You are on page 1of 10

1.

Keutamaan Malam Lailatul Qadar Cukuplah utk mengetahui tinggi kedudukan Lailatul Qadar dgn mengetahui bahwasa malam itu lbh baik dari seribu bulan Allah berfirman "Sesungguh Kami menurunkan Al Qur'an pada malam Lailatul Qadar tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu? Malam Lailatul Qadar itu lbh baik dari seribu bulan Pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan Jibril dgn izin Rabb mereka (untuk membawa) segala urusan Selamatlah malam itu hingga terbit fajar." (Al Qadar : 1-5) Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan yg penuh hikmah "Sesungguh Kami menurunkan pada suatu malam yg diberkahi dan sesungguh Kami-lah yg memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yg penuh hikmah (yaitu) urusan yg besar dari sisi Kami. Sesungguh Kami adl Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Ad Dukhan : 3 - 6) 2. Waktu datang Malam Lailatul Qadar Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bahwa malam tersebut terjadi pada tanggal malam 21 23 25 27 29 dan akhir malam bulan Ramadhan. (Pendapat-pendapat yg ada dalam masalah ini berbeda-beda Imam Iraqi telah mengaran suatu risalah khusus diberi judul Syarh Shadr bi Dzikri Lailatul Qadar membawakan perkataan para ulama dalam masalah ini) Imam Syafi'i berkata "Menurut pemahamanku wallahu a'lam Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab sesuai yg ditanyakan ketika ditanyakan kepada beliau 'Apakah kami mencari di malam ini?' Beliau menjawab 'Carilah di malam tersebut.'" Pendapat yg paling kuat terjadi malam Lailatul Qadar itu pada malam terakhir bulan Ramadhan berdasarkan hadits 'Aisyah Radhiyallahu 'anha beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda: "Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan." (Bukhari (4/225) dan Muslim (1169)) Jika seseorang merasa lemah atau tak mampu janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir krn riwayat dari Ibnu Umar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Carilah di sepuluh hari terakhir jika tak mampu maka janganlah sampai terluput tujuh hari sisanya." (HR. Bukhari (4/221) dan Muslim (1165)) "Aku melihat mimpi kalian telah terjadi barangsiapa yg mencari carilah pada tujuh nari terakhir." Telah diketahui dalam sunnah pemberitahuan ini ada krn perdebatan para shahabat. Dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu 'anhu ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam keluar pada malam Lailatul Qadar ada dua orang sahabat berdabat beliau bersabda: "Aku keluar utk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Lailatul Qadar tapi ada dua orang berdebat hingga tak bisa lagi diketahui kapan mungkin ini lbh baik bagi kalian carilah di malam 29 27 25 (dan dalam riwayat lain tujuh sembilan dan lima)." (HR. Bukhari (4/232)) Telah banyak hadits yg mengisyaratkan bahwa amalan Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir yg lain menegaskan dimalam ganjil sepuluh hari terakhir. Hadits yg pertama sifat umum sedang hadits keuda adl khusus maka riwayat yg khusus lbh diutamakan daripada yg umum. Dan telah banyak hadits yg lbh menerangkan bahwa malam Lailatul Qadar itu ada pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan tetapi ini dibatasi kalau tak mampu dan lemah tak ada masalah dgn ini cocoklah hadits-hadits tersebut tak saling bertentangan bahkan bersatu tak terpisah. Kesimpulan jika seorang muslim mencari malam Lailatul Qadar carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir 21 23 25 27 dan 29. Kalau lemah dan tak

