You are on page 1of 75

Alat-alat Laboratorium beserta Fungsinya Alat-alat laboratorium dan fungsinya 1.

Buret : Meneteskan sejumlah reagen cair dalam eksperimen

Yang memerlukan presisi. 2. Labu Takar : Untuk mendapatkan larutan zat tertentu yang nantiny

hanya digunakan dalam ukuran yang terbatas hanya menggunakan pipet. 3. Gelas Beker : Mengaduk, mencampur,

sebagai sampel dengan

memanaskan

cairan

yang

biasanya digunakan dalam laboratorium. 4. Autoklaf : Mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekan 5. Cawan Petridish : Membiakkan sel 6. Erlenmayer : Menampung larutan, bahan, atau cairan. : Menciptakan kondisi yang steril : Menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang digunakan dalam

7. Pembakar Bunsen 8. Inkubator terkontrol. 9. Gelas Ukur

: Mengukur volume suatu cairan dan takaran benda cair :Menghomogenkan suatu larutan dan pengaduk Sebagai tempat untuk mereaksikan zat-zat kimia

10. Hot Plate Stirrer 11. Tabung Reaksi:

dalam laboratorium . 12 Pipet Filler pipet ukur 13, Pipet Mikro: Memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil. Tetes: Memindahkan larutan tetapi volumenya tidak diketahui. 15. Pipet Ukur : Memindahkan larutan dengan volume yang diketahui 16. Pipet Volume : Mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan tertera pada bagian yang menggelembung label yang 14. Pipet : Menyedot larutan yang dapat dipasang pada pangkal

pada bagian tengah pipe untuk membantu

17. Penjepit : Menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau mengambil benda lain pada kondisi panas. 18 Ose : Meginokulasi kultur mikrobia khususnya mikrobia aerob dengan metode streak 19. Neraca Analitis : Menimbang padatan kimia.

20.

Pengaduk: Mengaduk larutan kimia didalam alat gelas hingga homogen.

larutan tersebut

21. Waterbath 22. Gelas

: Menyimpan media yang masih akan digunakan. Kimia : Melarutkan zat yang tidak butuh ketelitian

Tinggi misalnya pereaksi/reagen untuk 23. Labu kimia, dll. 24, Pembersih Tabung Reaksi : Berupa sikat, sebagai alat untuk Membersih tabung reaksi. 25. Kaca Objek / Kaca Benda 26. Rak Tabung Reaksi : Untuk merekatkan preparat. Erlenme: Tempat zat yang akan

analisa kualitatif. distritasi, wadah

: Menyimpan atau menempatkan tabung Reaksi

27 Lumpang Mortar

: Untuk menghaluskan atau menggerus zat.

laporan Pengenalan alat-alat laboratorium


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengenalan alat-alat praktikum penting dilakukan guna untuk keselamatan kerja dalam melakukan proses penelitian.selain itu juga pengenalan alat praktikum bertujuan agar mahasiswa mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat tersebut.Alat-alat praktikum sangat di butuhkan dalam proses penilitian atau pun prktikum terutama dalam proses praktikum kimia.ada banyak sekali alat-alat yang digunakan dan mempunyai fungsi masing-masing didalam bidang keilmuan atau pun proses penilitian tentu tentu alat-alat ini sangat di butuhkan sekali.alat-alat laboratorium juga dapat berbahasa jika terjadi kesalahan dalam prosedur pemakaiannya.maka diperlykannya pengenalan alat-alat laboratorium agar penggunaan alat tersebut dapat dipergunakan dengan fungsi dan prosedur yang baik dan benar,sehingga kesalahan yang terjadi dapat diminimalisir sedikit mungkin.hal ini penting agar mendapatkan hasil penelitian yang aik dan benar.data-data yang tepat akan meningkatkan kualitas penelitian seseorang. Dalam praktikum pengenalan alat-alat laboratorium dan alat-alat sterilisasi akan dijelaskan secara detail mengenai fungsi dan spesifikasi masing-masing alat tersebut. Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan bahan-bahan dari mikrobia yang tidak diinginkan (soetarto, dkk). Jadi Alat-alat sterilisasi adalah alat yang digunakan untuk membebaskan suatu bahan atau alat lain dari mikrobia yang tidak diinginkan.Pada umumnya kegiatan praktek laboratium diarahkan pada upaya supaya mahasiswa dituntut untuk menguji, memverifikasi atau membuktikan hukum atau prinsip ilmiah

yang sudah dijelaskan oleh dosen,asisten dosen atau buku teks. Ada juga percobaan yang dirancang oleh dosen atau asisten dosen adalah mahasiswa disuruh melakukan percobaan dengan prosedur yang sudah terstruktur yang membawa mahasiswa kepada prinsip atau hukum yang tidak diketahui sebelumnya dari data empiris yang mereka kumpulkan hasil dari percobaan tersebut. Namun terdapat berbagai kelemahan dasar dari cara seperti ini, secara logis prinsip ilmiah dan hukum alam tidak dapat dibuktikan secara langsung; prinsip ilmiah dan hukum alam juga tidak dapat diuji hanya dengan jumlah percobaan yang terbatas yang dilakukan oleh mahasiswa. Keterbatasan alat yang digunakan, keterampilan yang dipunyai, waktu yang singkat dan kompleksitas generalisasi, merupakan keterbatasan percobaan mahasiswa yang menunjukkan hal yang hebat kalau mahasiswa bisa menghasilkan prinsip teoritis yang penting dari sekumpulan data mentah hasil percobaan.maka bimbingan dari dosen dan asisten dosen sangat di butuhkan dalam proses penelitian. Banyak sekali alat-alat praktikum yang harus kita kenal dan kita ketahui agar dalam proses penelitian dan praktikum berjalan lancar tanpa ada masalah.pengenalan alat ini juga akan menambah wawasan dan pengetahuan bagaimana cara kerja alat tersebut besert fungsinya.tentu dari sini kita bisa belajar bagaman penggunaannya agar dalam penelitian kita nanti mendapatkan hasil yang akurat dan dapat dipercaya.hasil penelitan tergantung dari proses penelitian,jika penelitian baik dan penggunaan alatnya benar tentu hasil pengamatan kita baik pula.alat-alat laboratorium juga tidak bisa digunakan jika tidak sesuai dengan fungsinya maka dari itu kita harus teliti dan mebutuhkan pengetahuan bagaimana mengunakan alat tersebut.alat-alat laboratorium juga banyak yang berbahaya seperti alat yang harus seteril maka sebelum menggunakan alat tersebut kita harus mensterilkan tangan kita.jika tidak hal itu bisa mengganggu proses suatu penelitian dan tentunya akan berdampak pada hasil penelitian tersebut.perhatian terhadap penggunaan alat laboratorium harus di perhatikan guna keselamatan dan keberhasilan kerja atau penelitian.

B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana cara mengetahui alat-alat dan bahan laboratorium beserta fungsinya. 2. Bagaimana cara menggunakan alat dan bahan laboratorium dengan baik. C. Tujuan Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui alat-alat dan bahan laboratorium beserta fungsinya. 2. Untuk mengetahui tata cara pengunaan alat dan bahan laboratorium. D. Manfaat Manfaat setelah melakukan praktikum ini yaitu: 1. Kita dapat mengetahui alat dan bahan laboratorium beserta fungsinya. 2. Kita dapat mengetahui tata cara penggunaan alat laboratorium.

E. Waktu dan Tempat Waktu dan tempat di laksanakannya praktikum ini yaitu pada: Hari/tanggal : Minggu/ 3 & 10 April 2011 Pukul : 08.00 11.00 Tempat : Laboratorium Pendidikan Biologi Gedung T lantai 1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar BAB IV PEMBAHASAN Adapun pembahasan dari percobaan ini adalah: 1. Penggunaan alat laboratorium a. Mengenal Bahan Dalam laboratorium terdapat macam-macam alat yang digunakan diantaranya yaitu gelas kimia yang digunakan untuk mencampurkan cairan., tabung reaksi untuk melakukan reaksi kimia dan menyimpan senyawa kimia, labu enlemeyer digunakan untuk mencampurkan reaksi kimia namun tidak terlalu memerlukan ketelitian, termometer digunaka untuk mengukur suhu suatu cairan atau ruang incubator, gelas ukur digunakan untuk mengukur suatu campuran dengan memerlukan ketelitian, plat tetes digunaka untuk menguji bahan dengan pereaksi, penjepi tabung digunakan untuk menjepit tabung reaksi, pipet tetes digunakan untuk memindahkan cairan dengan skala tertentu. Alat-alat tersebut digunakan dalam laboratorium dan sering digunakan dalam melakukan suatu praktikum. b. Menuangkan bahan Peralatan dasar juga dapat digunakan alat untuk menuang kan bahan kimia dari satu wadah ke wadah lainnya. Bahan kimia dapat berupa padatan atau cair. Proses penuangan bahan kimia merupakan kegiatan yang sering dilakukan dan memerlukan kecermatan dan ketelitian tersendiri.alat yang digunakan dalam menuang vairan adalah gelas kimia, botol kimia, tabung reaksi, dan labu enlemeyer. Alat-alat itu berfungsi untuk mencampurkan bahan larutan dan biasanya digunkan untuk menuangkan atau memindahkan larutan dari wadah satu ke wadah yang lain.

c. Menimbang Menimbang merupakan proses yang dilakukan untuk mengetahui berat suatu benda. Ada beberapa jenis timbangan yang sering digunakan akan tetapi secara garis besar timbangan yang digunakan dibedakan menjadi timbangan kasar, sedang dan halus. Timbangan kasar yaitu dengan ketelitian kurang atau sama dengan 0,1 g, timbangan sedang dengan ketelitian antara 0,01 g 0,001 g dan timbangan halus dengan ketelitian lebih besar atau sama dengan 0,0001 g. berikut adalah beberapa jenis timbangan tersebut. Alat-alat yang digunakan dalam menimbang adalah neraca. Neraca digunakan untuk menimbang bahan dengan ketelitian alat sedang (0.01-0.001 gram). Neraca ini terbagi lagi dengan beberapa macam yaitu neraca sortarius, neraca dengan ketelitian

sedang dan neraca kasar. d. Mengukur volume bahan cair Mengukur merupakan membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang yang lain yang sejenis. Dalam laboratorium kita mengenal yaitu mengukur volume suatu bahan cair. Volume zat cair dapat diukur dengan menggunakan gelas ukur. Caranya adalah dengan memasukkan zat cair ke dalam gelas ukur yang kosong, kemudian baca posisi permukaan zat cair. Cara ini termasuk pengukuran secara langsung. Pembacaan volu Fungsi lain dari peralatan dasar adalah untuk mengukur volume. Volume zat cair dapat diukur dengan menggunakan gelas atau pipet ukur. e. Menyaring Menyaring merupakan proses memindahkan cairan dari wadah yang satu ke wadah yang dengan memisahkan partikel-partikel kasar pada cairan. Alat yang digunakan dalam menyaring adalah kertas saring. f. Memanaskan Memanaskan merupaka suatu proses yang dilakukan untuk mematangkan suatu cairan atau bahan yang akan di praktekkan. Alat yang digunakan dalam pemanasan adalah pembakar Gas. Namun alat yang digunakan dalam memanaskan suatu caira adalah labu enlemeyer, tabung reaksi dan gelas kimia. g. Mensterilkan Yang dimaksud sterilisasi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada suatu tempat atau wadah atau di dalam suatu benda. Ketika untuk pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptic, sesungguhnya hal itu telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau sterilisator uap yang mudah diangkat (portable) dengan menggunkan uap air jenuh bertekanan pada suhu 121 oC selama 15 menit. Sterilisasi dapat dilakukan dengan penyaringan dan pembakaran. h. Mikroskop 1. Bagian-bagian mikroskop Mikroskop merupkan alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang tak kasat mata seperti sel. alat-alat ini pun mempunyai bagian-bagian sesuai dengan fungsinya masing-masing yaitu lensa okuler lensa yang dekat dengan mata pengamat lensa ini berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari lensa objektif,lensa objektif lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini membentuk bayangan nyata, terbalik, di perbesar. Tabung mikroskop tabung ini berfungsi untuk mengatur fokus dan menghubungan lensa objektif dengan lensa okuler. Makrometer makrometer berfungsi untuk menaik turunkan tabung mikroskop secara cepat. mikrometer, pengatur ini berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan mikroskop secara lambat, dan bentuknya lebih kecil daripada makrometer. revolver berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif dengan cara memutarnya. Reflektor berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke meja objek melalui lubang yang terdapat di meja objek dan menuju mata pengamat, diafragma , berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masu, kondensor berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk, alat ini dapat putar dan di naik turunkan. Meja mikroskop, berfungsi sebagai

