You are on page 1of 7

Pengertian Co-combustion Co-combustion adalah proses pembakaran langsung dengan mengkombinasikan bahan bakar antara batubara dengan biomassa

untuk menghasilkan energi.

Jenis-jenis Co-combustion
Direct Co-combustion Pada konfigurasi ini, biomassa (sebagai bahan bakar sekunder) dimasukkan bersamaan dengan batubara (sebagai bahan bakar primer) ke dalam boiler yang sama. Direct co-combustion lebih umum digunakan karena paling murah. Pada direct co-combustion sendiri, ada dua pendekatan yang dapat dilakukan. Yang pertama adalah pencampuran dan perlakuan awal terhadap biomassa dan batubara dilakukan bersamaan sebelum diumpankan ke pembakar. Yang kedua, perlakuan awal biomassa dan batubara dilakukan secara terpisah, kemudian baru diumpankan ke pembakar.

Indirect Co-combustion Konfigurasi indirect co-combustion mengacu pada proses gasifikasi biomassa, dimana gas hasil gasifikasi biomassa kemudian diumpankan ke dalam pembakar dan dibakar bersama batubara. Dengan menggunakan konfigurasi ini, abu dari biomassa akan terpisah dari abu batubara dengan tetap menghasilkan rasio cocombustion yang sangat tinggi. Kekurangan dari indirect co-combustion adalah biaya investasinya yang tinggi.

Parallel Co-combustion Parallel co-combustion melibatkan suatu pembakar dan boiler terpisah untuk biomassa, dimana hasil pembakaran dari biomassa akan membangkitkan steam yang kemudian akan digunakan pada sirkuit power plant pembakaran batubara. Walaupun konfigurasi ini membutuhkan investasi yang lebih besar daripada direct co-combustion, konfigurasi ini memiliki kelebihan tersendiri. Dengan menggunakan konfigurasi ini,sangatlah mungkin untuk digunakan bahan bakar dengan kandungan logam alkali dan klorin tinggi dan abu dari hasil pembakaran batubara serta biomassa akan dihasilkan terpisah.

Pre-treatment Biomassa Biomassa memiliki karakteristik yang berbeda dengan batubara. Pada umumnya,analisis proksimat dari biomassa menunjukkan kandungan volatil sebesar 80% dan20% karbon tetap (basis kering dan basis bebas abu). Biomassa memiliki kelembaban yang tinggi sehingga nilai kalornya rendah. Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan turunnya temperatur pembakaran maksimum dan meningkatkan waktu tinggal yang dibutuhkan pada ruang pembakaran dan juga dapat menyebabkan terjadi pembakaran tidak sempurna. Biomassa juga mengandung abu yang lebih sedikit daripada batubara, akan tetapi kandungan logam alkali tinggi pada abu biomassa. Logam alkali merupakan salah satu penyebab terjadinya fouling di permukaan perpindahan panas. Sebagian besar permasalahan yang timbul pada proses co-combustion batubara dengan limbah biomassa berasal dari sifat fisik dan kimia biomassa, karena itu diperlukan pre-treatement terhadap biomassa sebelum digunakan dalam proses co-combustion. Pilihan pre-treatment yang dapat dilakukan adalah drying, sizing, balling, pelletizing, briquetting, washing/leaching, torefaksi, torefaksi dengan pelletizing, dan pirolisis.

Tipe co-combustion
1. Fixed Bed Combustion Merupakan tipe pembakaran untuk biomassa berukuran kecil dan medium. Tipe ini menggunakan grate-fired furnace (Fig. 4) and underfeed stokers

Fig. 4. Combustion with grate-fired furnace Keterangan A-Fuel feed B-Primary Combustion chamber C-Secondary Combustion chamber D-boiler E-Flue gas cleaner F-Ash removal G-Stack Fixed bed combustion Keuntungan

Kerugian

Grate furnaces 1. Biaya pengadaan awal murah 1. Hanya bisa menggunakan (<20 MWth) biomassa dengan jenis yang 2. Biaya operasi murah sama(campuran kayu dengan 3. Dapat dipakai untuk segala jenis kayu,tidak bisa dengan kayu menggunakan campuran kayu 4. Cocok untuk biomassa dengan dengan rumput) kadar air tinggi (10%-60% dari 2. Kenaikan temperatur bisa total berat),kadar abu tinggi,dan menyebabkan abu meleleh dan ukuran partikel yang bervariasi korosi Underfeed stoker 1. Biaya pengadaan awal murah Hanya cocok untuk bahan (<6 MWth) bakar dengan kandungan 2. Emisi sedikit abu rendah dan titik leleh abu yang tinggi

2. Fluidized Bed Combustion Tipe ini memiliki 2 jenis yaitu Bubbling Fluidised Bed (BFB) and Circulating Fluidised Bed (CFB).tipe ini cocok untuk semua jenis bahan bakar tetapi ukuran partikel bahan bakarnya ada ketentuannya. Untuk BFB,ukuran <80 mm sedangkan CFB, ukuran <40 mm. Temperatur pembakaran rendah dijaga 8000C-9000C untuk menjaga agar abu tidak meleleh dan menyebabkan de-fluidisation pada alat tersebut.

Fig. 5. Bubbling Fluidized Bed furnace (left) and Circulating Fluidized Bed furnace (right)

Fluidised Bed Combustion

Keuntungan 1. Pembakaran sempurna sehingga efisiensi boiler menjadi tinggi 2. Dapat digunakan untuk batu bara berkualitas rendah

Kerugian 1. Untuk biomassa dengan kadar alkali tinggi dapat menimbulkan slagging dan korosi 2. Ukuran partikel biomassa sama

3. Pulverized Fuel Combustion - Ukuran partikel yang digunakan <10-20 mm - Kadar air biomassa tidak boleh lebih dari 20% Keuntungan Kerugian 1. Semakin tinggi excess Ukuran biomassa yang oksigen, semakin tinggi terbatas (<10-20mm) efisiensi boiler 2. Tingginya penurunan NOx

karena penggunaan burner yang sesuai

Keuntungan dan Kelemahan Co-Combustion 1. Keuntungan a. Efisiensi konversi biomassa menjadi listrik lebih besar daripada dengan sistem pembakaran biasa b. SOx rendah, karena kebanyakan biomassa mengandung lebih sedikit S daripada batubara c. Ramah lingkungan d. penurunan emisi yang dikeluarkan oleh batubara sehingga menurunkan dampak pemanasan global. menurunkan sulphur dioksida yang dapat menyebabkan hujan asam, kabut, dan polusi ozon. Disamping itu, karbon dioksida yang dihasilkan dari hasil pembakaran akan menurun. e. Murah f. Tingginya rasio sulfur menjadi klorin dapat menurunkan terjadinya korosi 2. Kekurangan a. Satu reaktor untuk satu jenis biomassa b. Ada perlakuan khusus terhadap biomassa yang digunakan (pengeringan, milling, pelletize) c. Memerlukan biaya tambahan untuk pretreatment biomassa d. Korosifitas: - Biomassa dengan kandungan klorin yang tinggi dapat menghasilkan HCl yang dapat menimbulkan korosi

Biomassa dengan kandungan alkali yang tinggi (khususnya klorin) dapat menimbulkan endapan

You might also like