mampu mencari pada sepuluh hari terakhir maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25 27 dan 29. Wallahu a'lam. 3. Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar Sesungguh malam yg diberkahi ini barangsiapa yg diharamkan utk mendapatkan maka sungguh telah diharamkan seluruh kebaikan (baginya). Dan tidaklah diharamkan kebaikan itu melainkan (bagi) orang yg diharamkan (untuk mendapatkannya). Oleh krn itu dianjurkan bagi muslimin (agar) bersemangat dalam berbuat ketaatan kepada Allah utk menghidupkan malam Lailatul Qadar dgn penuh keimanan dan pengharapan pahala-Nya yg besar jika (telah) berbuat demikian (maka) akan diampuni Allah dosa-dosa yg telah lalu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar dgn penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah maka diampuni dosa-dosa yg telah lalu." (HR. Bukhari (4/217) dan Muslim (759)) Disunnahkan utk memperbanyak do'a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari Sayyidah 'Aisyah Radhiyallahu 'anha bahwa dia berta "Ya Rasulullah apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi) apa yg harus aku ucapkan?" Beliau menjawab" "Ucapkanlah Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan Mencintai orang yg meminta ampunan maka ampunilah aku." (HR. Tirmidzi (3760) Ibnu Majah (3850) dari 'Aisyah sanad shahih) Saudaraku -semoga Allah memberkahimu dan memberi taufiq kepadamu utk mentaati-Nya- engkau telah mengetahui bagaimana keadaan Lailatul Qadar (dan keutamaannya) maka bangunlah (untuk menegakkan shalat) pada sepuluh malam terakhir menghidupkan dgn ibadah dan menjauhi wanita perintahkan kepada istrimu dan keluargamu utu ktu perbanyaklah perbuatan ketaatan. Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anha: "Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan) beliau mengencangkan kain menghidupkan malam dan membangunkan keluarganya." (HR. Bukhari (4/233) dan Muslim (1174)) Juga dari 'Aisyah dia berkata: "Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir) yg tak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya." (Muslim (1174)) 4. Tanda-Tanda Malam Lailatul Qadar Ketahuilah hamba yg taat -mudah-mudahan Allah menguatkanmu dgn ruh dariNya dan membantu dgn pertolongan-Nya- sesungguh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menggambarkan pagi malam Lailatul Qadar agar seorang muslim mengetahuinya. Dari 'Ubai Radhiyallahu 'anhu ia berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pagi hari malam Lailatul Qadar matahari terbit tak menyilaukan seperti bejana hingga meninggi." (Muslim (762)) Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu ia berkata kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau bersabda: "Siapa di antara kalian yg ingat ketika terbit bulan seperti syiqi jafnah." (Muslim (1170 /Perkataan syiqi jafnah syiq arti setengah jafnah arti bejana. Al Qadhi 'Iyadh berkata "Dalam hadits ini ada isyarat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi di akhir bulan krn bulan tak akan seperti demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir bulan.") Dan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma ia berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "(Malam) Lailatul Qadar adl malam yg indah cerah tak panas dan tak juga dingin

(dan) keesokan hari cahaya sinar matahari melemah kemerah- merahan." (Thayalisi (394) Ibnu Khuzaimah (3/231) Bazzar (1/486) sanad hasan) Sumber file chm Syaikh Salim bin 'Id Al-Hilaaly Syaikh Ali Hasan Ali Abdul H

ALASAN 17 RAMADHAN SBG NUZULUL QURAN


Tentang bagaimana Al Quran itu diturunkan dari Lauh Mahfuzh maka ada beberapa pendapat dikalangan para ulama : 1. Al Quran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam Lailatul Qodr kemudian diturunkan dengan cara berangsur-angsur sepanjang kehidupan Nabi saw setelah beliau diutus di Mekah dan Madinah. Banyak para ulama yang mengatakan bahwa pendapat inilah yang paling benar berdasarkan suatu riwayat dengan sanad yang shahih dari Ibnu Abbas yang telah dikeluarkan oleh Hakim dan Baihaqi serta yang lainnya, dia mengatakan bahwa Al Quran diturunkan pada suatu malam ke langit dunia yaitu Lailatul Qodr kemudian diturunkan setelah itu selama dua puluh tahun kemudian dia membaca : Artinya : Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik . (QS. Al Furqon : 33) Artinya : Dan Al Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS. Al Isra : 106) Hakim dan Ibnu Abi Syaibah mengeluarkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan,... maka Al Quran diletakkan di Baitul Izzah dari langit dunia lalu Jibril turun dengan membawanya kepada Nabi saw. Terdapat beberapa riwayat lain dari Ibnu Abbas dengan sanad-sanad yang tidak bermasalah yang menguatkan makna itu. 2. Al Quran diturunkan ke langit dunia pada 20 malam Lailatul Qodr atau 23 atau 20 atau 25sebagaimana adanya perbedaan pendapat tentang lamanya Rasulullah saw menetap di Mekah setelah diutusdi setiap malam lailatul qodr diturunkan sejumlah tertentu sesuai dengan ketetapan Allah swt setiap tahunnya lalu turun setelah itu secara berangsur-angsur di seluruh tahunnya, demikianlah pendapat Fakhrur Rozi dan dia sendiri tidak berpendapat tentang apakah pendapat ini atau pendapat pertama yang lebih utama. 3. Al Quran diturunkan pertama kali pada malam Lailatul Qodr kemudian diturunkan setelah itu dengan cara berangsru-angsur pada waktu yang berbeda-beda, demikianlah pendapat Syabi. 4. Al Quran diturunkan dari Lauh Mahfuz sekaligus dan malaikat-malaikat penjaga menurunkannya secara berangsur-angsur kepada jibril selama 20 malam lalu Jibril menurunkannya secara berangsur-angsur kepada Nabi saw selama 20 tahun. Ini adalah pendapat yang aneh. (Fatawa al Azhar juz VII hal 469) Adapun yang menjadi dasar kaum muslimin didalam memperingati Nuzulul Quran pada tanggal 17 Ramadhan dimungkinkan karena pada tanggal itu diturunkannya ayat pertama dari surat al Alaq kepada Nabi Muhammad saw,

