You are on page 1of 53

Pembentukan North Atlantic Treaty Organization (NATO) sebagai badan pertahanan negara-negara Eropa tidak dapat dilepaskan dari

sejarah perang dingin, dimana dunia terbagi kedalam dua polar utama yakni polar Amerika Serikat dan Uni Soviet yang merupakan superpowers pada masa tersebut. Perang ideologi yang menjadi salah satu bentuk perang utama membuat Eropa secara geografis terbagi menjadi dua pada saat itu, yakni Eropa Barat dan Eropa Timur. Ketika perang dingin berakhir, NATO tidak lantas diakhiri keberadaannya oleh pada anggotanya, namun hingga saat ini NATO tetap menjadi salah satu pakta pertahanan terbesar di dunia, bahkan dengan jumlah anggota yang bertambah. Pertanyaan kemudian muncul terkait eksistensi NATO terhadap Eropa. Sebenarnya bagaimanakah pengaruh eksistensi NATO terhadap Eropa? Mengapa NATO masih terus berjalan hingga saat ini bahkan setelah keanggotannya meluas melebihi batas Eropa? Paper ini akan menjelaskan lebih mendalam mengenai pertanyaan seputar eksistensi NATO dan pengaruhnya terhadap Eropa dan Uni Eropa pada masa perang dingin dan pasca perang dingin.

Teorisasi Terkait NATO dalam Perspektif Neoliberal Institusionalisme Penulis akan mendasarkan analisis terhadap NATO melalui perspektif neoliberal institusionalis, dimana dalam perspektif ini dijelaskan bahwa institusi merupakan salah satu mediator negara dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan kenegaraan dengan membangun kooperasi internasional. Kaum neoliberal institusionalis meyakini bahwa kerjasama bukanlah sebuah kebetulan, melainkan tindakan yang disadari untuk mencapai tujuan bersama dan institusi internasional ada sebagai salah satu cara untuk memfasilitasi kerjasama internasional (Jackson & Sorensen, 1999). Dapat disimpulkan bahwa adanya mutual interest dalam negara-negara Eropa untuk bersatu karena alasan sejarah kerapuhan mereka akan perang pada saat awal pembentukan NATO, menjadi alasan utama terbentuknya NATO sebagai pakta pertahanan berbasis militer. Hal ini juga melandasi berbagai kooperasi yang dilakukan negara-negara NATO seperti collective security yang dijelaskan oleh kaum liberalis sebagai sistem yang membuat negaranegara menerima bahwa keamanan merupakan concern bersama yang membutuhkan respon secara kolektif untuk menghindari agresi. (Roberts and Kingsbury dalam Dunne, 2005). Hal ini melandasi keputusan negara-negara anggota NATO dalam menyusun prinsip kerja secara integratif an armed attack against one or more of them shall be considered an attack against them all (nato.int, 2013). Integrasi, interdependensi serta cooperative security yang diusung sebagai salah satu prinsip NATO juga dapat dijelaskan melalui perspektif ini. Integrasi dapat dijelaskan sebagai sebuah proses pembangunan closer-union antar negara dalam lingkup regional maupun internasional, Mitrany menjelaskan bahwa proses ini umumnya didahului dengan apa yang disebut ramifikasi atau proses penyelesaian masalah teknikal melalui kooperasi. Sementara interdependensi merupakan kondisi dimana seorang aktor mendapatkan pengaruh atau dampak dari keputusan aktor lainnya. Sementara perilaku kooperatif yang ditunjukkan oleh cooperative security identik dengan pandangan liberalis terhadap perilaku positif manusia akan kerjasama dan kooperasi, bahwa manusia pada dasarnya membutuhkan manusia lainnya untuk memenuhi kekurangannya (Dunne, 2005).

Peran NATO sebagai Pakta Pertahanan: Perang Dingin dan Pasca Perang Dingin North Atlantic Treaty Organization merupakan sebuah organisasi keamanan regional negara-negara di kawasan utara samudera Atlantik berbasis collective defense yang terbentuk pada 4 April 1949. NATO merupakan sebuah organisasi intra-governemental, dimana negara-negara sekutu sepakat untuk membuat badan pertahanan keamanan bersama dalam masa perang dingin. North Atlantic Treaty merupakan perjanjian awal dari badan pertahanan ini, dimana Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Belanda, Belgia, Luxembourg, Kanada, Italia, Portugal, Islandia, Denmark dan Norwegia menandatangani perjanjian dan menjadi anggota pertama dari organisasi keamanan NATO. Keanggotaan NATO bertambah hingga pada saat ini NATO memiliki 28 negara anggota yang terletak di kawasan Eropa dan Amerika Utara (nato.int 2012). Dalam website resminya, disebutkan bahwa latar belakang pembentukan NATO pada saat perang dingin dilatarbelakangi oleh 3 hal utama yakni In fact, the Alliances creation was part of a broader effort to serve three purposes: deterring Soviet expansionism, forbidding the revival of nationalist militarism in Europe through a strong North American presence on the continent, and encouraging European political integration. (nato.int 2012). NATO merupakan aliansi militer yang penting pada masa perang dingin, dimana NATO identik dengan representasi kekuatan sekutu dan memiliki fungsi sebagai penyeimbang kekuatan pakta warsawa yang merupakan aliansi kekuatan USSR beserta negara-negara kawasan Eropa Timur. Dalam setiap aksinya NATO mengutamakan keamanan bersama anggotanya sehingga dalam menjalankan aksinya peacekeeping merupakan agenda utama NATO (rockwood, 1995). Ketika USSR runtuh dan perang dingin berakhir pada tahun 1991, NATO menjadi satu-satunya badan pertahanan dan keamanan militer yang masih berdiri. Organisasi ini kemudian mengalami perkembangan saat beberapa negara eks komunis di Eropa Timur bergabung ke dalam aliansi ini seperti Hungaria, Polandia dan Ceko pada tahun 1997 dan menjadi anggota tetap NATO hingga saat ini. Dalam PDF resmi yang diluncurkan oleh NATO What is NATO? disebutkan bahwa NATO mengedepankan persamaan setiap anggota didalam organisasinya, dimana setiap keputusan substantif yang terbentuk haruslah merupakan keputusan yang bersifat unanimous dan konsensus (nato.int 2012). Terdapat 3 fungsi utama NATO sebagai aliansi dan organisasi keamanan regional. Dalam PDF resmi NATO disebutkan bahwa tugas utama NATO adalah collective defense, crisis management dan cooperative security through partnerships; The Alliance is committed to protecting its members through political and military means. It promotes democratic values and is dedicated to the peaceful resolution of disputes. If diplomatic efforts fail, it has the military capability needed to undertake collective defence and crisis-management operations alone or in cooperation with partner countries and international organizations. (nato.int 2012) Setiap negara anggota NATO memiliki perwakilan tetap di headquarter NATO di Brussels, Belgia, para Ambassadors ini bertugas menjadi representasi negara dalam dewan NATO yang bertugas sebagai advisers dalam setiap keputusan dewan. Dewan NATO disebut dengan The North Atlantic Council (NAC) yang beranggotakan para mentri pertahanan negara anggota,

dan memiliki wewenang dalam menentukan setiap keputusan organisasi. Badan ini bertemu setiap minggu sekali dan mengadakan summit setiap satu atau dua tahun sekali untuk memutuskan tantangan bersama dan proyek kerja yang dihadapi aliansi (nato.int 2012). NATO memiliki dua unit komite dalam pelaksanaannya yakni civilian committee dan military committee keduanya bekerjasama dalam menjalankan NATO. Selain itu NATO juga memiliki seorang Sekretaris Jendral yang dipilih per 4 tahun sekali, umumnya merupakan seorang politisi senior di negara anggota yang dipilih secara konsensus oleh anggota Posisi Sekretraris Jenderal NATO saat ini diduduki oleh mantan perdana menteri Denmark, Anders Fogh Rasmussen. Penulis berpendapat bahwa NATO sebagai sebuah organisasi internasional memiliki tujuan dan keanggotaan yang spesifik dimana hingga saat ini, NATO menjadi satusatunya organisasi internasional yang bergerak dalam penajagaan keamanan dan perdamaian berbasis aliansi militer negara. Penulis berpendapat bahwa hal tersebut membuat eksistensi NATO dibutuhkan dan diakui dalam bidang peacekeeping. NATO memiliki hubungan yang dekat dengan EU yang merupakan organisasi regional negara-negara Eropa. Keanggotaan NATO merupakan salah alasan kuat dibalik bergabungnya Inggris ke dalam EU. Inggris sendiri yang menjadi anggota EU tanpa mengikuti perjanjian mata uang bersama EURO dan perjanjian teritorial Schengen namun mengikuti NATO karena alasan keamanan kawasan. Inggris memiliki keinginan dan kepentingan dalam bidang keamanan Eropa Barat begitu pula dengan Perancis dan Jerman yang merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam perang dunia. Aliansi perdamaian dan keamanan merupakan keinginan dan kepentingan mereka di EU saat ini, dimana hal tersebut diwujudkan dalam NATO. Hal ini membuat hubungan EU dan NATO menjadi berkaitan dan NATO menjadi sebuah instrumen perjanjian penting yang mengikat anggota EU khususnya dalam military defense dan collective security. NATO sejak tahun 2002 menjalin kerjasama dengan Russia demi kepentingan bersama dalam bidang kedamaian dan keamanan karena letak Eropa dan Russia yang berdekatan. Kerjasama ini diharapkan dapat membangun rasa kepercayaan diantara kedua belah pihak dalam menjaga perdamaian kawasan. Keduanya bahkan membina kerjasama dalam bidan militer seperti rudal, dan dalam menjaga keamanan internasional seperti terorisme, war on drugs dll. Hubungan ini bahkan menghasilkan pembangunan markas khusus bagi kerjasama keduanya di Moskow. Kerjasama ini merupakan transformasi dalam hubungan NATO dengan USSR pada masa perang dingin dahulu. Bukan hanya dalam perluasan kerjasama di kawasan Eropa Timur, akhir perang dingin tidak lantas membuat eksistensi NATO dalam dunia dipandang sebelah mata. Hal ini dapat diamati melalui aktifnya peran NATO dalam berbagai kegiatan peacekeeping internasional yang menjadi agenda PBB. Tidak jarang NATO mendapatkan mandat resmi PBB untuk menjadi pasukan perdamaian dan melaksanakan upaya peacekeeping. Salah satunya adalah intervensi NATO dalam kasus Arab uprising di Libya pada tahun 2011 lalu. Sekretaris Jendral NATO, Anders Fogh Rasmussen menuliskan penjelasan akan intervensi NATO ke Libya sebagai upaya perlindungan terhadap masyarakat Libya dari ancaman opresi rezim Khadafi, dan mendirikan reformasi demokratisasi di Libya. Some people have asked why NATO acted in Libya but not elsewhere, in particular in Syria. My answer is clear. We took action in Libya because we have a strong mandate from the Security Council and solid support from countries in the region. That is a unique

combination which we have not seen elsewhere. (Rasmussen, 2011) Sehingga peran NATO pada masa pasca perang dingin, bukanlah lagi menjadi sebuah organisasi pertahanan khusus bagi Eropa dengan antisipasi terhadap lawan, namun telah bertransformasi menjadi organisasi penjaga perdamaian dan keamanan dunia dibawah mandat dewan keamanan PBB, dimana negara permanent 5 yang memiliki veto (kecuali China) adalah anggota dan rekan dari NATO hingga saat ini.

Kesimpulan: NATO dan Eropa Pembentukan NATO penulis simpulkan sebagai salah satu organisasi yang paling berpengaruh dalam sejarah Eropa. Eropa yang memiliki sejarah peperangan sejak zaman pertengahan menggunakan pembentukan NATO dan European Union sebagai prevensi akan timbulnya perang internal di kawasan tersebut di masa mendatang. Trauma masa lalu akan efek pasca perang, membuat negara-negara Eropa sepakat akan pembentukan integrasi baik dalam bentuk ekonomi dan pembangunan seperti EU dan integrasi militer dan keamanan seperti NATO. Meskipun NATO terbentuk sebagai pakta keamanan sekutu pada masa perang dingin, kebutuhan negara-negara Eropa akan NATO sebagai organisasi yang menyatukan mereka dalam bidang militer dan keamananlah yang menyebabkan NATO tidak lantas dibubarkan ketika perang dingin berakhir. Penulis berpendapat bahwa perluasan keanggotaan NATO merupakan sebuah strategi keamanan yang dapat dijelaskan melalui prinsip neoliberal. Bahwa pasca berakhirnya perang dingin, dunia tidak lagi dikuasai dua polar superpower yang memaksa adanya pertarungan kolektif dua pihak, namun saat ini negara-negara melakukan kooperasi sebagai kebutuhan akan rasa aman dan penjagaan perdamaian sehingga perang tidak akan terjadi lagi di masa mendatang. Hal tersebut dapat dikatakan sebaai hal yang melandasi perluasan keanggotaan dan partnership dalam NATO pasca perang dingin. Namun hingga saat ini NATO masih memiliki keterikatan dengan negara-negara di kawasan EU yang menjadi anggota terbesar NATO. NATO merupakan salah satu perjanjian di EU yang menjadi alasan bergabungnya negaranegara Eropa kedalam EU. Salah satunya adalah Inggris, dimana Inggris melandaskan kerjasamanya dalam EU terlebih dalam bidang keamanan dan pertahanan daripada bidang ekonomi dan pembangunan. Hal ini menyebabkan Inggris tidak bergabung dengan perjanjian schengen dan EURO, namun Inggris masuk kedalam NATO sebagai pakta keamanan dan pertahanan yang menyatukan negara-negara EU dalam ikatan kebersamaan, dimana kemungkinan perselisihan dapat ditekan, dan rasa percaya dan kesatuan dapat ditingkatkan. Karena Eropa dan EU membutuhkan dua perasaan tersebut untuk terus eksis dan menghindari terulangnya sejarah buruk akan peperangan internal di masa mendatang.

AS PADA MASA PERANG DINGIN


Diposkan oleh Okha Danjhu 0 komentar

Hubungan luar negeri AS dengan negara-negara bekas sekutunya serta musuhnya pada pasca Perang Duma II ditandai dengan upaya diplomatik untuk meningkatkan hegemoni AS di seruh dunia. Masa akhir Perang Dunia II ditandai dengan perang dingin (cold war) antara AS bersama sekutu-sekutunya disatu pihak dengan Uni Soviet bersama sekutii-sekuunya di pihak lain. Sebenarnya menurut sejarawan, perang dingin antara AS dan Uni Soviet sudah berlangsung sejak tampilnya komunisme sebagai penguasa di Uni Soviet tahun 1917. Akhir Perang Dunia II (PD II) tanda-tanda perang dingin antara kedua kubu tersebut sangat jelas. Penyebab langsungnya adalah perpecahan dalam aliansi antara Uni Soviet, AS dan Inggeris. Mereka tidak sepakat mengenai penyelesaian masalah rekonstruksi negara-negara yang dikalahkan dalam perang, upaya memelihara ketertiban dan keamanan dunia, dan masalah penangamm perubahan sosial ekonomi yang diakibatkan oleh PD E. Ternyata aliansi antara Uni Soviet dan AS selama berlangsungnya perang hanya bersifat semu belaka yang didasarkan atas kepentingan bersama untuk menghadapi negara-negara Axis (Jernian,Italia dan Jepang). Selama berlangsungnya perang, tidak terdapat kesepakatan bulat di antara mereka mengenai isu-isu jangka panjang serta penyelesaian perbedaan pendapat di antara keduanya. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa perang dingin sebenarnya tidak akan berkembang menjadi

ketegangan internasional apabila Presiden Roosevelt tidak meningal dunia (April 1945) sebelum PD II berakhir, sehingga dia mampu menyelesaikan masalah-misalah akhir perang dan masa transisi untuk menciptakan perdamaian. Penggantinya tidak memiliki konsep yang sama mengenai tujuan dan kepentingan AS dalam urusan diplomatik dengan Uni Soviet. Mereka berniat membatasi kekuatan Rusia sambil memperluas pengaruh AS sesuai dengan kepentingan tradisionalnya Presiden Harry S Truman, pengganti Roosevelt, memperlihatkan sikap yang tegas terhadap Uni Soviet selama Konferensi Postdam (Juli 1945) dan menginginkan dijatuhkannya bom atom terhadap Jepang untuk mengakhiri perang. Tujuannya adalah untuk meneruskan politik luar negeri AS sebagai selalu terbuka (open door). Sikap AS yang curiga terhadap Uni Soviet juga diperlihatkan oleh Menlu James Byrnes yang pada tanggal 28 Juli 1945 menyatakan bahwa Jepang perlu dikalahkan oleh AS sebelum Uni Soviet mampu melakukannya sehingga dia 114 memperoleh dominasi di Asia-Pasifik, Dijatuhkannya bom atom di Jepang adalah dalam rangka membatasi pengaruh Uni Soviet di Asia Pasifik serta Eropa Timur. Konfernsi Postdam dan cara mengakhiri PD II merupakan fase awal meletusnya perang dingin antara kedua belah pihak. Dalam Konferensi Postdam, AS mulai menaruh curiga terhadap kebijaksanaan luar negeri Soviet atas Horgaria, Rumania dan Bulgaria. KeQurigaan AS terhadap kebijaksanaan Soviet tersebut dijawab oleh Stalin bahwa negara-negara Barat telah melakukan eksploitasi di Italia dan Yunani, sedangkan Soviet tidak memiliki kepentingan apapun atas daerah tersebut. Presiden Truman bersama delegasinya menyatakan bahwa pembagian daerah pengaruh di Eropa akan menciptakan konflik baru di kawasan Balkan (Eropa Tenggara) dan cepat atau lambat konflik tersebut dapat menyebar Ice selutuh Eropa. AS menginginkan agar perairan Eropa diinternasionalisasi sehingga Uni Soviet tidak memiliki hak apapun atas perairan Dardanela, perairan strategis di Balkan yang memisahkan Turki dan Yunani. Ketidaksetujuan AS terhadap pembagian Eropa ke dalam daerah pengaruh ternyata tidak berlaku dalam kasus pembagian Jerman sebagai daerah pendudukan. Dalam pembagian Jerman menjadi zone AS, Inggeris, Perancis dan Uni Soviet terlihat adanya konflik kepentingan. Misalnya Uni Soviet masih menginginkan peralatan industri yang diduduki negaranegara Barat. Sedangkan negara-negara Barat menginginkan sumber daya alam yang terdapat dalam daerah pendudukan Uni Soviet. Dalam Konferensi Postdam, pembagian daerah pengaruh tersebut telah memperlihatkan konflik kepentingan di antara mereka. Dijatuhkannya bom atom di Hiroshima telah menimbulkan konflik dalam pemenntahan AS. Menteri Perang AS, Stimson, menyatakan bahwa dijatuhkannya bom atom atas Hiroshima dapat mendorong Uni Soviet untuk mengembangkan bom yang sama untuk kepentingan politiknya di daratan Asia. Kekhawatiran Stimson tersebut kemudian dibicarakan dalam Kabinet Truman dan diputuskan untuk mengadakan negosiasi dengan Uni Soviet mengenai pembagian informasi tentang tenaga atom dan cara mengontrol pengembangannya. Namun demikian, tidak diperoleh keputusan yang pasti sebelum AS menghadiri Konferensi London bulan September 1945. Dalam Konferensi London perbedaan kepentingan politik masing-masing negara semakin menajam. Uni Soviet misalnya mengkritik kebijaksanaan AS atas pendudukannya di Jepang. Delegasi AS, yang dipimpin oleh menlu Byrnes mengatakan bahwa pendudukan Jepang 115 dimaksudkan untuk membuat negara tersebut dapat berpartisipasi dalam memutuskan perdamaian. Kemenangan bagi kita merupakan kesempatan bagi negara-negara kecil berpartisipasi dalam membuat keputusan damai. Sikap AS tersebut telah mendorong Uni Soviet meninjau kembali politik luar negerinya Dalam pandangan menlu Byrnes, Uni Soviet semakin menanamkan pengaruhnya di

