You are on page 1of 14

LP Hemoroid

Posted by dwixhikari pada 8 November 2009 Oleh : Niken Jayanthi, S.Kep Laporan Pendahuluan Hemoroid I. Pengertian Hemoroid adalah dilatasi vena hemoroidal interior atau superior (kamus saku kedoteran Dorland, 1998). Hemoroid adalah pembengkakan yang tidak wajar/ distensi vena di daerah rectal yang tidak signifikan (D. D. Ignatavicius, 1998). II. Klasifikasi 1. Hemoroid internal Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa diatas spingter ani. Hemoroid internal dikelompokkan dalam 4 derajad : Derajad I Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu defekasi. Tidak terdapat prolaps dan pada pemeriksaan terlihat menonjol dalam lumen. Derajad II Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi dapat masuk kembali secara spontan. Derajad III Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah defekasi. Derajad IV Hemoroid menonjol keluar saat menegejan dan tidak dapat didorong masuk kembali. 2. Hemoroid Eksternal Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk. Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu : Akut Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung- ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Kronik

Sedangkan hemoroid eksterna kronik satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah. III. Etiologi Faktor penyebab hemoroid adalah : o o o o o o Mengejan pada waktu defekasi Konstipasi menahun Kelemahan dinding struktural dari dinding pembuluh darah Herediter Pembesaran prostat Peningkatan tekanan intra abdomen

Kehamilan Konstipasi Berdiri dan duduk terlalu lama o o o o Fibroma uteri Tumor rectum Diare Kongesti pelvis

IV. Tanda dan gejala pendukung adanya hemoroid Adanya trauma karena feses yang keras Adanya darah keluar dengan warna merah segar Adanya prolaps Timbulnya nyeri (hemoroid eksterna) Keluarnya mucus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam

V. Pathways Terlampir. VI. Diagnosa keperawatan Cemas / takut b/ d lingkungan baru, jauh dari orang yang disayangi, kurang pengetahuan terhadap tindakan yang akan dilakukan. Gangguan rasa nyaman nyeri b/ d organ saraf terputus. Resiko injuri (jatuh dari bed) b/ d kesadaran menurun akibat anastesi. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d perdarahan intra operasi. VII. Intervensi Terlampir. DAFTAR PUSTAKA Long, Barabara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah 2. Jakarta: EGC. Priharjo, Robert. (1996). Pengkajian fisik Keperawatan. Jakarta: EGC. Smeltzer, Suzane. C dan Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddarth. Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID


HEMOROID
A. Pengertian Hemoroid adalah pelebaran vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik. Hanya apabila menyebabkan keluhan atau penyulit diperlukan tindakan. Hemaroid sangat umum terjadi. Pada usia 50 tahun 50% individu mengalami berbagai tipe hemorroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. B. Etiologi Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis, konstipasi dan kehamilan. Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang. Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri ttetapi salling berkaitan. C. Klasifikasi Hemaroid dibedakan menjadi dua yaitu : Hemaroid Intern adalah Vena yang berdilatasi pada pleksus vena hemoroidalis superior dan media atau hemoroid yang terjadi atas sfingter anal. Hemaroid intern ini dibagi menjadi 4 tingkat yaitu : - Tingkat I : varises satu atau lebih V. hemoroidales interna dengan gejala perdarahanberwarna merah segar pada saat buang air besar. - Tingkat II : varises dari satu atau lebih v. hemoroidales interna yang keluar dari dubur pada saat defekasi tetapi masih dapat kembali dengan sendirinya. - Tingkat III : seperti tingkst II tetapi tidak dapat masuk spontan, harus didorong kembali. - Tingkat IV : telah terjadi inkarserasi Hemaroid ektern yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemaroid inferior terdapat disebelah distal garis mukokutandidalam jaringan dibawah epitel anus atau hemaroid yang muncul di luar sfingter anus.

D. Patofisiologi Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan nekrosis. Hemorrhoid interna: Sumbatan aliran darah system porta menyebabkan timbulnya hipertensi portal dan terbentuk kolateral pada vena hemorroidalis superior dan medius. Selain itu Sistem vena portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik. Hemorrid eksterna: Robeknya vena hemorroidalis inferior membentuk hematoma di kulit yang berwarna kebiruan, kenyalkeras,dan nyeri. Bentuk ini sering nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri

