You are on page 1of 19

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka konsep Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam, 2008). Kerangka konsep akan membantu penelitian menghubungkan hasil penemuan dengan teori. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingginya angka kejadian TB Paru diantaranya adalah pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, dan ekonomi. Bagan 3.1 kerangka konsep Variabel independen 1. Pendidikan variabel dependen 2. Pengetahuan 3. Sosial ekonomi kejadian penyakit TB paru 4. Pekerjaan B. Variabel 1. Variabel independen Variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam,
36
STIKes Faletehan

2003). Dalam penelitian ini adalah pendidikan, pengetahuan, ekonomi, pekerjaan. 2. Variabel dependen (terikat) Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Dengan kata lain variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini adalah tingginya angka kejadian penyakit TB Paru. C. Definisi konseptual 1. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003). 2. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). 3. Pekerjaan dapat didefinisikan sebagai apa yang dilakukan (diperbuat atau dikerjakan).

4. Ekonomi adalah kemampuan seseorang menyediakan kebutuhannya mulai dari kebutuhan primer sampai dengan kebutuhan sekunder. D.Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2003). Menurut La Biondo-Wood dan Haber (1994) Hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan tentang
37
STIKes Faletehan

hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab atau pernyataan dalam penelitian. Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan maka hipotesis dalam penelitian ini antara lain: Ha 1 : ada hubungan antara pendidikan dengan tingginya angka kejadian TB paru dipuskesmas Labuan tahun 2011. Ha 2 : ada hubungan antara pengetahuan dengan tingginya angka kejadian TB Paru dipuskesmas Labuan. Ha 3 : ada hubungan antara pekerjaan dengan tingginya angka kejadian TB Paru dipuskesmas Labuan. Ha 4 : ada hubungan antara ekonomi dengan tingginya angka kejadian TB Paru dipuskesmas Labuan. Tabel 3.1 Definisi Operasional
N o Variable Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur skala 1 Dependen Angka kejadian TB Paru Menunjukan jumlah kejadian dalam suatu kurun waktu Kuesioner 1.TB Paru 2.Tidak TB Paru Ordinal 2 Independen Tingkat pendidikan Jenjang yang dilalui seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan Kuesioner 1.Rendah (SDSLTP)

2.tinggi (SLTAPT) Ordinal 3 Tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui dan dipahami oleh pasien tentang TB paru Kuesioner 1.kurang(< 50 %) 2.cukup(5 6-75 %) 3.baik (76100 %) Ordinal 4 Pekerjaan Sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah atau mencari uang bagi seseorang Kuesioner 1.tidak bekerja 2.bekerja Ordinal

38
STIKes Faletehan N o Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala 5 Status ekonomi Pendapatan seseorang menyediakan kebutuhannya mulai dari kebutuhan primer sampai sekunder Kuesioner 1.rendah(< 650 rb/bln) 2.tinggi(> 650 rb/bln)

Ordinal

39
STIKes Faletehan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


A. Desain penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional yaitu penggabungan antara variabel independen dan variabel dependen untuk memperoleh suatu data yang lengkap dan dilakukan dengan cepat, dan juga menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian TB Paru. Pada tahun 2010 dari bulan oktober sampai dengan bulan desember angka kejadian dipuskesmas Labuan tercatat suspek 138, pasien yang BTA positif sebanyak 32 orang, BTA negatif sebanyak 96 orang. Yang di terapi dengan FDC sebanyak 24 sisanya ada yang diterapi ada yang tidak. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian dilakukan dipuskesmas Labuan. 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 8 Februari 2012 sampai dengan tanggal 29 Februari 2012. C. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmojo, 2002). Hal ini adalah seluruh pasien yang
40
STIKes Faletehan

berobat ke poli Paru Puskesmas Labuan. Jumlah suspek TB Paru tahun 2010 berjumlah 138 orang. 2. Sampel Sampel adalah proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2003). Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah menggunakan teknik Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara acak (Sugiyono, 2007). Dalam menentukan jumlah sampel penelitian yang dibutuhkan, digunakan perhitungan menurut (Ariawan 1998) sebagai berikut : n= ()() ()() n= (1,96)20,5 10,5 138 0,1 2 1381 + 1,96 20,5 10,5 n = 57 keterangan: n : jumlah sampel yang diperlukan N : jumlah populasi

