You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Salmonella sp. adalah bakteri batang gram negatif yang hidup di usus halus dan colon. Salmonella sp. dapat menginfeksi manusia melalui air dan makanan, serta lalat yang hinggap pada makanan yang tercemar. Akibat yang ditimbulkan adalah peradangan pada saluran pencenaan sampai rusaknya dinding usus. Salmonella sp. tertelan bersama makanan dan minuman yang terkontaminasi kemudian bersarang di jaringan limfoid pada dinding usus, sebagian ada yang ikut keluar bersama feses. Aliran limfa membawa organisme ini ke dalam duktus torak kemudian ke dalam darah. Dari darah bakteri ini masuk ke ginjal dan melewati glomerulus, selanjutnya terbawa bersama urin. Diagnosis pasti demam tipoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri Salmonella sp. dalam biakan pada sampel darah, urine, feses, sumsum tulang, atau cairan duodenum. Pemeriksaan feses (tinja) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern, dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses, cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. Sehingga penting sekali melakukan pemeriksaan Salmonella sp. dengan sampel feses melalui isolasi pada beberapa media yang akan dilaksanakan dalam praktikum ini.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana pemeriksaan Salmonella sp. dalam sampel feses? 1.2.2 Bagaimana hasil identifikasi Salmonella sp. pada sampel feses?

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mahasiswa dapat melakukan identifikasi Salmonella sp. pada sampel feses secara mikrobiologi melalui identifikasi secara

makroskopis dan biokimia

1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Untuk mengetahui pemeriksaan Salmonella sp. pada sampel feses. 1.3.2.2 Untuk mengetahui hasil identifikasi Salmonella sp. pada sampel feses.

1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Praktis Dari praktikum dan dengan pembuatan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai tambahan referensi sehingga dapat menambah keterampilan di bidang mikrobiologi khususnya mengenai teknik identifikasi Salmonella sp. dalam sampel feses.

1.4.2 Manfaat Teoritis 1.4.2.1 Memperluas pengetahuan mahasiswa dalam teknik identifikasi Salmonella sp. pada sampel feses. 1.4.2.2 Menjadi referensi di bidang ilmu mikrobiologi mengenai teknik identifikasi Salmonella sp. pada sampel feses.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Feses Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang dimakan lalu dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna. Tinja atau feses atau dalam bahasa kasarnya disebut tahi adalah produk buangan saluran pencernaan hewan yang dikeluarkan melalui anus atau kloaka. Pada manusia, proses pembuangan kotoran dapat terjadi (bergantung pada individu dan kondisi) antara sekali setiap satu atau dua hari hingga beberapa kali dalam sehari. Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu, menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar disebut dengan diare atau mencret (Fachrizal, 2010). Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau feses atau tinja. Pemeriksaan feces dapat dilakukan secara mikroskopis, makroskopis, kimia, dan bakteriologis (Fachrizal, 2010). Feses mengandung mikroflora usus sekitar 1011-12 bakteri/g. Dalam kondisi sehat, mikroflora usus seseorang didominasi oleh bakteri yang berguna. Adanya perubahan dalam kondisi fisik atau pola makan, atau bahkan dalam keadaan stress, maka komposisi mikoflora usus dapat merubah. Akibatnya, terjadi gangguan saluran pencernaan anda atau bahkan gangguan keseluruhan kesehatan anda. Oleh karena itu feses dapat menjadi indikator kesehatan seseorang (Fachrizal, 2010). Kandungan air feses berkisar 70-80%. Pada umumnya tipe normal ini dipengaruhi oleh menu makanan. Menu makanan yang mengandung serat