E. Manifestasi klinik Gejala utama berupa : Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri Prolaps yang berasal dari tonjolan hemaroid sesuai gradasinya. Gejala lain yang mengikuti : Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus. Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah. Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi F. Pemeriksaan dan diagnosis a. Anamnesa : BAB diselimuti darah segar atau menetes darah segar sehabis BAB. b. Fisik : Kemungkinan tidak ditemui kelainan pada pemeriksaan luar, kadang-kadang didapatkan anemia. c. Colok dubur : Tidak didapatkan rasa nyeri, tidak teraba tumor. Colok dubur harus dilakukan untuk mendapatkan kelainan lain. d. Proktoskopi : ditentukan lokal dan gradasi hemoroid interna yang selanjutnya digunakan untuk menentukan cara pengobatannya. G. Diagnosis Banding Pada penderita dewasa harus di diagnosa banding : Karsinoma rektum Karsinoma anus Fisura ani Amubiasis Polip rektum Pada penderita anak harus di-diagnosa banding : Polip rektum Invaginasi Fisura ani H. Komplikasi Perdarahan Trombosis Prolaps I. Penatalaksanaan Hemorroid interna diterapi sesuai dengan Tingkatnya, Hemorroid eksterna selalu dengan operasi. Konservatif indikasi untuk tingkt 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus. Operatif indikasi untuk tingkat 3-4, perdarahan dan nyeri. Gejala hemorroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan: Higiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam, bila gagal dibantu dengan menggunakan laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati usus. Tindakan untuk mengurangi pembesaran dengan cara: rendam duduk dengan salep, supositoria yang mengandung anestesi, astringen (witch hazel) dan tirah baring. Beberapa tindakan nonoperatif untuk hemorroid: Foto koagulasi infra merah, diatermi bipolar, terapi laser adalah tehnik terbaru untuk melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya

a. a. b. c. b. a.

b. c.

Injeksi larutan sklerosan efektif untuk hemorrhoid yang berukuran kecil. Tindakan bedah konservatif hemorrhoid internal Adalah prosedur ligasi pita karet. Hemorrhoid dilihat melalui anosop, dan bagian proksimal diatas garis mukokutan dipegang dengan alat. Pita karet kecil kemudian diselipkan diatas hemorrhoid. Bagian distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik setelah beberapa hari danm dilepas. Terjadi fibrosis yang mengakibatkan mukosa anal bawah turun dan melekat pada otot dasar. Meskipun tindakan ini memuaskan beberapa pasien, namun pasien lain merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan mengakibatkan hemorroid sekunder dan infeksi perianal. d. Hemoroidectomy kriosirurgi Adalah metode untuk menghambat hemorroid dengan cara membekukan jaringan hemorroid selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis. Meskipun hal ini kurang menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena menyebabkan keluarnya rabas yang berbau angat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh. e. Laser Nd: YAG Digunakan dalam mengeksisi hemorroid eksternal. Tindakan ini cepat dan kurang menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode paska operatif. f. Metode pengobatan hemorroid tidak efektif untuk vena trombosis luas, yang harus diatasi dengan bedah lebih luas. g. Hemorroidectomy atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan hemorroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi. Setelah prosedur operasi selesai, selang kecil dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah; penempatan Gelfoan atau kasa Oxigel dapat diberikan diatas luka kanal

Perawatan pre dan post operasi Pre operasi Pasien mungkin diberikan laxatif dan diberi dorongann untuk memakan diet penuh dan normal hingga beberapa jam sebelum anattesi lokal dilakukan. Obat pelembek feses sering diberikan untuk memudahkan pengeluaran feses melalui rektum pasa masa post operatif dan laxatif besar mungkin diberikan untuk meningkatkan jumlah kotoran yang keluar. Enema mungkin di minta, dilakukan 1-2 jam sebelum pembedahan. Post operasi Pembedahan ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Rasa nyeri yang merupakan akibat spasme rektal dapat menghambat buang air kecil dan defikasi. Rasa nyeri dapat diminimalkan dengan penggunaan analgetik, sitbath, dan pelembek feses. Selama 12 jam pertama setelah pembedahan perdarahan merupakan hal yang mungkin terjadi. Darah dapat terkumpul didalam lubang anal dan tidak dikeluarkan, untuk itu tanda-tanda lain dari perdarahan harus di monitor (TTV, tidak dapt beristirahat dan haus). Pada periode ini sitbath di hindari karena penghangatan akan menambahkan perdarahan lebih lanjut dengan melebarkan pembuluh darah. Peningkatan rasa nyaman : Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman, tidur miring sering menjadi pilihan. Gunakan ganjalan pengapung dibawah bokong waktu duduk. Berikan obat-obat analgesik selama 24 jan pertama. Gunakan pemanasan basah setelah 12 jam pertama : kompres rektal atau sit bath dilakukan 3-4 kaali/hari. Peningkatan eliminasi Berikan pelembek feses sesui resep

Berikan analgetik jika mungkin, menjelang air besar pertama. Jika diminta untuk enema, gunkan kateter yang diberi pelumas dengan baik atau tube rektal yang kecil Pendidikan pada pasien : Lakukan sitbath setiap kali setelah BAB paling kurang 1-2 minggu setelah operasi. Makan diet berserat yang adekuat, minum paling sedikit 2000 ml cairan dan berolah raga ringan. Pelembek feses mungkin dibutuhkan setiap hari atau setiap beberapa hari hingga penyembuhan sempurna. Lpaorkan gejala-gejala : perdarahan rektal, nyeri terus menerus waktu defikasi, drainasse yang supuratif.

