You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Oleh karena itu pembicaraan tentang pendidikan tidak pernah lepas dari unsur manusia. Dari beberapa pendapat tentang pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli disepakati bahwa pendidikan itu diberikan atau diselenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah yang positif. Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang didalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, yang terjadi di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long process), dan dari generasi ke generasi. Pendidikan sebagai gejala manusiawi sekaligus usaha sadar, tidak lepas dari keterbatasan-keterbatasan yang dapat melekat pada peserta didik, pendidik, interaksi pendidik, serta pada lingkungan dan sarana pendidikan. Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila. Guru merupakan pelaku utama dalam pendidikan, selain peserta didik. Pendidik yang baik adalah yang memiliki kemampuan atau kompetensi yang bisa diberikan kepada anak didik. Pendidik merupakan sosok yang memiliki kedudukan yang sangat penting bagi pengembangan segenap potensi peserta didik. Ia menjadi orang yang paling menentukan dalam perancangan dan penyiapan proses pendidikan dan pembelajarana di kelas, paling menentukan

dalam pengaturan kelas dan pengendalian siswa, dan berperan pula dalam penilaian hasil pendidikan dan pembelajaran yang dicapai siswa. Dalam praktek penyelenggaraan pendidikan tidak sedikit ditemukan penyimpangan. Memang penyimpangan tersebut tidak begitu langsung tetapi dalam jangka panjang bahkan dalam skala nasional dapat menimbulkan kerugian bukan hanya secara material tapi juga spiritual. Penyelenggaraan pendidikan yang sangat komersial dan instan dapat merusak pendidikan sebagai proses pembentukan watak dan kepribadian bangsa sehingga dalam jangka panjang menjadikan pendidikan bukan sebagai sarana rekonstruksi sosial tetapi dekonstruksi sosial. Itulah sebabnya pendidikan harus dilandasi dengan dasar hukum untuk sanksi. Landasan hukum bukan semata-mata landasan bagi

penyelenggaraan pendidikan namun sekaligus dijadikan alat untuk mengatur sehingga penyelenggaraan pendidikan yang menyimpang. Para pendidik dan tenaga kependidikan perlu memahami berbagai landasan hukum sistem pendidikan nasional dan menjadikannya sebagai titik tolak pelaksanaan peranan yang diembannya. Dengan demikian diharapkan akan tercipta ketertiban penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang menjadi salah satu prasyarat untuk dapat tercapainya tujuan pendidikan nasional.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah pengertian landasan hukum pendidikan? 2. Bagaimanakah Pendidikan menurut Undang-Undang Dasar 1945? 3. Bagaimanakah Pendidikan menurut Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional? 4. Bagaimanakah Pendidikan menurut Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen?

C. TUJUAN 1. Mengemukakan mengenai pengertian landasan hukum pendidikan. 2. Mengemukakan Pendidikan menurut Undang-Undang Dasar 1945. 3. Mengemukakan mengenai Pendidikan menurut Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional. 4. Mengemukakan mengenai Pendidikan menurut Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.

D. MANFAAT Memberikan penjelasan mengenai landasan hukum pendidikan, baik menurut Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, dan Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Hukum Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga belajar tetapi lebih ditentukan oleh instingnya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen. Pandangan klasik tentang pendidikan pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengerian bahwa pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Itulah sebabnya pendidikan harus dilandasi dengan dasar hukum untuk sanksi. Landasan pendidikan merupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam kaitannya dengan dunia pendidikan. Kata landasan berarti dasar atau titik tolak. Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku ini sudah disahkan oleh pemerintah. Bila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Dengan demikian landasan hukum pendidikan adalah peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.

Landasan hukum pendidikan berfungsi sebagai dasar pijakan atau titik tolak praktek pendidikan atau studi pendidikan yang mengikat setiap manusia dalam menjalankan proses pendidikan, dan memberikan sanksi yang sesuai dengan ketentuan bagi yang melanggar. Landasan hukum sistem pendidikan nasional bersumber dari Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 (UUD 1945), Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.

B. Pendidikan Menurut Undang-Undang dasar 1945 Tiap-tiap Negara memiliki peraturan perundang-undangan sendiri. Semua tindakan yang dilakukan di Negara itu didasarkan pada perundang-undangan tersebut. Negara Republik Indonesia mempunyai berbagai peraturan perundangundangan yang bertingkat, mulai dari UUD 1945, UU, Peraturan Pemerintah, Ketetapan dan Surat Keputusan. Semuanya mengandung hukum yang harus ditaati. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Dalam UUD 1945 dijelaskan cita-cita nasional mengenai pendidikan dan amanat UUD 1945 mengenai penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tersirat cita-cita nasional di bidang pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal-pasal yang berkaitan dengan pendidikan dalam Undang-Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi: tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran, ayat 2 berbunyi: setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, dan ayat 3 berbunyi: pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Pasal 32 UUD 1945 bermaksud memajukan kebudayaan nasional serta memberi kebebebasan kepada masyarakat untuk mengembangkannya dan ayat 2 menyatakan negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai bagian dari budaya nasional. Kebudayaan dan pendidikan adalah dua unsur yang saling

mendukung satu sama lain. Bila pendidikan maju maka kebudayaan juga akan maju. Begitu pula halnya bila kebudayaan maju berarti pendidikan ikut maju, karena kebuyaan yang banyak aspeknya akan mendukung program dan pelaksanaan pendidikan. Dengan demikian upaya memajukan kebudayaan berarti juga sebagai upaya memajukan pendidikan.

C. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-undang merupakan tumpuan pembangunan pendidikan nasional yang menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting sebagai penjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia, juga dipedomani bagi penyelenggaran pendidikan secara utuh yang berlaku untuk seluruh tanah air. Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar ketertinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada tanggal 11 Juni 2003 telah mengesahkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang baru, sebagai pengganti Undang-undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989. Undang-undang ini disebut UU RI No. 20 tahun 2003. Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab dan 77 pasal berisi pengertian pendidikan, pendidikan nasional, dan sistem pendidikan nasional, dasar, visi, misi, fungsi, tujuan, strategi pendidikan nasional, dan prinsip penyelenggaraan pendidikan; hak dan kewajiban warga negara, orang tua, masyarakat, negara danpemerintah; serta wajib belajar. Pendidikan, dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan Nasional dan Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 ayat 2 UU RI No. 20 Tahun 2003). Adapun sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional (Pasal 1 ayat 3 UU RI No. 20 Tahun 2003). Dasar Pendidikan Nasional. Tersurat dalam Pasal 2 Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 bahwa: Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Visi dan Misi Pendidikan Nasional. Visi Pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut: 1. mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh

pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia. 2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. 3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral. 4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan , pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global. 5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI (Penjelasan atas UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional. Sebagaimana termaktub dalam pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003, serta berdasarkan visi dan misi tersebut di atas, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 dan Penjelasan atas UU RI No. 20 tahun 2003). Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional. Pembaharuan sistem pendidikan memerlukan strategi tertentu. Adapun strategi pembangunan pendidikan nasional meliputi: 1. Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia. 2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. 3. Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis. 4. Evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan. 5. Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan 6. Penyediaan sarana belajar yang mendidik. 7. Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan. 8. Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata. 9. Pelaksanaan wajib belajar. 10. Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan. 11. Pemberdayaan peran masyarakat. 12. Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat. 13. Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional (Penjelasan atas UU RI No. 2 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan. Dalam konteks sistem pendidikan nasional, ditegaskan agar penyelenggaraan pendidikan didasarkan kepada prinsipprinsip sebagai berikut: 1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. 2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multi makna. 3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kamauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. 5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. 6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan (Pasal 4 UU RI No. 20 Tahun 2003). Hak dan Kewajiban Warga Negara. Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 memberikan jaminan bahwa: Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Selanjutnya dalam Pasal 5 UU RI No. 20 Tahun 2003 dijabarkan lagi bahwa: 1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. 2. Warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. 3. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. 4. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

5.

Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Berkenaan

dengan Pasal 5 ayat (2) s.d. ayat (4) UU RI No. 20 Tahun 2003, Pasal 32 UU RI No. 20 Tahun 2003 menyatakan: 1. Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 2. Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mempu dari segi ekonomi. 3. Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Di samping mempunyai berbagai hak tersebut di atas, Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya (Pasal 31 ayat (2) UUD 1945). Selanjutnya Pasal 6 UU RI Tahun 2003 menyatakan: 1. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. 2. Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan

penyelenggaraan pendidikan. Hak dan Kewajiban Orang Tua. Hak dan kewajiban orang tua termaktub pada pasal 7 UU RI No. 20 tahun 2003, yaitu: 1. Orang tua berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. 2. Orangtua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.

10

Hak dan Kewajiban Masyarakat. Hak dan kewajiban masyarakat termaktub pada pasal 8 dan pasal 9 UU RI Tahun 2003. Pasal 8 menyatakan: Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Adapun pasal 9 menyatakan bahwa: Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Kewajiban Negara. Pasal 31 ayat (4) UUD 1945 mengamanatkan agar: Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Hak dan Kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku (Pasal 10 UU RI No. 20 Tahun 2003). Di samping mempunyai berbagai hak tersebut, pemerintah juga mempunyai berbagai kewajiban. Apabila Anda mengkaji kembali Pasal 31 ayat (2) UUD 1945, maka dapat dipahami bahwa pemerintah mempunyai kewajiban untuk membiayai pendidikan dasar bagi setiap warga negara. Adapun Pasal 31 ayat (5) UUD 1945 mengamanatkan agar:Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan Teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Selanjutnya menurut Pasal 11 UU RI No. 20 Tahun 2003 bahwa: 1. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. 2. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.