tempat meletakkan objek yang akan di amati. Penjepit kaca, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang melapisi objek agar tidak mudah bergeser. Lengan mikroskop, berfungsi sebagai pegangang pada mikroskop.Kaki mikroskop berfungsi untuk menyangga atau menopang mikroskop. Pengatur sudut, untuk mengatur sudut atau tegaknya mikroskop. 2. Macam Mikroskop Mikroskop yang ada sekarang bermacam-macam tergantung kita apa yang akan digunakans esuai kebutuhan kita. Namun mikroskop yang sering digunakan dalam laboratorium adalah mikroskop binokuler dan mikroskop monokuler. Mikroskop monokuler adalah mikroskop yang hanya memiliki satu lensa okuler saja sedangkan mikroskop binokuler adalah mikroskop yang memiliki dua lensa okuler. Namun masih banyak mikroskop lainnya diantaranya adalah mikroskop stereo, mikroskop medan gelap, mikroskop fase kontras, dan sebagainya. 3. Penggunaan Mikroskop Mikroskop digunakan untuk mengamati dan mempelajari objek (preparat/spesimen) yang ukurannya sangat kecil. Adapun cara penggunaan mikroskop yaitu meletakkan mikroskop pada meja sedemikian rupa agar kamu lebih mudah melakukan pengamatan melalui tabung mikroskop. Pastikan mikroskop terletak pada tempat yang aman, atur pencahayaan dan peralatan yang telah siap dipakai, kemudian lakukan pengaturan pencahayaan. Objek pengamatan (preparat) dapat diamati di mikroskop dengan jelas apabila cahaya yang masuk cukup memadai. Mikroskop ada yang sudah dilengkapi sumber cahaya berupa lampu sehingga untuk mengatur pencahayaan tinggal menghidupkan lampunya saja.

4. Pemeliharaan Mikroskop Mikroskop merupakan peralatan biologi yang perlu dirawat dengan baik. Caramembawa mikroskop dengan baik adalah pegang tangkainya dengan tangan

BAB III METODELOGI PERCOBAAN A. Alat 1. Gelas kimia 1 buah 2. Labu erlenmeyer 1 buah 3. Pelat tetes 1 buah 4. Gelas ukur 1 buah 5. Corong 1 buah 6. Kaki tiga 1 buah 7. Statif dengan batang statif 1 buah 8. Sikat tabung 1 buah 9. Cawan petri 1 buah

10. Rak tabung reaksi 1 buah 11. Gegep 1 buah 12. Pengaduk 1 buah 13. Pipet tetes 1 buah 14. Lumpang dan alu 1 buah 15. Lup 1 buah 16. Tabung durham 1 buah 17. Gelas arloji 1 buah 18. Gunting bedah 1 buah 19. Kasa 1 buah 20. Termometer badan 1 buah 21. Lancest 1 buah 22. Palu refleks 1 buah 23. Botol semprot 1 buah 24. Botol kimia 1 buah 25. Pinset bedah 1 buah 26. Urinometer 1 buah 27. Respirometer 1 buah 28. Pisau bedah 1 buah 29. Botol spirtus 1 buah 30. Tabung reaksi 1 buah B. Bahan Adapun bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Air secukupnya 2. darah secukupnya C. Cara kerja Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan 2. Menggambar alat-alat yang telah di presentasikan 3. Memberikan deskripsi tentang alat-alat yang ada 4. Menggunakan alat-alat laboratorium secara sederhana setelah mengetahui fungsinya masing-masing D. Operasional Alat 1. Gelas kimia 1. Mulut Gelas 1 2.Badan gelas 3. Penunjuk skala Deskripsi Alat: Bentuk rendah, dengan bibir tuang dan berskala dua atau tiga. Berfungsi untuk menyimpan atau menyampur senyawa kimia, dan unit skala tidak terlalu teliti tetapi cukup memadai untuk penggunaan yang tidak memerlukan ketelitian tinggi. 31. Waterbath Oprasional Alat:

Alat ini berfungsi untuk menghomogenkan larutan. Cara menggunaakan alat ini yaitu: 1. Mesin dihidupkan 2. Penutup waterbath dibuka 3. tempat larutan (labu enlemeyer atau gelas kimia) dimasukkan kedalam tempat khusus yang ada di dalam waterbath. 4. Kemudian tombol power di pencet dan mengatur suhu, waktu dan kecepatan 5. Tunggu sampai larutan tersebut homogen. 32. Incubator Oprasional Alat: Alat ini berfungsi untuk mensterilkan suhu yang ada. Cara penggunaannya yaitu: 1. Membungkus medium dengan kertas 2. Memasukkan medium ke dalam cawan petri 3. Memasukkan semua medium ke dalam incubator yang sudah di masukkan ke dalam cawan petri dan terbungkus kertas selama 24 jam dengan suhu konstan sesuai dengan yang di inginkan. 33. Oven Alat ini berfungsi untuk mematangkan atau membuat masak suatu bahan. Alat ini biasa di gunakan untuk mensterilisasi alat-alat yang tahan terhadap panas tinggi misalnya cawan petri, tabung reaksi, labu erlenmeyer, dan lain-lain. Cara penggunaannya yaitu: 1. Mencolok kabel oven pada listrik (menghidupkan alat) 2. Membungkus alat yang ingin di sterilkan dengan kertas 3. Memasukkan alat yang telah di bungkus ke dalam oven 4. Menutup oven 5. Mengaktifkan tombol power dan mengatur suhu yang diinginkan 34. Magntik stirer

Operasional alat Alat ini berfungsi untuk menghomogenkan dan memanaskan suatu larutan. Cara penggunaannya yaitu: 1. Pertama-tama alat ini di colok 2. Mengisi gelas kimia dengan air atau larutan 3. Menyimpan magnet pada gelas kimia yang telah di isi larutan 4. Memutar spit untuk mengaduk larutan yang ada dan untuk memanaskan larutan 5. Setelah itu spit di putar kembali ke titik nol untuk menghentikan magnet berputar 6. Lalu lgelas kimia di angkat dari hot plet dan mengangkat magnetnya

35. Elektrik bakteri colony counter

Oprasional alat: Alat ini berfungsi untuk menghitung koloni bakteri. Cara penggunaannya yaitu: 1. Alat di colok 2. Memasang cawang petri yang telah di isi bakteri pada alat 3. Menghitung koloni bakteri dengan cara menunjuk bakteri yang ada dengan menggunakan pulpen

36. Centrifuge

Operasional alat: Alat inoi berfungsi untuk menghomogenkan darah misalnya sel darah merah, sel darah putih, dan keping-keping darah. Alat ini mempunyai kecepatan antara 1600 5300. Adapun cara penggunaan alat ini adalah sebagai berikut: 1. mencolokkan kabel ke listrik (menghidupkan alat) 2. membuka tutup centrifuge 3. memasukkan larutan ke dalam tabung reaksi 4. memasang tabung reaksi yang telah di pasangi alasnya 5. menekan tombol star lalu mengatur kecepatan

37. Kulkas Operasional alat: Alat ini berfungsi untuk mendinginkan suatu bahan. Adapun cara kerja dari alat ini yaitu: 1. Kabel kulkas di colok ke listrik 2. Membuka penutup kulkas lalu memasukkan bahan

38. Spirometer Operasional alat: Alat ini berfungsi untuk mengetahui volume tidal dan volume kapasitas pada proses respirasi pada hewan. Adapun cara kerja pada alat ini yaitu: 1. Letakkan pipa Y pada mulut 2. Tarik napas biasa dengan menggunakan hidung,

3. Hembuskan napas biasa melalui hisung 4. Hembuskan napas sekuat kuatnya dengan menggunakan mulut melalui pipa Y 5. Lihat berapa skala alat dalam spirometer terangkat, itulah volume udara Komplementer..

BAB IV PEMBAHASAN Adapun pembahasan dari percobaan ini adalah: 2. Penggunaan alat laboratorium i. Mengenal Bahan Dalam laboratorium terdapat macam-macam alat yang digunakan diantaranya yaitu gelas kimia yang digunakan untuk mencampurkan cairan., tabung reaksi untuk melakukan reaksi kimia dan menyimpan senyawa kimia, labu enlemeyer digunakan untuk mencampurkan reaksi kimia namun tidak terlalu memerlukan ketelitian, termometer digunaka untuk mengukur suhu suatu cairan atau ruang incubator, gelas ukur digunakan untuk mengukur suatu campuran dengan memerlukan ketelitian, plat tetes digunaka untuk menguji bahan dengan pereaksi, penjepi tabung digunakan untuk menjepit tabung reaksi, pipet tetes digunakan untuk memindahkan cairan dengan skala tertentu. Alat-alat tersebut digunakan dalam laboratorium dan sering digunakan dalam melakukan suatu praktikum. j. Menuangkan bahan Peralatan dasar juga dapat digunakan alat untuk menuang kan bahan kimia dari satu wadah ke wadah lainnya. Bahan kimia dapat berupa padatan atau cair. Proses penuangan bahan kimia merupakan kegiatan yang sering dilakukan dan memerlukan kecermatan dan ketelitian tersendiri.alat yang digunakan dalam menuang vairan adalah gelas kimia, botol kimia, tabung reaksi, dan labu enlemeyer. Alat-alat itu berfungsi untuk mencampurkan bahan larutan dan biasanya digunkan untuk menuangkan atau memindahkan larutan dari wadah satu ke wadah yang lain.

k. Menimbang Menimbang merupakan proses yang dilakukan untuk mengetahui berat suatu benda. Ada beberapa jenis timbangan yang sering digunakan akan tetapi secara garis besar timbangan yang digunakan dibedakan menjadi timbangan kasar, sedang dan halus. Timbangan kasar yaitu dengan ketelitian kurang atau sama dengan 0,1 g, timbangan sedang dengan ketelitian antara 0,01 g 0,001 g dan timbangan halus dengan ketelitian lebih besar atau sama dengan 0,0001 g. berikut adalah beberapa jenis timbangan tersebut. Alat-alat yang digunakan dalam menimbang adalah neraca. Neraca digunakan untuk menimbang bahan dengan ketelitian alat sedang (0.01-0.001 gram). Neraca ini