Z I-a/2 : standar deviasi normal, ditentukan pada 1,96 yang sesuai dengan derajat kepercayaan 95 % P : ketetapan yaitu 0,5 % D : penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan.
41
STIKes Faletehan

D. Pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder, dimana data primer adalah data yang diperoleh dengan kuesioner, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari puskesmas. Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan instrument berupa kuesioner teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah angket tertutup atau jenis kuesioner dimana jawabannya sudah dibuat oleh peneliti, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sudah ada agar jawabannya lebih jelas dan terarah. Responden diberikan kuesioner untuk diisi dan penulis berada didekat responden agar bila ada pertanyaan dari responden, penulis langsung dapat menjelaskan. Penulis memeriksa kembali kelengkapan jawaban dari responden, kemudian kuesioner yang sudah diisi dikumpulkan pada hari yang sama untuk kemudian dilakukan perhitungan dan analisa data. E. Pengolahan Data Setelah semua data diperoleh maka dilakukan pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut : 1. Editing data Pada editing dilakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada dikuesioner sudah lengkap; jelas, relevan, dan konsisten. 2. Koding data Pada tahapan ini dilakukan pemberian kode pada pertanyaan dalam kuesioner. Kegunaan koding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan mempercepat pada saat entry data.
42
STIKes Faletehan

3. Prosesing Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar dan juga sudah melewati pengkodingan, Maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. 4. Cleaning Cleaning atau pembersihan merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah terdapat kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita mengentray ke komputer (Hastono, 2001).

F. Uji validitas dan Reliabilitas 1. Uji validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur pada yang diukur (Notoatmojo, 2002). Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur. Maka perlu diuji dengan korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan itu mempunyai korelasi yang bermakna (contak validity). Apabila kuesioner tersebut telah memiliki validitas kontak , berarti semua item (pertanyaan) yang ada didalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur. Uji validitas dilakukan di Puskesmas Menes pada tanggal 02 Februari 2012, dari semua responden yang mengisi pertanyaan hasilnya valid semua. Uji validitas dilakukan terhadap instrumen pengetahuan dengan 15 item pertanyaan. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi produk moment yang diolah dengan perangkat lunak melalui sistem komputerisasi.
43
STIKes Faletehan

Yang rumusannya sebagai berikut : = ( ) ( ) [ ( ) ( ) ] Keterangan : N = besar populasi X = pertanyaan Y = skor total XY = skor pertanyaan dikali skor total Bila r hitung > artinya variabel valid Bila r hitung < artinya variabel tidak valid 2. Uji Reabilitas Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2002). Dengan kata lain reabilitas menunjukkan konsistensi dari suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Pada penelitian ini uji reabilitasnya menggunakan sekali ukur (one shot). Uji reabilitas dilakukan terhadap 15 item pertanyaan pengetahuan yang sudah valid. Uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan one shot atau sekali ukur, dengan melihat nilai alpha pada nilai akhir output suatu instrumen dikatakan realibel bila nilai r alpha lebih besar dari r tabel. Hasil penelitian uji reabilitas dari instrumen pendidikan, pekerjaan, status ekonomi dan pengetahuan didapat bahwa Jumlah r tabel 0,632, sedangkan jumlah r hasil yang didapat 0,972, maka hasil uji reliabel.

44
STIKes Faletehan

G. Analisa Data Analisa data dibagi menjadi tiga macam yaitu : analisa univariat, analisa bivariat, dan analisa multivariat (Notoatmodjo, 2002). Dalam penelitian ini hanya dilakukan 2 analisa yaitu analisa univariat dan analisa bivariat. 1. Analisa univariat Analisa ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, pada umumnya pada analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari hasil tiap pengetahuan, pekerjaan, tingkat ekonomi, pendidikan. Analisa data terhadap variabel pengetahuan menggunakan bentuk pilihan ganda (multipel choice) responden memilih salah satu (option) jawaban yang paling tepat dari empat pilihan, jawaban a, b, c, d, apabila jawaban responden menjawab salah diberi skor 0. Hasilnya dimasukkan kedalam tabel tabulasi, selanjutnya dilakukan penjumlahan prosentase menggunakan rumus sebagai berikut (Notoatmodjo, 2008) : = x 100% keterangan: f = frekuensi x= jumlah yang didapat n= jumlah populasi Hasil ukur variabel pengetahuan terdiri dari tiga katagori yaitu : baik, cukup dan kurang sesuai dengan standar kriteria objektif yang diadopsi dari ; Nursalam, 2008 Baik : apabila didapat skor 76-100 % Cukup : apabila didapat skor 56-75 % Kurang : apabila didapat skor 55 %
45
STIKes Faletehan

