You are on page 1of 7

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Pada saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, salah satu penunjangnya adalah pendidikan, karena pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam memajukan bangsa dan negara, namun disisi lain ada hal yang perlu dicermati yaitu para pendidik maupun orang tua murid serta khalayak ramai tidak akan henti- hentinya merasa kurang puas dengan sisitm pendidikan yang ada. Ketidakpuasan itu disebabkan oleh berbagai faktor salah satu diantaranya adalah, kemajuan ilmu pengetahuan yang menyebabkan peledakan pengetahuan sehingga mutu pendidikan dianggap kian merosot. Dalam hal ini pemeintah sebagai penyelenggara pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar terhadap bidang pendidikan. Berbagai macam cara ditempuh untuk perbaikan mutu pendidikan, misalnya dengan menaikkan anggaran pendidikan dan perbaikkan kurikulum. Berhubungan dengan perbaikan kurikulum dalam hal ini pemerintah mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan. Usaha pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya adalah dengan mengimplementasikan kurikulum 2006 atau disebut KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan). Perubahan kurikulum lama menuju kurikulum berbasis kompetensi (KTSP), berdampak pada sistim evalusi hasil pembelajaran. Jika pada evaluasi keberhasilan belajar berdasarkan kurikulum lama menggunakan ukuran bahwa peserta didik dinyatakan berhasil kalau mereka menguasai materi pelajaran. Pada kurikulum KTSP yang berbasis kompetensi, maka evaluasi keberhasilan tidak hanya dilihat dari penguasaan materi pelajaran, melainkan

dampak penguasaan tersebut terhadap perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. (Sugiono, 2010 : 56) Salah satu hal khusus yang perlu diketahui dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan adalah proses belajar mengajar dan pendekatan pembelajaran yang merupakan kegiatan yang pokok dalam proses pendidikan. Dengan demikian berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tegantung pada keberhasilan proses belajar mengajar. Kegiatan belajar disekolah- sekolah saat ini pada umumnya masih menggunakan pendekatan formal. Dimana pendekatan pembelajaran formal disekolah- sekolah / kelas banyak dipengaruhi oleh aliran behavioristik, yang mana dalam pembelajaran ini menjadikan peserta didik merasa sulit, merasa dipaksa sehingga mereka menjadi malas, bosan, dan bahkan enggan untuk melakukan kegiatan belajar atau masuk kedalam kelas. Pembelajaran dimana aktivitas utama dilakukan oleh pendidik atau guru yang terjadwal secara ketat, menyamakan materi, perlakuan kepada peserta didik mengakibatkan Belajar adalah suatu yang menakutkan.(Sugiono, 2010:77). Sebagai contoh dari peryataan diatas adalah pelajaran TIK. Dalam hal ini banyak orang memandang TIK sebagai pelajaran yang cukup sulit tanpa adanya praktikum secara langsung. Walaupun demikian, semua orang harus memelajari TIK karena merupakan sarana untuk mengikuti perkembangan jaman yang semakin modern dan canggih untuk melakukan sistem kerja secara komputerisasi. Pada umumnya banyak peserta didik dengan kesulitan belajar pengoperasian dalam mata pelajaran TIK, baik secara praktis maupun permasalahan emosional. Pada saat pengamatan awal ketika memasuki kelas, masih banyak siswa yang tidak berkonsentrasi pada pelajaran, mereka masih terlihat asyik bergurau dengan temannya,

bahkan ada pula siswa yang duduk di bangku depan yang terlihat diam, tetapi pada saat tanya jawab dengan guru siswa tersebut terlihat tidak mengikuti pelajaran dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak berkonsentrasi saat guru menerangkan materi. Banyak siswa yang mengatakan bahwa TIK itu sulit untuk dipelajari kalau hanya menggunakan teori. Sebagai seorang guru harus mampu menciptakan suasana yang dapat membuat siswa tertarik dan nyaman untuk belajar TIK, sehingga siswa akan menjadi mudah dalam memahami konsep dari pada TIK tersebut. Yaitu suasana yang dapat menarik dan menantang siswa untuk belajar TIK. Dengan demikian kreativitas seorang guru sangat diperlukan disini. para siswa harus diberikan bimbingan dan pengarahan yang lengkap akan apa yang sedang dipelajari bahkan adanya sesuatu yang memungkinkan mereka dapat berkomunikasi secara baik dengan guru, dengan temannya maupun dengan lingkungan sekitarnya, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mengenal sosial media secara langsung. Kegiatan pembelajaran siswa hendaknya menggunakan model pembelajaran yang mendorong penggunaan berbagai macam sarana dan bahan pelajaran atau multimedia, sehingga siswa mampu untuk menemukan sendiri dan memahami konsep-konsep sulit. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang memenuhi tujuan tersebut karena pembelajaran kooperatif sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan bukku pelajaran tetapi juga sesama siswa untuk memecahkan masalah-masalah bersama. Menurut Slavin (1997),