tinggi, akan menghasilkan feses yang kamba (bulky) dan dalam jumlah yang banyak ( 300-500 g), dengan berat jenis sekitar 0,89 sehingga akan mengapung di air. Sebaliknya menu yang rendah serat dan tinggi kadar daging menghasilkan feces yang langsing dan jumlahnya sedikit ( 100-250 g), dengan berat jenis di atas 1.0 dan akan tenggelam (Unnah, 2011). Warna feses paling umum adalah kuning kecoklatan. Selain dipengaruhi oleh asupan makanan, warna feses dipengaruhi oleh pigmen empedu (bilirubin). Bilirubin berasal dari sel darah merah yang telah mengalami degenerasi, kemudian dirombak oleh hati, hasilnya disimpan dalam kantong empedu dan dikeluarkan ke dalam usus kecil. Konsentrasi bilirubin mempengaruhi warna sehingga bervariasi dari hijau-hitam hingga kuning muda (Unnah, 2011). Jika isi (makanan) usus berjalan pada kecepatan normal, warna feses adalah kuning kecoklatan sampai coklat tua. Jika berjalan lebih lambat, feses akan berwarna lebih gelap. Kecepatan feses bergerak 10 cm per jam, dan ini bergantung pada diet seseorang. Makanan dengan fiber tinggi akan menyebabkan bakteri asam laktat berkembang dan feses akan bersifat asam. Makanan dengan fiber rendah dan banyak daging akan membuat bakteri pembusuk berkembang pesat dan feses akan bersifat basa. Asosiasi aktivitas metabolik bakteri usus dalam mendegradasi makanan dengan bilirubin inilah yang membentuk warna feses. Beberapa unsur-unsur yang dimakan dapat merubah warna feses. Obat-obat yang mengandung besi dan bismuth akan merubah feses menjadi hitam. Beets dan kemungkinan beberapa sayur-sayuran dan buah-buahan merah lain dapat merubah feses menjadi warna kemerahan. Zat pewarna makanan juga akan berpengaruh kepada warna feses (Fachrizal, 2010). Terjadinya perubahan warna yang menyimpang dari feces, kemungkinan besar merupakan tanda adanya abnormalitas dalam tubuh. Warna feses putih keabu-abuan, kemungkinan merupakan tanda aliran bilirubin ke usus diblokir. Penyebabnya dapat berupa tumor atau kelainan hati. Apabila berwarna merah, kemungkinan terjadi pendarahan pada kolon. Warna hitam seperti tar

menandakan sedang menderita kanker kolon, tukak lambung atau tukak duodenum (Fachrizal, 2010). Bau khas dari feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Aktivitas bakteri akan menghasilkan asam asetat dan asam butirat dari hasil fermentasi gula dan baunya asam serta tidak begitu menjijikan. Bakteri pembusuk protein akan menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida yang berbau tajam dan menusuk. Hal tersebut merupakan tanda fermentasi yang abnormal akibat aktivitas bakteri jahat ketika seseorang mengalami konstipasi (Unnah, 2011). Bentuk, warna dan bau dari feses dapat memberikan banyak informasi mengenai kondisi usus seseorang. Adanya penyimpangan dari mikroflora usus dapat dideteksi secara sederhana bila penampakan feses memperlihatkan terjadinya perbedaan dari kondisi feses normal dari seseorang yang sehat (Fachrizal, 2010).

2.2 Morfologi Salmonella Salmonella merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang fakultatif. Genus Salmonella dinamai oleh seorang ahli patologi hewan Amerika yang bernama Daniel Elmer Salmon, namun Theobald Smith adalah penemu sebenarnya dari jenis bakteri (Salmonella enterica var. choleraesuis) pada 1885, yang menyebabkan penyakit enterik pada babi (Pratiwi, 2011).

Ciri-ciri dari bakteri Salmonella adalah sebagai berikut (Pratiwi, 2011): 1. Berbentuk batang dengan ukuran tergantung jenis bakteri (pada umumnya memiliki panjang 2-3 m, dan bergaris tengah antara 0,3 0,6 m ).