Eropa Timur. Semakin lama Uni Soviet menguasai negara-negara kecil Eropa Timur maka semakin kecil kesempatan bagi mereka untuk berpartisipasi dalam perdamaian internasional. Kenyataan menunjukkan bahwa Uni Soviet telah membentuk fakta dagiing dengaii negara-negara Eropa Timur yang tentu saja akan berakibat pada terancamnya perdagangan Barat serta terbentuknya blok rubel (mata uang Rusia). Untuk mcrintangi dominasi Uni Soviet di kawasn tersebut maka negara-negara kecil di Eropa Timur perlu diikat dalam perjanjian bersama dengan negara-negara Sekutu. Perjanjian tersebut harus menbatalkan kesepakatan yang telah ditandatangani dengan Uni Soviet. Sikap AS tersebut tentu saja merupakan ancaman terhadap hegemoni Uni Soviet di Eropa Timur. AS dan negara-negara pemenang PerangDunia II menghadiri Konferensi Paris yang berlangsung cukup lama antara April - Desember 1946. Dalam konferensi tersebut menlu Byines mengusulkan kemungkinan dibentuknya perjanjian keamanan empat besar, AS, Uni Soviet, Inggeris dan Perancis untuk mencegah bangkitnya kembali Jerman scbagai negara yang memiliki angkatan bersenjata besar, serta perlunya peran PBB dalam mengontrol tenaga atom. Suasana sekitar konferensi sebenarnya lebih banyak berkaitan dengan masalah hubungan antara AS dan Uni Soviet. Dalam bulan Januari 1914, misalnya AS dan Inggeris menaruh perhatian pada keluhan Iran mengenai rencana Soviet mendirikan negara setelit Ajerbaizan yang berbatasan dengan Iran utara. Inggeris dan AS serta US memiliki kepentingan yang besar terhadap number minyak bumi yang terdapat di kawasan Asia Tengah yang berbatasan langsung dengan Iran dan Azerbaijan. Oleh karena itu, AS sangat menaruh perhatian besar dalam masalah tersebut. Inggeris sebagai sekutu AS menunjukkan sikap yang sama untuk menentang kehadiran Uni Soviet di Asis Tengah. Churchill, pada bulan Maret } 946 yang berpidato di Fulton, Missouri, AS, menuduh Soviet sebagai negara " thai besi" sambil nenyatakan bahwa AS diberikan hak oleh Tuhan untuk memonopoli bom atom untuk mencegah dommasi komunis atau fasis serta sistem totaliter yang akan mengancam negara-negara demokrasi. Churchil melihat bahwa Eropa telah terbelah dua yang dipisahkan melalui garis yang ditarik dan Stettin di Laut Bakik hingga ke 116 Trieste di Laut Adriatik. Di sebelah Barat garis terebut terdapat negara-negara demokrasi bebas dan di sebelah timur terdapat negara-negara komunis dan totaliter yang akan mengancam demokrasi. Menghadapi tuduhan tersebut, pemimpin Uni Soviet, Stalin, menolak bekerjasama lebih lanjut dalam rekonstruksi Jerman. Negara-negara yang menguasai Jerman gagal meny-epakati terbentuknya kesatuan ekonomi di daerah pendudukan Jerman. Konferensi Paris tahun 1946 tidak banyak menghasilkan keputusan mengenai masalah hubungan internasional antara negara-negara Barat dan Timur. Amerika Serikat tetap menyesalkan keputusan Uni Soviet untuk mengikat negaranegara Eropa Timur dalam aliansi dagang yang dipimpin oleh Uni Soviet. Di mata diplomat AS, Konferensi Paris tahun 1946 malah telah memperkukuh perbatasan antara negara-negara berpaham demokrasi dengan negara-negara pengakut ideologi komunis yang mulai ditanamkan oleh Uni Soviet. Upaya Membendung Komunisme Dijatuhkarmya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki telah mempercepat berakhirnya Perang Dunia II. Namun demikian, peristiwa tersebut tidak menyelesaikan konfhk yang mulai muncul antara AS dan Uni Soviet. Sebelum bom dijatuhkan, Uni Soviet telah memasuki Manchuria yang semula diduduki Jepang. AS merasa khawatir bahwa perjanjian antara Uni Sovit dan China, keduanya berhaluan komunis, akan mengencam kepentingan AS. Oleh karena itu, AS kemudian mengutus Jenderal George C Marshall, seorang arsitek penyerbuan ke Normandia, untuk mendekati Chiang Kai Shek, pemimpin nasionalis China. Marshall dirugaskan untuk membicarakan masalah kerjasama ekonomi dan militer AS dengan pemerintahan nasionalis China. Miirshall meminta agar

pemerintahan Chiang mampu memperluas pemerintahannya dengan cara memasukkan kekuatan komunis ke dalam pemerintahannya. Dengan demikian potensi ancaman -kekuatan komunis di bawah Mao Tse-tung yang mungkin mendapat dukungan dari Uni Soviet dapat diredam. Setelah beberapa minggu di China, Marshall masih belum yakin apakah Chiang memehami apa yang diinginkan oleh AS. Sebelum tercapai kesepahaman antara Marshall dan Chiang, pada bulan april 1946 kekuatan Komunis telah menyerang Changchun yang berakibat pada berakhiraya pemerintahan koalisi di China. Misi Marshall di China mengalami kegagalan setelah konflik antara China Nasionalis dengan Komunis berlanjut. Sedangkan kepentingan AS untuk tetap menjaga China dikuasai oleh kekuatan nasionalis tidak 117 bisa dilaksnakan setelah kekuatan komunis memperoleh kemenangan di daratan China. Marshal akhirnya kembali ke AS pada bulan Januari 1947 sambil meiyalahkan kelompok Kuomintang (nasionalis) dan sikap kaku kaum komunis di China. Menghadapi situasi di China yang semakin panas, pemerintah AS segera memberikan bantuan sebesar 570 juta dolar kepada pemerintahan Nasionalis China. Namun demikian, bantuan tersebut hanya meningkatkan persaingan yang semakin tajam antara kaum nasionalis dan komunis di China. Sementara kekuatan nasionalis yang didukung oleh AS mengalami kekalahan di mana-mana Pada tahun 1948 tentara nasionalis terpecah, sementara tentara komunis terus melakukan penyerangan. Akhirnya kekuatan nasionalis China melarikan diri ke Taiwan dan mendirikan pemerintahan baru yang beribukota di Taipeh. Ketika kekuatan komunis di China mendirikan pemerintahan RRC tahun 1949 yang anti Barat, pemerintah AS masih meneruskan kebijaksanaannya untuk terus membantu kekuatan nasionalis dan demokratis yang anti komunis. Kebijaksanaan tersebut juga diterapkan untulc Eropa melalui Doktrin Truman dan Marshall Plan, Kebijaksanaan tersebut ditempnh untuk "menyelamatkan" Eropa dari komunisme. Pada esensinya, Doktrin Truman didasarkan atas prinsip moral bagi penentuan nasib sendiri (self determination) bangsa-bangsa di dunia menurut perspektif luar negeri AS. Oleh karena itu AS memprotes pendudukan Polandia, Rumania dan Bulgaria yang berada di bawah regime totaliter yang tidak memperhatikan kepentingan bangsanya untuk menentukan nasibnya sendiri. Berdasarkan doktrin tersebut, AS harus membantii negara-negara yang masih berada di bawah rezim totaliter untuk menjadi negara yang demokratis. AS berkepentingan untuk membantu negaranegara tersebut membangun institusi yang demokratis untuk kepentingan perdamaian internasional. Dilihat dari kerangka perang dingin, doktrin tersebut sebenarnya lebih ditujukan kepada Uni Soviet yang mulai menanamkan pengaruhnya di negara-negara Eropa Timur. Oleh karena itu, atas nama Doktrin Truman, AS akan membantu negara-negara di Eropa untuk memulihkan ekonominya pasca perang sehingga menjadi negara yang demokratis seperti ditafsirkan oleh AS. Melalui Marshall Plan, AS memberikan bantuan ekonomi kepada negara-negara Eropa Barat sebesar 17 milyar dolar. Bantuan tersebut tentu saja diprotes oleh Uni Soviet yang mengatakan bahwa AS telah ikut campur dalam urusan Eropa dan menafsirkan konsep demokrasi menurut pandangannya sendiri. 118 Pejabat kementerian Luar negeri AS, Dean Acheson, mengatakan bahwa tanpa bantuan luar negeri, proses pembangunan ekonomi Eropa akan berlangsung lama Agar pembangunan ekonomi bisa berjalan dengan baik, diperlukan adanya demokrasi dan kebebasan sehingga orang-orang miskin dan terlantar akibat perang bisa tertolong. Jika demokrasi tidak ditegakkan di negara-negara Eropa yang menderita akibat perang maka kaum ekstrimis akan memanfaatkan kondisi tersebut untuk kepentingannya Menlu AS, George C Marshall mengatakan bahwa diperlukan program unilateral

untuk membangun kembali ekonomi Eropa. Namun demikian, inisiatif pembangunan ekonomi tersebut harus datang dari negara-negara Eropa. Kebijaksanaan politik luar negeri AS tersebut disambut baik oleh Inggeris dan Perancis. Menlu kedua negara tersebut, Bevin dan Bidault, bertemu di Paris tanggal 17 Juni 1947, yang juga dihadiri oleh menlu Soviet, Molotov. Polandia dan Chekoslovakia memperlihatkan minatnya untuk bergabung. Namun demikian, setelah pertemuan berakhir iianggal 2 Juli 1947, Menlu Molotov menyatakan bahwa program bantuan AS akan merusak kedaulatan dan independensi negara-negara Eropa, Sebaliknya program tersebut hanya akan memperkuat posisi AS di Eropa untuk memaksa negara-negara Eropa dimanfaatkan oleh AS untuk melawan negara lainnya. Akhirnya negara-negara Eropa Timur yang terlebih dahulu sudah diikat oleh Uni Soviet tidak mau bergabung dengan rencana AS. Hanya negara-negara Eropa yang tidak berhaluan kornums sepakat untuk menjalin kerjasama dalam pembangunan ekonomi Eropa sesuai dengan Rencana Marshall (Marshall Plan). Kerjasama tersebut disepakati tanggal 22 September 1947. Kebijaksanaan politik luar negeri AS berupa kerjasama ekonomi yang berlangsung dalam konteks perang dingin tersebut mendapat dukungan dari Kongress AS. Kongress mengeluarkan Undang-undang kerjasama ekonomi tanggal 3 April 1948 yang diikuti dengan dikeluarkannya EGA (Economic Cooperation Administration) sebagai agen kerjasama ekonomi AS yang terdapat di negara-negara anggota di Eropa. Biaya yang dikeluarkan tanggal 28 Juni 1948 tersebut adalah US $ 4 milyar. C. Blokade Berlin Pengumuman pertama mengenai Marshall Plan (rencana Marshall) terjadi setelah beberapa minggu para menteri dari "the Big Fouf* (Ingeris, Perancis, AS dan Uni Soviet) gagal menyepakati cara untuk menyatukan Jerman. Pada bulan September 1946, AS dan Inggcris telah menggabungkan daerah (zone) pendudukan mereka menjadi kesatuan ekonomi tunggal, sebagai 119 "Bizonia" dan mendesak Perancis untuk menggabungkan daerih pendudukannya menjadi "Trizonia". Para konferensi menlu di Moskow bulan Maret-April 1947, Uni Soviet mengajukan pembentukan pemerintahan pusat yang kuat di Jerman yang bertugas untuk reparasi ekonomi berdasarkan kondisi terakhir di Jerman. Usulan tersebut ditolak oleh menlu AS sambil mengatakan bahwa usulan tersebut cenderung akan menguntungkan posisi Uni Soviet yang telah menanamkan komunisme di daerah pendudukannya di Jerman Timur. Di mata Uni Soviet, Marshall Plan, merupakan rencana AS untuk memanfaatkan situasi Jerman untuk kepentingan politiknya dengan cara mengeksploitasi sumber daya ekonomi Jerman. Menghadapi tuduhan tersebut AS mengajak Uni Soviet untuk membicarakannya dalam pertemuan London akhir tahun 1947. Dalam pertemuan tersebut delegasi AS mengatakan bahwa pembentukan pemerintahan Jerman merupakan hal yang sangat penting untuk pembangunan kembali Eropa pasca perang. Lebih dari dua tahun yang lalu, delegasi AS di Stuttgart menyatakan. bahwa AS setuju untuk mendirikan pemerintahan sementara di Jerman, Tidak adanya persetujuan dari Uni Soviet tersebut ternyata merupakan penyebab berlarutnya krisis di Jerman, bahwa Uni Soviet telah menuduh Baral memiliki niat yang tidak baik atas kepentingan Uni Soviet. Kongress AS telah menyetujui agar dibentuknya sistem keuangan tunggal untuk Jerman bagian barat. Ketegangan antara Barat dan Timur di Eropa Tengah mencapai puncaknya tahun 1948 menyusul adanya perdebatan mengenai rencana Barat bagi Jerman. Delegasi Uni Soviet dalam Dewan Sekutu meninggalkan pertemuanpertemuan yang diadakan oleh "the Big Four". Sejak tanggal 31 Maret 1948, Uni Soviet mulai merintangi lalu lintas darat dari daerah pendudukan Barat ke Berlin. Pada minggu pertama bulan Juni, AS, Inggeri:; dan Perancis memberitahukan pemimpin Jerman di daerah pendudukan bahwa mereka sepakat untuk membentuk pemerintahan Republik Ferederal Jerman. Rencana ini diikuti

dengan pembentukan sistem keuangan tunggal bagi Jerman Barat. Tindakan ini semula hanya untuk daerah pendudukan Jerman Barat, tetapi kemudian diperluas ke Berlin termasuk ke kota Berlin yang diduduki oleh Uni Soviet. Tanggal 24 Jun; Uni Soviet memberlakukan blokade penuh terhadap semua lalu lintas darat antara ^one barat ke Berlin yang sudah terbelah menjadi empat daerah pendudukan. Blokade tersebut berlangsurig hingga satu tahun. Selama periode tersebut AS memperlihatkan keunggulannya dalam memecahkan blokade Uni Soviet dengan cara menggunakan teknologi penerbangan. Untuk menembus blokade, AS memanfaatkan pesawat 120 terbang yang menguhubungkan daerah pendudukan Barat dengan Berlin sehingga penduduk Berlin Barat tidak terisolir dan tetap memperoleh bahan makanan untuk menopang hidupnya. Selama kurang lebih setahun sampai Mei 1949 diangkut 1.402.644 metrik ton bahan makanan melalui 277.728 penerbangan. Keberhasilan tersebut meyakinkan warga Jerman Barat atas adanya dukungan dari negara-negara Barat hingga terbentuknya pemerintahan Federal Jerman tahun 1949. Untuk menahan ancaman did Uni Soviet, AS bersama dengan negara-negara Barat sekapat untuk membentuk Pakta Atlantik Utara (North Atlantic Pact) yang ditandatangani tanggal 24 Agustus 1949. Untuk kerjasama tersebut Kongres AS mengeluarkan Mutual Defensi Assistenci Act tahun 1949 berisi anggaran bantuan militer sebesar US $ I milyar. Tanggal 27 Januari Presiden AS menyetujui rencana pembentukan pertahanan gabungan dengan NATO (North Atlantic Treaty Organization). D. Perang Korea. Perang dingin di Eropa mulai bergeser ke Asia. Di mata AS, Ancaman Uni Soviet bukan hanya ditujukan pada kepentingan AS di Eropa melainkan juga di Asia. Menghadapi ancaman Uni Soviet, menlu Dean Acheson, pengganti Marshall, mengatakan bahwa "AS hurus membangun kekuatan Namun demikian, menghilangkan kelemahan di negara-negara bebas hanyalah merupakan permulaan. Kita harus membangun dan mengembangkan diplomasi total yang merupakan tugas berat untuk bertahan dari ancaman Uni Soviet serta untuk mengembangkan sikap hidup kita yang demokratis". Pentingnya dilaksanakan "Jiplomasi total" mengindikasikan perlunya dukungan dalam pelaksanaaan politik luar negeri. Namun demikian, kebijaksanaan Presiden Truman lebih banyak berkaitan dengan masalah dalam negeri. Meletusnya perang Korea, yang ditandai dengan serangan Korea Utara ke Selatan tanggal 24 Juni 1950, tidak pernah terbaca oleh para diplomat AS. Dengan demikian, ketika serangan tersebut terjadi, kritikan di dalam negeri lebih banyak ditujukan kepada menlu Acheson yang tidak memasukkan masalah Korea Selatan dalam lingkup pertahanan AS untuk kawasan Jepang di utara dan Filipina di Selatan. Acheson juga tidak memasukkan Taiwan dan pemenntahan Chiang Kai-shek dalam proteksi AS. Diduga bahwa serangan Korea Utara terhadap pemenntahan Syngman Rhee diawali dengan pernyataan menlu 121 Acheson. Sedangkan, intervensi AS untuk membantu Korea Selatan memunculkan masalah sejarah lain dalam Sejarah Korea. Sejak berakhirnya PD II, ketika pasukan AS dan Uni Soviet, berhadapan di daerah perbatasan 38 derajat lintang utara, Korea tetap terbagi dua. Walaupun negara-negara pemenang perang sepakat untuk membantuk pemerintahan yang berdaulat di Korea, mereka tidak pernah berhasil membuat kesepakatan mengenai pemerintahan di Korea. Akibatnya, negara-negara yang menduduki Korea hanya menjadikan negeri itu tetap terbagi dua sebagai ajang perang dingin. Perang Korea meletus setelah Korea Utara dan Selatan saling melakukan serangan. Presiden Truman, yang ketika perang Korea meletus sedang berada di Missouri, mengatakari bahwa Korea Utara akan dimanfaatkan oleh kekuatan komunis untuk mnghancurkan bangsa yang merdeka dan berdaulat. Komunisme melakukan invasi militer untuk mengancam kepentingan AS. Segera AS menugaskan

Armada Ketujuh yang berada di antara daratan China dan Taiwan untuk mendukung pasukan Korea Selatan. Ternyata pasukan AS dan Korea Selatan ditekan mundur oleh pasukan komunis Korea Utara ke daerah Pusan setelah mendapat serangan gencar. Melihat situasi tersebut wakil AS di Dewan Keamanan PBB, Warren R Austin, meminta badan dunia itu untuk "melihat bahwa kebebasan individu dan kedaulatan bangsa Korea harus ditegakkan. Apakah kita akan membiarkan hanya sebagian saja dan bangsa Korea yang merdeka?. Harapan bangsa Korea untuk memperoleh kebebasan dan kedai latannya akan suram jika PBB membiarkan sebagian bangsa Korea menjadi budak dan yang lainnya memperoleh kedaulatannya". Untuik mematahkan serangan pasukan Korea Utara, AS mengirimkan pasukan baru dibawah pimpin;m Jenderal Douglas Mac Arthur. Tanggal 15 September 1950 pasukannya mengadakan serangan balik dan terus maju hingga daerah lintang 38 derajat. MacArthur berniat untuk mengumumkan keberhasilannya bahwa dia telah melintasi perbatasan. Akan tetapi pemerintah AS menyatakan bahwa pasukan AS harus menghindari issu keberhasilan tersebut sampai pasukan AS menyelesaikan semua misinya. Pada pertengahan Oktober 1950, Presiden Truman dan MacArthur bertemu di Pulau Midway untuk mendiskusikan tahapan akhir penyelesaian perang Korea termasuk pemilihan pemerintahan baru di Korea Utara sebagai jalan terbaik untuk bangsa Korea. Mereka yakin bahwa pemerintahan Korea sekarang dan pemerintahan China Komunis tidak akan ikut campur. Mereka yakin bahwa untuk pertama kali ibukota komunis (Korea Utara) akan dibebaskan. 122 Rencana tersebut tidak dapat direalisasikan menyusul adanya serangan besar-besaran yang dilakukan oleh China Kumunis dan Korea Utara beberapa minggu setelah pertemuan di Midway tersebut. Mereka merasa dibodohi oleh pasukan China Komunis. Setelah adanya serangan pasukan komunis ke Yalu, MacArthur merencanakan menggunakan kekuatan udara yang berpangkalan di Manchuria dan didukung oleh pasukan China Nasionalis di Korea. Setelah niat tersebut tidak disetujui oleh pemerintah AS, MacArthur mengumumkan rencananya di depan publik Amerika. Akhirnya tanggal 10 April 1951, Presiden Truman membebaskan Jenderal MacArthur dari jabatan komandan pasukannya dan memintanya pulang ke AS. Dalam pemikiran para diplomat AS, jalan buntu Perang Korea harus diselesaikan dengan kekuatan senjata dengan skala besar untuk menghadapi jumlah pasukan China Komunis yang sangat besar. Yang paling mungkin adalah dengan dijatuhkannya bom atom ke Peking atau Pyongyang seperti yang dilakukana atas Hiroshima dan Nagasaki. Pandangan tersebut sangat ditentang oleh sekutu AS serta oleh kalangan militer AS sendiri. Salah seorang jenderal AS, Omar N Bradley mengatakan bahwa AS terlibat dalam perang, tempat, waktu dan musuh yang keliru. Perang Korea akhirnya hanya melegitimasikan status quo dan menjadikan Korea tetap terbagi dua: Korea Utara dan Selatan; Komunis dan Demokrasi. Sampai berakhirnya perang tahun 1953, AS telah mengeluiirkan biaya yang sangat besar, yaitu US $ 44 milyar , yang merupakan 10 persen dari GNP. Untuk memenangkan persaingan dengan negaranegara komunis, AS telah mengikat bekas musuhnya dalam sistem pertahanan Barat. Jepang tidak bisa bersilcap netral lagi dalam perang dingin setelah menandatangani pakta pertahanan dengan AS. Demikian juga dengan Jermari Barat yang dikalahkannya dalam PD II dijadikan sebagai bagian dalam sistem peitahanan NATO untuk menghadapi ancaman komumis di Eropa. Tahun 1954 merupakan era baru dalam perang dingin menyusul kematian pemimpin Uni Soviet, Stalin, tanggal 5 Maret 1953. Tahun 1954 ditandai dengan dibukanya kembali perundingan antara negara-negara yang bertikai dalam perang dingin. Konfernsi Berlin pada awal tahun 1954 dan Konfernsi Genewa pertengahan tahun 1954 menandai era perundingan di tingkat merited negara-negara yang terlibat dalam konflik internasional. Untuk sementra ketegangan internasional mulai mereda, walaupun

