You are on page 1of 14

P R O P O S A L

Studi Kelayakan dan Desain Teknik Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

Ir. D. Wahyuridha
dw_ridha@yahoo.co.uk

085710717171

1.

LATAR BELAKANG

Dalam usaha meningkatkan mutu hidup dan pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan, energi memiliki peranan yang besar. Ketersediaan listrik di pedesaan baik yang dikelola swasta atau pemerintah, akan mendorong peningkatan produktivitas, sarana pendidikan dan kesehatan, dan menciptakan lapangan pekerjaan serta kegiatan ekonomi baru. Hanya saja pada saat ini baru sebagian kecil dari desa-desa di Indonesia dapat menikmati listrik, padahal potensi energi baru dan terbarukan cukup besar dan belum termanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan potensi energi tersebut perlu ditingkatkan sehingga sumbangannya terhadap pemenuhan kebutuhan energi di masa depan dapat lebih berarti terutama untuk daerah pedesaan dan daerah terpencil yang belum terjangkau jaringan distribusi energi komersial. Salah satu sumber energi terbarukan yang potensial adalah tenaga air, dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) untuk pelistrikan desa. Dalam pembangunan PLTMH banyak faktor yang harus diperhatikan agar pembangunan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dan tidak sia-sia. Faktor tersebut diantaranya didasarkan pada studi kelayakan teknis dan studi kelayakan sosial-ekonomi terhadap potensi alam dan sumber daya setempat. Keakuratan data hasil studi kelayakan akan menentukan keberhasilan pembangunan PLTMH. Setelah studi selesai dilakukan tahap selanjutnya adalah detail design untuk bangunan sipil dan sistem elektro-mekanikal, sistem kontrol, serta sistem transmisi dan distribusi. Perancangan teknik harus dilakukan secara tepat akurat, dengan menerapkan teknologi yang telah teruji agar pembangkit listrik mempunyai kehandalan yang baik. Setelah pembangunan PLTMH selesai

dilakukan , keberadaan PLTMH tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu faktor pemicu bagi pengembangan ekonomi masyarakat setempat.

2.
Tujuan dari Kegiatan ini adalah :

TUJUAN

1. Tersedianya informasi yang lengkap tentang tingkat kelayakan teknis & ekonomis pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro 2. Tersedianya laporan teknik berupa detail desain bangunan sipil, sistem elektro-

mekanikal, sistem kontrol, transmisi dan distribusi dari lokasi pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang dinilai layak.

3.

CAKUPAN AKTIVITAS

Aktifitas-aktivitas yang dilakukan harus berorientasi kepada pencapaian tujuan, agar proyek ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan sumber daya di daerah. Bagi daerah yang pertama kali melaksanakan pembangunan PLTMH, tahapan pembangunan PLTMH adalah sebagai berikut: 1. Studi kelayakan 2. Desain dan engineering 3. Implementasi 4. Pendampingan kegiatan pengelolaan dan pengembangan

3.1

Studi Kelayakan
Studi kelayakan pembangunan PLTMH untuk pelistrikan desa dibagi menjadi 2 bagian : 1. Studi kelayakan teknis 2. Studi kelayakan sosial-ekonomi

3.1.1. Studi Kelayakan Teknis


Studi kelayakan teknis dilakukan untuk mengetahui parameter-parameter potensi alam yang sangat menentukan untuk pengambilan keputusan pembangunan PLTMH di suatu lokasi. Studi ini juga memberikan data/informasi yang diperlukan oleh perancang sistem PLTMH dan pelaksana pembangunannya.

3.1.1.1. Hidrologi
Studi kelayakan hidrologi bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang potensi daya, kuantitas, dan kualitas air.

3.1.1.1.1. Klarifikasi Pengukuran Head Air


Pengukuran head dapat dilakukan dengan menggunakan peta topografi, tetapi hasil yang diperoleh sangat kasar. Pengukuran head yang akurat dilakukan di lapangan, dapat dilakukan dengan berbagai metode pengukuran. Setelah didapatkan perkiraan head kotor (grosshead), maka dilakukan penentuan head bersih (net head) yang berhubungan dengan perencanaan bangunan sipil.