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. (QS. Al Alaq : 1 5) Sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir didalam kitabnya Al Bidayah wa an Nihayah menukil dari al Waqidiy dari Abu Jafar al Baqir yang mengatakan bahwa awal diturunkannya wahyu kepada Rasulullah saw adalah pada hari senin tanggal 17 Ramadhan akan tetapi ada juga yang mengatakan tanggal 24 Ramadhan.

Perbedaan Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar


02/10/2007

Nuzulul Quran adalah waktu turunya Al-Quran yang bertepatan dengan malam yang disebut Lailatul Qadar. Allah SWT menurunkan Al-Quran pada Lailatul Qadar. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Qadr ayat 1-5. Namun begitu, Nuzulul Quan sering diperingati pada malam 17 Ramadhan, sementara umum diketahui bahwa malam Lailatul Qadar jatuh pada sepertiga malam yang terakhir bulan Ramadhan. Mengapa bisa berbeda? Allah SWT berfirman,

. . . . . .
Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. Al-Qadr 1-5). Para ulama berbeda pendapat tentang dlamir hu atau kata ganti yang merujuk kepada Al-Quran dalam ayat pertama. Apakah AlQuran yang dimaksud dalam ayat itu adalah keseluruhannya, artinya Allah SWT menurunkan Al-Quran sekaligus dari Lauhil Mahfudz ke Baitul Izzah (langit dunia) pada malam Lailatul Qadar, ataukah sebagiannya, yaitu bahwa Allah SWT menurunkan pertama kali AlQuran kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu surat Al-Alaq Ayat 1-5 pada malam Lailatul Qadar? Dalam sebuah riwayat disebutkan, Ibnu Abbas RA menjelaskan bahwa Al-Quran yang diturunkan pada Lailatul Qadar keseluruhnya; baru kemudian secara berangsur diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. (HR. Ath-Thabrani). Sementara itu Nuzulul Quran sering diperingati pada tanggal 17 Ramadhan, dengan mengadakan pengajian atau tabligh akbar, dan

bukan pada malam Lailatul Qadar. Hal ini didasarkan pada pendapat yang menyatakan bahwa pada tanggal tersebut Rasulullah SAW pada umur 41 tahun mendapatkan wahyu pertama kali. Yaitu surat Al-alaq ayat 1-5 ketika beliau berkonteplasi (berkhalwat) di gua Hira, Jabal Nur, kurang lebih 6 km dari Mekkah. Nuzulul Quran yang diperingati oleh umat Islam dimaksudkan itu adalah sebagai peringatan turunnya ayat Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW yakni ayat 1-5 Surat Al-Alaq.