keadaan di Jerman clan Asia masih belum menentu. Puncak kesepakatan terjadi tahun 1955, ketika Eisenhower dan Bulganin, menghadiri 123 pertemuan puncak di Genewa dan sepakat bahwa kedua belah pihak, Barat dan Timur, menjamin tidak akan memulai perang nuklir yang tidak memiliki tujuan yang rasional. Pada tahun 1957, para politisi dan diplomat AS dikejutkan dengan keberhasilan Uni Soviet meluncurkan sputnik, misi satelit ruang angkasa Uni Soviet, tanggal 4 Oktober 1957. AS merasa ketmggalan dalam persaingan memperobutkan dominasi ruang angkasa. Segera setelah keberhasilan Soviet tersebut, AS meluncurkan setelitnya di ruang angkasa, yang ukurannya lebih kecil dari sputnik, tanggal 31 Januari 1958. dan disusul dengan peluncuran setelit yang seukuran dengan sputnik^ bernama Atlas, tanggal 18 Oktober 1958. AS yang telah memproduksi dan' menggunakan bom atom empat tahun lebih dulu dibandingkand engan Uni Soviet merasa ketinggalan dengan negara "tirai besi" tersebut. Sejak tahun 1957, AS dihadapkan pada tantangan baru dari Uni Soviet .Negara tirai besi tersebut mempersoalkan status quo Eropa Barat yang herada di bawah pengaruh AS. Pengganti Stalin, Khruschev, memberi ultimatum bahwa Berlin Barat hanas dievakuasi oleh tentara Sekutu dalam enam bulan. Ultimatum yang dikeluarkan akhir tahun 1958 tersebut menimbulkan ketegangan baru dalam hubungan antara AS dengan Uni Soviet Untuk mengatasi masalah tersebut, AS bersama dengan sekutu-sekutunya dan negara-negara Eropa Timur menyelenggarakan konferensi tingkat menlu yang berlangsung antara bulan Mei-Agustus 1959. Untuk menyelesaikan krisis tersebut, pemerintah AS mengundang Khruschev ke AS. Diskusi yang bersifat terbuka di antara kedua belah pihak (Khruschev dan Eisenhower) tidak menghasilkan keputusan yang .pasti mengenai masalah Berlin, "Formula Camp David" yang dihasilkannya hanyalih merupakan kesepakatan bersama bahwa kedua belah pihak sepakat bertemu kernbali dalam meja perundingan. Pertemuan kedua belah pihak tahun 1960 di Paris dikejutkan dengan penembakan pesawat pengintai AS, UT-2, oleh Uni Soviet yang dituduh telah memata-matai wilayah Uni Soviet. Akibatnya pertemuan tersebut tidak menghasilkan keputusan apa-apa kecuali menambah ketegangan antara kedua belah pihak. Klimak dari krisis tersebut adalah dengan dibangunnya "Tembok Berlin" yang memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur tanggal 13 Agustus 1961. Untuk menghindari meletusnya perang terbuka dengan Uni Soviet, AS mengadakan upaya cliplomatik baru dengan cara mengajak negeri tersebut duduk dalam meja perundingan. Upaya diplomatik tersebut dilakukan AS terutama setelah Soviet menjadikan Cuba di kawasan Karibia yang berbatasan langsung dengan wilayah AS dengan cara menempatkan rudal (peluru 124 kendali) tahun 1962. Akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan detente (peredaan ketegangan) yang antara lain ditandai dengan kesepakatan dan perjanjian untuk melarang percobaan senjata nuklir (Nuclear Test Ban Treaty). Peredaan ketegangan juga terjadi setelah timbul perbedaan psndapat antara pemerintah Soviet dengan China terutama mengenai penempatari rudal Soviet di China. Pergantian pemerintahan di Uni Soviet dari Khruschev ke Alexei Kosigin (Perdana Menteri ) dim Leonid Brezhnev (sebagai pemimpin partai komunis Soviet), serta terbunuhnya John F Kennedy di AS dan digantikan oleh Johnson memulai babak baru dalam masa perang dingin. Ketegangan di antara kedua belah pihak masih teats berlangsung terutama setelah Uni Soviet berusaha menanamkan pengaruhnya atas negara-negara baru di Asia. Misalnya setelah timbulnya ketegangan antara Vietnam Utara yang berhaluan Komunis dan Vietnam Selatan yang non komunis yang terjadi pada awal tahun 1960-an merupakan ajang persaingan antara AS dan Uni Soviet. Kedua belah pihak melibatkan diri dalam konflik tersebut. Pada tahun 1965 AS yang melihat semakin

unggulnya pasukan Viet Cong yang komunis mulai mengurimkan pasukannya dari 23.000 pasukan pada Januari 1965 menjadi 181.329 pada Desember 1965. Perang dingin antara AS dan Uni Soviet terus berlangsung sepanjang dekade 1960-an, 1970-an dari 1980-an. AS sangat berkepentingan untuk terus ber'pengaruh di berbagai kawasan dunia. Untuk memperoleh pengaruh tersebut maka AS harus memiliki keunggulan dari saingannya, Uni Soviet, di berbagai bidang. Upaya diplomatik AS didukung dengan keunggulan ekonomi, militer, penguasaan ruang angkasa serta jalinan kerjasama erat dengan sekutu-sekutunya Dalam persaingan tersebut AS mempercleh "keunggulan ideologis" setelah satu persatu negara-negara setelit Uni Soviet di Eropa Tiiriur melepaskan diri dari ikatannya dengan negara"tirai besi" tersebut dan menganut demokrasi dan liberalisme akhir tahun 1980-an. Keunggulan tersebut juga "dipengaruhi" oleh perubahan kepemimpinan di Uni Soviet setelah tampilnya Michael Gorbachev sebagai pemimpin baru yang melaksanakan program pembaharuan melalui Glasnost dan Perestroika. Akhirnya perang dingin berakhir setelah Uni Soviet rutituh sebagai negara pemimpin blok Timur berhaluan komunis awal tahun 1990-an. Rangkuman Perang dingin (cold-war) yang terjadi antara AS dengan Uni Soviet sebenarnya secara politis sudah dimulai pacla akhir PD II dan secara ideologis sudah terjadi sejak meletusnya 125 Revolusi Rusia tahun 1917. Namun demikian, karena kedua negara tersebut dihadapkan pada musuh bersama, mereka masih bergabung dalam PD II untuk memenangkan perang terhadap negaranegara Axis (Jerman, Italia dan Jepang). Penyebab langsungnya aclalah perpecahan dalam aliansi antara Uni Soviet, AS dan Inggeris dalam PD II. Mereka tidak sepakat mengenai penyelesaian masalah-masalah ekonomi, politik dan militer pasca perang. Ternyata aliansi antara Uni Soviet dan AS selama berlangsungnya perang hanya bersifat semu belaka yang didasarkan atas kepentingan sementara. Selama berlangsungnya perang, tidak terdapat kesepakatan bulat di antara mereka mengenai isu-isu jangka panjang serta penyelesaian perbedaan pendapat di antara keduanya. Sebagai contoh dalam Konferensi Posdam tahun 1945 prmimpin AS dan Soviet memperlihatkan sikap berbeda mengenai masalah Jepang, Jerman dan negara-negara kecil di kawasan Eropa Timur. Mereka seperti berlomba untuk terlebih dahulu mengalahkan negara-negara tersebut agar mereka kelak bisa digabungkan ke dalam kubunya. Konferensi Postdam dan cara mengakhiri PD II merupakan fase awal meletusnya perang dingin antara kedua belah pihak. Konflik politik dan ideologi terus berlanjut setelah perang berakhir. Dalam penyelesaian masalah Jerman. kedua negara telah memperlihatkan sikapnya yang berlawanan. Perebedaan sikap tersebut disebabkan karena perbedaan kepentingan dan latarbelakang ideologi dan pclitik. AS sangat khawatir bahwa Uni Soviet akan memanfaatkan daerah pendudukannya di Jerman sebagai daerah penyebaran komunisme ke Eropa Barat dan Eropa Timur. Sebaliknya Uni Soviet menuduh bahwa AS mamanfaatkan Jerman untuk mengganggu kepentingan Uni Soviet di Eropa Timur. Karena perbedaan tersebut menyebabkan terbelahnya Jerman menjadi dua, Jerman Barat dan Timur yang masing-masing berpihak pada blok yang berbeda. Krisis Berlin pertama (1949) dan kedua (1960/61) merupakan bukti adanya perang dingin antara kedua belah pihak. Meskipun tidak terjadi per.ing terbuka antara AS sebagai pemimpin Blok Baraf dan Uni Soviet sebagai pemimpin Blok Timur, tidak berarti perang terbuka di kawasan lain tidak terjadi Perang terbuka di berbagai kawasan yang berlangsung antara 1945-1980-an ditandai dengan keterlibatan kedua blok untuk membantu pihak yang dianggap sesuai dengan kepentingan politik dan ideologinya Kedua blok sama-sama berusaha untuk ilcut campur dalam konflik regional, seperti yang terjadi dalam Perang Korea I950-an dan Perang Vietnam tahun 1960-1970-an.

Perang Dingin adalah salah satu isu politik terpenting pada periode awal pasca perang. Perang ini muncul karena ketidaksepakatan yang berkepanjangan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Pasaca Perang Dunia II, rasa permusuhan timbul lagi. Amerika Serikat berharap bisa berbagi konsep kemerdekaan, persamaan dan demokrasi. Amerika Serikat menempatkan posisi berada dalam pendukung perdagangan bebas dan ingin menghapus hambatan dagang. Amerika Serikat melakukan itu semua untuk menciptakan pasar bagi industri dan pertanian Amerika. Pengurangan hambatan dagang diyakini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam dan luar negeri. Dan mendukung stabilitas dengan teman dan sekutu Amerika. Uni Soviet punya agenda sendiri, Rusia masih memegang teguh pemerintahan yang terpusat dan otokrasi. Selama perang ideologi Marxis-Leninis memang tidak terlihat, akan tetapi masih dijadikan panduan kebijakan Soviet. Uni-Soviet ingin segera bangkit dari kehancuran pasca perang dan melindungi diri dari konflik seperti itu. Asal usul Perang Dingin Perang Dingin berkembang saat perbedaan-perbedaan tentang bentuk dunia pasca perang telah menciptakan kecurigaan antara Amerika Serikat dengan Uni-Soviet. Konflik pertama dalam perang ini berkaitan dengan Polandia. Moskow ingin pemerintahan dibawah Soviet, sedangkan Amerika mengingankan pemerintahan yang independen dan representatif sesuai dengan model barat. Konfrensi Yalta pada bulan Februari 1945 menghasilkan kesepakatan yang salah satu isinya yaitu janji akan pemilu yang bebas di Polandia. Pertentangan kedua negara semakin runcing setelah diadakannya pertemuan antara Presiden Amerika dengan Mentri Luar Negeri yang kemudian berakhir dengan ketersinggungan menteri luar negeri Soviet. Pasca bulan-bulan terakhir PD II, Soviet berhasil menduduki seluruh Eropa Tengah dan Timur. Moskow memberikan bantuan militer kepada partai-partai komunis untuk menghancurkan partai-partai demokratis di Eropa Timur. Dan puncaknya terjadi pada peristiwa kudeta di Cekoslowakia tahun 1948. Pencegahan terhadap meluasnya pengaruh Uni Soviet menjadi kebijakan Amerika Serikat pada pasca perang. Penerapan penting pertama yaitu dengan doktrin pencegahan yang dilakukan di wilayah Timur Laut Tengah. Pencegahan juga membutuhkan bantuan ekonomi yang besar untuk membantu negara-negara Eropa Barat yang hancur akibat perang. Dengan jumlah negara yang begitu banyaknya di wilayah tersebut, Amerika Serikat khawatir bahwa partai komunis yang diarahkan ke Moskow akan mengambil keuntungan dari peran mereka semasa perang dengan Nazi dan memegang kendali pemerintahan. Pada tahun 1947 Marshall meminta negara-negara Eropa yang sedang bermasalah untuk membuat doktrin lain. Soviet juga ikut berpartisipasi dalam pertemuan pertama lalu memisahkan diri dan bukanya berbagi data ekonomi tentang sumber dan problem mereka. Selanjutnya Soviet menyerahkan kepada barat. Keenam belas negara menyodorkan permintaa bantuan yang totalnya sebesar $17 miliar untuk periode empat tahun. Bantuan ini dijuluki Rencana Marshall atau Marshall Plan dan secara luas dianggap sebagai salah satu usulan kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang dianggap paling sukses dalam sejarah. Pasca perang, Jerman dibagi menjadi zona pendukung Amerika Serikat, Soviet, Inggris dan Perancis. Ketika dunia barat mengumumkan niatnya untuk membentuk negara federal dari zona mereka sendiri, stalin melayangkan protes. Tanggal 23 Juni 1948, pasukan Soviet memblokade Berkin, menutup semua jalan dan akses rel dari barat. Para pemimpin Amerika takut hillangnya Jerman sebagai awal kehilangan Eropa. Oleh

sebab itu dalam serangkaian tindakan yang dikenal sebagai Angkutan Udara Jerman. Pesawat Amerika, Prancis dan inggris mengirim hampir 2.250.000 ton barang dan batu bara. Stalin mencabut blokade setelah 231 hari dan 277.264 penerbangan. Dominasi Soviet di Eropa Timur mengkhawatirkan negara barat. USA memimpin usaha membuat persekutuan angkatan bersenjata agar langkah pencegahan yang sebelumnya mengandalkan usaha ekonomi makin lengkap. Pada tahun 1949, USA dan 11 negara lain membentuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara ( North Antlatic Treaty Organization, NATO ).

Dampak Perang Dingin Bagi Indonesia Dan Dunia

Dampak Perang Dingin Bagi Indonesia Dan Dunia - Dampak perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet tampak pada: a.Bidang Politik Amerika Serikat berusaha menjadikan negara-negara yang sedangberkembang menjadi negara demokrasi agar hak asasi manusia dapat dijamin . Bagi negaranegara yang sebelumnya kalah seperti Jerman dan Jepang berkembang pula kapitalisme selain demokrasi. Negara-negara tersebut dapat sehaluan dengan AS dan merupakan negara pengaruhnya. Uni Soviet dengan paham sosialis-kominunis mendengungkan pembangunan negara dengan Rencana Lima Tahun. Cara tersebut dilakukan dengan ditaktor bukan liberal. Bagi negara satelit (dibawah pengaruh) Uni Soviet yang melakukan penyimpangan akan ditindak keras oleh US seperti contohnya Polandia dan Hongaria. Demi kepentingan politik, ekonomi, dan militer kedua negara adikuasa tersebut menjalankan politik pecah belah sehingga beberapa negara menjadi terpecah seperti Korea, Vietnam, dan Jerman. b. Bidang Ekonomi AS sebagai negara kreditor terbesar memberikan pinjaman atau bantuan ekonomi kepada negara-negara yang sedang berkembang berupa Marshall Plan. AS juga memberikan bantuan Grants in Aid yaitu bantuan ekonomi dengan kewajiban mengembalikan berupa dollar atau dengan membeli barang-barang Amerika Serikat. Bagi negara-negara di Asia Presiden Truman mengeluarkan The Four Points Program for the Economic Development in Asia berupa teknik dalam wujud perlengkapan-perlengkapan ekonomis atau bantuan kredit yang berasal dari sektor swasta di Amerika Serikat yang disalurkan oleh pemerintah kepada negara-negara yang sedang berkembang. Dengan adanya perang dingin ini maka berbagai bentuk kerjasama yang saling menguntungkan antara Eropa Timur dan Eropa Barat tidak dapat terjalin. Kegiatan tersebut terhambat karena negara-negara Eropa merasa kawatir jika suatu saat wilayahnya akan dijadikan sasaran adu kekuatan oleh kedua negara adikuasa tersebut. Dampaknya perekonomian antara blok barat (negara-negara Eropa Barat) dan blok timur (negara-negara Eropa Timur) tidak seimbang dimana negara-negara blok barat jauh lebih maju daripada blok timur.

c.Bidang Militer Perebutan pengaruh antara AS dan US dalam pakta pertahanan. Negara-negara barat membentuk North Atlantic Treaty Organization (NATO) tahun 1949 sebagai suatu organisasi pertahanan. Bila salah satu anggotanya diserang maka dianggap sebagai serangan terhadap NATO. Awalnya bermarkas di Paris tetapi kemudian Perancis keluar karena mengganggap NATO didominasi oleh AS dan markasnya berpindah di Brussel. Hubungan Perancis dengan Uni Soviet dan RRC jauh lebih baik jika dibandingkan hubungan dengan negara Barat lainnya meskipun Perancis tidak menjadi anggota Blok Timur. Di Asia Tenggara dibentuk South East Asia Treaty Organization (SEATO) athun 1954 atas dasar South East Asia Collective Defence Treaty. Anggota utamanya adalah negara-negara barat sementara negara-negara di Asia Tenggara seperti Indonesia justru tidak ikut serta. Pakta pertahanan tersebut ditujukan terhadap komunis di Asia Tenggara khususnya di Vietnam. SEATO bubar pada tahun 1975. Sementara Uni Soviet dengan negara-negara blok Timur membentuk Pakta Warsawa (1955) atas dasar Pact of Mutuaal Assistance and Unified Command. Di Asia Tenggara Uni Soviet memberikan bantuan peralatan militer dan teknisi kepada Vietnam yang akhirnya dapat mendesak Amerika Serikat keluar dari negara tersebut(1975). d. Bidang Ruang Angkasa Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet membawa pengaruh terhadap penjelajahan ruang angkasa. Amerika Serikat dan Uni Soviet saling berebut menguasai ruang angkasa karena dunia dirasa terlalu sempit untuk diperebutkan.

Berawal dari upaya Uni Soviet meluncurkan pesawat Sputnik I dan Sputnik II yang ditandingi AS dengan meluncurkan pesawat Explorer I dan Explorer II, Discovere dan Vanguard. Diikuti dengan usaha Uni Soviet untuk mendaratkan Lunik di bulan serta astronot pertamanya Yuri Gagarin dengan pesawat Vostok I yang berhasil mengitari bumi selama 108 menit. Sementara Amerika Serikat mengirim astronot pertamanya yaitu Alan Bartlett Shepard yang berada di luar angkasa selama 15 menit. Uni Soviet menunjukkan kelebihannya dengan meluncurkan Gherman Stepanovich Titov yang mengitari bumi selama 25 jam dengan Vostok II. Disusul Amerika Serikat meluncurkan WSJohn H. Glenn dengan pesawat Friendship VII yang berhasil mengitari bumi sebanyak 3 kali.

Dampak Perang Dingin bagi Indonesia :

Sistem politik-ekonomi Indonesia telah dibawa pada arus komunismesosialisme pada masa Orde Lama. Sementara pada masa Orde baru berkembang liberalisme-kapitalisme. Pada masa akhir dua kepemimpinan di atas, Indonesia mengambil keterpurukan ekonomi.

Perang Dingin Gaya Baru AS - Rusia & Pengaruhnya Terhadap Indonesia


Secara resmi Perang Dingin antara Amerika Serikat (AS) dengan Uni Sovyet kini Rusia, sudah berakhir dua dekade lalu. Perang dua kekuatan itu sering digambarkan sebagai pertarungan antara Blok Barat yang diwakili AS dan Blok Timur oleh Uni Sovyet. Atau antara Blok Non-Komunis dan Blok Komunis.