terbagi lagi dengan beberapa macam yaitu neraca sortarius, neraca dengan ketelitian sedang dan neraca kasar. l. Mengukur volume bahan cair Mengukur merupakan membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang yang lain yang sejenis. Dalam laboratorium kita mengenal yaitu mengukur volume suatu bahan cair. Volume zat cair dapat diukur dengan menggunakan gelas ukur. Caranya adalah dengan memasukkan zat cair ke dalam gelas ukur yang kosong, kemudian baca posisi permukaan zat cair. Cara ini termasuk pengukuran secara langsung. Pembacaan volu Fungsi lain dari peralatan dasar adalah untuk mengukur volume. Volume zat cair dapat diukur dengan menggunakan gelas atau pipet ukur. m. Menyaring Menyaring merupakan proses memindahkan cairan dari wadah yang satu ke wadah yang dengan memisahkan partikel-partikel kasar pada cairan. Alat yang digunakan dalam menyaring adalah kertas saring. n. Memanaskan Memanaskan merupaka suatu proses yang dilakukan untuk mematangkan suatu cairan atau bahan yang akan di praktekkan. Alat yang digunakan dalam pemanasan adalah pembakar Gas. Namun alat yang digunakan dalam memanaskan suatu caira adalah labu enlemeyer, tabung reaksi dan gelas kimia. o. Mensterilkan Yang dimaksud sterilisasi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada suatu tempat atau wadah atau di dalam suatu benda. Ketika untuk pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptic, sesungguhnya hal itu telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau sterilisator uap yang mudah diangkat (portable) dengan menggunkan uap air jenuh bertekanan pada suhu 121 oC selama 15 menit. Sterilisasi dapat dilakukan dengan penyaringan dan pembakaran. p. Mikroskop 5. Bagian-bagian mikroskop Mikroskop merupkan alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang tak kasat mata seperti sel. alat-alat ini pun mempunyai bagian-bagian sesuai dengan fungsinya masing-masing yaitu lensa okuler lensa yang dekat dengan mata pengamat lensa ini berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari lensa objektif,lensa objektif lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini membentuk bayangan nyata, terbalik, di perbesar. Tabung mikroskop tabung ini berfungsi untuk mengatur fokus dan menghubungan lensa objektif dengan lensa okuler. Makrometer makrometer berfungsi untuk menaik turunkan tabung mikroskop secara cepat. mikrometer, pengatur ini berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan mikroskop secara lambat, dan bentuknya lebih kecil daripada makrometer. revolver berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif dengan cara memutarnya. Reflektor berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke meja objek melalui lubang yang terdapat di meja objek dan menuju mata pengamat, diafragma , berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masu, kondensor berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang

masuk, alat ini dapat putar dan di naik turunkan. Meja mikroskop, berfungsi sebagai tempat meletakkan objek yang akan di amati. Penjepit kaca, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang melapisi objek agar tidak mudah bergeser. Lengan mikroskop, berfungsi sebagai pegangang pada mikroskop.Kaki mikroskop berfungsi untuk menyangga atau menopang mikroskop. Pengatur sudut, untuk mengatur sudut atau tegaknya mikroskop. 6. Macam Mikroskop Mikroskop yang ada sekarang bermacam-macam tergantung kita apa yang akan digunakans esuai kebutuhan kita. Namun mikroskop yang sering digunakan dalam laboratorium adalah mikroskop binokuler dan mikroskop monokuler. Mikroskop monokuler adalah mikroskop yang hanya memiliki satu lensa okuler saja sedangkan mikroskop binokuler adalah mikroskop yang memiliki dua lensa okuler. Namun masih banyak mikroskop lainnya diantaranya adalah mikroskop stereo, mikroskop medan gelap, mikroskop fase kontras, dan sebagainya. 7. Penggunaan Mikroskop Mikroskop digunakan untuk mengamati dan mempelajari objek (preparat/spesimen) yang ukurannya sangat kecil. Adapun cara penggunaan mikroskop yaitu meletakkan mikroskop pada meja sedemikian rupa agar kamu lebih mudah melakukan pengamatan melalui tabung mikroskop. Pastikan mikroskop terletak pada tempat yang aman, atur pencahayaan dan peralatan yang telah siap dipakai, kemudian lakukan pengaturan pencahayaan. Objek pengamatan (preparat) dapat diamati di mikroskop dengan jelas apabila cahaya yang masuk cukup memadai. Mikroskop ada yang sudah dilengkapi sumber cahaya berupa lampu sehingga untuk mengatur pencahayaan tinggal menghidupkan lampunya saja. 8. Pemeliharaan Mikroskop Mikroskop merupakan peralatan biologi yang perlu dirawat dengan baik. Cara membawa mikroskop dengan baik adalah pegang tangkainya dengan tangan

Macam-macam Alat dan Bahan Laboratorium IPA


A. Macam-Macam Alat Laboratorium IPA Macam peralatan laboratorium meliputi:

1. Alat ukur, seperti thermometer, barometer, respirometer, gelas ukur, stopwatch,


mikrometer sekrup, dsb.

2. Alat dari gelas, seperti tabung reaksi, labu erlenmeyer, pembakar spiritus, dsb.

3. Model, seperti model pencernaan, model pernapasan, model kerangka, model


indera dan organ lainnya.

4. Bagan, seperti bagan klasifikasi makhluk hidup, bagan metamorfosis pada katak,
bagan sistem pengeluaran manusia, dsb.

5. Alat siap pakai (rakitan), seperti kit listrik, kit magnet, kit optik, dsb.

6. Alat bantu proses percobaan seperti pinset, gunting dan pembakar


bunsen/spiritus, mortar dan alu.

Perlengkapan pendukung (perkakas) yang diperlukan selama bekerja di laboratorium IPA, seperti :

1. Alat pemadam kebakaran, dapat diganti dengan pasir basah dan karung goni 2. 3. 4.
basah. Kotak Pertolongan Pertama lengkap dengan isinya (obat, kasa, plester, obat luka) Alat kebersihan seperti sapu, pengki/serokan sampah, lap pel, sikat tabung reaksi. Alat bantu lainnya seperti obeng, palu, tang, gergaji dsb.

Alat di laboratorium IPA berdasarkan bahan pembuatnya, meliputi kelompok :

1. 2. 3. 4. 5.

Alat optik (kaca), seperti tabung reaksi, labu erlenmeyer, pembakar spiritus. Alat dari logam, seperti kasa asbes, peralatan bedah dsb. Alat dari kayu, seperti rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi dsb Alat dari plastik, seperti botol zat kimia dsb. Alat dari bahan lainnya seperti sikat tabung reaksi dari ijuk, sumbat gabus dan mortar dari porselain.

B. Macam-Macam Bahan Laboratorium IPA Bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA dapat berupa bahan kimia, bahan alami (berupa benda dan makhluk hidup). Bahan kimia yang berbahaya dengan ciri mudah terbakar, mudah meledak, korosif dan beracun. Contoh bahan kimia berbahaya seperti asam khlorida, asam sulfat dan asam phosphat. Bahan kimia yang kurang berbahaya seperti aquadest, amilum, yodium dan gula.

Sedangkan bahan di laboratorium IPA merupakan bahan praktikum yang bersifat habis pakai Bahan kimia di laboratorium IPA berdasarkan sifat zat yang sesuai dengan simbolnya meliputi kelompok:

1. Bahan yang mudah terbakar, seperti alkohol (C2H5OH), eter, spiritus dan
belerang (sulfur).

2. Bahan yang mudah menguap, seperti eter, alkohol dan spiritus 3. Bahan yang tidak berbahaya, seperti amilum (tepung/pati), glukosa, sukrosa 4.
(gula pasir), air dan minyak. Bahan untuk reaksi kimia, seperti reagen biuret, reagen Fehling A dan Fehling B, larutan lugol, larutan iodium dan reagen Bennedict.

Bahan dari makhluk hidup yang digunakan di laboratorium IPA, digunakan untuk:

1. Bahan yang diuji, seperti bahan makanan, bagian tumbuhan (bunga, daun, buah, 2.
batang dan akar), bagian hewan (bulu, rambut, tulang, darah dsb), mikroorganisme (bakteri, ganggang, jamur, kultur Amoeba proteus dsb) Bahan yang digunakan untuk menguji, seperti kunyit, bunga sepatu dan kulit anggur sebagai bahan indikator asam-basa.

Perangkat bedah hewan

"Perangkat Alat Bedah (8 item/set) Set peralatan bedah sederhana yang dapat dipakai untuk keperluan praktikum sekolah. Peralatan melliputi : pisau bedah, pinset, jarum bertangkai, gunting, kaca pembesar dan lain-lain Terbuat dari bahan yang cukup memadai untuk melakukan pembedahan objek yang

sedang dipelajari. alat-alat tersimpan dalam kotak penyimpanannya."Kaca pembesar

magnifying glass ukuran sedang dengan diameter lensa 60 mm, yang dapat memperbesar obyek tulisan, gambar dan lain sebagainya dengan jelas.

Pembakar spirtus

"bahan gelas tertutup dimensi : 120x85 mm"

Kaki Tiga

"tinggi disesuaikan dengan tinggi pembakar spirtius tripod stand diameter : 150 mm height : 230 mm"

Kasa

Kawat Kasa 14 x 14 cm

Penjepit tabung

"Kayu dimensi : pxl : 180x26 mm"

: Oktober 2012 Pengetahuan Labor


PENGETAHUAN LABOR PEMELIHARAAN ALAT DAN BAHAN LABORATORIUM
1. A. Penyimpanan Alat dan Bahan Kimia

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium IPA dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium IPA secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan (Soerya, 2011: 2). Adapun perlakuan terhadap alat-alat di laboratorium seperti:
1. 2. 3. 4. Membawa alat sesuai petunjuk penggunaan Menggunakan alat sesuai petunjuk penggunaan. Menjaga kebersihan alat Menyimpan alat

Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat dan bahan di laboratorium:
1. Aman

Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci. Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya berkurang.
1. Mudah dicari

Untuk memudahkan mencari letak masingmasing alat dan bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau laci).
1. Mudah diambil

Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia (Mariska, Boni. 2011: 2).

Cara penyimpanan alat dan bahan dapat berdasarkan jenis alat, pokok bahasan, golongan percobaan dan bahan pembuat alat:
1. Pengelompokan alatalat fisika berdasarkan pokok bahasannya seperti: Gaya dan Usaha (Mekanika), Panas, Bunyi, Gelombang, Optik, Magnet, Listrik, Ilmu, dan Alat reparasi. 2. Pengelompokan alatalat biologi menurut golongan percobaannya, seperti: Anatomi, Fisiologi, Ekologi dan Morfologi. 3. Pengelompokan alatalat kimia berdasarkan bahan pembuat alat tersebut seperti: logam, kaca, porselen, plastik dan karet (Mariska, Boni. 2011: 2).

Penyimpanan alat dan bahan selain berdasar hal hal di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan dipasang lampu yang selalu menyala untuk menjaga agar udara tetap kering dan mencegah tumbuhnya jamur. 2. Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak terpasang. 3. Ada alat yang harus disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan dan beaker glass. 4. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya tidak melebihi tinggi bahu. 5. Penyimpanan zat kimia harus diberi label dengan jelas dan disusun menurut abjad. 6. Zat kimia beracun harus disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat kimia yang mudah menguap harus disimpan di ruangan terpisah dengan ventilasi yang baik.

Penyimpanan alat perlu memperhatikan frekuensi pemakaian alat. Apabila alat itu sering dipakai maka alat tersebut disimpan pada tempat yang mudah diambil. Alatalat yang boleh diambil oleh siswa dengan sepengetahuan guru pembimbing, hendaknya diletakkan pada meja demonstrasi atau di lemari di bawah meja keramik yang menempel di dinding. Contoh alat yang dapat diletakkan di meja demonstrasi adalah: kaki tiga, asbes dengan kasa dan tabung reaksi (Mariska, Boni. 2011: 3) Cara menyimpan alat laboratorium IPA Cara menyimpan alat laboratorium IPA dengan memperhatikan bahan pembuat alat tersebut, bobot alat, keterpakaiannya, serta sesuai pokok bahasannya. Penyimpanan alat menurut aturan tertentu harus disepakati antara pengelola laboratorium dan diketahui oleh pengguna /praktikan. Untuk memudahkan dalam penyimpanan dan pengambilan kembali alat di laboratorium, maka sebaiknya dibuatkan daftar inventaris alat yang lengkap dengan kode dan jumlah masing-masing. Alat yang rusak atau pecah sebaiknya ditempatkan pada tempat tersendiri, dan dituliskan dalam buku kasus dan buku inventaris laboratorium IPA (Soerya, 2011: 3).

Cara penyimpanan bahanlaboratorium IPA Cara menyimpan bahan laboratorium IPA dengan memperhatikan kaidah penyimpanan, seperti halnya pada penyimpanan alat laboratorium. Sifat masingmasing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti:
1. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik. 2. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca. 3. Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup. Sedangkan bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dalam disimpan dalam botol berwarna bening. 4. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya. 5. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat pula menggunakan botol berkran. Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya secukupnya saja sesuai kebutuhan praktikum pada saat itu. Sisa bahan praktikum disimpam dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada botol induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan sisa praktikum mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi. 6. Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing bahan. (Soerya, 2011: 3).