. . . . .
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Adapun Lailatul Qadar merujuk kepada malam diturunkannya AlQuran dari Lauhil Mahfudz ke Baitul Izzah atau langit dunia. Dikisahkan bahwa pada malam itu langit menjadi bersih, tidak nampak awan sedikitpun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas. KH A Nuril Huda Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dawah Nahdlatul Ulama (LDNU) KH Arwani Faisal Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU

Pesantren Virtual - "Pondok Pesantren era Digital" Website: http://www.pesantrenvirtual.com Informasi: info@... Konsultasi: konsultasi@... ############################################# Urgensi Al-Quran dalam Kehidupan Muslim (Refleksi Peringatan Nuzulul Quran) Oleh: Ustadz Muladi Mughni, Lc. Pada malam hari di bulan ramadhan yang mulia ini, kita tengah memperingati malam Nuzulul Quran. Di mana mayoritas ulama berpendapat bahwa saat diturunkannya wahyu pertama al-Quran yaitu terjadi pada bulan suci ramadhan. Hal ini juga diperkuat dengan firman Allah swt dalam surat al-Qadr (1-5). Sekalipun mayoritas ulama berpendapat turunnya al-Quran terjadi pada bulan suci Ramadhan, namun hal ini tidak menyampingkan adanya perbedaan pendapat seputar tanggal atau waktu turunnya al-Quran tersebut. Ada di antara sahabat Nabi dan ulama yang meriwayatkan bahwa Nuzulul Quran terjadi pada tanggal 17 ramadhan, ada pula yang mengatakan 21, dan adapula yang berpendapat tanggal 23, 24 dan seterusnya. Kenapa terjadi perbedaan di antara para sahabat tentang persisnya tanggal Nuzulul Quran tersebut. Hal ini dapat dijawab, bahwa memang tidak ada keterangan resmi yang datang dari baginda rosulullah saw mengenai kapan tepatnya tanggal diturunkannya al-Quran tersebut. Sehingga semua perkataan dan pendapat yang sempat ditulis oleh ulama adalah murni hasil ijtihad dan pendapat para sahabat belaka. Ibnu Hajar alAsqalani dalam Fath al-Bari menuliskan, bahwa terdapat kurang lebih 40 pendapat ulama seputar kapan Nuzulul Quran tersebut. Dalam sebuah riwayat, pernah dinyatakan bahwa baginda ralulallah saw hendak menyampaikan berita gembira tentang kapan kah tepatnya malam Nuzulul Quran atau Lailatul Qadr tersebut. Namun ketika beliau hendak menyampaikan berita tadi, tiba-tiba terdapat dua orang sahabat yang tengah bertengkar sengit di dalam masjid Nabi, maka melihat kejadian tersebut maka rasulullah enggan menyampaikan kabar berita tersebut, atau tepatnya keinginan untuk menyampaikan itu tiba-tiba sirna ketika melihat kejadian tersebut. Namun demikian, sesungguhnya dengan tidak jadinya rasulallah mengabarkan berita di atas, terdapat hikmah yang laur biasa bagi ummat seluruhnya; yaitu, agar kita senantiasa bersungguh-sungguh mencari kapan tepatnya malam tersebut tiba. Dengan tidak adanya kabar yang pasti tentang malam Nuzulul Quran ini, seharusnya membuat kita tidak bermalas-malas dalam mencari anugerah malam tersebut. Justru dikhawatirkan jika kita telah mengetahui pasti waktu malam Nuzulul Quran tersebut, malah kita hanya mengandalkan hari itu untuk beribadah kepada Allah, sementara pada waktu-waktu lainnya kita tinggalkan tanpa nilai ibadah sedikitpun. Tentu hal ini amat sangat bertolak belakang dengan semangat ramadhan yang merupakan bulan yang tidak hanya menuntut keimanan kita, namun juga keihlasan hati kita untuk beribadah selama satu bulan penuh, atau dalam bahasa agamanya biasa kita kenal dengan istilah al-iman wa al-ihtisab. Lalu bagaimana sejarahnya, kenapa kita dan khususnya masyarakat muslim Indonesia memperingati Nuzulul Quran ini pada tanggal 17 ramadhan seperti saat sekarang.? Ternyata jika kita membaca sejarah bangsa kita, peringatan Nuzulul Quran yang jatuh pada tanggal 17 ramadhan ini tidak lepas dari gagasan H. Agus salim dan persetujuan Bung Karno (Presiden RI pertama). Seperti yang kita maklum bahwa bangsa kita mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, Maka sebagai rasa syukur yang tiada terhingga atas nikmat kemerdekaan ini pula, maka perayaan Nuzulul