Berakhirnya Perang Dingin berdampak positif bagi umat manusia. Setidaknya dunia terhindar dari Perang Nuklir. Perang pemusnah manusia ini didefinisikan sebagai pertarungan antar bangsa. Sebab semua negara, termasuk yang Non-Blok pun diperkirakan akan berkelompok ke salah satu blok. Atas dasar itu Perang Nuklir sering digambarkan sebagai Perang Dunia Ketiga, yang disetarakan dengan perang terakhir umat manusia atau sama dengan hari kiamat ciptaan manusia. Selama perang tersebut rudal-rudal berkepala nuklir akan diluncurkan oleh Washington ke Moskow, begitu pula sebaliknya. Washington dan Moskow yang berperang, tetapi warga dunia lainnya bakal ikut terkena dampaknya. Sebab kedua kekuatan juga akan menghancurkan negara lain yang tidak berada dalam blok yang sama dengan mereka. Berakhirnya Perang Dingin telah mengubah peta politik dan ekonomi dunia. AS yang dianggap sebagai pemenang dalam Perang Dingin - sejak berakhirnya Perang Dingin, tidak lagi melakukan invasi ke sebuah negara yang sedang digiring oleh Uni Sovyet untuk menjadi negara komunis. Ingat Perang Saudara di Vietnam dan Kamboja. Vietnam Utara dikuasai komunis, Vietnam Selatan oleh non-komunis. Kamboja yang tadinya monarkhi, jatuh ke tangan komunis. Di era 1970-an, AS masuk di kedua negara tersebut dalam rangka mencegah penyebaran pengaruh ideologi komunis ala Uni Sovyet. AS gagal di sana.

Saat ini diyakini, tidak ada lagi pertarungan ideologi antara non-komunis (Blok AS) dan komunis (Blok Uni Sovyet). Terutama setelah komunisme di Eropa Timur yang dipimpin Unin Sovyet ditumbangkan oleh gerakan pro demokrasi. Uni Sovyet sendiri runtuh dan terpecah menjadi lebih dari 20 negara baru. Yang menjadi pengganti atau penerus Uni Sovyet hanyalah Rusia. Rusia sendiri sudah tidak lagi menjadikan komunisme sebagai ideologinya. Semua agama yang di era Uni Sovyet dilarang, kini bebas dipeluk oleh warga Rusia. Pemimpin Rusia dan elit di negara itu mengakui keberadaan Tuhan. Pengampilan sumpah jabatan oleh pemimpin Rusia disaksikan oleh pemuka agama dan menggunakan kitab suci.

Perang Dingin Gaya Baru AS - Rusia


Kini ancaman atas kehidupan harmonis umat manusia di permukaan bumi, diperhitungkan tidak lagi dipicu oleh akibat peperangan. Melainkan oleh faktor ekonomi. Kemiskinan berpotensi memicu terjadinya peperangan baru.

Uniknya pihak yang diperhitungkan sebagai pemicu perang baru itu masih tetap AS dan Rusia. Sebab kedua negara berlomba menjadi negara terkaya sekaligus

menjadi pembela negara miskin. Trend yang ada, orang-orang kaya di dunia, tidak lagi didominasi oleh AS. Sudah muncul nama-nama baru dari Rusia atau bekas Uni Sovyet. Persaingan menjadi negara kaya ini telah menyebabkan munculnya Perang Dingin Baru antara AS dan Rusia. Perbedaannya, persaingan dalam Perang Dingin Baru tidak lagi pada perlombaan pembuatan senjata-senjata nuklir. Melainkan pada persaingan ekonomi dan bisnis. Itu sebabnya Perang Dingin baru disebut sebagai Perang Dingin Ekonomi. Perang Dingin Ekonomi antara lain ditandai oleh pembentukan blok ekonomi baru oleh lima negara: Brasil, Rusia, India, China dan South Africa (Afrika Selatan). Blok ekonomi baru ini disebut BRICS, sesuai alfabet terdepan dari kelima negara di atas. BRICS juga ditengarai sebagai pesaing baru terhadap blok G-7 (Group of Seven) yang terdiri atas AS, Kanada, Jepang, Jerman, Prancis, Inggeris dan Italy. Dari segi penduduk dan pasar komiditi, BRICS memiliki persentase yang lebih besar dibanding dengan G-7. Sebab dalam BRICS terdapat dua negara terbanyak penduduknya di dunia yakni China (1,2 miliar manusia) dan India dengan 1 miliar penduduk. Pandangan yang menyebut BRICS sebagai pesaing terbaru terhadap G-7 muncul, antara lain karena sikap AS dan Rusia sendiri. Tidak lama setelah Perang Dingin berakhir, AS langsung mengajak Rusia bergabung kedalam blok kelompok negara industri (G-7).. Sehingga di 1993, ketika Rusia dipimpin oleh Presiden Boris Yeltsin, G-7 sempat diubah menjadi G-8, berhubung Rusia menjadi anggota baru di dalamnya. Hingga sekarang Rusia masih menjadi bagian dari G-8. Tetapi secara spirit, Rusia tidak terlalu bersemangat. Rusia kelihatannya sangat sadar, keanggotaannya dalam G-8 tidak didukung AS sepenuhnya. Rusia dirangkul supaya lebih mudah mengontrolnya. Di tahun 2012 ini saja, Rusia menyatakan absen dalam pertemuan G-8 di Washington setelah sebelumnya AS menyatakan absen di pertemuan APEC yang digelar di Vladivostok. Hal mana menunjukan persaingan atau Perang Dingin kedua negara, terus berlangsung. Rusia lebih antusias membesarkan BRICS. Sementara AS melihat BRICS sebagai sebuah blok tandingan bagi kepentingannya di dunia. Beberapa agenda utama BRICS memang disusun untuk mengurangi dominasi AS di dunia. BRICS bertujuan menggeser dolar AS sebagai mata uang bagi sistem transaksi internasional. BRICS juga ingin 'melumpuhkan' Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF International Monetary Fund) sebagai regulator sistem perbankan dan keuangan dunia. Rusia dan China berpandangan ketidak seimbangan perdagangan dunia saat ini

terjadi karena peran dominan Bank Dunia dan IMF. Kedua lembaga yang bermarkas di Washington dan sengaja dikendalikan secara politik oleh AS justru menciptakan negara miskin dan negara gagal. Jumlahnya terus bertambah.

Posisi Indonesia
Bagi Indonesia, tidak gampang melepaskan diri dari tarik menarik antara dua kekuatan. Multi krisis yang menerpa Indonesia sejak tahun 1998, semakin memperparah posisi Indonesia. Akan tetapi untuk masuk di dalam pertarungan kedua kekuatan kemudian ikut berperan, juga sama sulitnya. Untuk sementara, satu-satunya yang bisa dilakukan Indonesia adalah mencermati arah pertarungan kedua kekuatan kemudian mencari posisi yang sesuai dengan kemampuan Indonesia. Tapi lagi-lagi kembali, ini juga tidak mudah dilakukan. Di sisi lain, sebagai pendiri Gerakan Non-Blok (GNB), Indonesia kelihatannya merasa berhasil atas berakhirnya Perang Dingin. Sehingga beberapa kebijakan luar negeri Indonesia, terkesan dibuat dengan asumsi Perang Dingin telah berakhir secara total. Elemen Perang Dingin sebagai sesuatu yang belum berakhir atau telah muncul Perang Dingin Baru, tidak masuk dalam kalkulasi Indonesia. Hal ini antara lain tercermin dari keputusan Indonesia yang mencoba lebih dekat atau bersahabat dengan Rusia dan di pihak lain tetap menjaga hubungan yang baik dengan AS. Caranya, antara lain dengan terus mengadopsi sistem demokrasi ala AS, tapi pada saat yang sama mulai melakukan pembelian sejumlah produk pertahanan dan telekomunikasi buatan Rusia, produk yang sebelumnya lebih banyak disuplai oleh AS.

Bagaimana hasil atau implikasinya ?


Tidak lama setelah Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden RI pada 2001, Indonesia memutuskan membeli pesawat tempur buatan Rusia (Uni Sovyet). Yang dipilih jet tempur Sukhoi. Keputusan ini didukung oleh alasan yang sangat kuat. Keputusan ini merupakan bentuk lain dari kekecewaan Indonesia atas embargo militer AS pada Indonesia yang berkepanjangan. Pada saat embargo itu diberlakukan, Indonesia hanya mengandalkan jet tempur F-16 buatan General Dynamics, AS. Tetapi akibat embargo tersebut maka skwadron tempur F-16 yang mengalami kerusakan, tidak bisa diperbaiki. Suku cadang yang hanya bisa dibeli pada produsen AS itu, tidak dibolehkan untuk dijual ke Indonesia. Akibatnya setiap kali jet tempur F-16 mengalami kerusakan, maka yang dilakukan oleh tehnisi TNI AU ialah memperbaikinya dengan cara kanibal. Suku cadang dari pesawat yang masih bagus dipindahkan ke pesawat yang rusak. Makin lama,

kanibalisme makin meluas. Kekuatan armada tempur F-16 Indonesia pun terus melemah dan mengecil. Negara tetangga mulai meremehkan Indonesia. Pernah terjadi sebuah pesawat F-16 yang mengalami kerusakan di Indonesia oleh otoritas AS diminta untuk diperbaiki di AS. F-16 itu pun diterbangkan ke AS. Tetapi sesampai disana, pesawat itu disarankan untuk diperbaiki di Korea Selatan. Maka pesawat itupun dibawa ke Korea Selatan. Di negara ginseng itu, pesawat bisa diperbaiki. Sayangnya, biaya perbaikannya melebihi harga sebuah pesawat baru jenis yang sama. Indonesia semakin dirugikan. Tapi bukan itu yang menjadi masalah. Setelah diperbaiki dengan biaya super mahal, pesawat F-16 itu akhirnya tidak diizinkan oleh AS untuk diterbangkan kembali ke Indonesia. Pemerintah khususnya kalangan militer Indonesia merasa dipermainkan oleh AS. Tetapi dengan posisi tawar Indonesia yang sangat lemah menyebabkan Indonesia tidak bisa memprotes apalagi memaksa AS. Panglima TNI pada saat itu Jenderal Endriartono Sutarto cukup tersinggung dengan perlakuan AS. Sehingga akibat ketersinggungannya, Indonesia memutuskan mencari alternatif lain. Saat itulah diputuskan membeli jet tempur Sukhoi buatan Rusia. Keputusan ini disadari membuat pihak AS ikut tersinggung. AS merasa Indonesia mulai bermain mata dengan negara yang menjadi lawannya dalam Perang Dingin. Namun ketersinggungan AS ini tidak membuat batalnya kesepakatan antara Rusia dan Indonesia dalam pengadaan jet Sukhoi dalam konteks program Alutsista (alat utama sistem persenjataan). Sejalan dengan berkembangnya industri penerbangan di era pemerintahan SBY, swasta Indonesia juga mengikuti jejak pemerintah. Sejumlah perusahaan penerbangan dalam negeri tertarik membeli pesawat komersil buatan Shukoi yaitu Super Jet 100. Hanya (swasta) Lion Air yang membeli pesawat Boeing buatan AS.

Sukses dalam kerja sama pengadaan jet tempur dan jet komersil, Indonesia kemudian mengembangkan bisnis lainnya. Peluncuran Satelit Telkom 3, juga dilakukan oleh roket Rusia, Proten-M. Entah secara kebetulan atau semata-mata disebabkan oleh kesalahan manusiawi, ikatan bisnis Indonesia dan Rusia dalam pembelian pesawat jet dan komersil serta peluncuran Satelit Telkom 3, ketiga-tiganya diwarnai oleh kecelakaan ataupun insiden. Pada 2011, sejumlah teknisi pesawat jet tempur Sukhoi yang bertugas melakukan asembling semua peralatan yang diperlukan armada jet Shukoi, meninggal secara misterius di Pangkalan Udara TNI AU, Makassar, Sulawesi Selatan. Penjelasan resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah RI dan Rusia menyebutkan bahwa kematian para tehnisi Shukoi tersebut karena meneguk minuman keras jenis vodka, di atas batas normal. Sekalipun demikian, kecurigaan bahwa mereka meninggal akibat faktor lain - seperti dibunuh oleh lawan bisnis, tetap saja menjadi buah bibir masyarakat. Pada Mei 2012, sebuah pesawat Shukoi Super Jet 110 yang dikemudikan oleh Alexandr Yablontsev, seorang pilot berpengalaman, menabrak Gunung Salak Bogor. Pesawat SSJ 100 itu melakukan promosi terbang kepada para calon pembeli dari Indonesia. Seluruh penumpang termasuk penerbang berpengalaman itu tewas dalam kecelakaan tersebut. Tragedi menimbulkan kecurigaan. Presiden Rusia, Vladimir Putin yang dikenal sebagai bekas anggota agen rahasia KGB, dilaporkan sangat marah atas insiden kecelakaan itu.

Yang pasti kecelakaan SSJ 100 itu berikut tewasnya tehnisi Rusia di Makassar, telah menimbulkan dampak negatif bagi Sukhoi. Produsen Rusia itu mulai dinilai sebagai entiti yang tidak kapabel dan akuntabel. Berbisnis dengan Rusia, memiliki risiko tinggi. Kurang dari seminggu setelah kecelakaan tersebut, sejumlah media di Moskow melaporkan bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh sabotase. Dan pihak yang dituding media Moskow sebagai penyabot adalah personil tentara AS yang bekerja di Pangkalan TNI AU, Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur. Laporan media Rusia ini cukup mengejutkan. Sebab selama ini tidak pernah terungkap bahwa di salah satu pangkalan militer Indonesia, terdapat personil militer AS yang berperan sebagai pelatih. Disebutkan bahwa personil militer AS di Halim Perdanakusumah itu memiliki alat berbentuk chip. Alat itulah yang ditempelkan di tubuh pesawat (Sukhoi Super Jet 100). Alat itu kemudian mengganggu semua jaringan kabel yang ada dalam tubuh pesawat yang sedang mengangkasa. Sampai akhirnya pada ketinggian tertentu muncul di layar monitor, data yang membingungkan bagi sang kapten penerbang. Tapi data yang tidak valid ini tetapi saja menjadi sumber acuan pengambilan keputusan si pilot. Pesawat yang seharusnya menaikan ketinggian oleh monitor justru diperintahkan untuk melakukan penurunan ketinggian. Blaaaaak. Pesawat pun menabrak gunung. Penyabotan ini ditengarai sebagai bagian dari usaha pihak pesaing industri di AS untuk mencegah Indonesia melakukan pembelian pesawat berteknologi Rusia. Penyabotan ini mengingatkan sejumlah kecelakaan pesawat buatan Rusia di berbagai tempat, di antaranya dalam Pameran Dirgantara (Air Show) di Paris. Kemudian kandasnya kapal selam bertenaga nuklir di perairan Laut Mati. Media Rusia menuding pihak AS lah yang melakukan penyabotan. Alasannya, persaingan bisnis semata. Yang teranyar, hilangnya Satelit Telkom 3, milik PT Telkom TBk pada 6 Agustus 2012. Satelit itu diluncurkan oleh roket Rusia dari Kosmodrom Balkonur, Kazakhstan. Tidak lama setelah kejadian itu, Wakil Presiden Rusia, dilaporkan sangat geram dengan insiden itu. Hanya saja tidak disebutkan bahwa pejabat tinggi Rusia itu menunding adanya sabotase pihak ketiga. Sepuluh hari kemudian Satelit Telkom 3 bisa ditemukan. Kendati begitu sudah terjadi kerugian dan secara psikologis kerja sama bisnis yang baru pertama kalinya dilakukan PT Telkom dengan Rusia, sudah diawali oleh keraguan. Sejak Telkom meluncurkan satelit telekomunikasi Palapa di 1976, semua peluncuran dilakukan oleh negara dari blok Barat. Yang menjadi langganan tetap adalah NASA (AS) atau Ariane (Prancis). Baru di tahun 2012 satelit Indonesia diluncurkan ke orbit oleh perusahaan Rusia. Apa yang menjadi penyebab atas hilangnya Satelit Indonesia, tersebut nampaknya

bakal tak pernah bisa terungkap secarfa utuh. Misteri penyebab hilangnya Satelit Telkom 3 sama dengan misteri kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 maupun penyebab kematian dari para teknisi Sukhoi di Pangkalan Udara Makassar. Yang pasti rentetan 'kecelakaan' diatas tidak bisa dianggap sebagai sebuah kecelakaan biasa. Makanya tidak heran bila muncul spekulasi yang mengaitkan kejadian-kejadian itu dengan persaingan AS-Rusia dalam konteks Perang Dingin di bidang ekonomi. Insiden-insiden itu seakan memberi pesan kepada Indonesia agar jangan pernah coba-coba keluar dari cengkeraman dan pengaruh AS. Kalau mau tanpa resiko, tetaplah dengan "sahabat lama", Paman Sam.

(week 3) PERANG DINGIN DI ASIA TENGGARA


PERANG DINGIN DI ASIA TENGGARA Memang benar Perang Dingin secara langsung terjadi di Indonesia. Namun hal tersebut tidak menjamin bahwa Indonesia tidak akan menerima pengaruh apapun dari pertikaian besar antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet. Masuknya Vietnam sebagai ladang peperangan dalam Perang Dingin secara kontan turut juga menyeret negara-negara yang berada di kawasan regional Asia Tenggara. Bahkan bagi Amerika, Asia Tenggara merupakan satu dari tiga titik dimana pengaruh komunis harus dibendung (Wetaherbee. 2005: 57). Sebagai wujud upaya untuk membendung menyebarluasnya pengaruh Uni Soviet di kawasan Asia Tenggara, Amerika mulai mendekati negara-negara di kawasan tersebut. Amerika memberikan bantuan ekonomi kepada pemerintahan Indonesia, juga menyebarkan pengaruhnya di Vietnam melalui keterlibatan negara ini dalam Perang Indocina yang terjadi di Vietnam. Pihak Amerika memiliki pandangan, bahwa apabila Vietnam berhasil jatuh ke tangan Uni Soviet, maka negara-negara lain dalam kawasan Asia Tenggara akan mudah juga berada di bawah pengaruh komunis. Kondisi tersebut dituangkan Amerika kedalam teori domino. Sementara dari sudut pandang Vietnam, negara ini telah sejak lama mendapatkan pengaruh komunis, terutama dari Republik Rakyat Cina serta dukungan dari Uni Soviet. Masuknya pengaruh Amerika, yang ingin membendung penyebaran komunis, membuat kawasan Vietnam tidak utuh .Vietnam terbagi menjadi dua, yakni utara yang lebih condong ke komunis dan Vietnam selatan yang mendapatkan support dari Amerika Serikat. Upaya lain yang digencarkan Amerika untuk membendung penyebaran komunis adalah melalui pembentukan Southeast Asia Treaty Organization (SEATO) pada tahun 1954. Meskipun dalam organisasi tersebut terdapat embel-embel Asia Tenggara, hanya dua negara dari kawasan tersebut saja yang tergabung sebagai anggotanya, yakni Thailand dan Filipina. Amerika, Inggris, Perancis, Australia, New Zealand, dan Pakistan adalah negaranegara lain yang juga turut tergabung di dalam SEATO. Berbeda dari NATO yang memiliki background kerjasama militer di dalamnya, SEATO hanyalan wadah para negara anggota berkonsultasi dan berbagi info. Melihat semakin intens-nya pengaruh kedua blok besar saat itu menginspirasi presiden Indonesia, Ir. Soekarno, untuk mengadakan sebuah pertemuan negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Afrika. Pada tahun 1955 terserenggalah Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, Indonesia. Konferensi ini menaruh perhatian pada sektor ekonomi, budaya, dan kerjasama politik yang diharapkan mampu membantu terwujudnya kesejahteraan. Hasil dari konferensi ini dikenal dengan nama Dasasila Bandung, yang sesuai dengan namanya mengandung 10 prinsip yang di usung, antara lain; menghormati hak azasi manusia, menghargai kedaulatan dan integritas wilayah seluruh bangsa, mengakui kesamaan ras dan bangsa, tidak adanya intervensi terhadap masalah internal negara, menghormati hukum setiap negara, tidak melakukan tekanan pada negara lain, menciptakan kepentingan bersama dan kooperasi, dan beberapa poin lainnya. Dari KAA ini-lah kemudian tercetus pembentukan Gerakan Non Blok (GNB) yang berisikan negara-negara netral, tidka memihak baik Amerika Serikat maupun uni Soviet. Setelah Terselenggaranya KAA dan terbentuknya GNB, Indonesia dilihat oleh Amerika sebagai the new rising state yang mampu memberikan pengaruh tersendiri bagi negara-negara lain yang berada di kawasan Asia Tenggara.