Untuk menghitung skor total dengan menggunakan rumus : total keseluruhan yang didapat x 100% jumlah aspek yang dinilai kemudian ditentukan katagori sebagai berikut : a. Baik bila nilai total responden 100% b. Kurang baik bila nilai responden kurang dari 100% 2. Analisa bivariat Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2002). Karena variabel yang dihubungkan bersifat kategorik makan uji statistik yang digunakan adalah uji chi squere (X2 dengan batas kemaknaan = 0,05 apabila nilai p < maka hasilnya tidak terdapat hubungan yang bermakna (Notoatmodjo, 2002). Rumus chi squere (X2) yang digunakan adalah : X = ()

Dimana : X2 = nilai chi squere 0 = frekuensi observasi E = frekuensi harapan


46
STIKes Faletehan

Hasil uji statistik adalah untuk mengetahui apakah keputusan uji Ha ditolak atau Ha diterima (gagal ditolak). Dan untuk menguji kemaknaan hubungan, digunakan tingkat kepercayaan 95 % dimana nilai p pada tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut : a. p > 0,05 menunjukkan hasil tidak bermakna / berhubungan (Hipotesi ditolak). b. p 0,05 menunjukkan hasil bermakna / berhubungan (hipotesis diterima).
47
STIKes Faletehan

BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini diawali dengan melakukan uji instrumen terlebih dahulu pada kuesioner pendidikan, tingkat pekerjaan, sosial ekonomi, pengetahuan yang telah dibuat dan dilanjutkan dengan melakukan penelitian untuk analisa univariat dan bivariat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi TB Paru di Puskesmas Labuan tahun 2012. Penelitian ini dilakukan di ruang poli paru Puskesmas Labuan dalam jangka waktu kurang lebih 4 minggu, yakni mulai tanggal 8 Februari 2012 sampai 29 Februari 2012 dengan jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 57 responden. Responden dalam penelitian ini adalah pasien yang berkunjung ke poli Paru. Hasil data yang diperoleh dalam penelitian ini akan disajikan dalm bentuk analisis univariat dan bivariat. B. Hasil Analisis Univariat Analisis univariat yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti, meliputi variabel pendidikan tentang kejadian TB Paru, pekerjaan tentang Kejadian TB Paru, sosial ekonomi tentang kejaidian TB Paru, pengetahuan tentang kejadian TB paru. Hasil analisis univariat akan disajikan dalam beberapa tabel berikut : 1. Gambaran Pendidikan tentang Kejadian TB Paru Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan responden di Puskesmas Labuan Pandeglang Tahun 2012
Pendidikan Frekuensi % Rendah 39 68.4 Tinggi 18 31.6 Total 57 100

48
STIKes Faletehan

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui dari total responden 57 orang, sebagian besar responden yaitu sebanyak 39 orang (68,4%) pendidikannya rendah.

2. Gambaran Pekerjaan tentang Kejadian TB Paru Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi pekerjaan responden di Puskesmas Labuan Pandeglang Tahun 2011
Pekerjaan Frekuensi % Tidak Bekerja 30 52.6 Bekerja 21 47.4 Total 57 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui dari total responden 57 orang, lebih dari setengah responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 30 orang (52,6%) 3. Gambaran Status Sosial Ekonomi Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sosial Ekonomi responden di Puskesmas Labuan Pandeglang Tahun 2012.
Sosial Ekonomi Frekuensi % Rendah 42 73.7 Tinggi 15 26.3 Total 57 100.0