Quran disamakan tanggalnya yaitu sama-sama mengambil angka 17 bulan ramadhan. Seakan-akan para fouding fathers kita hendak mengatakan bahwa, mensyukuri nikmat kemerdekaan, tidak kalah dengan mensyukuri nikmat turunnya al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman ummat Islam. Maka mulai saat itu -di zaman Bung Karno- sampai sekarang peringatan nuzulul Quran senantiasa diperingati di istana Negara pada tanggal 17 ramadhan dan kerap diikuti oleh sebagian besar ummat muslim di Indonesia. Untuk lebih detailnya silakan dilihat sebuah buku Bung Karno dan Wacana Islam (Kenangan 100 Tahun Bung Karno) Saudara-saudara sekalian yang dimuliakan oleh Allah swt. Sebetulnya jika kita telusuri keterangan yang berasal dari Hadits nabi Muhammad, bulan suci ramadhan ini tidak hanya dikhususkan bagi turunnya al-Quran saja. Namun juga bagi kitab-kitab ummat yang terdahulu, seperti, Injil, Taurat, Zabur dan Shuhuf Ibarahim, seluruhnya Allah turunkan di bulan suci ramadlan ini. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad RA: Shuhuf Ibrahim diturunkan pada awal bulan ramadhan, kemudian Taurat pada tujuh bulan ramadlan, lalu Injil pada 13 ramadlan, sedangkan al-Quran pada 25 ramadlan. Sekalipun seluruh kitab-kita samawi itu sama-sama diturunkan pada bulan suci ramadhan, namun terdapat beberapa kelebihan al-Quran di banding kitab-kitab yang lainnya. Paling tidak kelebihan tersebut dapat dilihat dalam beberapa hal: 1. Bahwa seluruh kitab-kitab samawi Allah turunkan secara sekaligus, sedangkan alQuran Allah turunkan secara berangsur-angsur. 2. Seruan atau petunjuk yang terdapat dalam kitab-kitab samawi terbatas pada ummat saat kitab tersebut diturunkan, sedangkan al-Quran petunjuk dan seruannya tidak terbatas pada saat al-Quran itu diturunkan, namun mencakup seluruh manusia sampai dengan hari kiamat, bahkan termasuk juga bangsa Jin. 3. Seluruh kitab-kitab samawi tersebut mengalami pemalsuan, distorsi, bahkan hilang sama sekali dari muka dunia, sampai-sampai sekarang kita tidak dapat melihat wujud aslinya, sedangkan al-Quran terjaga dari segala bentuk pemalsuan dan penyelewengan seperti di atas. Terdapat suatu riwayat menerangkan (baca: kitab Muwafaqat, Imam Syatibi, Kitab Maqasid. H. 42), kenapa kitab-kitab samawi mengalami penyelewengan atau pemalsuan sedangkan al-Quran terjaga dari semua hal itu. Maka dijawab oleh Qadhi Abu Ishaq Ismail bin Ishaq, bahwa berkenaan dengan kitab-kitab terdahulu kenapa sempat terjadi pemalsuan dan penyelewengan, hal itu karena Allah berfirman dalam al-Quran: Sebagaimana Allah memerintahkan mereka untuk menjaga Kitab Allah (Al-Maidah: 44). Ayat ini mengandung pengertian bahwa, keutuhan dan keotentikan kitab suci mereka murni tergantung pada usaha mereka untuk menjaganya. Sedangkan pada alQuran Allah tidak berkata demikian, akan tetapi Sesungguhnya Kami telah turunkan al-Quran dan Kami pula yang akan menjaganya (al-Hijr: 9). Artinya, keutuhan dan keotentikan Al-Quran tidak semata-mata murni usaha manusia atau umat muslim saja, namun juga terdapat interfensi Allah Swt atasnya. Maka sangat wajar, jika sesuatu yang dilandaskan pada kekuatan yang berasal dari Allah sendiri, akan berbeda dengan kekuatan yang hanya berasal dari manusia saja. 4. Kelebihan surat al-Quran atas surat-surat kitab terdahulu. Para ulama tafsir berkata: "Al Quran lebih unggul dari kitab-kitab samawi lainnya sekalipun semuanya turun dari Allah, dengan beberapa hal, diantaranya: jumlah suratnya lebih banyak dari yang ada pada semua kitab-kitab yang lain. Telah disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Nabi kita Muhammad saw. diberi kekhususan dengan surat Al-Faatihah dan penutup surat Al-Baqarah. Di dalam Musnad Ad Darimi disebutkan, dari Abdullah bin Masud ra. ia berkata: "Sesungguhnya Assabuthiwal (Tujuh surat panjang dalam Alquran; AlBaqarah, Ali-Imran, An-Nisaa,, Al-Araaf, Al-Anaam, Al-Maa-idah dan Yunus) sama