11

Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah. Pasal 34 UU RI No. 2003 menyatakan: 1. Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib belajar. 2. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. 3. Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. 4. Ketenetuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

D. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Undang-Undang ini menjelaskan landasan hukum tentang guru sebagai pendidik profesional yang meliputi: kedudukan, fungsi dan tujuan; prinsip profesionalitas; kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi; hak dan kewajiban; pengangkatan, penempatan, dan pemberhentian; pembinaan dan pengembangan; penghargaan dan perlindungan; cuti; organisasi profesi dan kode etik guru. Di dalam Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pada pasal 8 berbunyi: guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. a. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan

12

interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian. b. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. c. Kompetensi Profesi Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. d. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Sertifikasi diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah (pasal 11). Ini berarti sertifikasi tidak boleh dikeluarkan oleh badan-badan atau lembaga-lembaga lain selain seperti tersebut di atas. Ketentuan ini bermaksud menjaga mutu kualifikasi guru. Bagi guru yang berkualitas memunhi persyaratan tersebut di atas diberi imbalan seperti tertuang pada pasal 15, yaitu gaji pokok, beserta tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, tunjangan fungsional dan tunjangan khusus dan maslahat tambahan. Yang dimaksud maslahat tambahan tertuang pada pada pasal 19, berupa kesejahteraan seperti tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan beasiswa, layanan kesehatan, dan penghargaan-penghargaan tertentu. Guru diberi cuti seperti pegawai biasa dan tugas belajar (pasal 40). Pada pasal 42 menguraikan tentang organisasi profesi guru yang memiliki kewenangan sebagai berikut: 1. Menetapkan dan menegakkan kode etik guru. 2. Memberikan bantuan hukum kepada guru. 3. Memberikan perlindungan profesi guru. 4. Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru. 5. Memajukan pendidikan nasional.

13

Secara umum, persyaratan untuk dosen tidak banyak berbeda dengan persyaratan guru seperti kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi juga

dipersyaratkan bagi dosen. Pasal 46 menyatakan dosen minimal lulusan magister untuk mengajar di program diploma dan sarjana dan lulusan program doktor untuk mengajar di pasacasarjana. Pada pasal 48 disebutkan persyaratan untuk menduduki jabatan guru besar harus memiliki ijasah doktor. Dengan demikian dosen nondoktor tidak diizinkan mengusul menjadi guru besar. Maksud aturan ini adalah agar semua guru besar memiliki kualifikasi yang bagus. Selanjutnya pasal 49 menyebutkan guru besar yang memiliki karya ilmiah atau karya monumental sangat istimewa dalam bidangnya dan dapat diakui secara internasional dapat diangkat menjadi professor paripurna. Sama dengan guru, para dosen ini juga dapat imbalan bagi yang memenuhi semua persyaratan. Imbalan yang dimaksud adalah gaji pokok beserta tunjangan yang melekat pada gaji tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, tunjangan kehormatan, dan maslahat tambahan. Yang dimaksud dengan tunjangan kehormatan adalah tunjangan yang hanya diberikan kepada dosen yang menjabat guru besar setelah berdinas dua tahun. Disamping imbalan tersebut di atas para dosen juga diberi hak cuti seperti pegawai pada umumnya dan cuti untuk studi atau melakukan penelitian dengan tetap mendapat gaji penuh.

14

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESUMPULAN 1. Landasan hukum pendidikan adalah peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan pendidikan. 2. Menurut UUD 1945, ada dua dasar yang barhubungan dengan pendidikan yakni pasal 31 dan pasal 32. Pasal 31 UUD 1945 membahas mengenai pendidikan dan pasal 32 UUD 1945 membahas mengenai kebudayaan. 3. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional membahas mengenai pengertian pendidikan, pendidikan nasional, sistem pendidikan nasional, dasar, visi, misi, fungsi, tujuan, strategi pendidikan nasional, prinsip penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban warga negara, orang tua, masyarakat, negara danpemerintah, serta wajib belajar. 4. UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen membahas mengenai kedudukan, fungsi dan tujuan guru; prinsip profesionalitas; kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi guru; hak dan kewajiban guru; pengangkatan, penempatan, dan pemberhentian guru; pembinaan dan pengembangan guru; penghargaan dan perlindungan terhadap guru; cuti; organisasi profesi dan kode etik guru.

B. SARAN Diharapkan kepada seluruh pembaca untuk mengkaji ulang pasal-pasal yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Undang-Undang No. 14 Tahun dan mengamalkan isi serta kandungan dari UUD dan UU tersebut.

15

DAFTAR PUSTAKA

Pidarta, M. 2007. Landasan kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. . Landasan Yuridis Sistem Pendidikan Nasional. http://www.google.co .id/search?q=landasan+hukum+pendidikan+menurut+UU+RI++no+20+th un+2003&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en US:official&clie nt= firefox-beta#hl=id&client=firefox-beta&hs=EsX&rls=org.mozilla:enUS%3Aofficial&sclient=psy-ab&q=landasan+yuridis+sistem+pendidikan +nasional&oq=landasan+yuridis+sis&gs_l=serp.1.1.0i30l4.146667.16759 1.1.171613.38.23.5.6.7.9.483.7068.212j7j4.23.0...0.0...1c.1.Hv5yhVViXj8 &pbx=1& bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.&fp=5258ccf912511c1c&biw=128 0&bih=599.pdf. Diakses pada tanggal 20 September 2012.

16

You might also like