Setelah mengalami berbagai peristiwa, proses, dan pembentukan organisasi-organisasi regional, akhirnya terbentuklah ASEAN yang memiliki tujuan untuk meningkatkan aktifitas pada bidang ekonomi, sosial, budaya, kultural, teknik, scientific, dan juga lingkup administratif antar negar-negara di Asia Tenggara. ASEAN dibentuk melalui penandatanganan Deklarasai Bangkok di Bangkok, Thailand pada tanggal 8 Agustus 1967. Pendirian ASEAN dipelopori oleh lima negara, seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Keanggotaan ASEAN kemudian bertambah seiring bergesernya waktu. Brunei Darussalam memutuskan untuk bergabung dengan ASEAN pada 7 Januari 1984, Vietnam pada 28 Juli 1955, Myanmar dan Lao PDR pada 23 Juli 1997, serta Kamboja pada tanggal 23 Juli 1999. Menanggapi berkecamuknya Perang Indocina di Vietnam, diajukanlah proposal pertama dalam ASEAN mengenai pembentukan ZOPFAN (Zone of Peace, Freedom, and Neutrality). ZOPFAN ini bersifat sukarela dan tidak memaksa. Negara-negara ASEAN sendiri yang kemudian harus menentukan apa tindakannya terhadap ZOPFAN tersebut. Perang Indocina sendiri merupakan perang yang kebanyakan terjadi di wilayah Vietnam. Tidak tanggungtanggung, perang ini terjadi sebanyak tiga kali; Perang Indocina pertama, yakni Perang Vietnam-Perancis pada 1946-1954; Perang Indocina kedua, atau Perang Vietnam pada 1957 sampai 1975; terkahir Perang Indocina ketiga atau yang disebut juga sebagai Perang SinoVietnam yang pada 1979. Dalam urusan internal, seiring dengan semakin meningkatnya kemunculan gerakan-gerakan separatisme di Timor Timur, utamanya, membuat negara-negara anggota ASEAN merasa harus menemukan formulasi baru untuk meningkatkan hubungan kerjasama di antara mereka. Pada The ASEAN Bali Summit tahun 1972 terbentuklah Treaty of Amity and Cooperation (TAC). Selain itu, mereka juga menyepakati adanya gencatan senjata di Vietnam dan membuka pintu ekonomi masing-masing negara . Namun sayangnya, ekspansi Vietnam ke Kamboja di bawah pimpinan Khmer Rouge menyebabkan Perang Indocina ketiga meletus. Beberapa solusi untuk menuntaskan masasalah Vietnam-Kamboja telah diajukan dalam ASEAN. Proposal pertemuan internal bloc to bloc antara ASEAN dan Vietnam pada akhirnya mendapat tentangan dari beberapa pihak, yakni Thailand yang tentunya mendapatkan pengaruh dari Cina. Dari kegagalan tersebut, pihak Indonesia bermaksud untuk membukan jalur bilateral dengan Vietnam untuk mencari modus Vivendi dengan Vietnam. Indonesia membuka dialog dengan Hanoi dengan mengacu pada pendekatan konsensual ASEAN. Pada tahun 1985 Vietnam mengumumkan penarikan pasukannya dari kamboja pada tahun 1990. Dari keseluruhan penjelasan yang telah dipaparkan, penulis berargumen bahwa Perang Dingin memberikan dampak positif dan juga negatif bagi kawasan Asia Tenggara. Positifnya adalah, bahwa dengan munculnya konflik yang dikendalikan oleh dua blok besar membuat negara-negara di Asia Tenggara bekerjasama mencari solusi terbaik untuk regional tersebut. Dari situ juga kemudian tercetus KAA, GNB, dan juga ASEAN. Sementara negatifnya, masuknya pengaruh negara-negara besar tentu dapat memunculkan konflik internal dalam kawasan Asia Tenggara. Hingga saat ini, bahkan, pengaruh dari Amerika terkadang masih bisa dirasakan melalui Malaysia.

Sabtu, 22 November 2008


DAMPAK PERANG DINGIN
Dampak Positif Selama Perang Dingin berlangsung perkembangan IPTEK maju pesat karena kedua Blok ini banyak melakukan pengembangan dan mempunyai hasil yang sangat bagus terutama masalah eksplorasi luar angkasa. Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 19471991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut. Dampak positif di tiap bidang : 1. Bidang Ekonomi

Dalam bidang ekonomi ternyata perang dingin juga membawa dampak positif pada perekonomian dunia. Baik itu secara sengaja maupun tidak sengaja. Hal ini ditandai dengan munculnya negara super power. Dengan adanya negara super power, maka perekonomian dunia banyak dikuasai oleh para pemegang modal. Mereka saling berlomba untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan cara menginvestasikan modal mereka ke negara-negara berkembang yang upah buruhnya masih relatif rendah. Sehingga keuntungan mereka juga melambung tinggi. Namun siapa sangka bahwa hal diatas juga berdampak baik bagi negara yang ditempati untuk membuka usaha para pemilik modal. Pertumbuhan ekonomi di negara itu juga akan tumbuh pesat. Jadi keduanya diuntungkan dalam usaha ekonomi ini. Pada saat itu negara pemilik modal yang berlomba-lomba untuk menguasai dunia perekonomian, secara tidak langsung juga membawa unsur politik didalamnya. Sehingga pemilik modal besar mendapatkan keuntungan besar, sementara negara yang modalnya terbatas keuntungannya juga kecil. Karena itu munculah istilah globalisasi ekonomi di masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukanlah beberapa tindakan seperti misalnya menyatukan mata uang. Contoh yang sangat terlihat adalah negara-negara di kawasan eropa yang menyatukan mata uang mereka menjadi euro. 2. Bidang Militer Karena adanya rasa iri di antara negara- negara yang berseteru, masing-masing negara mulai meningkatkan persenjataannya. Mereka melakukan hal ini agar tidak kalah dengan negara besar. Dengan begitu persaingan senjata semakin maju dan berkembang pesat. Itu semua memacu tiap negara untuk terus mengembangkan pertahanan negaranya masing-masing. 3. Bidang Sosial Budaya. Menyebarnya isu-isu HAM mulai sedikit demi sedikit mengglobal. Secara langsung adanya undang-undang tentang HAM mulai diakui, karena itu rakyat menyetujui peresmian HAM itu sendiri. Dengan adanya HAM, rakyat semakin percaya akan adanya demokrasi dan tidak ada lagi penindasan bagi kaum lemah.

4. Luar angkasa Perang dingin ini juga membawa pengaruh besar pada perkembangan keruangangkasaan yang kita miliki. Mungkin jika tidak ada perang dingin, kita tidak akan tahu bagaimana bentuk tata surya kita. Pada saat itu kedua negara yang bersengketa saling berlomba-lomba menunjukkan kepada dunia bahwa negara merekalah yang paling baik dengan menyebarkan doktrin-doktrin yang mereka miliki. Karena untuk meningkatkan gengsi negara mereka maka mereka sama-sama berlomba untuk meluncurkan roket ke luar angkasa. Hasilnya, kita semua menjadi tahu bahwa sebenarnya kita ada pada tata surya apa, kemudian bagaimana bentuknya. Terlepas dari siapa yang pertama kali mengabarkan berita ini, namun dengan adanya perang dingin ini secara tidak langsung juga berdampak pada perkembangan ilmu pendidikan keruang angkasaan kita. 5. Teknologi Pada masa perang dingin sains dan teknologi yang terpaut dengan kegiatan militer mendapat sorotan yang lebih dari pemerintah. Pemerintah bersedia mengeluarkan dana yang besar demi kemajuan iptek di negara mereka. Pada periode ini tumbuh disiplin-disiplin ilmu yang mempelajari dampak sains pada masyarakat. Di negara-negara maju, teknologi di era modern bukan lagi urusan individu atau komunitas berskala kecil. Teknologi modern mempunyai tujuan-tujuan nasional pada wilayah ideologi, militer, ataupun ekonomi dan bentuk kesadaran nasional untuk menggali sumbersumber alam yang ada. Ini juga bertujuan untuk mewujudkan produksi barang dengan skala yang besar.

Dampak Negatif Perang Dingin ini juga membawa dampak yang negatif pula, selama Perang Dingin berlangsung masyarakat mengalami ketakutan akan perang nuklir yang lebih dahsyat dari perang dunia kedua. Dampak lainnya adalah terbaginya Jerman menjadi dua bagian yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur yang dipisahkan oleh Tembok Berlin. Dampak negatif di tiap bidang : 1. Bidang Militer Dengan adanya senjata nuklir yang dikembangkan secara pesat oleh kedua negara, maka masyarakat dunia mengalami ketakutan yang luar biasa akan adanya kemungkinan perang nuklir yang sebenarnya oleh kedua negara yang bersengketa itu. Saat itu memang sempat beredar rumor bahwa uni soviet sudah meletakkan nuklir-nuklirnya di kuba dan diarahkan ke Amerika. Mendapat ancaman nuklir seperti itu Amerika tidak tinggal diam. Amerika kemudian menandatangani terbentuknya NATO. Ini adalah suatu organisasi pertahanan yang kira-kira menyetujui tentang perjanjian bahwa apabila salah satu negaranya diserang maka dianggap sebagai serangan terhadap NATO. Setelah mengetahui hal ini maka pemerintah Uni Soviet menarik kembali rudal-rudal nuklirnya dari Kuba. 2. Bidang Politik Dampak dalam bidang politik dapat kita lihat dari dibangunnya tembok berlin di Jerman sebagai batas antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Dalam perang dunia kedua negara ini memang sudah terbagi menjadi 2, yaitu Jerman Baran yang beribukota di Bonn dan Jerman Timur yang beribukota di Berlin. Negara ini mengalami perpecahan karena adanya 2 paham yang berbeda berlaku di negara ini, yaitu liberal yang dianut jerman barat dan Komunis yang dianut jerman timut. Dalam perjalanan pemerintahannya, Jerman barat mengalami perkembangan yang jauh lebih pesat daripada Jerman timur. Oleh sebab itu, banyak orang Jerman timur yang memutuskan

untuk hijrah ke Jerman barat. Namun karena saat itu terjadi perang dingin antara Amerika dan Uni Soviet, Uni soviet merasa tersinggung dengan adanya orang-orang pindah ke Jerman Barat. Kerena itu Uni soviet mendanai dan mendukung untuk membangun sebuah tembok yang berada di kota berlin yang menyebabkan terbelahnya kota itu. Selain itu di tembok ini, uni soviet juga menyiagakan tentaranya agar menembaki orang-orang yang masih berani untuk menyebrang. Kemudian tembok ini sangat dikenal orang sebagai simbol bagi perang dingin.

HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT-ASIA TENGGARA PASCA PERANG DINGIN Dalam sejarah dari negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, beberapa negara-negara ini mempunyai hubungan dengan Amerika Serikat pada masa Perang Dingin dan setelah Perang Dingin tersebut berakhir. Melalui tulisan ini, penulis akan mencoba untuk menjelaskan bagaimana peran dari Amerika Serikat dalam hubungannya dengan negaranegara di Asia Tenggara dan bagaimana hal tersebut kemudian membawa implikasi terhadap kondisi dari stabilitas kawasan ini. Berakhirnya Perang Dunia I dan II serta runtuhnya empire Eropa memunculkan perubahan dimana dalam pidato Perdana Menteri Inggris pada tahun 1960 di Afrika Selatan yaitu Harold MacMillan yang menyebutkan wind of change dengan munculnya negara merdeka di Asia dan Afrika yang telah lama berada dibawah imperialisme Eropa.[1] Dengan keruntuhan Eropa sendiri, Amerika Serikat tampil sebagai hegemon utama yang kemudian berusaha untuk menyebarkan pengaruhnya: salah satunya adalah di Asia Tenggara. Penyebaran pengaruh ini kemudian melalui penyebaran ideologi liberal milik Amerika Serikat dimana pada masa Perang Dingin bersaing dengan ideologi komunisme milik Uni Soviet. Persaingan ideologi tersebut kemudian menjadi penghubung bagaimana peran Amerika Serikat di negara-negara Asia Tenggara. Hal tersebut terlihat dimana Southeast Asia was one of these points where communist pressure had to be contained[2] yang kemudian dalam opini penulis menjadi pintu masuk bagi peran Amerika Serikat dalam hubungannya dengan negara-negara di Asia Tenggara. Dalam hubungannya kemudian dengan negara-negara di Asia Tenggara, Amerika Serikat sendiri yang merupakan aktor penting dalam keamanan dunia menyatakan pentingnya mutual security melalui hubungan bilateral ataupun multilateral untuk mencapai keamanan internasional.[3] Kemudian, untuk mencapai keamanan tersebut, Amerika Serikat menjalin kerjasama terutama dibidang militer untuk menghapuskan pengaruh dari komunisme itu sendiri. Kerjasama yang dibangun Amerika Serikat di kawasan ini tidaklah mudah. Bisa kita ambil contoh dimana Indonesia yang pada saat itu pada masa kepemimpinan Soekarno menjalin hubungan baik dengan Uni Soviet yang merupakan arms supplier bagi Indonesia serta hubungan China dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Terlepas dari hal diatas, kembali dalam pembahasan pada masa Perang Dingin mengenai hubungan Amerika Serikat dengan negara-negara di Asia Tenggara pada masa tersebut dimana pengaruh yang begitu kuatnya dari komunisme membuat Amerika Serikat dan aliansinya membentuk Southeast Asia Treaty Organization (SEATO) pada tahun 1954. Anggotanya hanya dua negara Asia Tenggara yaitu Filipina dan Thailand serta anggota sisa yaitu Amerika Serikat, Britania Raya, Australia, Selandia Baru dan Perancis. SEATO sendiri tidak berisikan unsur militer namun terdapat muatan politik luar negeri Amerika Serikat dalam penghapusan pengaruh komunisme di Asia Tenggara. Opini penulis disini adalah Amerika Serikat berusaha mengakomodasi negara-negara di Asia Tenggara yang merupakan negara-negara berkembang yang sedang membutuhkan arah dan tujuan dalam politik luar negerinya. Tidak hanya itu, Amerika Serikat melalui aliansinya membuat berbagai macam perjanjian contohnya adalah Anglo-Malay Defense

Agreement (AMDA) pada 1957 antara Malaysia dengan Inggris, Selandia Baru dan Australia lalu pada 1971 terdapat Five Power Defense Agreement (FPDA) antara Malaysia, Singapura, Selandia Baru, Australia dan Inggris yang bertahan hingga Perang Dingin berakhir. Setelah masa Perang Dingin berakhir, negara-negara di Asia Tenggara melihat bagaimana proses pemerintahan berjalan di negaranya dimana the key pathway to order in Southeast Asia is balancing. The concept of balance of power used in Southeast Asia tends toward the common confusion between the power structure and policies or behavior designed to influence the structural outcome[4] keadaan ini kemudian membawa pengaruh terhadap keterlibatan negara-negara yang mempunyai power yang besar di dunia dalam kawasan ini terutama Amerika Serikat. Pasca Perang Dingin ini kemudian, bahwa kawasan Asia Tenggara ini lebih melihat terhadap soft balancing dimana pilihannya jatuh kepada pilihan untuk membentuk aliansi non-militer walaupun beberapa negara-negara di Asia Tenggara seperti Filipina, Singapura dan Malaysia bisa membentuk strong military alliances terhadap Amerika Serikat.[5] Peran dari Amerika Serikat ini terlihat dari pembentukan multilateral organizations seperti United Nations dan North Atlantic Treaty Organization (NATO). Disini kemudian membandingkan dengan ASEAN Regional Forum (ARF) yang telah gagal untuk mengakomodasikan kemanan kooperatif di Asia Pasifik.[6] Kemudian lebih lanjut lagi semenjak dunia digoncang dengan terorisme dalam kasus 11 September 2001 yang meruntuhkan gedung World Trade Center (WTC) Amerika Serikat menjadikan U.S bilateral ties with specific Southeast Asian states are also emerging as part of Washingtons global anti-terrorism campaign and American military cooperation with the Philippines, Malaysia, Singapore and Thailand has grown significantly recent years.[7] Hal ini kemudian terlihat bagaimana keinginan Amerika Serikat untuk membentuk hubungan dengan negara-negara di Asia Tenggara tersebut. Hubungan Amerika Serikat dengan kawasan ini bukanlah hubungan Amerika Serikat dengan organisasi regional yang dimiliki oleh Asia Tenggara yaitu Association of Southeast Asia Nations (ASEAN). Hubungan Amerika Serikat ini adalah hubungan bilateralisme dimana Amerika Serikat menjalin hubungan dengan masing-masing negara di Asia Tenggara. Disinilah yang kemudian terlihat karasteristik dari bilateralisme tersebut dimana exclusiveness has allowed the United States to maintain both balancing and bandwagoning strategies in the Asia-Pacific region.[8] Inilah kemudian yang menyebabkan Amerika Serikat mempunyai kesempatan yang besar dalam menyebarkan pengaruhnya di negara-negara Asia Tenggara. Dalam opini penulis juga, kepentingan Amerika Serikat ini kemudian terlihat dalam adanya lima formal treaties bersama dengan aliansi Amerika Serikat yaitu Australia, Jepang, Filipina, Korea Selatan dan Thailand dalam konteks Asia Pasifik.[9] Contoh lain dalam hubungan Amerika Serikat yang eklusif ini terlihat dalam pemberian kestabilan regional bagi Singapura dimana Amerika Serikat mengakomodasi Singapura untuk membangun kemakmuran regional dan mempromosikan pembangunan norma-norma demokrasi. Selain itu pula, Singapura juga termasuk dalam the San Francisco System dari Amerika Serikat tersebut. Selain Singapura, ada Thailand yang menjalin hubungan dengan Amerika Serikat dimana

Thailand benefited from its American alliance by enjoying ambiguous but relatively credible U.S extended deterrence guarantees that bought it time to overcome its insurgency problems apply a deft regional diplomacy geared toward institutionalism and participate in the Asian economic miracle of the late twentieth century.[10] Hubungan Amerika Serikat ini tidak hanya terlihat dalam bidang ekonomi adalah melalui hubungan yang telah dibangun oleh aliansi Amerika Serikat dengan negara di kawasan Asia Tenggara ini. Contohnya adalah hubungan Indonesia-Australia dalam hal disarmament dimana kemudian membuka jalan bagi arena ekonomi regional dengan Amerika Serikat sendiri dalam agenda kebijakan mereka. Pada tahun 2002 National Security Strategy menghubungkan Amerika Serikat untuk mendukung ASEAN, Asia-Pacific Economic Corporation (APEC) dan beberapa institusi regional lainnya di kawasan Asia Tenggara. Kesimpulan tulisan ini adalah hubungan dari Amerika Serikat dengan negara-negara di Asia Tenggara berlangsung dari masa Perang Dingin hingga pada waktu Perang Dingin berakhir. Keinginan Amerika Serikat untuk menyebarkan pengaruhnya di kawasan ini dapat dilihat secara keseluruhan dari akomodasi untuk keamanan serta hubungan ekonomi bagi negaranegara di kawasan ini. Hubungan Amerika Serikat tidak langsung dengan organisasi regional di kawasan ini yaitu ASEAN. Amerika Serikat membangun organisasi bersama aliansinya dan mengajak negara-negara di kawasan ini secara eklusif untuk bergabung seperti Singapura, Malaysia dan Filipina. Opini penulis Hubungan Amerika Serikat setelah Perang Dingin juga terlihat dari extended bilateralism relationship dimana bahwa hubungan bilateralisme seperti yang sudah disebutkan diatas oleh Amerika Serikat tetap menjadi fokus utama dari peran Amerika Serikat di kawasan ini. Terlepas dari hal tersebut, kita harus melihat bahwa kestabilan dari kawasan Asia Tenggara merupakan hal yang penting. Kehadiran Amerika Serikat memang menjadi bantuan tersendiri, tetapi kemudian perlu adanya hubungan regional yang kuat antar negara-negara di Asia Tenggara untuk menjaga kawasan ini.