2. Bersifat Gram negatif. 3. Berkembang biak dengan cara membelah diri. 4. Tidak berspora dan bersifat aerob. 5. Motil (pergerakan ) dengan mengunakan flagel. Mempunyai flagel perithrik (diseluruh permukaan sel), kecuali pada jenis Salmonella gallinarum dan Salmonella pullorum. 6. Salmonella mudah tumbuh pada medium sederhana, tetapi hampir tidak pernah memfermentasikan laktosa atau sukrosa. 7. Salmonella membentuk asam dan kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa. 8. Salmonella resisten terhadap bahan kimia tertentu (misal, hijau brilian, natrium tetrationat,natrium deoksikolat) yang menghambat bakteri enterik lain,oleh karena itu senyawa senyawa tersebut berguna untuk inklusi isolate salmonella dari feses pada medium. 9. Struktur sel bakteri Salmonella terdiri dari inti (nukleus), sitoplasma, dan dinding sel. Karena dinding sel bakteri ini bersifat Gram negatif , maka memiliki struktur kimia yang berbeda dengan bakteri Gram positif. Menurut Jawetz et al (dalam Bonang,1982) mengemukakan bahwa dinding sel bakteri gram negatif mengandung 3 polimer senyawa mukokompleks yang terletak diluar lapisan peptidoglikan (murein). Ketiga polimer ini terdiri dari : 1. Lipoprotein adalah senyawa protein yang mempunyai fungsi

menghubungkan antara selaput luar dengan lapisan peptidoglikan. 2. Selaput luar adalah selaput ganda yang mengandung senyawa fosfolipid dan sebagian besar dari senyawa fosfolipid ini terikat oleh molekulmolekul lipopolisakarida pada lapisan atasnya (Pratiwi, 2011).

2.3 Klasifikasi Salmonella

Berikut klasifikasi dari bakteri Salmonella (Pratiwi, 2011) : Kerajaan : Bacteria Filum Kelas Ordo Family Genus Spesies : Proteobakteria : Gamma proteobakteria : Enterobakteriales : Enterobakteriaceae : Salmonella : Salmonella enterica Salmonella arizona Salmonella typhi Salmonella choleraesuis Salmonella enteritidis

Secara praktis salmonella dapat dibagi menjadi (Pratiwi, 2011) : 1. Salmonella tifoid yaitu Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A,B, dan C penyebab demam enterik (typhoid) pada manusia. Kelompok ini telah beradaptasi pada manusia. 2. Salmonellanon-tifoid yaitu Salmonelladublin (sapi),Salmonella cholera suis (babi),Salmonellagallinarum dan Salmonella pullarum (unggas),

Salmonella aborius equi (kuda) dan Salmonella aborius ovis (domba). Salmonella sp yang beradaptasi pada jenis hewan tertentu jarang menimbulkan penyakit pada manusia.

2.4 Metode Analisa Metode analisa merupakan proses pembuktian atau konfirmasi pengujian secara obyektif di laboratorium yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dalam pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik (Fardiaz, 1993). Dalam hal ini, metode analisa yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya bakteri Salmonella adalah metode analisa secara kualitatif yakni bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu bakteri Salmonella dalam suatu feses (Sugianto, 2012). a. Metode Analisa Kualitatif Pada pengujian identifikasi bakteri Salmonella metode yang digunakan adalah metode analisa secara kualitatif. Pada metode analisa kualitatif ini memiliki tahapan tahapan tertentu dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu mikroorganisme dalam feses (Sugianto, 2012). Tujuan dari pengidentifikasian dalam uji suatu bakteri (Salmonella) pada metode ini adalah untuk mengetahui mutu ataupun kualitas dari suatu produk berdasarkan kemasan atau sifat mikrobiologinya. (Sugianto, 2012).

b. Uji Salmonella Uji Salmonella digunakan untuk menetapkan adanya Salmonella dalam makanan.Salmonella merupakan bakteri gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus, paratifus, dan penyakit foodborne. Salmonella terdiri dari sekitar 2500 serotipe yang kesemuanya diketahui bersifat pathogen baik pada manusia atau hewan (Sugianto, 2012). Pada pengujian Salmonella ini dibuat juga kontrol positif yaitu sampel yang telah diberi biakan kultur Salmonella sebagai pembanding. Dari pengkayaan selektif, biakan dari MKTTn dan RVS diinokulasikan pada media BGA dan XLD untuk tahap inokulasi dan identifikasi. Pada tahap ini hanya biakan dari BGA yang berasal dari MKTTn yang menunjukkan pertumbuhan koloni. Sedangkan pada media XLD tidak ada pertumbuhan koloni. Selanjutnya koloni dari biakan BGA dilakukan uji identifikasi yaitu uji