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui dari total responden 57 orang, sebagian besar responden yaitu sebanyak 42 orang (73,7%) sosial ekonomi rendah.
49
STIKes Faletehan

4. Gambaran Pengetahuan tentang Kejadian TB Paru Tabel 5.4 Distribusi Pengetahuan responden di Puskesmas Labuan Pandeglang tahun 2012
Pengetahuan frekuensi % Cukup 35 61.4 Baik 22 38.6 Total 57 100.0

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui dari total responden 57 orang, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 35 responden (61,4 %). C. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square (X2) yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel bebas yaitu pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, pengetahuan. 1. Hubungan antara Pendidikan dengan kejadian TB Paru Hasil uji chi square antara pendidikan dengan kejadian TB Paru dapat dilihat dari tabel 5.5 dibawah ini.
50
STIKes Faletehan

Tabel 5.5 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Kejadian TB Paru di Puskesmas Labuan Pandeglang tahun 2012 Hasil analisis dari tabel hubungan pendidikan dengan kejadian TB Paru, diketahui dari 57 orang penderita TB Paru yang pendidikannya rendah presentasinya lebih tinggi (66,7 %) dibandingkan dengan yang pendidikannya

tinggi. Berdasarkan hasil uji chesquare didapatkan nilai p=0,038 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian TB Paru di Puskesmas Labuan tahun 2012. Hasil uji statistik lainnya diperoleh nilai OR (Odd Ratio) = 4.000, artinya responden yang pendidikannya rendah memiliki resiko 4 kali lebih banyak dibandingkan dengan responden yang pendidikannya tinggi. 2. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian TB Paru Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square antara pekerjaan dengan kejadian TB Paru dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini.
Pendidikan Kejadian TB Total Nilai p OR TB paru Tidak TB paru Rendah 26 13 39 0.038 4.000 21.9 17.1 39.0 66.7% 33.3% 100.0% Tinggi 6 12 18 10.1 7.9 18.0 33.3% 66.7% 100.0% Total 32 25 57 32.0 25.0 57.0 56.1% 43.9% 100.0%

51
STIKes Faletehan

Tabel 5.6 Hubungan pekerjaan dengan kejadian TB Paru di Puskesmas Labuan Pandeglang Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 57 responden hubungan pekerjaan dengan kejadian TB Paru, menunjukkan bahwa yang tidak bekerja(53,3%) sedangkan yang bekerja (59,3 %) presentasinya hampir sama. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,855, yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejaadian TB Paru di Puskesmas Labuan tahun 2012.
Pekerjaan Kejadian TB Total P value OR TB paru Tidak TB paru Tidak Bekerja 16 14 30 0.855 0.786 16.8 13.2 30.0 53.3% 46.7% 100.0% Bekerja 16 11 27 15.2 11.8 27.0 59.3% 40.7% 100.0% Total 32 25 57

32.0 25.0 57.0 56.1% 43.9% 100.0%

52
STIKes Faletehan

3. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Kejadian TB Paru Tabel 5.7 Hubungan sosial ekonomi dengan kejadian TB Paru di Puskesmas Labuan Pandeglang Hasil analisis tabel diatas hubungan sosial ekonomi dengan kejadian TB Paru, menunjukkan bahwa yang status ekonominya rendah prosentasinya lebih tinggi (66,7 %) dibanding dengan status ekonominya tinggi. Hasil uji chi square didapat nilai p = 0,017 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara social ekonomi dengan kejadian TB Paru di Puskesmas Labuan. Hasil uji statistik lainnya diperoleh nilai OR (Odd Ratio) = 5,500 artinya responden yang sosial ekonomi rendah memiliki resiko menderita TB Paru sebesar 5.500 kali lebih banyak dibandingkan dengan responden yang sosial ekonomi tinggi.
Sosial Ekonomi Kejadian TB Total Nilai p OR TB paru Tidak TB paru Rendah 28 14 42 0.017 5.500 23.6 18.4 42.0 66.7% 33.3% 100.0% Tinggi 4 11 15 8.4 6.6 15.0 26.7% 73.3% 100.0% Total 32 25 57 32.0 25.0 57.0 56.1% 43.9% 100.0%