Langkah Langkah Penyimpanan alat dan bahan


1. Bersihkan ruang dan penyimpanan alat dan bahan 2. Periksa data ulang alat dan bahan yang ada 3. Kelompokkan alat dan bahan yang ada berdasarkan pada keadaan alat dan bahan. 4. Penyimpanan dan penataan alat dan bahan disesuaikan dengan fasilitas laboratorium, keadaan alat dan bahan.

Hal Hal yang Perlu Diperhatikan dalam menyimpan Alat :


Bahan Dasar pembuatan alat Bobot alat Kepekaan alat terhadap lingkungan Pengaruh alat yang lain Kelengkapan perangkat alat dalam suatu set

Hal Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Menyimpan Bahan


Wujud Zat : Padat Disimpan terpisah dari cair Konsentrasi Zat : Konsentrasi yang pekat disimpat terpisah dan khusus misalnya HCL pekat Bahaya dari zat : Zat yang berbahaya tidak disimpan diatas ( lebih tinggi dari badan) Label : Semua wadah yang berisi bahan / zat kimia harus diberi label

Kepekaan Zat terhadap cahaya : zat yang peka terhadap cahaya disimpan dalam botol cokelat Kemudahan Menguap : zat yang mudah menguap disimpan ditempat yang dingin dan sejuk serta hindarkan dari cahaya langsung Larutan Indikator disimpan dalan botol tetes (botol kecil yang dilengkapi dengan pipet tetes pada sumbatnya) (Soerya, 2011: 5).

Cara menyimpan alat dan bahan Kimia Cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat fisik dan sifat kimia bahan. Pengaturan tersebut harus memperhatikan kondisi operasional bahan kimia seperti :

Kontrol temperatur Perbandingan dan konsentrasi reaktan Kemurnian bahan Viskositas media reaksi Kecepatan penambahan bahan Pengadukan Tekanan reaksi atau distilasi Bahaya radiasi Bahaya padatan yang reaktif

Pengaturan penyimpanan bahan kimia adalah suatu hal yang tidak bisa kita abaikan setiap bahan kimia mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda seperti misalnya :
1. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Secara rinci, klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diatur dalam PP No. 74 Th 2001 tentang Pengelolaan B3. Klasifikasi tersebut sebagai berikut :

Mudah meledak (explosive) Mudah menyala (flammable) Pengoksidasi (oxidizing) Berbahaya (harmful) Korosif (corrosive) Bersifat iritasi (irritant) Beracun (toxic) Karsinogenik Teratogenik Berbahaya bagi lingkungan

1. Reaksi dekomposisi

Hasil reaksi dekomposisi suatu senyawa bisa menjadi dua atau lebih dan bisa jadi dekoposisi/pemisahan ini terurai menjadi senyawa yang berbeda dengan senyawa sebelumnya. Jenis reaksi ini bisa berjalan lambat dan bisa pula berjalan cepat.
1. Komposisi, struktur & reaktivitas kimia

Ketidakstabilan atau reaktivitas kimia sering dihubungkan dengan strukturnya. Contoh:


CN2 C NO C NO2

( senyawa diazo ) ( senyawa nitroso ) ( senyawa nitro )

Reaktivitas senyawa tersebut sangat tergantung dari beberapa faktor sehingga yang harus diperhatikan adalah kondisi operasionalnya seperti :

Kontrol temperature Perbandingan dan konsentrasi reaktan Kemurnian bahan Viskositas media reaksi Kecepatan penambahan bahan Pengadukan Tekanan reaksi atau distilasi Bahaya radiasi Bahaya padatan yang reaktif

1. Bahan-bahan kimia tidak kompatibel


Identifikasi bahan di masing-masing lab. Perhatikan MSDS Pahami prosedur penanganan (Tarigan, Syahfrizal. 2011: 7)

Pengaturan dan penempatan bahan kimia sebaiknya dipisahkan berdasarkan perbedaan klas bahaya. Sebagai contoh perlakuan masing-masing klas bahaya adalah sebagai berikut :

Jenis Asam
o o o o

Pisahkan dari logam reaktif: sodium, potassium, dan magnesium. Pisahkan asam pengoksidasi dengan asam organik dan bahan yang flammable dan combustible. Asam asetat adalah cairan flammable. Asam Nitrat dan HCl bisa ditaruh dalam tempat yang sama tetapi pada rak yang berbeda. Dapat membentuk gas Cl2 dan gas nitrosyl chloride yang toksik. Pisahkan asam dengan bahan yang bisa menhasilkan toksik atau gas mudah terbakar apabila terjadi kontak dengan asam seperti: sodium sianida, besi sulfida dan kalsium karbida. Pisahkan Asam dan Basa

Jenis Basa (Bases) Pisahkan dari asam, logam, bahan mudah meledak, peoksida organik Jangan menyimpan larutan NaOH dan KOH dalam rak alumunium Pelarut (Flammable dan combustible) Simpan dalam kaleng dalam lemari solvent Pisahkan dari asam peoksidasi dan oksidator lain Jauhkan dari sumber pembakar: panas, api dll Pengoksidasi Jauhkan dari materi yang combustible dan flammable Jauhkan dari bahan pereduksi seperti seng, logam alkali, dan asam format Sianida Pisahkan dari larutan berair, asam dan pengoksidasi. Bahan reaktif terhadap Air Simpan di tempat dingin, kering yang jauh dari sumber air Siapkan Racun api kelas D didekatnya Bahan Piroforik Dalam kemasan asli, simpan di tempat yang dingin Berikan tambahan seal yang kedap udara Light-Sensitive Chemicals Simpan di botol gelap/berwarna dalam tempat dingin kering dan gelap.

Bahan pembentuk peroksida o Simpan di tempat kedap udara atau tempat penyimpanan bahan flamable o Pisahkan dari pengoksidasi dan asam o Bahan Beracun Simpan sesuai sifat bahan kimia penyusunnya Pergunakan sistem keamanan yang memadai

Semua cairan kimia berbahaya harus disimpan dalam tray (nampan) untuk meminimalkan efek karena tumpahan atau bocoran. Kapsitas tray harus 110% volume botol terbesar atau 10% dari agregat seluruh volume.Rak penampung disesuaikan dengan sifat bahan (cairan) yang disimpan dalam botol. Jangan menggunakan bahan alumunium (Lansida, 2011: 6)

Perawatan Alat dan Bahan


1. Pengertian perawatan

Perawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan peralatan dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Dalam kaitannya dengan perawatan peralatan laboratorium, perawatan dimaksudkan sebagai usaha preventif atau pencegahan agar peralatan tidak rusak atau tetap terjaga dalam kondisi baik, siap beroperasi. Disamping itu perawatan juga dimaksudkan sebagai upaya untuk menyetel atau memperbaiki kembali peralatan laboratorium yang sudah terlanjur rusak atau kurang layak sehingga siap digunakan untuk kegiatan praktikum para siswa (Soerya, 2011: 6).
1. Jenis perawatan

Perawatan dapat dibedakan antara perawatan terencana dan perawatan tidak terencana.
1. Perawatan terencana

Perawatan terencana adalah jenis perawatan yang diprogramkan, diorganisir, dijadwal, dianggarkan, dan dilaksanakan sesuai dengan rencana, serta dilakukan monitoring dan evaluasi. Perawatan terencana dibedakan menjadi dua, yakni: perawatan terencana yang bersifat pencegahan atau perawatan preventif, dan perawatan terencana yang bersifat korektif. Perawatan preventif

Perawatan preventif merupakan perawatan yang bersifat pencegahan, adalah sistem perawatan peralatan laboratorium yang secara sadar dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta monitoring dengan tujuan untuk mencegah terjadinya gangguan kemacetan atau kerusakan peralatan laboratorium. 2) Perawatan korektif

Perawatan korektif merupakan perawatan yang bersifat koreksi, yakni sistem perawatan peralatan laboratorium yang secara sadar dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta monitoring dengan tujuan untuk mengembalikan peralatan laboratorium pada kondisi standar, sehingga dapat berfungsi normal.
1. Perawatan tidak terencana

Perawatan tidak terencana adalah jenis perawatan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Pekerjaan perawatan ini tidak direncanakan, dan tidak dijadwalkan. Umumnya tingkat kerusakan yang terjadi adalah pada tingkat kerusakan berat. Karena tidak direncanakan sebelumnya, maka juga disebut perawatan darurat (Soerya, 2011: 6).
1. 3. Tujuan Perawatan Peralatan Laboratorium

Perawatan peralatan laboratorium memiliki beberapa tujuan yang mencakup:


1. Agar peralatan laboratorium selalu prima, siap dipakai secara optimal 2. Memperpanjang umur pemakaian

3. Menjamin kelancaran kegiatan pembelajaran 4. Menjamin keamanan dan kenyamanan bagi para pemakai 5. Mengetahui kerusakan secara dini atau gejala kerusakan 6. Menghindari terjadinya kerusakan secara mendadak 7. Menghindari terjadinya kerusakan fatal (Soerya, 2011: 7). 1. 4. Pengelola Perawatan PeralatanLaboratorium 1. Sumber daya sistem perawatan peralatan laboratorium

1)

Tenaga perawat ( man )

Tenaga laboran/ teknisi mempunyai tanggung jawab dalam merawat laboratorium yang dikelolanya. Salah satu tugas seorang laboran/ teknisi adalah melaksanakan perawatan laboratorium yang meliputi pekerjaan menjaga, menyimpan, membersihkan, memelihara, memeriksa, menyetel kembali, bahkan bila perlu dan dibutuhkan dapat melakukan penggantian dan perbaikan komponen peralatan laboratorium yang rusak. Untuk peralatan khusus dengan tingkat kerusakan yang sudah parah, dan perbaikannya juga memerlukan kemampuan profesional yang khusus, maka dapat memanfatkan tenaga teknisi ahli dari luar. Misalnya untuk perbaikan peralatan ukur optik, peralatan ukur elektronik, yang konstruksinya sangat rumit. Untuk pekerjaan perawatan yang ringan dan rutin dapat melibatkan siswa praktikan. Misalnya dalam menjaga kebersihan ruang dan tempat praktik, menjaga kebersihan peralatan, membantu dalam penyimpanan peralatan. Untuk keperluan pencegahan terhadap kemungkinan kerusakan akibat kesalahan pemakaian sekaligus

sebagai upaya pembinaan tanggungjawab mahasiswa, dapat peraturan dan tata tertib penggunaan peralatan di laboratorium 2) Biaya perawatan ( money )

Perawatan membutuhkan biaya, bahkan kadang-kadang biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan perawatan sangat mahal. Biaya perawatan dibutuhkan untuk berbagai hal, antara lain:
1. Biaya pembelian bahan-bahan untuk perawatan, seperti sabun, carbol, kain lap, perekat, cat, bahan pengawet, pencegah jamur, dan sebagainya. 2. Biaya pembelian suku cadang, seperti: kran air, kabel, mur baut, lensa optik, mouse komputer, dan sebagainya. 3. Biaya pembelian peralatan perawatan, seperti: sapu, sikat, sulak, kuas, solder, tang, obeng, gunting, dan sebagainya. 1. Upah tenaga perawatan jika perlu, khususnya apabila pekerjaan perawatan terpaksa harus mengundang pihak luar.

3)

Bahan perawatan ( materials )

Yang dimaksud dengan bahan perawatan adalah seluruh jenis bahan yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan perawatan peralatan laboratorium. Bahkan untuk pekerjaan perawatan ini harus tersedia dengan jumlah yang memadai, karena bahan ini merupakan salah satu sumber daya yang sangat urgen untuk merawat semua peralatan laboratorium. Bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan perawatan peralatan laboratorium, antara lain:
1. Bahan untuk pekerjaan kebersihan, seperti:sabun, carbol, kain lap, thinner, bahan pembersih alat-alat laboratorium, tempat sampah, kantong plastik, dan bahan pembersih lainnya.