biokimia dan uji serologi. Uji biokimia yang dilakukan antar lain sebagai berikut: 1. Uji TSIA Pada uji TSIA warna media slant berubah menjadi merah karena bakteri bersifat basa ini menandakan bahwa bakteri ini tidak memfermentasi laktosa dan sukrosa. Pada media daerah butt media berubah berwarna kuning ini menandakan bakteri memfermentasi glukosa. Pembentukan gas positif ini hasil dari fermentasi H2 dan CO2 dapat dilihat dari pecahnya dan terangkatnya agar.Pembentukan H2S positif ditandai dengan adanya endapan berwarna hitam. TSIA agar mengadung laktosa dan sukrosa dalam konsentrasi 1%, glukosa 0,1% dan phenol red sebagai indikator yang menyebabkan perubahan warna dari merah orange menjadi kuning dalam suasana asam. TSIA juga mengandung natrium trisulfat, yaitu suatu substrat untuk penghasil H2S, ferro sulfat menghasilkan FeS (precipitat), bewarna hitam untuk membedakan bakteri H2S dengan bakteri-bakteri lainnya (Sugianto, 2012).

2. Uji Urease Uji urease digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroba

menghidrolisis urea menjadi amonia. Enzim urease akan menguraikan urea menjadi amonia. Uji urease menunjukkan hasil positif jika terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah keunguan. Hasil uji urease negatif jika tidak terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah keunguan (Sugianto, 2012).

3. Uji Dekarboksilasi Lysin Uji Dekarboksilasi Lysin menggunakan media Xylose-Lysine-

Desoxycholate Agar medium digunakan untuk isolasi Salmonella danmemilah organisme lain dengan cara memfermentasi xylose, dekarboksilasi lysine dan produksi H2S. Fermentasi xylose sangat lazim bagi kebanyakan organisme enterik kecuali, Shigella, Providencia, Edwardsiella. Pada media ini, Salmonella akan membentuk koloni merah dengan inti hitam, sedang Pseudomonas dapat tumbuh dengan warna merah dan Eschericia berwarna

kuning. Mikroba lain yang dapat tumbuh pada media ini antara lain Arizona, Proteus, Aerobacter, Klebsiella,Citrobacter. Begitu banyak mikroba yang dapat tumbuh, sehingga media ini kurang dapat memilah Salmonella pada tahap awal.Lebih baik digunakan untuk tahap konfirmasi kontaminan Salmonella (Sugianto, 2012). 4. Uji -galaktosidase Uji -galaktosidase digunakan utuk identifikasi beberapa jenis bakteri seperti Salmonella.Enzim -galaktosidase merupakan enzim yang dapat mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Beberapa mikroorganisme seperti E. coli, dapat menggunakan laktosa sebagai sumber karbon. Selain laktosa, substrat alamiah dari enzim, adalah bahan yang sangat penting, ONPG (o-nitro-phenyl--D-galactopyranoside), dapat digunakan pula.-

galaktosidase dapat mengkatalisis ONPG menjadi galaktosa dan o-nitrofenol. ONPG tidak berwarna tetapi setelah hidrolisis menjadi o-nitrofenol, akan timbul warna kuning pada larutan yang alkali. beberapa jenis bakteri yang mampu melakukan fermentasi terhadap karbohidrat Streptococcus,

Lactobacillus, Zygomonas, Saccharomycetes, Escherichia, Enterobacter, Salmonella (Sugianto, 2012).

5. Uji Indol Uji Indol bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri dalam memecah asam amino triptofan. Media ini biasanya digunakan dalam indetifikasi yang cepat. Hasil uji indol yang diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda pada permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari tryptopan sebagai sumber karbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovacs. Asam amino triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat penguraian protein (Sugianto, 2012).