53
STIKes Faletehan

4. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian TB Paru Tabel 5.8 Hubungan Pengetahuan dengan kejadian TB Paru di Puskesmas Labuan Pandeglang tahun 2012 Hasil analisis tabel hubungan pengetahuan dengan kejadian TB Paru, menunjukkan bahwa yang pengetahuannya cukup prosentasinya lebih tinggi (71,4 %) dibandingkan dengan pengetahuan yang baik. Hasil uji statistik menggunakan chi square didapat nilai p = 0.008 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian TB Paru di Puskesmas Labuan tahun 2012. Hasil uji statistik lainnya diperoleh nilai OR (Odd Ratio) = 5,357 artinya responden yang memiliki pengetahuan cukup memiliki resiko menderita TB Paru sebesar 5.357 lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan baik.
Pengetahuan

Kejadian TB Total Nilai p OR TB paru Tidak TB paru Cukup 25 10 35 0.008 5.537 19.6 15.4 35.0 71.4% 28,6% 100.0% Baik 7 15 22 12.4 9.6 22.0 31.8% 68.2% 100.0% Total 32 25 57 32.0 25.0 57.0 56.1% 43.9% 100.0%

54
STIKes Faletehan

BAB VI PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian setelah peneliti mendapatkan hasil penelitian dan melalui analisis univariat dan bivariat, maka peneliti akan menjabarkan pembahasan yang mengacu pada tujuan khusus dari penelitian ini. Tujuan khusus penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB Paru antara pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, pengetahuan penderita TB paru di Puskesmas Labuan tahun 2012 dimana variabel independen adalah pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, dan pengetahuan, dan variabel dependen adalah kejadian TB Paru. 1. Pendidikan Berdasarkan hasil analisa bivariat didapat bahwa dari 57 orang menderita TB paru dengan pendidikan yang rendah sebanyak 39 orang (68.4 %), sedangkan yang pendidikan tinggi sebanyak 18 orang (31.6 %). Hal ini karena faktor ekonomi yakni sebagian besar responden yang saya teliti mereka berpenghasilan rendah sehingga bagi mereka tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan karena keterbatasan biaya sehingga mereka memilih untuk berdiam diri di rumah saja. Kurangnya informasi disebabkan oleh pendidikan yang rendah karena pendidikan merupakan saran informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan penderita khususnya dalam hal TB Paru. Sehingga dapat diketahui bahwa responden yang lebih banyak adalah yang pendidikannya rendah hal tersebut mendeskripsikan bahwa pemahaman penderita TB paru tentang berbagai hal yang berhubungan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB Paru kurang baik. Kondisi demikian dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti pendidikan penderita yang cukup tinggi paparan informasi yang baik, sehingga hal tersebut memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengetahuan penderita TB Paru (Notoatmodjo, 2007).
55
STIKes Faletehan

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh perilaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003) Pendidikan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penularan penyakit TB Paru. Sehingga tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan tentang penyakit TB Paru diantaranya mengenai faktor-faktor mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan TB Paru sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk prilaku hidup bersih dan sehat ( Umar Fahmi, 2004). 2. Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah atau pencarian. Masyarakat sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk memperoleh informasi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang antara lain adalah pendidikan penderita TB Paru, paparan informasi yang baik tentang TB Paru. Berdasarkan hasil analisa bivariat didapat bahwa dari 57 orang penderita TB paru dengan tidak bekerja sebanyak 30 orang (52,6 %), yang bekerja 27 orang (47.4 %) Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang lebih banyak resiko terkena TB Paru adalah yang tidak bekerja. Faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya TB Paru adalah faktor lingkungan rumah yang tidak bersih, kurang gizi. Seseorang pekerja mungkin mengalami kesulitan untuk memahami pentingnya penyakit atau cidera yang berpotensi menjadi serius .masalah penyakit cenderung terjadi kemudian, seringkali 20 atau 30 tahun setelah terpajan pada pada bahaya. (George pickett, 2009).
56
STIKes Faletehan