seperti taurat, Al-Miin (Surat-surat yang berisi kira-kira seratus ayat lebih, seperti Hud, Yusuf, Mumin dan lain sebagainya) sama seperti Zabur dan Al-Matsani (Surat-surat yang berisi kurang dari seratus ayat. Seperti, Al-Anfaal, Al-Hijr dan lain sebagainya) sama dengan kitab Injil. Dan sisanya merupakan tambahan". Dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan Thabrani, dari Wasilah bin Al-Asqa, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Telah diturunkan kepadaku Assabuthiwal sebagai ganti yang ada pada Taurat. Diturunkan kepadaku Al Miin sebagai ganti yang ada pada Zabur. Diturunkan kepadaku Al Matsani sebagai ganti yang ada pada Injil, dan aku diberi tambahan dengan Al Mufashshal (surat-surat pendek). Saudara-saudara sekalian yang dirahmati oleh Allah Swt. Sebagaimana tema kita yaitu, apa urgensi al-Quran dalam Kehidupan Muslim. Namun sebelumnya perlu saya sampaikan bahwa sekalipun isi al-Quran banyak menceritakan tentang kisah-kisah ummat terdahulu, akan tetapi al-Quran bukanlah kitab sejarah, atau sekalipun al-Quran sering menggambarkan alam kosmos beserta galaksinya, akan tetapi al-Quran tidak dapat kita sebut sebagai kitab astronomi. Atau sekalipun al-Quran sering mengupas tentang bentuk penciptaan manusia secara detail dan juga penciptaan alam raya ini, akan tetapi al-Quran bukanlah kitab pengetahuan Alam atau fisika. Melainkan yang tepat adalah al-Quran sebagai kitab hidayah atau petunjuk bagi seluruh alam. Jadi sekiranya terdapat cerita atau gambaran tentang hal-hal yang bertalian dengan geografi, sejarah, fisika, kedokteran dan lain-lain, hal tersebut hanyalah berfungsi sebagai bukti dan penjelasan untuk mencapai kepada satu tujuan hidayah yang Allah maksud tadi. Maka dari itu, terdapat beberapa syarat agar kita dapat menemukan hidayat yang dimaksud oleh Allah swt dalam kandungan yang terdapat dalam al-Quran. Yang pertama: Kita harus terlebih dahulu membaca al-Quran tersebut secara seksama, hal ini sebagaimana pesan wahyu pertama dalam surat al-Alaq, yang berbunyi (Iqra) atau bacalah.! Yang kedua: Kita harus memahami isi dan kandungan yang terdapat dalam surat dan ayat yang kita baca tadi. Hal ini disebabkan membaca saja tidak cukup untuk mengetahui rahasia kandungan dan maksud yang Allah maksud dalam al-Quran tersebut. Yang ketiga: Setelah kita memahami isi dan kandungan al-Quran barulah kita mengajarkan kepada orang lain, agar orang lain pun dapat membaca dan memahami alQuran secara baik. Sebagaimana hadits nabi yang diriwatkan oleh Usman bin Affan ra. dari Nabi saw. ia bersabda; "Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain".(Bukhari). Al hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Quran halaman 126-127 berkata: Maksud dari sabda Rasulullah saw. "Sebaikbaik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkan kepada orang lain" adalah, bahwa ini sifat-sifat orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para rasul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain. Yang keempat: Mengamalkan ajaran dan kandungan yang terdapat dalam al-Quran. Pada tahap pengamalan inilah yang sangat berat, sebab pengetahuan yang didapat akan tidak berguna jika tidak dibarengi dengan pengamalan dalam prilaku dan perangai kita setiap harinya. Saudara-saudara sekalian yang dirahmati oleh Allah swt. Dari keempat syarat ini barulah al-Quran akan dapat dirasakan manfaatnya oleh kita semua, oleh sebab al-Quran merupakan kitab petunjuk/hidayah. Apalagi jika kita benturkan dengan kebutuhan hidup saat ini. Di mana setiap orang dengan segala