3.1.1.1.2. Klarifikasi Pengukuran Debit Air


Pengukuran debit air dilaksanakan pada saat bulan terkering atau kemarau yang biasa terjadi dalam setahun pada daerah tersebut. Pengukuran debit air dapat dilakukan ketersediaan alat. Hal ini untuk menjamin ketersediaan air untuk turbin. dengan beberapa cara, tergantung kondisi alam dan

3.1.1.1.3. Pembuatan FDC (Flow Duration Curve)


Untuk membuat plot diagram Fluktuasi Aliran air maka dilakukan penelitian terhadap data debit aliran air sungai sepanjang tahun. Penentuan FDC dapat melalui dua cara, yaitu : penentuan berdasarkan area tadah hujan (prediction by area-rainfall method) dan penetuan berdasarkan metoda korelasi (correlation method). Hal utama yang dilakukan dalam penentuan FDC baik melalui metoda area tadah hujan maupun metoda korelasi adalah pencatatan debit air , Q (flow, m^3/sec) pada lokasi intake yang direncana. Hasil plot FDC akan menentukan kesimpulan perencanaan debit air (Q) yang akan diambil sebagai patokan dalam perhitungan, dimana Q diambil di bawah FDC. Keterbatasan data di lapangan akan menyulitkan pembuatan FDC. Apabila pembuatan FDC tidak dapat dilakukan, perencanaan debit air dapat didasarkan pada debit minimum yang tersedia. Untuk meningkatkan akurasi data perlu penggalian informasi dari masyarakat setempat.

3.1.1.2. Pemilihan Lokasi dan Lay-out Dasar


Penentuan lokasi pembangunan PLTMH harus ditentukan secara cermat dengan memperhatikan kondisi geografis, keadaan tanah dan batuan, serta keadaan sungai.

3.1.1.2.1. Studi Geologi


Studi geologi dalam pembangunan mikrohidro akan memberikan informasi yang berharga untuk merencanakan pembangunan fasilitas sipil. Informasi mengenai kondisi alam, keadaan tanah dan batuan, serta pergerakan tanah yang diperoleh dari studi geologi akan membantu dalam

menentukan lokasi terbaik bagi pembangunan fasilitas sipil. Di samping itu, informasi tersebut dapat membantu dalam merencanakan dan memprediksi biaya konstruksi beserta perawatannya. Studi geologi, meliputi pengumpulan informasi tentang : 1. Pergerakan permukaan yang mungkin terjadi, seperti : batuan dan permukaan tanah yang dapat bergerak bila turun hujan lebat, pergerakan air dan lumpur. 2. Pergerakan tanah di bawah permukaan yang mungkin terjadi, seperti : gempa atau pun tanah longsor. 3. Tipe batuan, tanah, dan pasir. Hal ini berguna untuk mendesain pondasi sipil yang cocok, dan material yang cocok dengan kondisi tersebut.

3.1.1.2.2. Pemahaman Peta Topografi


Pemahaman peta topografi yang baik akan membantu kita dalam menentukan lokasi terbaik di mana memungkinkan untuk mendapatkan tinggi jatuhan air (head) yang memadai. Keadaan kontur tanah yang digambarkan oleh peta topografi sangat membantu dalam membuat lay out dasar sistem mikrohidro.

3.1.1.2.3. Lokasi Bangunan Intake


Pada umumnya instalasi mikrohidro merupakan pembangkit listrik tenaga air jenis aliran sungai langsung, jarang yang merupakan jenis waduk (bendungan besar). Konstruksi bangunan intake untuk mengambil air langsung dari sungai dapat berupa bendungan (intake dam) yang melintang sepanjang lebar sungai atau langsung membagi aliran air sungai tanpa dilengkapi bangunan bendungan. Lokasi intake harus dipilih secara cermat untuk menghindarkan masalah di kemudian hari.