3. Sosial Ekonomi Penderita TB Paru Ekonomi adalah kemampuan seseorang menyediakan kebutuhannya mulai dari kebutuhan primer sampai sekunder, tingkat ekonomi sebuah keluarga akan mempengaruhi derajat kesehatan seseorang. Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan gizi, pekerjaan dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil analisa bivariat didapat bahwa dari 57 orang menderita TB Paru yang sosial ekonominya rendah sebanyak 42 orang (73.7 %), sedangkan yang sosial ekonominya tinggi sebanyak 15 orang (26,3%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang memiliki resiko terkena TB Paru adalah yang sosial ekonominya rendah. Makin buruk keadaan sosial ekonomi masyarakat sehingga makin jelek pula gizi dan hygiene lingkunganya yang akan menyebabkan rendahnya daya tahan tubuh mereka sehingga memudahkan terjadinya penyakit. 4. Pengetahuan Penderita TB Paru Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dari ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan hasil analisa bivariat didapat bahwa dari 57 orang penderita TB paru dengan pengetahuan yang cukup sebanyak 35 orang (61.4 %), sedangkan pengetahuan yang baik 22 orang (38.6 %). Bahwa dapat disimpulkan yang memiliki resiko terkena TB Paru adalah yang pengetahuannya cukup. Pengetahuan merupakan motif atau penggerak seseorang untuk berprilaku atau melakukan suatu tindakan dimana subjek berprilaku sesuai dengan pengetahuan dan kesadaran yang dimilikinya. Informasi yang didapatkan sebagai akibat dari hasil interaksi sosial yang akan berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Semakin banyak informasi yang didapat maka semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh.
57
STIKes Faletehan

A. Analisis Bivariat 1. Hubungan Pendidikan dengan kejadian TB Paru Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang pendidikannya rendah lebih banyak (68.4 %) yang berpengetahuan kurang, bila dibandingkan dengan responden yang pendidikannya tinggi hanya (31.6 %). Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuannya, hal ini seiring dengan peningkatan pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan yang kurang akan menghambat pembentukan kesadaran seseorang untuk bertindak, karena kurangnya pengetahuan yang dimilikinya. Keterkaitan ini dibuktikan melalui hasil uji chi square pada alpha 0.05 diperoleh nilai p sebesar 0.038, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian TB Paru. Hasil uji statistik lainnya diperoleh nilai OR (Odd Ratio) = 4,000, artinya penderita TB Paru yang pendidikannya rendah, akan berpeluang memiliki resiko 4 kali terkena TB Paru dibandingkan dengan penderita TB Paru yang pendidikannya tinggi. Adanya pendidikan kesehatan yang diberikan pihak puskesmas berupa penyuluhan atau informasi tentang TB Paru yang disosialisasikan kepada penderita TB Paru pada saat konsultasi dengan dokter Puskesmas atau pemegang program TB Paru,, sehingga dapat meningkatkan pendidikan penderita TB Paru. 2. Hubungan Pekerjaan dengan kejadian TB Paru Pekerjaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sesuatu yang dikerjakan yang dapat menghasilkan uang. Hasil uji statistik diperoleh tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian TB Paru. Seseorang yang bekerja dilapangan atau diluar gedung akan banyak kontak dengan benda-benda yang bersifat polusi, beda hal
58

STIKes Faletehan

nya dengan orang yang bekerja didalam gedung mereka terhindar dari polusi. Hasil penelitian mnenunjukan bahwa yang tidak bekerja (52,6%) berkecenderungan memiliki pengetahuan yang kurang dibandingkan dengan yang bekerja sebesar (47,4%). Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan pengetahuan yang tidak bekerja dengan yang bekerja. Dimana responden yang tidak bekerja memiliki pengetahuan yang kurang hal ini dibuktikan pula melalui uji chisquare diperoleh P = 0,855 , maka P < alpha, dimana alpha = 0,05 artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian paru. Menurut Makrum dalam Nursalam (2001), seseorang yang tidak bekerja cenderung mendapatkan informasi dari luar sebagai contoh media maupun orang lain, karena orang yang tidak bekerja kurang banyak berinteraksi dengan dunia luar atau interaksi social, hal ini akan berpengaruh terhadap informasi dan pengetahuan yang dimilikinya, sedangkan orang yang bekerja memungkinkan menerima banyak informasi karena selalu berinteraksi dengan banyak orang. Disamping itu orang yang bekerja (berpenghasilan) termotivasi berbuat sesuatu karena ditunjang oleh kemampuan ekonominya, hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga, khususnya dalam memelihara kesehatan. Dari hasil tersebut jelas bahwa penderita yang tidak bekerja mempunyai pengetahuan kurang tentang TB Paru jika dibandingkan dengan penderita yang bekerja. Maka untuk menyikapi hal tersebut, seorang perawat bertanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan tentang TB Paru, misalnya memberikan pendidikan kepada penderita tentang cara agar tidak terjadi penularan TB Paru, memberikan penyuluhan langsung tentang TB Paru dan pencegahannya.
59
STIKes Faletehan