2. Bahan untuk pemelihara, seperti: bahan pengawet, minyak pelumas, bahan pelapis, bahan pelindung, pembungkus, pupuk tanaman dan makanan hewan pada laboratorium Biologi, pembasmi serangga, dan sebagainya. 3. Suku cadang, seperti: seperti: kran air, kabel, mur baut, lensa optik, mouse komputer, dan sebagainya. 4. Peralatan perawatan ( machines )

Tersedianya alat-alat perawatan merupakan sumber daya yang sangat dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan perawatan laboratorium. Apabila laboratorium memiliki peralatan perawatan lengkap akan sangat mendukung terlaksananya program perawatan peralatan laboratorium. Peralatan untuk pekerjaan perawatan, tergantung dari jenis sarana atau fasilitas yang dirawat serta jenis kegiatan perawatannya. Peralatan perawatan laboratorium antara lain meliputi peralatan untuk:
1. Peralatan penyimpanan, misalnya almari, rak 2. Peralatan pemeliharaan, misalnya alat pelumas, alat pelapis 3. Peralatan pemeriksaan, misalnya instrumen pengukuran 4. Peralatan penyetelan kembali 5. Peralatan perbaikan

Peralatan perawatan yang sifatnya umum, sederhana, dan secara rutin sering dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan perawatan peralatan sebaiknya dimiliki oleh setiap laboratorium. 4) Cara perawatan ( methodes)

Cara atau metode untuk melakukan pekerjaan perawatan peralatan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain dengan cara:

1. Melakukan pencegahan, misalnya dengan memberi peringatan melalui gambar atau tulisan, peraturan, tata tertib bagi pengguna laboratorium/bengkel, memberi bahan pengawet. 2. Menyimpan, misalnya menyimpan peralatan laboratorium agar terhindar dari kerusakan. 3. Membersihkan, agar peralatan laboratorium selalu bersih dari kotoran yang dapat merusak, misalnya debu dan uap air yang dapat menyebabkan terjadinya korosi. 4. Memelihara, misalnya dengan meminyaki peralatan mekanis, memberi makan hewan percobaan. 5. Memeriksa atau mengecek kondisi peralatan laboratorium untuk mengetahui adanya gejala kerusakan. 6. Menyetel kembali atau tune-up, kalibrasi alat agar fasilitas atau peralatan dalam kondisi normal atau standar. 7. Memperbaiki kerusakan ringan yang terjadi pada peralatan peralatan laboratorium pada batas tingakat kerusakan tertentu yang masih mungkin dapat diperbaiki sendiri, sehingga siap dipakai untuk praktikum mahasiswa. 8. Mengganti komponen-komponen peralatan peralatan laboratorium yang sudah rusak.

5)

Waktu perawatan ( minutes )

Waktu untuk perawatan peralatan laboratorium dapat dilihat dari tersedianya kesempatan atau waktu bagi pihak yang dilibatkan dalam kegiatan perawatan dan pemanfaatan kesempatan tersebut secara efektif dan efisien untuk melaksanakan kegiatan perawatan. Dari sisi obyek yang dirawat, jadwal pelaksanakan pekerjaan perawatan laboratorium dapat ditetapkan berdasarkan pada:

1. Berdasarkan pengalaman lalu dalam suatu jenis pekerjaan perawatan alat yang sama peroleh pengalaman mengenai selang waktu atau frekuensi untuk melakukan perawatan seminimal mungkin dan seekonomis mungkin tanpa menimbulkan resiko kerusakan alat tersebut. Bagi laboran/teknisi yang telah berpengalaman dalam melakulan tugas perawatan peralatan laboratorium akan banyak memiliki informasi untuk membantu dalam menyusun jadwal perawatan. 2. Berdasarkan sifat operasi atau beban pemakaian atau penggunaan peralatan laboratorium. Untuk obyek atau alat yang sering digunakan untuk kegiatan praktikum dan pemakainya banyak orang, maka obyek atau alat tersebut akan cepat kotor atau rusak. Untuk menjaga agar tetap bersih dan menghindari kerusakan, mestinya jadwal perawatannya harus dibuat tinggi frekuensinya. Artinya obyek atau alat tersebut harus sering dilakukan perawatan. 1. Berdasarkan rekomendasi dari pabrik pembuat peralatan yang dimiliki laboratorium. Biasanya peralatan laboratorium yang baru dibeli dari pabrik dilengkapi dengan buku manual yang memuat petunjuk operasi dan cara serta jadwal perawatan alat tersebut. Informasi tersebut dapat dipakai sebagai rujukan dalam menyusun jadwal perawatan (Soerya, 2011: 8). 1. 5. Mengelola Pekerjaan Perawatan Laboratorium

Dengan mengacu pada pengertian pengelolaan dan gambaran tentang sumber daya yang dibutuhkan dalam sistem perawatan laboratorium, maka untuk mengelola pekerjaan perawatan laboratorium mencakup kegiatan:
1. Merencanakan program perawatan dengan menetapkan obyek apa yang dirawat, jenis pekerjaan perawatan yang dikerjakan, kapan jadwal

pelaksanannya, siapa pelaksana, apa bahan dan alat yang digunakan untuk merawat, dan jika perlu berapa biaya yang dibutuhkan. 2. Mengorganisir sistem perawatan, menentukan deskripsi pekerjaan perawatan dan mekanisme kerjanya. 3. Melaksanakan ( actuating ) program perawatan 4. Mengevaluasi dan melaporkan kinerja perawatan (Panjaitan, Yanti. 2011: 4) 1. 6. Pemeliharaan atau Perawatan Peralatan Laboratorium

Pemeliharaan alat-alat di laboratorium sebenarnya mempunyai andil besar dalam menanggulangi banyaknya kecelakaan kerja di dalam laboratorium. Pemeliharaan alat-alat laboratorium secara berkala dapat mengantisipasi kecelakaan yang timbul secara lebih dini. Begitu juga dengan kebersihan laboratorium. Biasanya, laboratorium merupakan tempat bertemunya cairan-cairan tubuh manusia yang mengandung beberapa jenis penyakit dari spesimen tersebut, dan tujuan menjaga kebersihan laboratorium ini adalah untuk mencegah bibit-bibit penyakit yang terdapat pada jenis spesimen yang di teliti tertular kepada para pekerja. Berikut cara-cara yang di lakukan untuk pemeliharaan atau perawatan peralatan laboratorium:
1. Sebelum meninggalkan laboratorium biasakan dalam keadaan bersih terlebih dahulu. Jangan sekali-kali meninggalkan laboratorium dalam keadaan kotor karena dapat menimbulkan bibit-bibit penyakit. 2. Kembalikan alat-alat laboratorium pada tempatnya, seperti bahan-bahan kimia kembalikan pada lemari yang telah tersedia.

3. Bersihkan meja dan lantai laboratorium menggunakan antiseptik agar meja tersebut tetap steril dan bebas dari kuman penyakit. 4. Cucilah dengan bersih semua alat-alat yang telah dipakai seperti tabung reaksi, pipet, kaca preparat, dll agar tetap steril dan siap untuk digunakan kembali. 5. Cepat laporkan pada guru atau pengawas laboratorium jika ada alat yang memerlukan perbaikan. 6. Jangan sekali-kali menggunakan alat laboratorium jika alat tersebut dalam kondisi buruk. 7. Gunakan alat-alat laboratorium tersebut sesuai dengan keperluan agar menjaga kestabilan alat tersebut. 8. Matikan semua alat laboratorium yang terhubung dengan arus listrik jika alat tersebut tidak di gunakan kembali. (Tarigan, Syahfrizal. 2011: 3)

Berikut ini adalah panduan yang harus dipatuhi ketika menggunakan alatalat praktikum:
1. Sebelum menggunakan alatalat praktikum, pahami petunjuk penggunaan alat itu. 2. Perhatikan dan patuhi peringatan (warning) yang biasa tertera pada badan alat 3. Pahami fungsi atau peruntukan alatalat praktikum dan gunakanlah alatalat tersebut hanya untuk aktivitas yang sesuai fungsi atau peruntukannya. Menggunakan alat praktikum di luar fungsi atau peruntukannya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan 4. Pahami rating dan jangkauan kerja alatalat praktikum dan gunakanlah alatalat tersebut sesuai rating dan jangkauan kerjanya. Menggunakan alat praktikum di luar rating dan jangkauan kerjanya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan

5. Pastikan seluruh peralatan praktikum yang digunakan aman dari benda/ logam tajam, api/ panas berlebih atau lainnya yang dapat mengakibatkan kerusakan pada alat tersebut 6. Tidak melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan kotor, coretan, goresan atau sejenisnyapada badan alatalat praktikum yang digunakan (Tarigan, Syahfrizal. 2011: 4)

1. C. Faktor Peyebab Kerusakan Alat dan Bahan

Penyimpanan dan pemeliharaan alat / bahan harus memperhitungkan sumber kerusakan alat dan bahan. Sumber kerusakan alat dan bahan akibat lingkungan meliputi hal hal berikut:
1. Udara Udara mengandung oksigen dan uap air (memilki kelembaban). Kandungan ini memungkinkan alat dari besi menjadi berkarat dan membuat kusam logam lainnya seperti tembaga dan kuningan. Usaha untuk menghindarkan barang tersebut terkena udara bebas seprti dengan cara mengecat, memoles, memvernis serta melapisi dengan khrom atau nikel. Kontak dengan udara bebas dapat menyebabkan bahan kimia bereaksi. Akibat reaksi bahan kimia dengan udara bebas seperti timbulnya zat baru, terjadinya endapan, gas dan panas. Dampaknya bahan kimia tersebut tidak berfungsi lagi serta dapat menimbulkan kecelakaan dan keracunan. 1. Air dan asam basa

Alat laboratorium sebaiknya disimpan dalam keadaan kering dan bersih, jauh dari air, asam dan basa. Senyawa air, asam dan basa dapat menyebabkan kerusakan alat seperti berkarat, korosif dan berubah

fungsinya. Bahan kimia yang bereaksi dengan zat kimia lainnya menyebabkan bahan tersebut tidak berfungsi lagi dan menimbulkan zat baru, gas, endapan, panas serta kemungkinan terjadinya ledakan.
1. Suhu Suhu yang tinggi atau rendah dapat mengakibatkan :alat memuai atau mengkerut, memacu terjadinya oksidasi, merusak cat serta mengganggu fungsi alat elektronika. 2. Mekanis Sebaiknya hindarkan alat dan bahan dari benturan, tarikan dan tekanan yang besar. Gangguan mekanis dapat menyebabkan terjadinya kerusakan alat / bahan. 3. Cahaya Secara umum alat dan bahan kimia sebaiknya dihindarkan dari sengatan matahari secara langsung. Penyimpanan bagi alat dan bahan yang dapat rusak jika terkena cahaya matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam lemari tertutup. Bahan kimianya sebaiknya disimpan dalam botol yang berwarna gelap. 4. Api Komponen yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga, disebut sebagai segitiga api. Komponen tersebut yaitu adanya bahan bakar, adanya panas yang cukup tinggi, dan adanya oksigen. Oleh karenanya penyimpanan alat dan bahan laboratorium harus memperhatikan komponen yang dapat menimbulkan kebakaran tersebut (Panjaitan, Yanti. 2011: 10)

ALAT LABORATORIUM BIOLOGI Mikroskop Lanjutan

"Sebuah mikroskop binokular dengan pembesaran 20x. Berdiri pada alas yang kokoh terbuat dari logam cor. Dilengkapi jugan dengan penjepit objek dan tombol pengatur fokus. Mikroskop ini digunakan untuk melihat objek 3 dimensi berukuran kecil. Set alat ini dilengkapi juga dengan penutup plastik anti debu, kotak strifoam dan buku petunjuk pemakaian."