SEJARAH PERANG DINGIN Perang Dingin merupakan bentuk baru dari konflik-konflik kepentingan dan perebutan supremasi serta perbedaan ideologi antara blok barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Sehingga Perang Dingin merupakan pertikaian antara kedua blok tersebut. A. LATAR BELAKANG Latar Belakang terjadinya perang dingin adalah sebagai berikut. FOREDI UNTUK TAHAN LAMA SEX REKOMENDASI BOYKE! INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ? MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95RIBU MODAL HANYA 25RIBU 1X SEUMUR HIDUP BIKIN ISTRI NEMPEL TERUS..!! MODAL HANYA 25RIBU 1X SEUMUR HIDUP FOREDI ANTI EJAKULASI DINI DAN TAHAN LAMA, BPOM. MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95RIBU GASA REKOMENDASI BOYKE UNTUK EREKSI LEBIH KENCENG! TAMBAH UKURAN VITAL METODE ARAB SUDAN INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ? LOWONGAN KERJA ONLINE 2013 BISNIS ONLINE PEMULA LOWONGAN KERJA TERBARU ! KumpulBlogger.com

1. Munculnya Amerika Serikat sebagai negara pemenang perang di pihak Sekutu (Inggris, Perancis, dan AS). AS berperan besar dalam membantu negara -negara Eropa Barat untuk memperbaiki kehidupan perekonomiannya. 2. Munculnya Rusia (Uni Soviet) sebagai negara besar dan berperan membebaskan Eropa bagian Timur dari tangan Jerman dan membangun perekonomian negaranegara di Eropa Timur. Uni Soviet meluaskan pengaruhnya dengan mensponsori terjadinya perebutan kekuasaan di berbagai negara Eropa Timur seperti Bulgaria, Albania, Hongaria, Rumania, Polandia, dan Cekoslowakia sehingga negara-negara tersebut masuk dalam pemerintahan komunis Uni Soviet. 3. Munculnya negara-negara yang baru merdeka setelah Perang Dunia II di luar wilayah Eropa. Dampaknya muncul 2 kelompok negara di dunia yaitu negara-negara maju dengan negara-negara berkembang, yang memberikan pengaruh bagi perkembangan politik dan ekonomi dunia. Faktor-faktor utama yang menyebabkan Perang Dingin : 1. Perbedaan Paham Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai pemenang Perang Dunia II memiliki paham/ideologi yang berbeda Amerika Serikat memiliki ideologi liberal-kapitalis sedangkan Uni Soviet

berideologi komunis. Paham Liberal-Kapitalis (AS) yang mengagungkan kebebasan individu yang memungkinkan kapitalisme berkembang dengan subur bertentangan dengan paham Sosialis-Komunis (US) yang berkeyakinan bahwa paham itu dapat lebih mempercepat kesejahteraan buruh maupun rakyatnya karena negara-negara yang mengendalikan perusahaan akan memanfaatkan keuntungannya untuk rakyat. 2. Keinginan untuk Berkuasa AS dan US mempunyai keinginan untuk menjadi penguasa di dunia dengan cara-cara yang baru. AS sebagai negara kreditor besar membantu negara-negara yang sedang berkembang berupa pinjaman modal untuk pembangunan dengan harapan bahwa rakyat yang makmur hidupnya dapat menjadi tempat pemasaran hasil industrinya dan dapat menjauhkan pengaruh sosialis komunis. Masyarakat miskin merupakan lahan subur bagi paham sosialis komunis. Uni Soviet yang mulai kuat ekonominya juga tidak mau kalah membantu perjuangan nasional berupa bantuan senjata atau tenaga ahli. Hal ini dilakukan untuk mempengaruhi negaranegara tersebut. 3. Berdirinya Pakta Pertahanan Guna mengatasi berbagai perbedaan yang ada dan kepentingan untuk dapat berkuasa maka negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat mendirikan pakta pertahanan yang dikenal dengan nama NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau Organisasi Pertahanan Atlantik Utara. Sementara untuk mengimbangi kekuatan NATO pada tahun 1955 Uni Soviet mendirikan pakta pertahanan yaitu PAKTA WARSAWA. Anggota Pakta Warsawa yaitu Uni Soviet, Albania, Bulgaria, Cekoslowakia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia, dan Rumania. Berdirinya kedua pakta tersebut menyebabkan muncul rasa saling curiga, ketidakpercayaan, dan kesalahpahaman antara kedua blok baik blok barat maupun blok timur. Amerika dituduh menjalankan politik imperialis untuk mempengaruhi dunia sementara Uni Soviet dianggap melakukan perluasan hegemoni atas negara-negara demokrasi melalui ideologi komunisme. Keadaan tersebut memicu ketegangan kian memuncak sehingga muncullah persaingan senjata di antara kedua belah pihak. Masing-masing pihak saling diliputi oleh suasana Perang Dingin yang bahkan mengarah pada terjadinya Perang Dunia III. B. BERLANGSUNGNYA PERANG DINGIN Perang Dingin (Cold War) adalah ketegangan yang secara politis tampak saling bermusuhan karena adanya persaingan kepentingan. Perang Dingin dimulai setelah berakhirnya Perang Dunia II sejak pembagian Jerman menjadi 2 wilayah, yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur. Pembagian Jerman menjadi 2 diikuti dengan pembagian kota Berlin menjadi Berlin Barat yang dikuasai oleh Amerika Serikat, Inggris dan Perancis sedangkan Berlin Timur dikusai oleh Uni Soviet tepatnya saat terjadi Konfrensi Yalta (Februari 1945). Dalam waktu singkat (1945-1948) Uni Soviet berhasil membentuk pemerintahan komunis di Bulgaria, Rumania, Hongaria, Polandia, dan Chekoslowakia. Karena perkembangan pengaruh Uni Soviet sangat cepat dan pertumbuhannya pesat maka Amerika merasa perlu membendung berkembangnya gerakan komunis. Hingga akhirnya Amerika menyusun strategi politik Containment Policy yang bertujuan mencegah berkembangnya pengaruh suatu negara atau suatu sistem politik dari pihak lawan. Strategi politik tersebut dikembangkan melalui pemberian bantuan ekonomi dan militer seperti Marshall Plan dan Doctrine Truman yaitu bantuan berupa keuangan, militer, dan penasehat militer kepada Yunani dan Turki guna menghadapi gerilyawan komunis. Tujuannya untuk mempertahankan Yunani dan Turki dari peneterasi komunis dan menghambat jalur Uni Soviet menuju ke selatan yang akan mengancam negara-negara Barat. Sebab jika salah satu negara jatuh maka negara tetangga lainnya juga akan jatuh sehingga semua negara akan jatuh ke dalam pengaruh komunis. Uni Soviet berusaha menyaingi dengan membuat Molotov Plan dengan tujuan untuk menata kembali perekonomian negara-negara Eropa Timur dan badan kerja sama ekonomi Comicon (Comintern Economic).

Konflik ideologi tersebut berkembang sampai di Asia. Selama berlangsungnya Perang Dingin, situasi dan kondisi dunia diwarnai oleh kegiatan sebagai berikut. 1) Perebutan Hegemoni/kekuasaan

Kalahnya Jepang dari Sekutu menyebabkan seluruh wilayah Manchuria dan Korea diduduki Uni Soviet hingga berdampak semakin kuatnya Uni Soviet di daratan Cina serta wilayah Korea. Berdasarkan Konferensi Yalta maka semenanjung Korea dibagi 2 yaitu Utara dibawah kekuasaan Uni Soviet sehingga Kim Il Sung menjalankan pemerintahan atas dasar pemikiran komunis. Sementara di sebelah selatan, Amerika memilih Rhee Syngman sebagai orang yang menjalankan pemerintahan berdasarkan dasar-dasar demokrasi. Karena perbedaan ideologi ini maka menyebabkan munculnya perang saudara di Semenanjung Korea pada 25 Juni 1950 dan inilah titik balik dari Perang Dingin. Posisi komunisme di Cina semakin kuat karena bantuan senjata dari Uni Soviet yang berasal dari Jepang. Kuatnya komunisme di Cina menyebabkan berkembangnya komunisme di Asia Tenggara. Cina berusaha menghalangi propaganda imperialisme yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Inggris. Cina semakin mengembangkan komunismenya adapun alasannya adalah karena adanya keinginan untuk mengembalikan daerah kekuasaan Cina di zaman kuno meliputi Korea, Funan, Birma, India, bahkan lebih jauh termasuk daerah di Asia Tenggara. Selain alasan historis juga adanya alasan geografis dan kekayaan alam di Asia Tenggara guna memperkuat posisi ekonominya dalam dunia internasional. Karena alasan tersebutlah maka Cina semakin melibatkan diri di Asia Tenggara. Apa yang dilakukan Cina dan Uni Soviet semakin mengancam kehidupan di Asia Tenggara. Hal ini menjadi masalah yang cukup serius bagi Amerika Serikat sehingga membuat Amerika merasa perlu membantu negara-negara Asia Tenggara. Amerika akhirnya memutuskan membantu Perancis yang saat itu sedang berperang melawan Vietnam (dibantu Uni Soviet dan RRC) dengan harapan Vietnam tidak jatuh ke tangan komunis. Tetapi ternyata Vietnam menang dan secara otomatis Vietnam berada di bawah kekuasaan komunis. Jatuhnya Vietnam ke dalam kekuasaan komunis memungkinkan negara-negara di Asia Tenggara jatuh ke kuasaan komunis. Perjanjian Jenewa merupakan upaya untuk mengakhiri konflik antara kaum komunis dan non komunis yang membagi Vietnam menjadi 2 yaitu Vietnam Utara dan Selatan. Tetapi upaya ini tidak membuahkan hasil dan tidak mendatangkan kepuasan untuk mengakhiri konflik yang saling bertentangan di Vietnam. Pertentangan tersebut menyebabkan keterlibatan campur tangan pihak asing. Vietnam Utara sebagai negara komunis mendapat bantuan dan pengaruh dari Cina dan Uni Soviet sementara Vietnam Selatan sebagai negara demokrasi mendapat bantuan dari Amerika Serikat. Setelah bertahun-tahun diperjuangkan akhirnya tahun 1976 Vietnam dapat dipersatukan di bawah kekuasaan kaum komunis. Vietnam membentuk persatuan Indocina yang diberi nama Federasi Indocina dibawah kekuasaan komunis yang menjadi ancaman militer dan ideologi bagi negara-negara Asia Tenggara. Di Asia Tenggara terjadi rivalitas antarkomunisme tampak dengan adanya konflik antara Vietnam dan Kamboja mengenai masalah perbatasan. Dalam masalah ini Kamboja(Pol Pot) menolak usul penyelesaian konflik perbatasan melalui forum PBB. Di balik masalah Kamboja-Uni Soviet tidak lepas dari masalah politik yaitu konflik Sino-Soviet. Di belakang Kamboja berdiri Cina dan di pihak Vietnam terdapat Uni Soviet. Konflik Vietnam dan Kamboja adalah pertandingan dari jauh antara Cina dan

Uni Soviet di Asia Tenggara sementara Vietnam dan Kamboja menjadi pion-pion yang bertempur di medan perang. Pertentangan ideologi antara negara Amerika Serikat dan Uni Soviet terjadi juga di Amerika dimana Presiden Kuba Fidel Castro mendirikan negara komunis di Kuba. Tindakan ini tentu saja mendapat reaksi keras dari Amerika Serikat dengan upaya mensponsori invasi gerakan anti komunis Kuba namun mengalami kegagalan. Titik ketegangan perang dingin ini terjadi di Teluk Babi pada tahun 1961. Negara di kawasan Amerika Tengah lainnya seperti Nikaragua juga dikuasai oleh kaum komunis. Dimana Nikaragua sejak 1970 sampai 1990 dikuasai oleh kelompok Gerilyawan komunis Sandinista (Front Pembebasan Nasional Sandinista). Di Afrika sayap kiri militer telah menguasai pemerintahan di Ethiopia antara tahun 1974-1991. Sistem pemerintahan sosialis membuat negara tersebut bersekutu dengan Uni Soviet. Di Angola dan Mozambik sejak 1975-1990 kelompok gerilya MarxisLeninis menguasai pemerintahan. Di Afganistan (1978) pemerintahan berhaluan komunis pimpinan Noor Mohammad Tariki berhasil membangun Daoud Khan melalui kudeta berdarah. Untuk menyelamatkan rezim komunis di Afganistan yang saat itu mendapat perlawanan dari kelompok pimpinan Hafizullah Amin maka Uni Soviet pada Desember 1979 melakukan invasi militer ke Afganistan. Selain itu guna mengimbangi kekuatan bersenjata Amerika Serikat di Asia Barat Daya dan pengaruh liberalismenya. Tetapi invasi ini mendapat perlawanan dari kelompok Mujahidin yang dipimpin Mohammad Najibullah yang akhirnya berhasil memukul mundur pasukan Uni Soviet dan pada 1989 pasukan Soviet ditarik mundur dari Afganistan.

Selama Perang Dingin berlangsung kedua negara adikuasa tidak pernah terlibat secara langsung dalam suatu konflik (peperangan) secara terbuka. Mereka selalu berada di belakang negara-negara yang sedang bersengketa. Mereka memberikan bantuan persenjataan dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat negara-negara yang sedang bersengketa. 2) Sistem Aliansi Ketika perang dingin memuncak maka setiap negara yang bertentangan berusaha memperkuat dirinya dengan bergabung dalam satu aliansi. Bentuk sistem aliansi baik yang dilakukan blok Timur maupun blok Barat adalah sebagai berikut. Pembentukan Cominform (The Communist Information Bureau) pada tahun 1947. Cominform adalah wadah kerja sama partai-partai komunis Eropa yang berpusat di Beograd, Yugoslavia. Pembentukan NATO (North Athlantic Traty Organization) 4 April 1949. Negara yang menjadi anggotanya yaitu Inggris, Irlandia, Islandia, Norwegia, Denmark, Belgia, Belanda, Luxemburg, Perancis, Portugal, Kanada, dan Amerika Serikat. Tujuannya untuk membendung komunis mulai dari Eropa Utara sampai Turki dan Yunani. Pembentukan Pakta Warsawa pada 1955 dengan negara Jerman Timur, Cekoslovakia, Hongaria, Bulgaria, Polandia, Rumania, dan Albania. Pakta Warsawa merupakan kerjasama pertahanan dan keamanan negara-negara komunis. Perjanjian antara RRC dan Uni Soviet tahun 1950 mengenai kerja sama dianatara kedua negara guna menghadapi kemungkinan agresi Jepang. Pembentukan Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, and United State), yaitu pakta pertahanan negara-negara Amerika Serikat, Australia,dan Selandia Baru pada tahun 1951. Pembentukan SEATO (South East Asia Treaty Organization) pada tahun 1954. SEATO merupakan kerjasama pertahanan antara negara-negara Asia Tenggara dengan pihak Barat. Dengan anggotanya antara lain, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Filipina, Singapura, dan Selandia Baru.

3) Kegiatan Spionase Perebutan hegemoni selama perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat terhadap berbagai kawasan baik di Eropa, Asia, Amerika, dan Afrika selalu didukung oleh kegiatan agen intelijen yang mereka miliki. Kegiatan Spionase (mata-mata) tercermin dari tindakan yang dilakukan oleh agen spionase kedua belah pihak yaitu antara KGB dan CIA. KGB (Komitet Gusudarstvennoy Bezopasnosti) merupakan dinas intelegen sipil atau dinas rahasia Uni Soviet sedangkan CIA (Central Intelligence Agency) yang merupakan dinas rahasia Amerika Serikat yang bertugas untuk mencari keterangan tentang negara-negara asing tertentu. KGB dan CIA selalu berusaha untuk memperoleh informasi rahasia mengenai segala hal yang menyangkut kedua belah pihak atau negara-negara yang berada di bawah pengaruh kedua belah pihak. Mereka juga membantu terciptanya berbagai ketegangan di dunia. Misalnya, CIA turut membantu orang-orang Kuba di perantauan untuk melakukan serangan ke Kuba tahun 1961 yang disebut Insiden Teluk Babi. Di pihak lain, Uni Soviet memberikan dukungan kepada Fidel Castro (Presiden Kuba) dalam menghadapi invasi tersebut. 4) Perlombaan Teknologi Persenjataan dan Ruang Angkasa Perang dingin antara dua negara adidaya ditandai oleh perimbangan persenjataan nuklir dan personil militer. Sehingga kegiatan ini disebut sebagai politik Balance of Power. Unjuk kekuatan kedua negara adidaya tersebut diikuti perlombaan dalam bidang teknologi militer dan ruang angkasa dimana keduanya saling unjuk kecanggihan. Jika muncul isu sensitif dapat saja membawa kedua belah pihak pada isu global yang menyebabkan munculnya perang secara terbuka. Perang dingin juga dapat menimbulkan perlombaan senjata antara pihak Amerika Serikat dan Uni Soviet. Perlombaan senjata yang dilakukan kedua negara tersebut berupa perlombaan senjata nuklir. Perlombaan senjata nuklir ini dikhawatirkan akan menyebabkan meletusnya perang nuklir yang dasyat yang dapat membahayakan kelangsungan hidup umat manusia dan makhluk hidup lainnya di dunia sebab jangkauan senjata nuklir sangatlah luas bisa menjangkau antarnegara dan antarbenua. Kedua blok membangun pusat-pusat tombol peluncuran senjata nuklir berbagai negara yang berada di bawah pengaruhnya. Untuk mengurangi meningkatnya perlombaan senjata nuklir pada kedua belah pihak maka PBB membentuk Atomic Energy Commission yang bertujuan mencari jalan dan cara untuk mengembangkan penggunaan tenaga atom untuk maksud damai serta mencegah penggunaannya untuk tujuan perang. Pada akhir Desember 1946 komisi setuju untuk mengadakan pengawasan dan pengaturan ketat guna mencegah produksi senjata-senjata atom yang dilakukan secara diam-diam. Tetapi Uni Soviet keberatan dan mengemukakan usul pengurangan senjata secara menyeluruh. Sementara AS tidak setuju, hingga akhirnya US memveto usul AS dalam sidang Dewan keamanan. Pada tahun 1949, US mengadakan uji coba peledakan bom atomnya yang pertama. Yang ditanggapi dengan pembuatan bom hidrogen oleh AS yang diuji pada November 1952, meskipun begitu ternyata US pun sudah dapat membuat bom hidrogen sendiri. Hingga tahun 1983, perbandingan kekuatan senjata nuklir Uni Soviet menunjukkan posisi yang unggul dibanding dengan kekuatan Amerika Serikat. C. DAMPAK PERANG DINGIN Dampak perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet tampak pada: a. Bidang Politik Amerika Serikat berusaha menjadikan negara-negara yang sedang berkembang menjadi negara demokrasi agar hak asasi manusia dapat dijamin. Bagi negara-negara yang sebelumnya kalah seperti Jerman dan Jepang berkembang pula kapitalisme selain demokrasi. Negara-negara tersebut dapat sehaluan dengan AS dan merupakan negara pengaruhnya. Uni Soviet dengan paham sosialis-kominunis mendengungkan pembangunan negara dengan Rencana Lima Tahun. Cara tersebut dilakukan dengan ditaktor bukan liberal. Bagi negara

satelit (dibawah pengaruh) Uni Soviet yang melakukan penyimpangan akan ditindak keras oleh US seperti contohnya Polandia dan Hongaria. Demi kepentingan politik, ekonomi, dan militer kedua negara adikuasa tersebut menjalankan politik pecah belah sehingga beberapa negara menjadi terpecah seperti Korea, Vietnam, dan Jerman. b. Bidang Ekonomi AS sebagai negara kreditor terbesar memberikan pinjaman atau bantuan ekonomi kepada negara-negara yang sedang berkembang berupa Marshall Plan. AS juga memberikan bantuan Grants in Aid yaitu bantuan ekonomi dengan kewajiban mengembalikan berupa dollar atau dengan membeli barang-barang Amerika Serikat. Bagi negara-negara di Asia Presiden Truman mengeluarkan The Four Points Program for the Economic Development in Asia berupa teknik dalam wujud perlengkapan-perlengkapan ekonomis atau bantuan kredit yang berasal dari sektor swasta di Amerika Serikat yang disalurkan oleh pemerintah kepada negara-negara yang sedang berkembang. Dengan adanya perang dingin ini maka berbagai bentuk kerjasama yang saling menguntungkan antara Eropa Timur dan Eropa Barat tidak dapat terjalin. Kegiatan tersebut terhambat karena negara-negara Eropa merasa kawatir jika suatu saat wilayahnya akan dijadikan sasaran adu kekuatan oleh kedua negara adikuasa tersebut. Dampaknya perekonomian antara blok barat (negara-negara Eropa Barat) dan blok timur (negara-negara Eropa Timur) tidak seimbang dimana negara-negara blok barat jauh lebih maju daripada blok timur. c. Bidang Militer Perebutan pengaruh antara AS dan US dalam pakta pertahanan. Negara-negara barat membentuk North Atlantic Treaty Organization (NATO) tahun 1949 sebagai suatu organisasi pertahanan. Bila salah satu anggotanya diserang maka dianggap sebagai serangan terhadap NATO. Awalnya bermarkas di Paris tetapi kemudian Perancis keluar karena mengganggap NATO didominasi oleh AS dan markasnya berpindah di Brussel. Hubungan Perancis dengan Uni Soviet dan RRC jauh lebih baik jika dibandingkan hubungan dengan negara Barat lainnya meskipun Perancis tidak menjadi anggota Blok Timur. Di Asia Tenggara dibentuk South East Asia Treaty Organization (SEATO) athun 1954 atas dasar South East Asia Collective Defence Treaty. Anggota utamanya adalah negara-negara barat sementara negara-negara di Asia Tenggara seperti Indonesia justru tidak ikut serta. Pakta pertahanan tersebut ditujukan terhadap komunis di Asia Tenggara khususnya di Vietnam. SEATO bubar pada tahun 1975. Sementara Uni Soviet dengan negara-negara blok Timur membentuk Pakta Warsawa (1955) atas dasar Pact of Mutuaal Assistance and Unified Command. Di Asia Tenggara Uni Soviet memberikan bantuan peralatan militer dan teknisi kepada Vietnam yang akhirnya dapat mendesak Amerika Serikat keluar dari negara tersebut(1975). d. Bidang Ruang Angkasa Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet membawa pengaruh terhadap penjelajahan ruang angkasa. Amerika Serikat dan Uni Soviet saling berebut menguasai ruang angkasa karena dunia dirasa terlalu sempit untuk diperebutkan. Berawal dari upaya Uni Soviet meluncurkan pesawat Sputnik I dan Sputnik II yang ditandingi AS dengan meluncurkan pesawat Explorer I dan Explorer II, Discovere dan Vanguard. Diikuti dengan usaha Uni Soviet untuk mendaratkan Lunik di bulan serta astronot pertamanya Yuri Gagarin dengan pesawat Vostok I yang berhasil mengitari bumi selama 108 menit. Sementara Amerika Serikat mengirim astronot pertamanya yaitu Alan Bartlett Shepard yang berada di luar angkasa selama 15 menit. Uni Soviet menunjukkan kelebihannya dengan meluncurkan Gherman Stepanovich Titov yang mengitari bumi selama 25 jam dengan Vostok II. Disusul Amerika Serikat meluncurkan