J.Diagnosa keperawatan 1. Nyeri akut b.d agen injuri (spasme sfingter pasca operasi) 2. Konstipasi b.d faktor fungsional (penolakan kebiasaan/menggugurkan keinginan untuk defekasi) 3. Ansietas b.d perubahan status kesehatan. 4. Resiko infeksi 5. Defisit self care b.d kelelahan 6. Defisit pengetahuan b.d misinterpretasi informasi 7. PK : Hemoragi

Lp Hemoroid
Hemoroid

I. Pengertian Hemoroid adalah dilatasi vena hemoroidal interior atau superior (kamus saku kedoteran Dorland, 1998). Hemoroid adalah pembengkakan yang tidak wajar/ distensi vena di daerah rectal yang tidak signifikan (D. D. Ignatavicius, 1998).

II. Klasifikasi A. Hemoroid internal

Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa diatas spingter ani. Hemoroid internal dikelompokkan dalam 4 derajad : 1. Derajad I Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu defekasi. Tidak terdapat prolaps dan pada pemeriksaan terlihat menonjol dalam lumen. 2. Derajad II Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi dapat masuk kembali secara spontan. 3. Derajad III Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah defekasi. 4. Derajad IV Hemoroid menonjol keluar saat menegejan dan tidak dapat didorong masuk kembali.

B.

Hemoroid Eksternal

Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk. Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu : Akut

Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung- ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Kronik Sedangkan hemoroid eksterna kronik satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

III. Etiologi Faktor penyebab hemoroid adalah : o Mengejan pada waktu defekasi o Konstipasi menahun o Kelemahan dinding struktural dari dinding pembuluh darah o Herediter o Pembesaran prostat o Peningkatan tekanan intra abdomen - Kehamilan - Konstipasi - Berdiri dan duduk terlalu lama o Fibroma uteri o Tumor rectum o Diare o Kongesti pelvis IV. Tanda dan gejala pendukung adanya hemoroid

Adanya trauma karena feses yang keras Adanya darah keluar dengan warna merah segar Adanya prolaps Timbulnya nyeri (hemoroid eksterna) Keluarnya mucus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam

V. Pathways

Konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, fibroma uteri, pembesaran prostat, tumor rectum.

VI. Diagnosa keperawatan 1. Cemas / takut b/ d lingkungan baru, jauh dari orang yang disayangi, kurang pengetahuan terhadap tindakan yang akan dilakukan. 2. Gangguan rasa nyaman nyeri b/ d organ saraf terputus. 3. Resiko injuri (jatuh dari bed) b/ d kesadaran menurun akibat anastesi. 4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d perdarahan intra operasi.

VII. Intervensi Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

PRE OP

Cemas b/d penurunan fungsi kognitif dan - Pasien mengungkapkan kurangnya kondisinya pengetahuan - Ekspresi wajah pasien tidak terhadap tampak gelisah. penyakitnya.

Setelah diberi penjelasan tentang prosedur operasi dan suport mentral dengan KH :

- Klien mau bertanya tentang tindakan yang akan dilakukan.

- beri penjelasan tentang prosedur Agar pasien jelas dengan prosedur yang akan dilakukan pada klien apa yang dilakukan - Orientasikan klien pada Mengurangi rasa lingkungan yang baru cemas pada pasien - Anjurkan klien untuk berdoa - Beri waktu klien untuk bertanya - Beri motivasi klien tentang prosedur tindakan - Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya - Kaji TTV Agar dapat diketahui skala nyerinya pada derajat I-IV, supaya pasien tidak tegang dan timbul cemas

POST OP Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan saraf perifer

- Teliti keluhan nyeri, catat Rasa nyeri berkurang setelah intensitasnya, lokasinya dan dilakukan tindakan keperawatan lamanya selama 1 x 15 menit dengan KH - Atur posisi senyaman mungkin - pasien mengatakan nyeri - Ajarkan managemen relaksasi berkurang. - Pasien menunjukan skala nyeri - Monitor TTV pada angka 3. - Kolaborasi pemberian obat analgetik - Ekspresi wajah klien rileks. Meminimalkan penyebab injuri - Memberi bed tambahan dikanan dan kiri klien dengan melakukan tindakan 1x 15 menit, KH : - Pantau posisi klien - Klien tidak jatuh dari bed - Klien dalam posisi yang nyaman

Untuk kenyamanan pasien

POST OP Resiko injuri (jatuh dari bed) b/ d kesadaran menurun akibat anastesi

INTRA OP Volume cairan dalam tubuh Gangguan seimbang setelah dilakukan 1 x - Memantau TTV keseimbangan cairan dan elektrolit 10 menit dengan KH : - Memantau intake dan output b/d perdarahan intra - TTV dalam batas normal : cairan operasi TD : 120/80 mmHg - Memantau integritas cairan

Mengetahui cairan intek maupun output apakah seimbang atau tidak.

N : 80x/ menit S : 35,4 C R : 20 x/ menit - Integritas kulit baik - Seimbang antara input dan out put
0

DAFTAR PUSTAKA

arabara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah 2. Jakarta: EGC

, Robert. (1996). Pengkajian fisik Keperawatan. Jakarta: EGC

r, Suzane. C dan Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddarth

to, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

You might also like