Mikroskop Siswa

"Mikroskop monokular, dengan 3 lensa okular 5x, 10x, dan 12,5x. Lensa okular 10x dengan petunjuk. 3 lensa objektif akromatik 4x, 10x, dan 40x. Diafragma cakram, cermin datar dan cekung. Meja objek dilengkapi penjepit mikroslaid. Terdapat tombol pengatur gerakan halus dan kasar juga terdapat komponen pengunci terpasang untuk mencegah kerusakan lensa atau mikroslaid. Konstruksi dari besi, padat dan kuat. Kemiringan badan mikroskop terhadap dudukan penyangganya dapat diatur. Dikemas dalam kotak kayu, tutup plastik khusus anti debu dari polythene, dengan silika gel. Dilengkapi dengan kotak penyimpanan lensa dan asesorisnya. Peralatan ini disertai buku petunjuk pemakaian dan pemeliharaan dalam bahasa indonesia."

Perangkat Pemeliharaan Mikroskop

"Perangkat Pemeliharaan Mikroskop, Sederhana Minimal terdiri dari alat-alat sebagai berikut : kertas khusus untuk pembersih lensa (1 pak), kunci atau peralatan yang sesuai dengan kebutuhan untuk perawatan dan perbaikan mikroskop. Alat semprot udara dilengkapi dengan sikat halus untuk membersihkan lensa ditempatkan dalam dompet kanvas."

Coloni Counter

"Easy-to-clean plastic casing adjustable in height with directly or indirectly illuminated area of 145 mm glare free frosted glass , clear glass plate with cm2 and 1/9-cm2 graduation electrical contact pin with felt pen for marking Petri dishes up to 145 mm can be used Dimensions: 25 x 23 x 7.5 cm Weight: 1.7 kg"

Model Torso Wanita Tanpa Kepala

"Model torso wanita terbuat dari fiber-resin, tanpa kepala, dengan warna yang mirip aslinya. Bagian-bagiannya diberi nomor dan dilengkapi dengan keterangan dalam Bahasa Indonesia, Inggris dan Latin. Model terdiri atas 11 bagian yang menunjukkan otot superficial, organ thoraks dan abdominal, berguna untuk mempelajari tubuh manusia.

Model berukuran mendekati ukuran rata-rata sesungguhnya, terpasang pada sebuah landasan, dimensi 41,5 x 26 x 69,5 cm."

Model Torso Laki-laki dengan Kepala

"Model torso laki-laki terbuat dari fiber-resin, dengan kepala, dengan warna yang mirip aslinya. Bagian-bagiannya diberi nomor dan dilengkapi dengan keterangan dalam Bahasa Indonesia, Inggris dan Latin. Model terdiri atas 11 bagian yang menunjukkan otot superficial, organ thoraks dan abdominal, berguna untuk mempelajari tubuh manusia.

Model berukuran mendekati ukuran rata-rata sesungguhnya, terpasang pada sebuah landasan, dimensi 41,5 x 26 x 89,5 cm."

Model Rangka Manusia

"Model rangka manusia terbuat dari fiber dengan warna mirip aslinya, bagian-bagiannya diberi nomor dan dilengkapi dengan keterangan dalam Bahasa Indonesia, Inggris dan Latin. Model menunjukkan tulang-tulang manusia mulai dari tengkorak sampai dengan jari kaki. Bagian rahang dapat dibuka. Ukuran mendekati ukuran rata-rata sesungguhnya, 1,5 m tergantung pada tiang dengan alas beroda."

Carta Sistem Alat Pencernaan Makanan Manusia

"Ukuran 70 cm x 100 cm. Dicetak berwarna pada kertas 200 gr/m2 dilapisi dengan vernis UV untuk melindungi dari kelembaban, diberi rangka logam untuk penggantung pada bagian atas dan bawah. Menunjukkan sistem alat pencernaan makanan pada manusia"

Model Penampang Pencernaan Manusia

"Model penampang pencernaan manusia terbuat dari fiber-resin, dengan warna yang mirip aslinya. Bagian-bagiannya diberi nomor dan dilengkapi dengan keterangan dalam Bahasa Indonesia, Inggris dan Latin. Model merupakan lukisan relief yang memperlihatkan saluran pencernaan makanan pada manusia. Model terpasang pada sebuah bingkai, dimensi 38 x 77 x 4,5 cm."

Carta Sistem Pernafasan Manusia

"Dicetak berwarna pada kertas 200 gr/m2 dilapisi dengan vernis UV untuk melindungi dari kelembaban, diberi rangka logam untuk penggantung pada bagian atas dan bawah. Menunjukkan sistem pernafasan manusia bagian frontal. Dilengkapi dengan bagian terkecil dari paru-paru"

Model Penampang Pernafasan

"Model penampang pernafasan manusia terbuat dari fiber-resin, dengan warna yang mirip aslinya. Bagian-bagiannya diberi nomor dan dilengkapi dengan keterangan dalam Bahasa Indonesia, Inggris dan Latin. Model merupakan lukisan relief yang memperlihatkan penampang paru-paru dan pertukaran oksigen di alveolus. Model terpasang pada sebuah bingkai, dimensi 53,5 x 67 x 5 cm"

Carta Darah dan Peredaran Darah

"Dicetak berwarna pada kertas 200 gr/m2 dilapisi dengan vernis UV untuk melindungi dari kelembaban, diberi rangka logam untuk penggantung pada bagian atas dan bawah. Menunjukkan sistem peredaran darah manusia bagian frontal, termasuk sel-sel darah manusia"

Carta Sistem Pernafasan Manusia

"Dicetak berwarna pada kertas 200 gr/m2 dilapisi dengan vernis UV untuk melindungi dari kelembaban, diberi rangka logam untuk penggantung pada bagian atas dan bawah. Menunjukkan sistem pernafasan manusia bagian frontal. Dilengkapi dengan bagian terkecil dari paru-paru"

Model Penampang Pernafasan

"Model penampang pernafasan manusia terbuat dari fiber-resin, dengan warna yang mirip aslinya. Bagian-bagiannya diberi nomor dan dilengkapi dengan keterangan dalam Bahasa Indonesia, Inggris dan Latin. Model merupakan lukisan relief yang memperlihatkan penampang paru-paru dan pertukaran oksigen di alveolus. Model terpasang pada sebuah bingkai, dimensi 53,5 x 67 x 5 cm"

Carta Ekskresi Manusia

Dicetak berwarna pada kertas 200 gr/m2 dilapisi dengan vernis UV untuk melindungi dari kelembaban, diberi rangka logam untuk penggantung pada bagian atas dan bawah. Menunjukkan potongan membujur ginjal, dengan korteks, medula, nefron, badan malpighi, tubulus dan osmoregulasi.

Model Sistem Saraf Manusia

Terbuat dari fiber-resin, dengan warna yang mirip aslinya, bagian-bagiannya diberi nomor dan dilengkapi dengan keterangan dalam bahasa Indonesia, Inggris dan Latin. Ukuran 32 x 89 x 6 cm, memperlihatkan sistem saraf simpatis, flat

Carta Sistem Saraf Manusia

Dicetak berwarna pada kertas 200 gr/m2 dilapisi dengan vernis UV untuk melindungi dari kelembaban, diberi rangka logam untuk penggantung pada bagian atas dan bawah. Menunjukkan sistem saraf manusia, penampang membujur otak manusia, medula spinalis, bagian-bagian sel saraf, dan mekanisme gerak refleks

Perangkat bedah hewan

"Perangkat Alat Bedah (8 item/set) Set peralatan bedah sederhana yang dapat dipakai untuk keperluan praktikum sekolah. Peralatan melliputi : pisau bedah, pinset, jarum bertangkai, gunting, kaca pembesar dan lain-lain Terbuat dari bahan yang cukup memadai untuk melakukan pembedahan objek yang sedang dipelajari. alat-alat tersimpan dalam kotak penyimpanannya."

Kaca pembesar

magnifying glass ukuran sedang dengan diameter lensa 60 mm, yang dapat memperbesar obyek tulisan, gambar dan lain sebagainya dengan jelas.

Pembakar spirtus

"bahan gelas tertutup dimensi : 120x85 mm"

Kaki Tiga

"tinggi disesuaikan dengan tinggi pembakar spirtius tripod stand diameter : 150 mm height : 230 mm"

Kasa

Kawat Kasa 14 x 14 cm

Penjepit tabung

"Kayu dimensi : pxl : 180x26 mm"

Batang statif pendek

"Bahan: Stainless steel Ukuran: panjang 250mm 2mm Diameter batang 10mm Ujung batang diberi champers: 1 x 45 Radius: 1mm"

Klem universal

"Bahan : Aluminium die casting, dengan batang dari stainless steel (tak tertarik magnet). Dapat menjepit benda dengan dia. 2 mm - 70 mm. Pada ujung dilapis cork/gabus tebal 2 - 4 mm. Dilengkapi pegas spiral/plat dan mur baut sistem kupu-kupu, tidak mudah lepas. Panjang keseluruhan sekitar 220 mm"

Penjepit / bosshead

Panjang 80 mm

Rak tabung reaksi

"kayu kapasitas min 10 tabung bahan kayu (jumlah lubang 12) dimensi : pxl : 205x80 mm"

Neraca

"Neraca, 311 gr Empat lengan dengan beban pengatur yang dapat digeser-geser (tidak boleh lepas), dilengkapi piring/cawan. Lengan bertumpu pada pisau baja keras pada bantalan batu agat/yang kekerasannya setara. Dilengkapi peredam magnetik, pada lengan pendek yang membawa piring neraca ,terdapat sekrup penyetel keseimbangan (nol). Tersedia fasilitas untuk menimbang benda di dalam zat cair, berupa landasan dengan ketinggian yang dapat diatur. Kapasitas penimbangan 311gr; ketelitian 10 mg; ada merk (logo produsen). Disertai buku petunjuk dalam Bahasa Indonesia."

Autoclave

"AUTOCLAVE 75X USA Description: 30/40 minutes complete cycle Built in timer

Overall height 19 inches Chamber dimensions 14"" dia x 10.5"" deep Chamber inner capacity (inside tray) 25.8 liters, and outer capacity (without tray) 39 liters Voltage 220V Weight 45# Heavy Cast Aluminum Cover and Bottom Construction Aluminum Alloy Seamless Inset Container Cast Aluminum Rack Flexible Metal Exhause Tube Metal-To-Metal Seal (no rubber gasket) Complete/Effective Sterilization at the Lowest Possible Cost 3 Wire Grounded Plug for Safety Maximum Pressure 20psi Media: Steam Chamber Size: 14"" Diameter X 10"" Depth Type: manual Type Speed: 45min Minutes Voltage 220 V"

Otoklaf Listrik

"Portable AUTOCLAVE, made from aluminium alloy with high strength and equipped with pressure gauge, safety valve, and exhaust valve. Sterilizing temperature : 125.5oC, 20 psi Type : YXQ-280 A Electric, Cap. 17 ltr, diam. 28 cm, height : 26 cm,2 kW "

Inkubator

"MEMMERT, Incubator, INB 200, basic Textured Stainless Steel Casing w x h x d: 550 x 600 x 400 mm fully insulated stainless steel door with double locking and 4-point adjustment inner glass door rear zinc-plated steel Interior - Heating Concept w x h x d: 400 x 320 x 250 mm, 32 l easy-to-clean interior, made of stainless steel, reinforced by deep drawn ribbing with integrated and protected large-area heating on four sides 1 stainless steel grid Temperature Range from +30 C (however, at least 5 C above ambient) up to +70 C Voltage / Power Rating 230 V (+/- 10%), 50/60 Hz ca. 440 W (during heating)"

Respirometer

Untuk menentukan banyaknya O2 yang dikonsumsi oleh serangga atau tumbuhan. Pipa kaca kapiler berskala 0,9 0,01 ml, jelas terlihat dan tidak mudah hilang. Dipasang pada dudukan plastik 400 55 mm dengan penjepit spring steel. Salah satu ujung pipa cliper besar bersambung (dapat dipasang dan dilepas) ke tabung dari kaca borosilikat dengan volume 40 ml sebagai tempat spesimen. Permukaan bagian dalam mulut chamber dan bagian luar penyambung pipa kapiler digerinda halus sehingga tidak mudah bocor dan tersambung rapat.