pembelajaran kooperatif, merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat bermacam-macam tipe. Salah satunya tipe struktural yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Salah satu pendekatan dalam tipe struktural adalah pendekatan Think Pair Share yang memberikan waktu kepada siswa secara berpasangan dan berkelompok, untuk berpikir, merespon suatu pernyataan dan saling membantu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arends (dalam Trianto, 2007) menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang anggun dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak berpikir, merespon dan saling membantu. Peneliti tertarik untuk menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dalam pembelajaran biologi dikarenakan ingin memberikan nuansa baru terhadap proses belajar mengajar di tempat peneliti mengadakan penelitian. Pembelajaran tipe Think Pair Share memberikan waktu siswa untuk berpikir, berdiskusi, dan bekerjasama secara berpasangan, siswa dikelompokkan secara berpasangan untuk mengefektifkan proses diskusi atau meminimalkan siswa yang tidak aktif. Dengan demikian pembelajaran tidak hanya efektif tetapi tujuan pembelajaran juga dapat tercapai secara optimal. Itulah maksud dari pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share ini di lakukan. Berdasarkan hal diatas mendorong penulis mengadakan penelitian dengan judul

Pengaruh model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dan Metode Ceramah terhadap hasil belajar TIK (teknologi informasi dan komunikasi) Pada Pokok Bahasan Tarhapan perkembangan manusia Siswa Kelas VIII SMPN 2 PURWOASRI Tahun Ajaran 2012 / 2013.

B.

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan masalahnya sehingga dapat dikenal sebagai suatu masalah yang memerlukan pemecahan, bahwa suatu permasalahan jika di kerjakan sendiri akan terasa sulit dan lama pemecahannya namun apabila masalah di kerjakan secara bersama dengan teman maka pemecahannya akan mudah dan cepat terselesaikan. Bertolak belakang dari kenyataan diatas maka timbul suatu persoalan yaitu apakah model pembelajaran memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa SMP kelas VIII pada pelajaran TIK.

C.

Batasan Masalah Model pembelajaran adalah suatu cara cara dalam suatu pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keefektifan dan hasil belajar siswa. Macam Model pembelajaran ada banyak berbagai model misalnya model pembelajaran TPS dan Ceramah. Model pembelajaran TPS merupakan salah satu metodel kooperatif yang sederhana dan efektif guna meminimalkan siswa yang kurang aktif, sedangkan model pembelajaran

ceramah merupakancara pembelajaran yang cenderung guru terlihat lebih aktif daripada siswa. Dalam pemilihan model pembelajaran dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar itu sendiri merupakan kemampuan yang di miliki siswa setalah siswa tersebut menerima pembelajaran dari guru.

dari uraian di atas jelas bahwa batasan masalah yang sesuai dengan permasalahannya yaitu Model pembelajaran TPS dan model pembeljaran Ceramah apakah dapat mempengaruhi hasil belajar siswa SMP kelas VIII..

D.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa pada pelajaran TIK bahasan tahapan perkembangan teknologi informasi yang menggunakan model pembelajaran kooperatif yang menggunakan tipe TPS (Think Pair Share) dengan Metode pembelajaran Ceramah.

E.

Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah sebagaimana dikemukakan diatas, adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan Metode pembelajaran Ceramah terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran TIK bahasan Tahapan perkembangan teknologi informasi.

F.

Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa Penelitian ini merupakan salah satu alternatif yang dapat meningkatkan ketrampilan kooperatif antar siswa. 2. Bagi Guru Memberi gambaran tentang metode pembelajaran yang efektif dan sesuai dalam proses pembelajaran.
6

3.

Bagi Sekolah Dengan penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dapat

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah terutama untuk pelajaran TIK dan sebagai inovasi model pembelajaran untuk meningkatakan gairah dan hasil belajar siswa. 4. Bagi Peneliti Untuk memperluas pemahaman tentang metode pembelajaran secara umum dan dalam memilih serta menggunakan metode pembelajaran tersebut, yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam mengajar TIK di tingkat menengah pertama.

You might also like