,Hypertiroid, penyakit Adison (insufisiensi cortek adrenal) , Keganasan pada tulang (Multipel Myeloma), gagal ginjal.

Kalsifikasi distrofik

Proses kalsifikasi pada jaringan yang mati , hal ini dapat terjadi meskipun kadar kalsium dalam darah normal . Perubahan ini dijumpai pada daerah yang nekrosis koagulatif, kaseosa, liquifactif dan pada fokus fokus nekrosis lemak, juga dapat terjadi pada katup katup jantung yaitu ateroma aterosklerosis. Makroskopis : terlihat endapan halus, bergranula, gumpalan putih teraba kasar, Kadang kadang pada tuberculosis kelenjar limfe berubah menjadi seperti batu.

You might also like