6. Uji Voges Proskauer Uji Voges Proskauer bertujuan untuk mengidentifikasi jenis bakteri Untuk membedakan bakteri Escherichia coli dengan Enterobacteraerogenes. Hasilnya uji ini negatif, karena tidak terbentuk warna merah pada medium setelah ditambahkan -napthol dan KOH, artinya hasil akhir fermentasi bakteri ini bukan asetil metil karbinol (asetolin). Salmonella positif jika pada uji biokimia yang dilakukan hasilnya sebagai berikut (Sugianto, 2012) : 1. TSIA : butt (+), slant (-), gas positif atau negatif dan H2S positif atau negatif. 2. Hidrolisis urea : negatif 3. Dekarbosilasi lysine : positif 4. Reaksi voges proskauer : negatif 5. Produksi indol : negatif 6. Uji serologi: terjadi aglutinasi pada penambahan antisera polivalen O, H, dan Vi. Pada biakan contoh setelah dilakukan uji biokimia dan serologi didapatkan hasil sebagai berikut(Sugianto, 2012) : a) TSIA : butt (-), slant (-), gas negatif dan H2S negatif b) Hidrolisis urea : positif c) Dekarbosilasi lysine : negatif d) Reaksi voges proskauer : negative e) Produksi indol : negative

7. Uji Serologi Uji serologi tidak terjadi aglutinasi pada penambahan antisera polivalen O, H, dan Vi. Reaksi Biokimia Salmonella Hasil Reaksi No. Pengujian Positif Tusukan kuning Tusukan ungu Negatif Tusukan merah Tusukan ungu Reaksi Salmonella sp Positif Positif

1 2

Glukosa (TSI) Lysine

Decarboxylase (LIA) 3 Hitam Warna ungu sampai merah Tidak hitam Tidak ada perubahan warna Positif

H2S (TSI dan LIA) Urease Lysine

Negatif

Decarboxylase Broth (LDB)

Warna ungu

Warna kuning

Positif

Dulcitol Broth

Warna kuning atau ada gas

Tidak ada perubahan warna dan gas Tidak ada pertumbuhan Tidak ada perubahan warna Warna kuning pada permukaan Tidak ada penggumpalan Negatif Negatif C Positif b

KCN Broyh

Pertumbuhan

Malonate Broth

Warna biru Warna violet pada permukaan

Uji Indol Uji Serologi

Negatif

10

Polyvalent Flagellar (H) Uji Serologi

Penggumpalan

Positif

11

Polyvalent Somatic (O)

Penggumpalan

Tidak ada penggumpalan Tidak ada perubahan warna dan gas Tidak ada perubahan warna dan gas Tidak ada

Positif

12

Lactose Broth

Warna kuning atau ada gas

Negatif C

13

Sucrose Broth

Warna kuning atau ada gas Merah muda

Negatif

14

Uji Voges

Negatif

Proskauer (VP) 15 Uji Methyl Red (MR)

sampai merah Warna merah menyebar Ada

perubahan warna Warna kuning menyebar Tidak ada pertumbuhan dan perubahan warna Variabel Positif

16

Simmons Citrate

pertumbuhan, warna biru

Kriteria untuk kultur non Salmonella

No. 1 2 Urease

Pengujian

Hasil (non Salmonella) Positif (warna ungu sampai merah) Positif (warna merah pada permukaan Negatif (tidak ada penggumpalan) Negatif (warna kuning) Positif (ada pertumbuhan) Positif (warna kuning ada gas)

Uji Indol dan Polyvalent Flagellar (H) LDB dan KCN Lactose Broth

5 6

Sucrose Broth Uji VP Uji MR

Positif (warna kuning ada gas) Positif (merah muda sampai merah) Negatif (warna kuning menyebar)

DAFTAR PUSTAKA

Association of Official Analytical Chemistry (AOAC), 2000.Official Methods of Analysis. Mc Graw Hill Press. Canada