Psychrometer Sling

"Psychrometer Sling Untuk mengukur kelembaban udara dengan menggunakan 2 buah thermometer air raksa. Specifications: Batas pengukuran thermometer: -15 hingga +40C Skala thermometer: 0,2C Ukuran peralatan: 260 x 180 x 20 mm Berat: 0,2 kg"

Higrometer Mason

"Higrometer mason adalah alat untuk mengukur kelembaban udara. Alat berupa dua buah termometer alkohol yang terpasang pada rangka plastik dengan penggantung. Ujung salah satu termometer dibungkus kain dan dicelupkan ke dalam wadah air. Alat ini dapat mengukur pada rentang suhu -5 sampai 50 derajat celcius dengan akurasi 0,5 derajat. Setiap termometer dilengkapi dua skala satuan, celcius dan fahrenheit. Terdapat juga tabel konversi berbentuk silinder. Alat disertai dengan buku petunjuk pemakaian."

Kwadrat tanpa Jala

"Kwadrat adalah alat untuk pengambilan contoh populasi tumbuhan atau hewan dilapangan. Berukuran 50x50 cm tanpa jala. Terdiri atas rangkaian batang logam tahan karat yang tersambung menggunakan baud dan mur kupu-kupu, memudahkan melipatnya bahkan membongkarnya jika diperlukan."

Akuarium

akuarium terbuat dari bahan plastik bening tembus pandang berukuran 36 x 22 x 26 cm. Akuarium ini dapat dipergunakan untuk membuat model ekosistem air, mengamati konsep ekologi seperti: kepadatan populasi, produsen, konsumen, arus energi. Dapat juga dipergunakan untuk keperluan pengamatan yang lain.

Kotak genetika

"Kotak Genetika 5 warna Satu set peralatan yang terdiri dari 500 pasang kancing plastik berwarna dengan diameter 20 mm, dapat digunakan untuk mempelajari konsep genetika. Pasangan kancing dengan 5 macam warna dapat dibongkar-pasang, yang mewakili pasangan pada lokus gen. komponen disertai dengan kotak penyimpanan bersekat-sekat memisahkan masing-masing warna. Dilengkapi juga dengan buku petunjuk pemakaian dalam bahasa indonesia."

Model DNA

"Model DNA terbuat dari plastik, dilengkapi dengan keterangan dalam bahasa indonesia dan inggris. Model menunjukkan model DNA helix, terbagi menjadi 178 bagian yang dapat dibongkarpasang. Model terpasang pada alas, dimensi tinggi 58 cm"

Carta Hukum Mendel

Dicetak berwarna pada kertas 200 gr/m2 dilapisi dengan vernis UV untuk melindungi dari kelembaban, diberi rangka logam untuk penggantung pada bagian atas dan bawah. Memperlihatkan Hukum Mendel, hasil yang diperkirakan dari penyilangan monohibrid dan dihibrid dari kacang polong

Ohaus Balance Pioneer

"SERIES PA 214 cap. 210 g x 0,0001 g pan diam. 90 mm Specifications Capacity : 210 g Readability : 0.1 mg Application Modes: Weighing, percent Weighing units: mg, g, ct, oz, dwt, tical, tola, mommes, baht, grain, mesghal, newton, ozt, teals Platform Size : 90 mm Diam. Span Calibration: 100, 200 g Linearity : 100 / 200 g Repeatibility ( Std. Dev.) : 0.1 Linearity ( mct) : 0.3 Tare range: 1 Stabilization time ( seconds) : 3 Scale Weight : 4.5 kg Shipping Wt. : 6.9 kg Dimensions WxHxD : 19.6 x 28.7 x 32 cm Shipping dimensions ( WxDxH) : 49.5 x 39.5 x 52.2 cm Protective Plastic Case Operating Temperature Range: -10 C to 40 C at 10% to 80% relative humidity, non-condensing, up to 4000m above sea level Storage temperature: -40 C to 70 C at 10% to 80% relative humidity, non-condensing "

Untuk Alat Biologi, alat laboratorium, alat lab dan alat laborator

Glikolisis serangkaian reaksi biokimia dimana glukosa dioksidasi menjadi

adalah molekul asam

piruvat. Glikolisis adalah salah satu proses metabolisme yang paling universal yang kita kenal, dan terjadi (dengan berbagai variasi) di banyak jenis sel dalam hampir seluruh bentuk organisme. Proses glikolisis sendiri menghasilkan lebih sedikit energi per molekul glukosa dibandingkan dengan oksidasi aerobik yang sempurna. Energi yang dihasilkan disimpan dalam senyawa

organik berupa adenosine triphosphate atau yang lebih umum dikenal dengan istilah ATP dan NADH. Asam piruvat (CH3COCO2H) adalah sebuah asam alfa-keto yang memiliki peran penting dalam proses-proses biokimia. Anionkarboksilat dari asam piruvat disebut piruvat. Asam piruvat adalah cairan tak berwarna, dengan bau yang mirip asam asetat. Asam piruvat bercampur dengan air, dan larut dalam etanol dan dietil eter. Di laboratorium, asam piruvat dibuat dengan cara memanaskan campuran asam tartarat dengan kalium bisulfat, atau melalui

hidrolisis asetil sianida, yang dibuat melalui reaksi asetil klorida dan kalium sianida: CH3COCl + KCN CH3COCN CH3COCN CH3COCOOH Piruvat adalah suatu senyawa kimia yang penting dalam biokimia. Senyawa ini merupakan hasil metabolisme glukosa yang disebutglikolisis.

Sebuah molekul glukosa terpecah menjadi dua molekul asam piruvat, yang kemudian digunakan untuk menghasilkan energi. Jika tersedia cukup oksigen, maka asam piruvat diubah menjadi asetil-KoA, yang kemudian diproses dalam siklus Krebs. Piruvat juga dapat diubah menjadi oksaloasetat melalui reaksi anaploretik yang kemudian dipecah menjadi molekul-molekul karbon dioksida. Nama siklus ini diambil dari ahli biokimia Hans Adolf Krebs, pemenang Hadiah Nobel 1953 bidang fisiologi, karena ia berhasil mengidentifikasi siklus tersebut). Jika tidak tersedia cukup oksigen, asam piruvat dipecah secara anaerobik, menghasilkan asam laktat pada hewan dan manusia, atau etanol pada tumbuhan. Piruvat diubah menjadi

laktat menggunakan enzim laktatdehidrogenase dan koenzim NADH melalui ferm entasi laktat, atau menjadi asetaldehida dan lalu etanol melalui fermentasi alkohol. Asam piruvat juga dapat diubah menjadi karbohidrat melalui glukoneogenesis, menjadi asam lemak atau energi melalui asetil-KoA, menjadi asam amino alanin dan juga menjadi etanol Lintasan glikolisis yang paling umum adalah lintasan Embden-Meyerhof-Parnas (bahasa Inggris: EMP pathway), yang pertama kali ditemukan oleh Gustav Embden, Otto Meyerhof dan Jakub Karol Parnas. Selain itu juga terdapat lintasan EntnerDoudoroff yang ditemukan oleh Michael Doudoroff dan Nathan Entner terjadi hanya pada sel prokariota, dan berbagai lintasan heterofermen-tatif dan homofermentatif (Bruce Albert dkk, 2002) Didalam sel, katabolisme glukosa, fruktosa dan galaktosa pertama kali dilakukan oleh enzim-enzim glikolisis yang larut dalam sitoplasma. Glikolisis (gluko= glukosa: lisis = penguraian) adalah proses penguraian karbohidrat (glukosa ) menjadi piruvat. Reaksi penguraian ini terjadi dalam keadaan ada atau tanpa oksigen. Bila ada oksigen, asam piruvat akan dioksidasi lebih lanjut menjadi CO2dan air, misalnya pada hewan, tanaman dan banyak sel mikroba yang berada pada kondisi aerobic. Bila tanpa oksigen, asam piruvat akan dirubah menjadi etano l(fermentasi alcohol) pada ragi atau menjadi asam laktat pada otot manusia yang berkontraksi. Tiap proses glikolisis menggunakan enzin tertentu (Anna Poedjiadi, 1994). Glikolisis secara harfiah berarti pemecahan glukosa. Jalur glikolisis ditemukan di dalam sitosol dari sel, mempunyai dua peran; pemecahan monosakarida untuk menghasilkan energi dan menyediakan satuan pembentuk untuk sintesa senyawa yang diperlukan sel seperti gliserol untuk sintesa trigliserida atau lemak. Sebelum glikolisis dapat berlangsung, sebuah sel harus memperoleh glukosa. Hanya beberapa jenis sel seperti sel-sel hati dan buah pinggang (kidney) yang dapat menghasilkan glukosa dari asam amino, dan hanya hati dan sel-sel jaringan menyimpan glukosa dalam jumlah besar. Glukosa ini disimpan sebagai glikogen. Hati dan jaringan memecahkan glikogen menjadi glukosa (atau bentuk monosakarida lain). Sel-sel badan lainnya harus memperoleh glukosa dari sirkulasi darah, sehingga badan perlu mempertahankan suatu konsentrasi yang relatif tetap dari glukosa darah supaya dapat hidup. Hasil glikolisis adalah dua unit senyawa yang mengandung tiga atom karbon yaitu asam piruvat. Sebagian sel-sel mengubah asam piruvat menjadi asam laktat. Glikolisis dimulai dengan penambahan satu gugus fospat ke glukosa, sehingga menjadi lebih reaktif. Satu gugus fospat yang lainnya di tambahkan ke

senyawa glukosa-fospat yang baru terbentuk yang kemudian dipecah menjadi senyawa karbon yang mengandung tiga atom karbon. Senyawaan ini diubah melalui serangkaian tahapan menjadi dua molekul piruvat. Maka dalam glikolisis sebuah sel memulai dengan satu molekul glukosa dan menghasilkan dua molekul yang mengandung tiga atom karbon yakni piruvat. Di dalam proses ini empat hidrogen(mengandung total empat elektron) dikeluarkan dan empat ATP terbentuk. Elektron dan hidrogen ditangkap oleh pembawa (carrier) dalam hal ini NAD. Setiap NAD (bentuk teroksidasi) menerima dua elektorn dan satu ion hidrogen, menghasilkan NADH + H+ (bentuk tereduksi). Maka salah satu hasil akhir dari glikolisis adalah juga sintesa dari dua NADH + H+, dengan pelepasan dua ion hidrogen. Di dalam glikolisis, reaksi pertama melibatkan satu ATP menyumbangkan satu gugus fospat ke glukosa. Pada tahap ketiga, satu lagi ATP digunakan menambah satu gugus fospat kedua. Maka untuk memulai jalur ini, satu sel memakai dua ATP. Pada saat molekul yang mengandung tiga atom karbon diubah menjadi piruvat, masing-masing menghasilkan dua ATP, sehingga total ada 4 ATP. Energi bersih yang dihasilkan sejauh ini dari glikolisis adalah dua ATP, karena dua ATP digunakan didalam proses dan empat ATP di hasilkan. Masih ada ATP yang akan terbentuk; ini hanya menyatakan sebanyak 5% dari total produksi ATP yang mungkin dari satu molekul glukosa. Energi kimia yang disimpan di dalam ikatan NADH akhirnya dapat ditransfer ke ATP. Pada umumnya setiap NADH + H+ menyumbangkan energy yang cukup untuk menghasilkan 2,5 ATP. Maka NADH + H+ adalah satu bentuk dari energi potensial untuk sel. Pada akhirnya sel memakai energi di dalam NADH+ H+ membentuk ATP (Simanjuntak dan Silalahi, 2003). Glikolisis terdiri dari 2 fase: Fase preparasi (preparatory phase), yaitu fosforilasi glukosa dan konversinya menjadi gliseraldehid 3-fosfat. Fase pembayaran (payoff phase), yaitu konversi oksidatif gliseraldehid 3-P menjadi piruvat disertai pembentukan ATP dan NADH. Reaksi netto glikolisis: Glukosa + 2NAD+ + 2ADP + 2Pi -> 2Piruvat + 2NADH + 2H+ + 2ATP + 2H2O

Enzim yang terlibat dalam glikolisis Preparatory phase: Heksokinase Fosfoheksoisomerase Fosfofruktokinase Aldolase Triosafosfat isomerase

Payoff phase: Gliseraldehid3-P dehidrogenase Fosfogliserat kinase Fosfogliserat kinase Enolase Piruvat kinase Glikolisis melibatkan banyak enzim, uraian lebih lengkapnya di bawah ini: 1. Heksokinase Tahap pertama pada proses glikolisis adalah pengubahan glukosa menjadi glukosa 6-fosfat dengan reaksi fosforilasi. Gugus fosfat diterima dari ATP dalam reaksi. Enzim heksokinase merupakan katalis dalam reaksi tersebut dibantu oleh ion Mg++sebagai kofaktor. Enzim ini ditemukan Meyerhof pada tahum 1927 dan telah dapat dikristalkan dari ragi, mempunyai berat molekul 111.000. heksesokinase yang berasal dari ragi dapt merupakan katalis pada reaksi pemindahan gugus fosfat dari ATP tidak hanya kepada glukosa tetapi juga kepada fruktosa, manosa, glukosamina. Dalam otak, otot, dan hati terdapat enzim heksesokinase yang multi substrat ini. Disamping itu ada pula enzim-enzim yang khas tetapi juga kepada fruktosa, manosa, dan glukosamin. Dalam kinase. Hati juga memproduksi fruktokinase yang menghasilkan fruktosa-1-fosfat. Enzim heksesokinase dari hati dapat dihambat oleh hasil reaksi sendiri. Jadi apabila glukosa-6-fosfat terbentuk dalam jumlah banyak, mak senyawa ini akan menjadi inhibitor bagi enzim heksesokinase tadi. Selanjutnya enzim akan aktif kembali apabila konsentrasi glukosa-6-fosfat menurun pada tingkat tertentu.