3. Hubungan Sosial Ekonomi Rendah dengan Kejadian TB Paru Hasil uji statistik diperoleh sosial ekonomi rendah sebanyak (73,7 %), sedangkan sosial ekonomi tinggi sebanyak (26.3 %). Terdapat hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi dengan kejadian TB Paru. Sosial ekonomi yang rendah lebih beresiko terkena TB Paru dari pada sosial ekonomi tinggi. Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan gizi, pekerjaan dan akses terhadap pelayanan kesehatan. WHO (2003) menyebutkan 90 % penderita TBC di dunia menyerang kelompok dengan sosial ekonomi rendah atau miskin. Makin buruk keadaan sosial ekonomi masyarakat sehingga makin jelek pula gizi dan hygiene lingkungannya yang akan menyebabkan rendahnya daya tahan tubuh mereka sehingga memudahkan terjadinya penyakit. Hubungan antara kemiskinan dengan TBC bersifat timbale balik, TBC merupakan penyebab kemiskinan dan

karena miskin maka manusia menderita TBC. Sosial ekonomi itu sendiri, mungkin tidak hanya berhubungan secara langsung, namun dapat merupakan penyebab tidak langsung se 4. Hubungan pengetahuan dengan kejadian TB Paru Hasil uji statistik diperoleh pengetahuan yang cukup sebanyak (61.4 %) sedangkan yang pengetahuannya baik sebanyak (38.6 %), terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian TB Paru. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan diperoleh sebagian besar melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang diperoleh melalui penglihatan dapat dilakukan dengan membaca dari media cetak yang beredar di masyarakat dan bisa juga diperoleh dari media masa seperti televisi. Sedangkan pengetahuan yang diperoleh melalui pendengaran dapat diperoleh melalui kegiatan kesehatan yang dijalani penderita dengan mendengarkan berita di televisi, karena informasi yang diperoleh juga dapat menambah pengetahuan yang dimiliki dan akan berpengaruh pada tingkat pengetahuan. Informasi yang didapatkan sebagai akibat dari hasil interaksi sosial yang akan berpengaruh terhadap
60
STIKes Faletehan