WSJohn H. Glenn dengan pesawat Friendship VII yang berhasil mengitari bumi sebanyak 3 kali. Dampak Perang Dingin bagi Indonesia Sistem politik-ekonomi Indonesia telah dibawa pada arus komunisme-sosialisme pada masa Orde Lama. Sementara pada masa Orde baru berkembang liberalisme-kapitalisme. Pada masa akhir dua kepemimpinan di atas, Indonesia mengambil keterpurukan ekonomi. D. AKHIR PERANG DINGIN Kedua negara adikuasa akhirnya menyadari bahwa hubungan anatar keduanya sudah sanagat panas, oleh karena itu mereka ingin mengurangi ketegangan yang ada sebelum akhirnya menyebabkan perang terbuka yang diperkirakan akan menghancurkan seluruh dunia dengan adanya Perang Dunia III. Sehingga sejak 1970-an hubungan antarnegara dunia mulai membaik dan ketegangan dalam perang dingin mulai berkurang. Pengurangan ketegangan terhadap pihak yang bertikai disebut Detente. Detente ditandai oleh peristiwa sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. Isu Berlin Barat dapat diselesaikan dalam meja perundingan tahun 1971. Inggris mulai bergabung dengan Masyarakat Ekonomi Eropa. Negara barat mulai menjalin hubungan diplomatik dengan RRC pada 1973. Terjadi kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dengan ditandatanganinya persetujuan SALT I (Strategic Arm Limited Task) dan SALT II atau pembatasan persenjataan strategis. SALT I merupakan perundingan pembatasan persenjataan strategis yang berlangsung di Helsinki, Finlandia tanggal 17 November 1969. Hasil perundingan ini ditandatangani oleh Richard Nixon (Presiden Amerika Serikat) dan Leonid Brezhnev (Uni Soviet). SALT II merupakan perundingan pembatasan persenjataan strategis yang berlangsung di Jenewa, Swiss pada November 1972 tetapi hasilnya baru ditandatangani 18 Juni 1979 di Wina, Austria oleh Jimmy Carter (Amerika Serikat) dan Leonid Brezhnev (Uni Soviet). 5. Presiden Ronald Reagen meningkatkan kemampuan persenjataan balistiknya yang mempengaruhi sikap Mikhail Gorbachev untuk melakukan persetujuan pembatasan nuklir balistik tahun 1987. Dampak dari perjanjian ini antara lain Uni Soviet mengurangi kekuatan angkatan perangnya di Eropa Timur dan mulai memusatkan pembenahan ekonomi serta kehidupan politik dalam negeri yang lebih demokratis. 6. Deng Xiaoping berhasil menguasai Partai Komunis Cina (PKC) setelah meninggalnya Mao Tse Tung. Deng Xiaoping merupakan pemimpin kelompok yang menghendaki reformasi ekonomi. Programnya adalah membangkitkan sistem pertanian dan bisnis yang berdasarkan milik pribadi. Penanaman modal asing mulai masuk kembali terutama dalam sektor jasa dan diharapkan dapat berproduksi untuk tujuan ekspor. Hal ini menunjukkan adanya gejala kapitalisme dalam kehidupan komunisme di Cina. Tetapi reformasi ekonomi yang ada tidak diimbangi dengan adanya reformasi politik sehingga kehidupan politik masih dikendalikan oleh partai Komunis. Dampaknya muncul bentrokan dengan mahasiswa seperti 1989 terjadi Tragedi di Lapangan Tiananmen, Beijing dimana terjadi demonstrasi besar-besaran tetapi mendapatkan perlawanan bahkan para pelakunya diawasi secara ketat. Pertumbuhan ekonomi Uni Soviet tidak mengalami pertumbuhan sehingga ekonomi Uni Soviet mengalami kemerosotan yang parah. Sebagai ideologi akhirnya komunisme mulai mengalami kebangkrutan di berbagai belahan dunia sejak 1970an. Berawal dari upaya Uni

Soviet untuk mengalihkan energi mereka untuk menyelesaikan masalah dalam negeri mereka. Adapun masalah yang muncul di Uni Soviet antara lain :

ketidakpuasan kelas menengah dan kelompok elit pemerintahan komunis sendiri, Tekanan kelompok etnis non Rusia, korupsi yang timbul di kalangan birokrasi dan partai dalam pemerintahan, dana anggaran belanja yang defisit karena biaya pendudukan pasukan Uni Soviet di beberapa negara Eropa Timur, ketertinggalan teknologi dan peralatan industri sehingga kapasitas produksi makanan untuk mencukupi kebutuhan rakyatnya menurun.

Perang Dingin akhirnya berakhir karena: 1. Sampai 1980, 11 % GNP Uni Soviet dibelanjakan untuk kepentingan militer. Uni Soviet mengalokasikan dana besar-besaran bagi negara yang berada dibawah kekuasaannya agar negara tersebut tidak lepas dari kendalinya. 2. Tahun 1980, harga minyak jatuh sehingga keadaan ekonomi Uni Soviet yang tidak stabil benar-benar berhenti. Padahal serbelumnya Uni Soviet sangat tergantung dengan ekspor minyaknya sementara sejak 1980 minyak tidak mampu membiayai Perang Dingin. 3. Muncul krisis kredibilitas/kepercayaan terhadap sistem komunisme.Dampaknya muncul pemikiran dari para cendekiawan yang memahami pandangan barat sehingga mendorong munculnya keinginan seperti warga negara di negara-negara non komunis. Dalam kondisi yang buruk Mikhail Gorbachev (11 Maret 1985) harus memimpin Uni Soviet dengan tugasnya yaitu memperbaiki perekonomian Uni Soviet yang semakin buruk. Langkah yang ditempuh adalah dengan melakukan Reformasi yang terkenal dengan Perestroika dan Glasnost. PERESTROIKA merupakan restrukturisasi (penataan kembali struktur) yang sudah rusak. Tujuannya guna mengatasi stagnasi untuk akselerasi (penyamaan) kemajuan sosial dan ekonomi. Perestroika merupakan pengembangan menyeluruh dari demokrasi yang diprakarsai massa. Jadi Perestroika adalah langkah pembaharuan untuk mempersatukan sosialisme dengan demokrasi melalui keterbukaan politik atau GLASNOST. Kebijakan ini memberikan dampak yang tidak terduga sebelumnya yaitu pertentangan sosial di dalam masyarakat muncul. Kelompok yang bersengketa antara lain sebagai berikut. Kelompok Moderat, yaitu kelompok yang menyetujui reformasi tetapi menjalankan komunisme yang disempurnakan. Kelompok Konservatif, yaitu kelompok yang menentang reformasi dan ingin mempertahankan komunisme. Kelompok Radikal, yaitu kelompok yang mendukung reformasi tetapi ingin meninggalkan komunisme.

4. Pada 19 Agustus 1991, Gennadi Yanayev (pemimpin kelompok konserfatif) melancarkan kudeta terhadap Gorbachev tetapi upaya ini dapat digagalkan oleh Boris Yeltsin (pemimpin kelompok Radikal) sehingga Gorbachev dapat diselamatkan dan nama Yeltsin mulai melambung di pentas politik Uni Soviet. Yeltsin tidak mampu membendung gelora semangat Perestroika dan Glasnost terbukti dengan banyaknya negara bagian Uni Soviet yang melepaskan diri dan menjadi negara merdeka sehingga Runtuhlah Uni Soviet. 5. Uni Soviet mulai mengurangi kekuatan senjatanya di Eropa Timur seperti pada 1989 Uni Soviet menarik tentaranya dari Afghanistan. Akhirnya kekuasaan komunis mulai runtuh di negara-negara Eropa Timur dimana Jerman kembali bersatu. 6. Secara resmi Uni Soviet dibubarkan pada 8 Desember 1991 ditandai dengan penurunan bendera Uni Soviet dan dikibarkan bendera Rusia. Rusia dan negaranegara bekas Uni Soviet yang lain mulai muncul sebagai negara yang merdeka. Runtuhnya kekuatan Uni Soviet di Eropa Timur mengakhiri Perang Dingin. Uni Soviet merupakan contoh keberhasilan dari ideologi Marxis-Leninis yang diaktualisasikan menjadi negara. E. DAMPAK BERAKHIRNYA PERANG DINGIN Berakhirnya Perang Dingin memberikan dampak luas bagi perubahan dunia: Terjadinya perubahan di Eropa Timur, Rusia dan Jerman dalam upaya mengakhiri kekuasaan komunis dan dominasi Uni Soviet di daerah tersebut. Muncul perubahan politik dan ekonomi dunia yang menimbulkan terciptanya hubungan secara menyeluruh (global) maupun kawasan (regional), yang terlihat dengan: 1. Kebangkitan Jepang Setelah perekonomian Jepang lumpuh akibat perang dunia II dan serangan sekutu terhadap kota Jepang maka rakyat Jepang mulai bangkit untuk membangun kembali ekonomi negara yang hancur tersebut.Dalam perkembangannya Jepang mampu memanfaatkan segala dukungan dan bantuan Amerika Serikat bahkan akhirnya Jepang mampu mengambil alih fungsi-fungsi ekonomi global yang disandang Amerika Serikat dan mampu memberikan bantuan ekonomi bagi negara di kawasan Asia Pasifik. Hingga akhirnya Jepang mampu mendominasi kedudukan di daerah Asia-Pasifik sebagai pasar impor, penyedia bantuan luar negeri, dan sumber investasi asing yang dia pertahankan hingga sekarang. berdirinya Group of Seven, (Perancis,Jerman Barat,Jepang,Inggris,Amerika Serikat,Kanada dan Italia yang bergabung untuk memecahkan masalah ekonomi dunia). Berdirinya European Union (bentuk kerja sama ekonomi antara negara Eropa Barat). berdirinya Gerakan Nonblok. berdirinya ASEAN (stabilitas politik regional dan pembangunan ekonomi masingmasing negara anggota). berdirinya APEC, dan berdirinya OKI.

2.

3. 4. 5. 6. 7.

Muncul ketergantungan satu sama lain sehingga terjadi transformasi kekuasaan silih berganti. Terbentuklah tatanan dan nilai baru di dunia yang lebih damai, aman dan sejahtera. Berakhirnya Perang Dingin mampu mengakhiri semangat sistem hubungan internasional bipolar (melibatkan 2 blok yaitu blok barat dan timur) dan berubah menjadi sistem

multipolar, yaitu mengalihkan persaingan yang bernuansa militer ke persaingan ekonomi di antara negara-negara di dunia dan mengubah isu-isu fokus hubungan internasional dari high politics (isu yang berhubungan dengan politik dan keamanan) menjadi is-isu low politics (seperti isu terorisme, hak asasi manusi, ekonomi, lingkungan hidup, dsb) yang dianggap sama pentingnya dengan isu high politics. Terbentuk hubungan kerjasama utara-selatan dan selatan-selatan. Setelah Perang Dunia II dunia tidak lagi terbagi atas blok barat dan blok timur melainkan kelompok utara dan kelompok selatan. Istilah utara dan selatan dalam hal ini lebih bernilai ekonomis jika dibandingkan dengan nilai geografis. Kelompok Utara merupakan kelompok negara industri maju yang memiliki teknologi canggih serta produksi industri yang selalu meningkat.Negara Utara meliputi negara-negara yang berada di belahan bumi bagian utara meliputi, Kanada, Amerika Serikat, Perancis, inggris, Jerman Barat, Italia, dan Jepang. Secara ekonomis mereka memiliki ekonomi yang kuat. Berdasarkan kekayaan alam, negara maju tidak memiliki kekayaan alam yang cukup tetapi kekurangan tersebut dapat diatasi dengan penguasaan teknologi. Jadi mereka sangat unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi kurang didukung oleh sumber daya alam yang melimpah. Kelompok Selatan merupakan kelompok negara yang sedang berkembang atau negara miskin. Negara Selatan meliputi negara yang terletak di belahan bumi bagian selatan seoperti kawasan Asia, afrika, dan Amerika Latin. Secara ekonomis, mereka memiliki ekonomi yang lemah yang mengandalkan hidupnya pada bidang pertanian. Berdasarkan kekayaan alam, negara selatan memiliki sumber daya alam yang melimpah namun kurang didukung oleh penguasaan teknologi. Negara utara cenderung memaksakan model pembangunan mereka terhadap negara-negara Selatan. Pelaksanaan tersebut akan mereka lakukan melalui perundingan dalam lembaga keuangan internasional, seperti IMF dan Bank Dunia. Rencananya kedua lembaga keuangan ini untuk menolong semua negara di dunia dalam kegiatan pembangunan tetapi ternyata dipakai sebagai alat oleh negara-negara di Utara untuk memaksakan model pembangunan yang menguntungkan negara-negara yang kuat. Program yang mereka keluarkan adalah Program Penyelesaian Terstruktur atau Structural Adjustment Program (SAP). Dampak adanya program ini maka akan memaksa:

Negara-negara yang mendapat bantuan utang untuk lebih membuka pasar dalam negeri mereka, Menekankan kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang-barang yang bisa diekspor, Mengurangi subsidi pemerintah terhadap sektor publik. Dengan program ini mampu membuat rakyat jelata semakin miskin, sebagai contoh Negara Afrika dan Amerika Latin. Kedua kelompok tersebut masing-masing mempunyai potensi dan peran yang penting dalam perekonomian internasional. Harapannya hubungan utara-selatan ini akan menghasilkan kemakmuran bagi semua negara di dunia tetapi kenyataannya hanya menciptakan kemakmuran bagi negara-negara di kawasan Utara dan merugikan negara-negara di kawasan Selatan. Kerugian dan kesengsaraan yang diderita negara selatan antara lain : 1. 2. 3. 4. Penurunan nilai tukar bagi barang-barang yang dihasilkan Kerusakan lingkungan yang semakin memprihatinkan Ketergantungan yang semakin tinggi terhadap negara-negara di kawasan Utara Kesenjangan (jurang pemisah) yang semakin lebar dan dalam antara Utara dan Selatan.

Sementara itu jika kita lihat negara-negara selatan memiliki kelebihan dan peran penting, diantaranya: Sebagian besar merupakan negara-negara penghasil bahan mentah/bahan baku mogas dan non migasi. Penduduknya padat dan menjadi sasaran yang potensial bagi pemasaran hasil-hasil industri negara-negara maju. Negara-negara selatan merupakan tempat yang tepat bagi negara-negara utara dalam menanamkan modal. Jumlah negara yang sedang berkembang lebih dari separuh jumlah negara-negara di dunia dan tentu saja memiliki jumlah penduduk yang lebih banyak. Mengingat keadaan yang semakin tidak baik yang dialami oleh negara-negara Selatan sendiri. Negara Selatan harus meningkatkan kekuatan politik dan ekonomi mereka. Negara Utara harus membiarkan negara selatan bebas melaksanakan pembangunan alternatif mereka tanpa melakukan pembatasan terhadap negara-negara tersebut. Negara di Utara harus melaksanakan kebijakan ekonomi dan kebijakan luar negeri yang didasarkan atas kepentingan jangka panjang yang sehat. Melihat keadaan tersebut maka kedua belah pihak menganggap penting adanya kerjasama Utara-Selatan dalam rangka perubahan dalam tata hubungan dunia baru yang lebih adil.Hubungan tersebut haruslah merupakan perubahan dari bentuk pemerasan oleh negaranegara kawasan Utara ke bentuk pembagian keuntungan bersama. Jadi berubah dari hubungan subordinasi menuju ke bentuk kemitraan. Guna menghindari pertentangan yang semakin tajam antara Utara-Selatan maka diadakan dialog Utara-Selatan yang mulai dipopulerkan sejak dilangsungkan konferensi kerja sama ekonomi internasional tingkat menteri pertama di Paris, Perancis tahun 1975. Tujuan mendasar dari dialog Utara-Selatan adalah mencari kesepakatan dalam mengubah hubungan antara negara-negara industri kaya (G7) dengan negara-negara berkembang (G 15). Konferensi Paris diharapkan bisa menghasilkan perubahan hubungan ke arah persamaan dalam Orde Ekonomi Internasional Baru. Sehingga negara-negara berkembang menginginkan distribusi kekayaan yang lebih adil dan menuntut partisipasi yang lebih besar dalam hubungan ekonomi internasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era tahun 50-an, Negara-negara di dunia terpolarisasi kedalam dua kutub. Ketika itu terjadi pertarungan yang kuat antra Timur dan Barat terutama sekali pada era perang dingin (cold war) antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet. Pertarungan ini adalah merupakan upaya untuk memperluas sphere of interest dan sphere of influence. Dengan sasaran utama perebutan penguasaan atas wilayah-wilayah potensial di dunia dengan berkedok pada ideology anutan masing-masing. Sebagian Negara masuk dalam Blok Amerika dan sebagian lagi masuk dalam Blok Uni Sovyet. Aliansi dan pertarungan didalamnya memberikan akibat fisik yang negative bagi beberapa Negara di dunia seperti misalnya Jerman yang sempat terbagi menjadi dua bagian, Vietnam dimasa lalu, serta Semenanjung Korea yang sampai saat sekarang ini masih terbelah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. Dalam pertarungan ini Negara dunia ketiga menjadi wilayah persaingan yang amat mempesona buat keduanya. Sebut saja misalnya Negara-negara di kawasan Asia Timur dan Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang serta Negara-negara di kawasan lain yang kaya akan energi dunia seperti Uni Emirat Arab, Kuwait dan Qatar. Dalam kondisi yang seperti ini, lahir dorongan yang kuat dari para pemimpin dunia ketiga untuk dapat keluar dari tekanan dua Negara tersebut. Soekarno, Ghandi dan beberapa pemimpin dari Asia serta Afrika merasakan polarisasi yang terjadi pada masa tersebut adalah tidak jauh berbeda dengan kolonialisme dalam bentuk yang lain. Akhirnya pada tahun 1955 bertempat di Bandung, Indonesia, 29 Kepala Negara Asia dan Afrika bertemu membahas masalah dan kepentingan bersama, termasuk didalamnya mengupas secara serius tentang kolonialisme dan pengaruh kekuatan barat. Pertemuan ini disebutkan pula sebagai Konferensi Asia Afrika atau sering disebut sebagai Konferensi Bandung. Konferensi inilah yang menjadi tonggak lahirnya Gerakan Non Blok. B. TUJUAN Dengan didasari semangat Dasa Sila Bandung, Gerakan Non Blok dibentuk pada tahun 1961 dengan tujuan utama mempersatukan Negara-negara yang tidak ingin beraliansi dengan Negara-negara adidaya peserta Perang Dingin yaitu USA dan Uni Sovyet.