kemajuan dan kecanggihan yang dicapai oleh manusia, justru malah mereka mencari suatu sistem nilai yang mereka anggap absolut. Kita sebagai ummat Islam tentu tidak perlu lagi meragukan apalagi mencari-cari sistem nilai lagi kecuali pada al-Quran itu sendiri. Perlu dicatat bahwa kemunduran ummat Islam bukan terletak pada inti ajaran al-Quran atau disebabkan ummat Islam setia pada ajaran al-Qurannya, sehingga alam pikir dan daya kreatifitas mereka terhambat oleh al-Quran, akan tetapi justru dikarenakan faktor budaya dan ummat Islam malah sedikit demi sedikit telah menjauhkan dari al-Quran. Satu contoh, sangat ironis memang, di saat ajaran al-Quran menganjurkan kepada ummatnya untuk membaca, namun kenyataannya Negara dan ummat yang terbesar buta hurufnya justru adalah ummat Islam. Dapat kita lihat pula, terkait dengan minat baca umat Islam Indonesia, dan orang Indonesia secara umum sangatlah lemah. Namun sebagai negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, adalah ironis bahwa Muslim Indonesia belum mampu menerjemahkan wahyu pertama dalam kehidupan sehari-hari. Di belahan lain dunia Islam, kondisinya lebih baik. Di India dan Iran misalnya. Di kedua negara tersebut tradisi keilmuan yang memang telah lama mengakar terus lestari hingga kini. Dalam sejarahnya, bangsa Indonesia tidak memiliki satu peradaban dengan tradisi baca-tulis (baca: keilmuan) yang kuat. Dibutuhkan lebih dari sekedar kerja keras untuk menggapai hal itu. Nuzulul Quran bisa menjadi jawaban untuk semua itu. Dengan merujuk pada Al-Quran, adalah sahih untuk mengatakan bahwa menjadi seorang Muslim yang baik adalah menjadi pembaca yang baik. Semoga momentum Nuzulul Quran rasanya layak dijadikan pijakan awal transformasi budaya untuk lebih bersahabat dengan bacaan dan tulisan. Saudara-saudara sekalian yang dirahmati oleh Allah Swt. Sebagaimana yang telah kita singgung barusan bahwa Surat al-Alaq ayat 1-5 adalah wahyu verbal pertama yang diterima Nabi saw. Dalam kisah pewahyuan ayat-ayat ini, Nabi dikisahkan dipaksa oleh malaikat Jibril untuk membaca (iqra/bacalah!). Tapi saat itu Nabi merespon dengan menjawab Saya bukanlah seorang yang bisa membaca. Ada sebuah analisis menarik dari Tariq Ramadan tentang peristiwa ini. Dia menulis bahwa karena Nabi adalah seorang ummi saat itu Nabi mengungkapkan ketidakmampuan logis dan bila kemudian Nabi mampu membaca hal itu karena spiritualitas yang terkandung di dalam kalimatdengan nama Tuhanmumembuka akses terhadap dimensi lain ilmu pengetahuan. Setidaknya ada beberapa hal yang menarik untuk dibicarakan. Pertama adalah bahwa Nabi saw., seorang ummitentang hal ini ada hikmah tersendiri dalam ayat lain dipaksa untuk membaca. Hal ini memberikan impresi betapa Islam menekankan pentingnya membaca hingga dipilih seorang ummi, yang dipaksa untuk membaca, untuk menyampaikan pesan-pesannya. Kedua, keharusan untuk menyertakan spiritualitas dan keimanan dalam aktifitas pembacaan itu. Tentu hal itu tidak berarti meminggirkan peran nalar dalam proses pembacaan. Sebaliknya, rasionalitas (baca: taaqqul, tadabbur) adalah komponen utama dalam proses memahami dan menafsirkan bacaan, namun hal ini tidak boleh meminggirkan keimanan dan spiritualitas dalam prosesnya. Selanjutnya, dalam analisis semantik bahasa Arab , pembuangan objek dari kata iqra memiliki implikasi bahwa objek yang dibaca adalah umumdisamping tentu saja AlQuran sebagai kitab suci. Karenanya seorang yang beriman pada Al-Quran tidak perlu membatasi materi bacaan selama pembacaannya selalu menyertakan ismi Rabbik. Pada tataran epistemologis frase bismi Rabbik dapat dilihat sebagai rambu-rambu dalam membaca. Pembacaan tanpa menggunakan ismi Rabbik, katakanlah seperti filsafat sekulerjika istilah ini disetujui, dapat melahirkan proses dan hasil yang berbeda dengan hasil pembacaan yang, sebutlah, Islami. Untuk sekedar menyebut contoh, bagi seorang rasionalis keraguan adalah metode epistemologis yang valid untuk mencapai kebenaran. Tapi hal ini ditolak oleh Al-Quran (10:36). Perintah membaca pada ayat