pengetahuan seseorang. Semakin banyak informasi yang didapat maka semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh. B. Keterbatasan Penelitian Penelitian tidak terlepas dari segi kelemahan maupun kelebihan. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangannya, untuk itu selama penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan antara lain: Alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner sehingga memungkinkan terjadi kesalahan persepsi responden terhadap pertanyaan yang ada dalam kuesioner pada saat pengisiannya dank arena jawaban tergantung dari kejujuran responden. Untuk meminimalisir keterbatasan tersebut diberikan penjelasan terlebih dahulu tentang pentingnya hasil penelitian ini, dan adanya jaminan kerahasiaan atas jawaban yang diberikan, maka pada saat pengisian kuesioner didampingi peneliti, sehingga apabila ada pertanyaan yang tidak jelas atau tidak mengerti dapat langsung ditanyakan pada peneliti. Dengan demikian kesalahan persepsi dapat dihindari. Setelah saya melakukan penelitian kurang lebih 4 minggu masih banyak hal-hal atau kendala-kendala dalam penelitian yang saya dapatkan diantaranya waktu penelitian yang sangat terbatas, dari 4 minggu tersebut hanya 4 kali dilakukan penelitian karena jadwal poli paru di puskesmas Labuan hanya 1 minggu sekali. Banyak penderita TB Paru yang menyalah persepsikan tujuan penelitian ini, takut akan disebarluaskannya jawaban mereka.
61
STIKes Faletehan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian terhadap pendidikan, status ekonomi, pekerjaan. Respon dengan kerja maka dapat diambil kesimpulan TB paru sebagai berikut : 1. Sebagian besar responden yang memiliki pendidikan rendah dengan kejadian TB paru sebanyak 39 orang (68,4 %). 2. Lebih dari setengah responden yang tidak memiliki pekerjaan dengan kejadian TB paru sebanyak 30 orang (52,6%). 3. Sebagian besar responden yang memiliki status ekonomi rendah dengan kejadian TB paru sebanyak 42 orang (73,7%). 4. Sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan cukup dengan kejadian TB paru sebanyak 35 orang (61,4%). 5. Adanya hubungan yang bermakna antara tingkan pendidikan dengan kejadian TB paru di puskesmas Labuan p(0.038). 6. Tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pekerjaan dengan kejadian TB paru di puskesmas Labuan p(0.855). 7. Adanya hubungan yang bermakna antara status sosial ekonomi dengan kejadian TB paru di puskesmas Labuan p(0.17). 8. Adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian TB paru di puskesmas Labuan p(0.008). B. Saran 1. Bagi Puskesmas Labuan a. Untuk meningkatkan pengetahuan pasien, pihak puskesmas dapat memberikan informasi yang jelas tentang TB Paru pada pasien melalui konseling individu maupun melalui pemasangan brosur atau leaflet tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB Paru.
62
STIKes Faletehan

b. Meningkatkan kolaborasi dengan cara saling memberi masukan antara dokter dengan pemegang program, PromKes dan kader PMO. Sehingga dapat membantu memberikan konsultasi yang baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB Paru. c. Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat juga sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan sikap positif pasien terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB Paru. Dengan cara memberikan informasi tentang TB Paru secara jelas dan dimengerti. 2. Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan terhadap pengembangan program peningkatan kualitas penelitian dan bahan referensi bagi peneliti lainnya. 3. Bagi Peneliti Perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut tantang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB Paru dengan menggunakan metode observasi sehingga peneliti lebih banyak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman.
63

STIKes Faletehan

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Fahmi Umar, 2004. Menejemen Penyakit berbasis Wilayah, Jakarta. Ariawan, 1998, Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Praktek, edisi Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8, Jakarta : EGC. Departemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman Penanggulangan Tuberculosis edisi ke-2. Jakarta. Hastono, Sutanto P. 2001. analisa data, Jakarta : FKM UI. _______ 2007. Analisis data kesehatan , Jakarta : FKM UI. Nursalam, 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta. __________ 2007. Aplikasi dalam praktek Keperawatan Profesional edisi 2, Salemba Medika. __________ 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan : pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan, Jakarta: Salemba Media Notoatmodjo Soekidjo,2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta Rineka Cipta . _______________, 2003, Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. ______________ 2005. Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
64
STIKes Faletehan

Pickett George, 2009, Kesehatan Masyarakat Administrasi dan Praktek, Jakarta : EGC. Sudoyo Aru W, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : Fakultas Kedokteran UI. Sugiono, 2007, Statistik untuk Penelitian, Bandung : CV Alpa Beta.
65
STIKes Faletehan

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Leni Suliawati NIM : 1010032024 Adalah mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faletehan Serang yang sedang melakukan penelitian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi angka kejadian TB paru di Puskesmas Labuan tahun 2012. Identitas semua responden dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya dan menjadi tanggung jawab saya sebagai peneliti apabila informasi yang diberikan merugikan responden dikemudian hari. Semua aspek dalam penelitian ini akan didiskusikan dengan ahlinya dari Program Studi Ilmu Keperawatan Serang.

Responden dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja tanpa paksaan apapun. Jika responden memutuskan untuk memundurkan diri dari penelitian ini, Semua data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak akan disalahgunakan tanpa seizin responden. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan bahan atau data yang akan bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Keperawatan dan akan dipublikasikan dalam bentuk skripsi. Atas kesediaan saudara serta kerjasama saya ucapkan terima kasih. Serang, Februari 2012 Leni Suliawati

You might also like