BAB II PEMBAHSAN A. Definisi Perang Dingin Perang dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947 1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Perang dingin bukanlah sekedar perang biasa di mana kedua belah pihak berperang di medan terbuka. Perang dingin merupakan perang antara dua negara adikuasa yang saling berebut pengaruh dalam pergulatan politik internasional. Perebutan pengaruh dimulai dengan saling mencurigai antarnegara adikuasa itu. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut. Penguasaan kawasan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet ini memunculkan perimbangan kekuatan dalam berbagai bidang kehidupan. Amerika Serikat memegang kekuatan dalam hal politik dan ekonomi, sedangkan Uni Soviet dan sekutunya (negara Eropa Timur dan Cina) muncul dalam kekuatan ideologi, politik, ekonomi dan militer yang cukup besar pula. Kondisi perimbangan kekuatan (balances of power) pun tak terelakkan lagi. Perang ideologi demokrasi-kapitalis dan komunisme menjadi perang dominan di masa tersebut; perang tersebut dikenal dengan istilah perang dingin. Berbagai metode digunakan, baik dalam bentuk kerja sama ataupun bantuan. Hal itulah yang dimaksudkan dengan perang dingin. Setelah AS dan Uni Soviet bersekutu dan berhasil menghancurkan Jerman Nazi, kedua belah pihak berbeda pendapat tentang bagaimana cara yang tepat untuk membangun Eropa pascaperang. Selama beberapa dekade selanjutnya, persaingan di antara keduanya menyebar ke luar Eropa dan merambah ke seluruh dunia ketika AS membangun "pertahanan" terhadap komunisme dengan membentuk sejumlah aliansi dengan berbagai negara, terutama dengan negara di Eropa Barat, Timur Tengah, dan Asia Tenggara. Setelah Perang Dunia II, antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet terjadi perebutan pengaruh yang melahirkan Perang Dingin (Cold War). B. Perkembangan Dunia Pada Masa Perang Dingin BerakhirnyaPerangDunia II menyebabkan kekuatan dunia terbagi atas dua blok, yaitu Blok Barat pimpinan Amerika Serikat dan Blok Timur pimpinan Uni Soviet. Blok Barat dan Blok Timur tersebut saling bersaing berebut pengaruh dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Perkembangan Teknologi Persenjataan Persaingan yang paling mencolok dalam masa Perang Dingin adalahdalambidangmiliter, khususnyadalamhal persenjataan. Kedua negara adidaya itu saling berlomba menciptakan berbagai senjata yang mutakhir dan mematikan, misalnya bom. Bom adalah senjata ledak yang lazim digunakan dalam perang. Terorisme juga melibatkan penggunaan bom. Bom umumnya terdiri atas wadah logam yang diisi dengan bahan peledak atau bahan kimia. Bom melukai dan menewaskan orang serta merusakkan gedung dan bangunan lain, kapal, pesawat terbang, ataupun sasaran lain. Salah satu senjata yang paling menakutkan dan dapat membantu mengakhiri Perang Dunia II adalah bom atom. Senjata yang disebut bom atom itu dibuat pertama kali oleh Amerika Serikat pada tanggal 16 Juli 1945 di Alamo Gardo, New Mexico. Bom atom itu

kemudian dipakai untuk menghancurkan kota Hiroshima pada tanggal 8 Agustus 1945 dan kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat pemboman itu Jepang menyerah dan berakhirlah Perang Dunia II. Bom dalam bentuk apa pun apabila meledak akan menimbulkan kerugian pada manusia dan alam sekitarnya. Tenaga atom yang ditimbulkan akan menimbulkan radiasi yang apabila diterima dalam jumlah besar akan sangat fatal akibatnya. Debu radioaktif dan endapan dari awan yang tertiup angin dan bertebaran di daratan dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman serta membinasakan hewan dan manusia. Pada jangka panjang ledakan bom atom akan mengakibatkan kematian serta kanker pada manusia, sedangkan kerusakan genetis akan terlihat pada generasi-generasi berikutnya. C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perang Dingin Perang dingin disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah adanya perbedaan paham dan keinginan untuk berkuasa. a. Perbedaan Paham Paham demokrasi-kapitalis yang dianut oleh Amerika Serikat berbeda bahkan bertentangan dengan paham sosialis-komunis Uni Soviet. Paham demokrasi-kapitalis mengagungkan kebebasan individu yang memungkinkan kapitalisme berkembang dengan subur. Akan tetapi, Amerika Serikat menyadari bahwa kaum buruh tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang seperti di Eropa beberapa abad silam yang dapat menyuburkan paham sosialis-komunis. Oleh karena itu, kaum buruh diberi jaminan cukup dan diberi kesempatan bermodal dalam perusahaan, sehingga pemogokan yang mereka adakan dapat merugikan perusahaan itu sendiri. Uni Soviet yang berpaham sosialis-komunis berkeyakinan bahwa paham itu dapat lebih mempercepat kesejahteraan buruh maupun rakyatnya, karena negaranegara yang mengendalikan perusahaan akan memanfaatkan keuntungannya untuk rakyat. Hal itu dibuktikan dengan Rencana Lima Tahun. Akan tetapi, caranya yang serba tertutup menyebabkan negara-negara Barat menyebutnya sebagai negara di balik tirai besi. b. Keinginan Untuk Berkuasa Amerika Serikat dan Uni Soviet mempunyai keinginan menjadi penguasa di dunia dengan cara-cara yang baru. Amerika Serikat sebagai negara kreditor besar membantu negara-negara yang sedang berkembang. Bantuan itu berupa pinjaman modal untuk pembangunan, dengan harapan bahwa rakyat yang makmur hidupnya dapat menjadi tempat pemasaran hasil industrinya dan dapat menjauhkan pengaruh sosialis-komunis. Masyarakat yang menderita atau miskin, merupakan lahan subur bagi paham sosialis komunis. Di samping itu, Uni Soviet yang mulai kuat ekonominya membantu perjuangan nasional berupa senjata atau tenaga ahli. Hal ini dilakukan untuk mempengaruhi negara-negara tersebut. Perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet menyangkut bidang yang sangat luas, yaitu politik, ekonomi, militer, maupun ruang angkasa. 1. Bidang Politik Amerika Serikat berusaha menjadikan negara-negara yang sedang berkembang menjadi negara demokrasi, agar hak-hak asasi manusia dapat dijamin. Di negara-negara yang sebelumnya kalah perang seperti Jepang dan Jerman kecuali paham demokrasi, kapitalisme juga dikembangkan. Negara-negara tersebut dapat sehaluan dengan Amerika Serikat dan merupakan negara pengaruhnya. Uni Soviet dengan paham sosialis-komunisnya mendengungkan pembangunan negara dengan Rencana Lima Tahunnya. Caranya tidak dilakukan dengan liberal, tetapi dictator. Negara-negara yang sehaluan disebut dengan satelit Uni Soviet, karena apa yang diperintahkannya wajib dilakukan oleh negara-negara satelit tersebut. Penyimpangan seperti yang dilakukan oleh Polandia dan Hongaria ditindak keras oleh Uni Soviet (1956).

2. Bidang Ekonomi Sebagai negara kreditor terbesar, Amerika Serikat dapat memberikan pinjaman atau bantuan ekonomi kepada negara-negara yang sedang berkembang. Negara-negara Barat yang hancur ekonominya akibat Perang Dunia II dibantu melalui Marshall Plan. Di samping itu, ada negara yang memperoleh Grants in Aid yaitu bantuan ekonomi dengan kewajiban mengembalikannya berupa dolar atau dengan membeli barang-barang Amerika Serikat. Untuk negara Asia, Presiden Truman mengeluarkan The Points Four Program for the Economic Development in Asia berupa bantuan teknik dalam wujud perlengkapanperlengkapan ekonomis atau bantuan kredit yang berasal dari sektor swasta di Amerika Serikat yang disalurkan oleh pemerintah kepada negara-negara yang sedang berkembang. 3. Bidang Militer Perebutan pengaruh yang paling mencolok antara Amerikat Serikat dengan Uni Soviet adalah dalam pakta pertahanan. Negara-negara Barat membentuk North Atlantic Treaty Organization (NATO) pada 4 April 1949 sebagai suatu organisasi pertahanan. Pada mulanya markas NATO berada di Paris, tetapi setelah Perancis keluar dari NATO, maka NATO didominasi oleh Amerika Serikat. Walaupun Perancis tidak menjadi anggota Blok Timur, tetapi hubungan Perancis dengan Uni Soviet dan RRC lebih baik dibandinkan dengna negara-negara Barat lainnya. Di Asia Tenggara dibentuk South East Asia Treaty Organization (SEATO) tahun 1954, atas dasar South East Asia Collective Defence Treaty. Anggotanya yang utama justru negara-negara Barat, sedangkan negara-negara utama di Asia Tenggara seperti Indonesia tidak turut serta. Pakta pertahanan tersebut ditujukan terhadap komunis Asia Tenggara, khususnya di Vietnam. Pakta pertahanan SEATO menyatakan bubar pada tahun 1975. Sementara itu, Uni Soviet dengan negara-negara Blok Timur membentuk Pakta Warsawa (1975) atas dasar Pact of Mutual Assistance and Unified Command. Di Asia Tenggara, Uni Soviet memberikan bantuan peralatan militer dan teknisi kepada Vietnam yang akhirnya dapat mendesak Amerika Serikat dari negara tersebut (1975). D. Dampak Perang Dingin Selama berlangsungnya Perang Dunia II, Amerika Serikat merupakan salah satu negara sekutu yang memiliki kekuatan militer cukup besar. Dalam pertempuran melawan Jerman dan Italia, Amerika Serikat berhasil memukul mundur dan bahkan memaksa kedua negara tersebut untuk menyerah kepada sekutu. Selain itu, Jepang juga menyerah dan tuntuk di bawah kekuatan sekutu setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom pada 9 Agustus 1945. Sementara itu, Uni Soviet juga memiliki peran yang sangat besar dalam kemenangan sekutu dalam Perang Dunia II. Berkat Uni Soviet, negara-negara Eropa Timur berhasil direbut oleh pihak Sekutu dari tangan Jerman. Negara-negara tersebut, antara lain Bulgaria, Alabnia, Hungaria, Rumania, Polandia, dan Cekoslowakia. Keenam negara itu mendapat penaruh yang kuat dari Uni Soviet. Dalam usaha untuk melancarkan ekspansi politis dan ideologis, pada tahun 1947, Amerika Serikat mengeluarkan Marshall Plan. Marshall Plan diusulkan oleh seorang komandan militer Amerika Serikat semasa Perang Dunia II yang bernama George Catlerr Marshall. Marshall Plan ditujukan khusus ke Eropa agar keputus asaan akibat perang dunia II, dan agar Eropa segera bangkit untuk dijadikan mitra Amerika Serikat dalam menghadapi kekuatan komunis dari Uni Soviet. Selain Marshall Plan, posisi politik luar negeri Amerika Serikat pada awal masa Perang Dingin juga tercermin di dalam Truman Doctrine. Truman Doctrine adalah sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Presiden Harry Truman pada 12 Maret 1947, yang menyatakan kesediaan Amerika Serikat memberikan bantuan bagi kekuatan anti-komunisme di Turki dan Yunani dalam menghadapi kekuatan komunisme Uni Soviet. Salah satu prinsip yang mendasari kebijakan itu adalah bahwa paham komunisme akan mudah berkembang di kalangan rakyat miskin.

Truman Doctrine dicanangkan berdasarkan pertimbangan Teori Domino, yaitu jika suatu negara jatuh dalam paham komunime, negara tetangganya akan jatuh juga dalam paham komunisme. Kemudian Truman Doctrine menjadi standar kebijakan politik luar negeri Amerika Serika selam perang dingin. Amerika Serikat juga menetapkan politik Containment, yaitu sebuah strategi politik luar negeri Amerika Serikat untuk membendung kekuatan ekspansi komunisme Uni Soviet. Kebijakan itu dikeluarkan oleh George Kennan, seorang diplomat Amerika pada tahun 1947, dan menjadi sebuah panduan dalam kerangka politik luar negeri Amerika Serikat dalam kurun waktu 1947-1987.Uni Soviet juga berusaha melancarkan ekspansi politik dan ideologis di berbagai negara kawasan Eropa Timur dan Asia. Hal itu terlihat dari bergabungnya negara-negara Eropa Timur dan Uni Soviet. Pada tahun 1948, sewaktu Berlin (ibu kota Jerman Timur) berada dalam kekuasaan Uni Soviet, Joseph Stalin memutus hubungan jalan dan jalur kereta api antara Jerman Timur dan Jerman Barat. Hal itu berdampak pada blockade ekonomi Jerman Barat. Meskipun pada akhirnya Uni Soviet mencabut blokade itu pada bulan Mei 1949, kejadian tersebut memicu konfrontasi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pada krisis ini, Amerika Serikat mengirim sejumlah dana bantuan melalui udara dengan program yang disebut Berlin Airlift. Selain itu, Amerika Serikat juga menerapkan politik penangkalan / pencegahan (deterrence) untuk membela Jerman Barat dengan cara menempatkan senjata penghancur jarak jauh dan serdadu Amerika Serikat di negara sekutunya, Inggris. Kejadian tersebut memicu dibentuknya North Atlantic Treaty Organization (NATO) pada 4 April 1949. Tujuan pendirian NATO adalah mendukung stabilitas politik dan keamanan di daerah Atlantik Utara. Pada awal pendirian NATO anggotanya terdiri atas Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Perancis, Belanda, Belgia, Italia, Portugal, Islandia, Norwegiam Luxembrug, dan Denmark. Badan tersebut didirikan dengan prinsip bahwa ancaman terhadap satu negara anggota NATO berarti ancaman bagi seluruh anggota NATO. Blok Timur pun mendirikan Warsaw Pact atau Pakta Warsawa. Pakta tersebut dibentuk pada tanggal 14 Mei 1955 di kota Warsawa, Polandia. Di bawah kepemimpinan Uni Soviet, Pakta Warsawa mempunyai anggota negara Jerman Timur, Polandia, Bulgaria, Cekosiowakia, Hungaria, dan Albania. Tujuan Pakta Warsawa adalah untuk menangkal dampak dari pembangunan instalasi senjata di Jerman Barat, yang berafiliasi langsung dengan NATO. Pakta Warsawa didominasi oleh Uni Soviet. Pada tahun 1961, Albania keluar dari Pakta Warsawa dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Uni Soviet karena adanya perbedaan ideologis. Kebijakan luar negeri Joseph Stalin dari Uni Soviet yang melakukan ekspansi pasca Perang Dunia II. Politik ekspansi menimbulkan ketegangan di Eropa pasca Perang Dunia II. Kebijakan Stalin tersebut diungkapkan di depan peserta kongres Manifesto Cominform tahun 1947. Politik ekspansi Soviet terus dikembangkan ke seluruh Eropa Timur. Kecurigaan pun muncul dari kalangan negara sekutu. Apalagi pengganti Roosevelt, Harry S.Truman menaruh kecurigaan yang besar terhadap Stalin. Kecurigaan tersebut membuat Truman tidak memberikan sama sekali infromasi tentang bom nuklir yang sedang dikembangkannya. Inilah kelebihan Sekutu dibandingkan dengan Soviet. Eksistensi NATO di Eropa Barat dan Pakta Warsawa di Eropa Timur, yang masingmasing mewakitli dua ideologi yang saling bertentangan ini, menimbulkan terminologi baru di dalam dunia hubungan internasional, yaitu terminologi Timur-Barat. Negara timur dianalogikan sebagai negara komunis, sedangkan negara barat dianalogikan sebagai negara demokrasi-kapitalis. Tahun 1946, Winston Churcill, mantan Perdana Menteri Inggris memberikan pernyataannya menyangkut sikap ekspansif Uni Soviet dalam menguasai kawasan Eropa Timur. Dalam ceramahnya di Fulton, Missouri pada bulan Maret 1946, mengatakan bahwa politik tirai besi dapat diterapkan untuk memisahkan hubungan antara

Eropa Barat dan Eropa Timur. Pernyataan itu mendorong dikeluarkannya kebijakan isolasi yang melarang adanya arus lalu lintas dan komunikasi antara dua kawasan itu. Kejadian-kejadian di Eropa yang telah dijelaskan di atas bukanlah satu-satunya pemicu munculnya Perang Dingin. Kejadian di Asia, seperti kemengan Mao Zedong tahun 1949 dalam perang saudara yang melanda Cina, juga menjadi salah satu pemicu munculnya konstelasi tersebut, Implikasi dari menguatnya Mao Zedong di Cina adalah menguatnya ideologi komunime di kawasan Asia, khususnya di cina. Secara otomatis, Uni Soviet langsung mendapatkan sekutu yang berkiblat pada ideologi dan politik yang sama. Kejadian di Asia lainnya yang juga memicu Perang Dingin adalah diserangnya Korea Selatan oleh Korea Utara pada 1945. Hal ini merepresentasikan penyerangan ideologi komunisme secara frontal atas ideologi demokrasi-kapitalis. Peristiwa itu membuat Korea terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Korea Utara dan Korea Selatan.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Semenjak Uni Sovyet runtuh dan pecah terbagi menjadi beberapa Negara, Gerakan Non Blok terasa kurang relevansinya. Kejatuhan Uni Soviet tersebut kemudian diikuti dengan krisis politik yang melanda Negara-negara sekutunya di belahan Eropa Timur. Yugoslavia terpecah menjadi beberapa Negara, Jerman Barat bergabung dengan Jerman timur dan Negara-negara Eropa Timur lainnya melakukan reformasi politik dan ekonomi mengikuti fenomena sejarah yang terjadi saat itu. Organisasi pertahanan Pakta Parsawa dibubarkan, bahkan beberapa Negara yang dulu bergabung didalamnya kemudian bergabung menjadi anggota NATO yang dulu merupakan pesaing beratnya. Fenomena ini menandai berakhirnya era perang dingin antara Blok Barat yang dikomandani AS dan Blok Timur di bawah pimpinan Uni Sovyet. Situasi politik internasional berubah drastis dengan menampilkan AS sebagai satu-satunya super power dunia. Motivasi utama pendirian Gerakan Non Blok pada tahun 1961 adalah untuk menghindarkan perang serta memperkokoh perdamaian. Persaingan kekutan militer yang sangat tajam antara AS dan Uni Soviet menimbulkan kekhawatiran berbagai Negara bahwa kemungkinan akan pecah perang terbuka antara kedua pihak. B. Saran-saran Demi kesumpurnaan penulisan makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun kearah kebaikan, atas kritikan dan saran dari para pembaca saya ucapkan terima kasih, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis.

Dampak Perang Dingin Terhadap Asia Tenggara


Terjadinya perubahan di Eropa Timur terutama Jerman dan Russia dalam upaya mengakhiri kekuasaan komunismenya sehingga melahirkan perubahan yang mendasar pada bidang politik dan ekonomi hingga menimbulkan terjadinya hubungan internasional baik global maupun regional yang dapat di lihat dari kebangkitan Asia Timur (Jepang ) dan Eropa Timur ( Jerman ) dalam pertumbuhan perekonomiannya dan melahirkan hubungan baru yaitu hubungan Utara dan Selatan serta Selatan-Selatan dimana pada sebelumnya hanya bersifat hubungan antar wilayah Timur dan Barat. Dampaknya terhadap Asia Tenggara yaitu terjadinya konflik dan terjadinya rivalitas antar negara besar dimana di wilayah Vietnam terdapat komunis China dan komunis Uni Soviet serta USA dengan liberalis-kapitalisme hingga mengakibatkan persengketaan wilayah di kawasan Indochina tersebut. Selama bertahun-tahun Vietnam berjuang kemerdekaaan hingga akhirnya tahun 1976vvietnam dapat di persatukan dalam satu wilayah dalam kekuasaan komunis dan membentuk federasi Indochina yang menjadi ancaman militer dan kepentingan Amerika Serikat dan negara-negara dalam kawasan rewgional Asia Tenggara. Dampak negatifnya terhadap Negara Indonesia dalam situasi tersebut terjadi suatu Gerakan 30 September di tahun 1965 yang mengancam keutuhan negara dan falsafah negara dimana mengatasnamakan kaum sosialis-komunis dan partai terbesar pada masa Orde Lama yang mengakibatkan ketujuh Jendral menjadi korban keganasan PKI tersebut. Setelah keadaan tersebut dapat di atasi Indonesia mulai Bngkit kembali dengan memiliki sistem ekonomi nasionalnya dan tidak terbawa oleh sistem liberaliskapitalis maupun sosialis-komunis serta lambat laun mengalami pertumbuhan perkembangan di dalam permbangunan negaranya.

You might also like