2. Fosfoheksoisomerase Reaksi berikutnya ialah isomerasi, yaitu pengubahan glukosa-6-fosfat menjadi fruktosa-6-fosfat, dengan enzim fosfoglukoisomerase. Enzim ini tidak

memerlukan kofaktor dan telah diperoleh dari ragi dengan cara kristalisasi. Enzim fosfuheksoisomerase terdapat jaringan otot dan mempunyai beraat molekul 130.000. 3. Fosfofruktokinase Frukrosa-6-fosfat diubah menjagi fruktosa-1,6-difosfat oleh enzim fosfofruktokinase dibantu oleh ion Mg++ sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini gugus fosfat dipindahkan dariATP kepada fruktosa-6-fosfat dari ATP sendiri akan berubah menjadi ADP. Fosfofruktokinase dapat dihambat atau dirangsang oleh beberapa metabolit, yaitu senyawa yang terlibat dalam proses metabolism ini. Sebagai contoh, ATP yang berlebih dan asam sitrat dapat menghambat,dilain pihak adanya AMP, ADP, dan fruktosa-6-fosfat dapat menjadi efektor positif yang merangsang enzim fosfofruktokinase. Enzim ini merupakan suatu enzim alosterik dan mempunyai berat molekul kira-kira 360.000. 4. Aldose Reaksi tahap keempat dalam rangkaian reaksi glikolisis adalah penguraian molekul fruktosa-1,6-difosfat membentuk dua molekul triosa fosfat, yaitu dihidroksi aseton fosfat dan D-gliseraldehida-3-fosfat. Dalam tahap ini enzim aldolase yang menjadi katalis telah dimurnukan dan ditemukan oleh Warburg. Enzim ini terdapat dalam jaringan tertentu dan dapat bekerja sebagai kaalis dalam reaksi penguraian beberapa ketosa dan monofosfat, misalnya fruktosa-1,6difosfat, sedoheptulose-1,7- difosfat, fruktosa-1-fosfat, eritulosa-1-fosfat. Hasil reaksi penguraian tiap senyawa tersebut yang sama adalah dihidroksi aseton fosfat. 5. Triosafosfat Isomerase Dalam reaksi penguraian oleh enzim aldolase terbentuk dua macam senyawa, yaitu D-gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroksi-aseton fosfat. Yang mengalami reaksi lebih lanjut dalam proses glikolisis adalah D-gliseraldehida-3-fosfat. Andaikata sel tidak mampu mengubah dihidroksiasotonfosfat menjadi D-

gliseraldehida-3-fosfat, tentulah dihidrosiasetonfosfat akan bertimbun didalam sel. Hal ini tidak berllangsung karena dalam sel terdapat enzim triofosfat isomerase yang dapat mengubah dihidrokasetonfosfat menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat. Adanya keseimbangan antara kedua senyawa tersebut dikemukakan oleh Mayerhof dan dalam keadaan keseimbangan dihidroksiaseton fosfat terdapat dalam jumlah dari 90%. 6. Gliseraldehida-3-fosfat Dihidrogenase Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi gliseraldehida-3-fosfat menjadi 1,3 difosfogliserat. Dalam reaksi ini digunakan koenzim NAD+. Sedangkan gugus fosfat diperoleh dari asam fosfat. Reaksi oksidasi ini mengubah aldehida menjadi asam karboksilat. Gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase telah dapat diperoleh dalam bentuk Kristal dari ragi dan mempunyai berat molekul 145.000. Enzim ini adalah suatu tetramer yang terdiri atas empat subunit yang masing-masing mengikat suatu molekul NAD+, jadi pada tiap molekul enzim terikat empat molekul NAD+. 7. Fosfogliseril Kinase Reaksi yang menggunakan enzim ini ialah reaksi pengubahan asam 1,3difosfogliserat menjadi asam 3-fosfogliserat. Dalam reaksi ini terbentuk datu molekul ATP dari ADP dan ion Mg2+diperlukan sebagai kofaktor. Oleh karena ATP adalah senyawa fosfat berenergi tinggi, maka reaksi ini mempunyai fungsi untuk menyimpan energy yang dihasilkan oleh proses glikolisis dalam bentuk ATP. 8. Fosfogliseril Mutase Fosfogliseril mutase bekerja sebagai katalis pada reaksipengubahan asam 3fosfogliserat menjadi asam 2-fosfogliserat.Enzim ini berfungsi memindahkan gugus fosfat dari suatu atom C kepada atom C lain dalam suatu molekul. Berat molekul enzim ini yang diperoleh dari ragi ialah 112.000. 9. Enolase Reaksi berikutnya ialah pembentukan asam fosfofenol piruvat dari asaam 2fosfogliserar dengan katalis enzim enolase dan ion Mg2+ sebagai kofaktor. Reaksi pembentukkan asam fosfofenol piruvat ini ialah pembentukan asam fosfofenol piruvat dari asaam 2-fosfogliserar dengan katalis enzim enolase dan ion

Mg2+ sebagai kofaktor. Reaksi pembentukkan asam fosfofenol piruvat ini ialah reaksi dehidrasi. Adanya ion F- dapat menghambat kerja enzim enolase, sebab ion F- dengan ion Mg2+dan fosfat dapat membentuk kompleks magnesium fluoro fosfat. Dengan terbentuknya kompleks ini akan mengurangi jumlah ion Mg2+ dalam campuran reaksi dan akibat berkurangnya ion Mg2+maka efektivitas reaksi berkurang. Enzim ini menggunakan enzim laktat dehidrogenase ini ialah reaksi tahap akhir glikolisis, yaitu pembentukan asam laktat dengan cara reduksi asam piruvat. Dalam reaksi ini digunakan NAD sebagai koenzim (Anna Poedjiadi, 1994). Tinjauan energi proses glikolisis Proses glikolisis dimulai dengan molekul glukosa dan diakhiri dengan terbentuknya asam piruvat. Serangkaian reaksi-reaksi dalam proses glikolisis tersebut dimanakan juga jalur Embden-meyerhof. Reaksi-reaksi yang berlangsung pada proses glikolisis dapat dibagi dalam dua fase. Pada fase pertama, glukosa diubah menjadi triofosfat dengan proses fosforilasi. Fase kedua dimulai dari reaksi oksidasi triofosfat hingga terbentuk asam laktat. Perbedaan antara kedua fase ini terletak pada aspek energy yang berkaitan debgan reaksi-reaksi dalam kedua fase tersebut. Dalam proses glikolisis satu mol glukosa diubah menjadi dua mol asam piruvat. Fase pertama dalam proses glikolisis melibatkan dua mol ATP yang diubah menjadi ADP. Jadi fase pertama ini menggunakan energy yang tersimpan dalam molekul ATP. Fase kedua mengubah dua mol triosa yang terbentuk pada fase pertama menjadi dua mol asam laktat, dan dapat menghasilkan 4 mol ATP. Jadi fase kedua ini menghasilkan energy. Apabila ditinjau dari keseluruhan proses glikolisis ini menggunakan 2 mol ATP dan menghasilkan 4 mol ATP sehingga masih sisa 2 mol ATP yang ekivalen denganenergi sebesar 14.00 kalori. Energy tersebut tersimpan dan dapat digunakan oleh otot dalam energy mekanik (Anna Poedjiadi, 1994).

Skema Glikolisis

Proses glikolisis di sitoplasma berlangsung anaerob dengan menghasilkan senyawa 2 , 2, 2 (Asam Piruvat , ATP,NADH )dengan bahan glukosa (hasil fotosintesa) berjalan dengan 10 tahap GiGiFiFi PeGAL 3XPGA-P-P untuk jelasnya lihat ini

Produksi Laktat Adalah Titik Akhir Dari Glikolisis Anaerobik Sebagian sel kekurangan jalur yang membutuhkan oksigen (aerobik) diperlukan untuk memakai NADH + H+ untuk sintesa ATP, dan pada saatnya selsel ini kurang mampu memakai proses ini untuk me-recycle NADH + H+ kembali menjadi NAD. Misalnya sel darah merah. Maka, pada saat sel darah merah mengubah glukosa menjadi piruvat, NADH + H+ meningkat di dalam sel. Akhirnya konsentrasi NAD menurun terlampu rendah sehingga glikolisis berlanjut, karena kebanyakan NAD ada di dalam bentuk NADH + H+. Untuk mengimbanginya, satu sel darah merah mereaksikan piruvat dengan satu NADH + H+ dan satu ion hidrogen bebas membentuk laktat, lihat. Di dalam proses itu, NADH + H+ berobah menjadi NAD.

Proses ini memungkinkan sel darah merah untuk menyediakan sendiri (resupply itself) dengan NAD karena sel-sel ini tidakmengandung mitochondria. Otot yang sedang latihan juga menghasilkan laktat jika kekurangan NAD. Bertambahnya laktat kemudian akan menyebabkan otot menjadi lelah (fatigue). Produksi laktat oleh suatu sel memungkinkan glikolisis anaerobik berlanjut karena disini tetap ada suatu pasokan dari NAD. Lagi pula, jalur ini menghasilkan hanya sekitar 5% dari potensial ATP per molekul glukosa. Tetapi untuk sebagian sel-sel seperti sel darah merah, glikolisis anaerobik adalah satu-satunya metode untuk menghasilkan ATP. Asam laktat dilepaskan ke peredaran darah, ditangkap terutama oleh hati dan disintesa menjadi glukosa. .( Simanjuntak dan Silalahi, 2003 ) Glikolisis anarobik berperan hampir pada semua vertebrata, termasuk pada manusia, dalam waktu penedek pada aktivitas otot yang bersifat ekstrim, misalnya selama lari cepat 100 m, pada saat oksigen tidak dapat dibawa pada kecepatan yang cukup untuk dibawa ke otot, dan mengoksidasi piruvat, menghasilkan ATP. Sebaliknya, otot menggunakan glikogen cadangan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan ATP oleh oksidasi glikolisis anaerobic dengna laktat sebagai produk akhir. Penggunaan glikolisis anaerobic sebagai sumber energy bagi kontruksi otot terutama penting pada otot putih. Contoh hewan yang sangat dipengaruhi aktivitasnya melalui glikolisis anaerobic pada otot putihnya yaitu burung kalkun, otot kaki kuda (Lehninger, 1982).

You might also like