Dad.2000.Bacterial Chemistry and Physiology. John Wiley & Sons, Inc., New York, p. 426. Association of Official Analytical Chemistry (AOAC), 2000.Official Methods of Analysis. Mc Graw Hill Press. Canada. Black, J.G. 1999. Microbiology Principles and Exploration 4th Edition. PrenticeHall Inc. New Jersey Buckle, K. A., dkk. 1987. Ilmu Pangan.Diterjemahkan oleh Adiono dan Hari Purnomo. UI Press, Jakarta. Campbell, N. A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid 2 edisi Kelima. Jakarta : Erlangga Cappuccino, J. G. & Natalie S. 1983.Microbiology A Laboratory Manual. Addison-Wesley Publishing Company, New York. Dad.2000.Bacterial Chemistry and Physiology. John Wiley & Sons, Inc., New York, p. 426. Direktorat Jenderal PPM & PLP, Depkes.1996. Pedoman Teknis Sanitasi (Penyehatan) Pengelolaan Makanan Di Rumah Sakit, Jakarta. Direktorat Jenderal PPM & PLP, Depkes.1996. Pedoman Teknis Sanitasi (Penyehatan) Pengelolaan Makanan Di Rumah Sakit, Jakarta. Djide, M. Natsir. 2003. Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi UNHAS, Makassar. Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi Cetakan ke-13.Jakarta : Percetakan Imagraph Dwijoseputro. 1987. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djembatan. Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada., Jakarta. Fardiaz, S. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Lim, D. 1998. Microbiology 2nd Edition.McGraw Hill. United States of America.

Fardiaz, S.,.1989. Analisis Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, IPB. Fardiaz, S.,.1992. Analisis Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, IPB Food and Drug Administration.1998.Bacteriological Analytical Manual. 8th Edition,.FRIEDHEIM, E., AND MICHAELIS, L. 2001 J. Biol. Chem., 91,55-368. Cit. PORTER, J. R. GAUSE, G. F. 1946 Litmocidin, a new antibiotic substance produced by roactinomyces cyaneus. J. Bacteriol., 51, Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek: Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Jurnalair. 2011.Kualitas Air. Diakses di

:(http://jurnalair.wordpress.com/2011/01/21/kualitas-air/. Diaksespada : 15April 2012) Official Chemical Method. 1979. Fish Inspection Branch Fisheries And Ocean. Science Press. Canada. Pelczar, M. J & E. C. S Chan. 1986.Dasar-dasar Mikrobiologi.UI-Press, Jakarta. Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007 dalam Soni, Ahmad. 2010 Elements of

Microbiology. Mc Graw Hill Book Company. New York. Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan. 2006.Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta. Pratiwi, Erni. 2011. Pemeriksaan Salmonella. Diakses Diakses di pada :. :

http://id.scribd.com/doc/54252133/tugas-bakteri2. Minggu, 18 November 2012

Ramona, Y., R. Kawuri, I.B.G. Darmayasa. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk Program Studi Farmasi FMIPA

UNUD.Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Udayana. Bukit Jimbaran. Sugianto, Tantri. 2012. Uji Salmonella. Diakses di :http://tantri-

sugianto.blogspot.com/2012/07/uji-salmonella.html. Diakses pada : Minggu, 18 November 2012 Sutedjo, M. M. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta, Jakarta. Tjay, T. H. 2003. Obat-Obat Penting. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Widiyanti, Ni Luh Putu Manik dan Ni Putu Ristianti.2004.Analisis Kualitatif Bakteri Koliform pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali.

LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 6 Mei 2013

1. Luh Made Ari Mas Purnamasari 2. Ni Wayan Febi Suantari 3. Ni Luh Arnitasari 4. Ni Luh Komang Ita Purnama Sari 5. I Putu Mahendra

(.........................) (.........................) (.........................) (.........................) (.........................)

Penanggungjawab Mata Kuliah Bakteriologi

Pembimbing

(Nyoman Mastra, SKM., S.Pd.,M.Si)

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

Pemeriksaan Salmonella sp.

KELOMPOK III :

1. Luh Made Ari Mas Purnamasari 2. Ni Wayan Febi Suantari 3. Ni Luh Arnitasari 4. Ni Luh Komang Ita Purnama Sari 5. I Putu Mahendra

(P07134011005) (P07134011009) (P07134011011) (P07134011029) (P07134011033)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASARJURUSAN ANALIS KESEHATANDENPASAR 2013

You might also like