pertama surat Al-Alaq dilanjutkan dengan isyarat terhadap pentingnya tulisan pada ayat keempat dan kelima. Tentang kaitan antara ayat 3-4 dan ayat sebelumnya, Al-Biqai menyatakan bahwa Allah mengajarkan pada Nabi saw. sekalipun saat itu beliau adalah seorang ummi sebagaimana Allah mengajarkan ilmu pada orang bodoh dengan pena. Disini terdapat penekanan terhadap pentingnya penulisan sebagai sarana transmisi ilmu yang dalam Islam mendapat tempat yang tinggi. Diantaranya adalah harus tersedianya sumber buku di Negara kita. Dalam hal ini, berdasarkan data dari Intenational Publisher Association Kanada, produksi perbukuan paling tinggi ditunjukkan oleh Inggris, yaitu mencapai rata-rata 100 ribu judul buku per tahun. Tahun 2000 saja sebanyak 110.155 judul buku. Posisi kedua ditempati Jerman dengan jumlah judul buku yang diterbitkan pada tahun 2000 mencapai 80.779 judul, Jepang sebanyak 65.430 judul buku. Sementara itu, Amerika Serikat menempati urutan keempat. Indonesia pada tahun 1997 pernah menghasilkan lima ribuan judul buku. Tetapi, tahun 2002 tercatat hanya 2.700-an judul. Sangat jauh apabila dibandingkan dengan produksi penerbitan buku tingkat dunia. Belum lagi jika kita hendak kaitkan dengan angka rasio doktoral di setiap Negara, Almarhum Nurcholish Madjid pernah menyanyangkan rendahnya kualitas SDM bangsa kita di banding bangsa-bangsa lainnya, terutama dari bangsa-bangsa Barat. Kita lihat saja, berdasarkan data internasional atas angka rasio doktoral di setiap Negara dihitung per-satu juta kepala, yaitu diantaranya: Mesir dari satu juta penduduk Mesir terdapat 400 doktor, India dari satu juta orang India terdapat 600 doktor, Amerika terdapat 6.500 doktor, Israel (Yahudi) terdapat 65.000. Sedangkan Indonesia, dari satu juta orang Indonesia hanya ada 75 doktor. Tentu untuk bisa bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain kita harus lebih meningkatkan SDM kita khususnya dalam dunia pendidikan. Semoga dengan momentum Nuzulul Quran ini, kita dapat tergugah untuk meningkatkan kadar membaca kita, tentunya bacaan yang tidak melupakan aspek spiritualitas yang terkandaung dalam kalamt bismirabbika tadi. Dengannya kita dapat lebih mendekatkan diri kepada hidayah Allah swt. Sebab apa gunanya ilmu pengetahuan yang kita miliki, jika ia hanya akan menjauhkan diri kita dari keridlaan Allah swt. Wallahualam.

You might also like