3.1.1.2.4. Lokasi Rumah Pembangkit (Power House)


Pada dasarnya setiap pembangunan mikrohidro berusaha untuk mendapatkan head yang maksimum. Konsekuensinya lokasi rumah pembangkit (power house) berada pada tempat yang serendah mungkin. Karena alasan keamanan dan konstruksi, lantai rumah pembangkit harus selalu lebih tinggi dibandingkan permukaan air sungai. Data dan informasi ketinggian permukaan sungai pada waktu banjir sangat diperlukan dalam menentukan lokasi rumah pembangkit. Selain lokasi rumah pembangkit berada pada ketinggian yang aman, saluran pembuangan air (tail race) harus terlindung oleh kondisi alam, seperti batu-batuan besar. Ujung saluran tail race tidak terletak pada bagian sisi luar sungai karena akan mendapat beban yang besar pada saat banjir, serta memungkinkan masuknya aliran air menuju ke rumah pembangkit.

3.1.1.3. Lay-out Sistem Mikrohidro


Lay-out sebuah sistem mikrohidro merupakan rencana dasar untuk pembangunan mikrohidro. Pada lay-out dasar digambarkan rencana untuk mengalirkan air dari intake sampai ke saluran pembuangan akhir. Lay-out tersebut harus memperhatikan aspek teknik dan ekonomi. Air dari intake dialirkan ke turbin menggunakan saluran pembawa air berupa kanal dan penstock. Penggunaan penstock memerlukan biaya yang lebih besar dibandingkan pembuatan kanal terbuka, sehingga dalam membuat lay-out perlu diusahakan agar menggunakan penstok sependek mungkin.

3.1.2. Studi Kelayakan Sosial Ekonomi


Studi kelayakan sosial ekonomi dilakukan agar pembangunan PLTMH dapat memberikan manfaat seoptimal mungkin, dan mengurangi inefesiensi dalam proses pembangunan.

3.1.2.1. Analisis Potensi Daerah


Analisis potensi ekonomi desa dimaksudkan untuk mendapat gambaran umum tentang situasi kondisi dalam aspek ekonomi pedesaan tempat PLTMH direncanakan akan dibangun baik yang sudah muncul atau yang belum dikembangkan oleh masyarakat di desa yang bersangkutan. Aspek ekonomi pedesaan yang harus diperhatikan sebagai sebuah potensi antara lain : 1. Keberadaan sumber daya alam potensial yang bernilai ekonomis; dapat dilihat dari lahan yang dipergunakan untuk keperluan produktif (sawah, kebun, ladang) dan juga lahan perairan yang dipergunakan untuk perikanan (kalau ada). 2. Jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan rata-rata penduduk desa; dilihat berdasarkan jenis-jenis pekerjaan yang ditekuni oleh penduduk setempat dan penghasilan yang diperoleh dari melakukan pekerjaan tersebut.

3. Aktivitas usaha ekonomi produktif yang ada di desa; jenis-jenis usaha wiraswasta non-pertanian apa saja yang ada di desa tersebut (warung, bengkel, huller, dll). 4. Jarak dari kota terdekat yang dapat dijadikan tempat suplai ke desa tersebut ; berapa jauh kota terdekat dari desa tersebut yang, menjual bahan bangunan seperti semen, paku, besi beton, dll, serta berapa ongkos angkutan barang dan manusia yang harus dikeluarkan untuk mencapai desa tersebut. 5. Material yang tersedia secara lokal di desa tersebut; bahan bangunan apa saja yang tersedia di desa tersebut (pasir, batu, kayu, dll). Dari data di atas diharapkan dapat dianalisis apakah daerah yang akan dibangun PLTMH tersebut mempunyai potensi secara ekonomis untuk dikembangkan dengan menilai secara umum setiap faktor tadi dan saling keterkaitannya dalam membentuk potensi ekonomi desa.

3.1.2.2. Kajian Sosial Demografi


Kita hanya memerlukan gambaran secara umum mengenai kondisi sosial demografi masyarakat setempat. Oleh karena itu kita perlu melakukan observasi yang meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Kehidupan sosial kemasyarakatan penduduk di desa tersebut; yang diamati di sini adalah pola hubungan sosial dan kecenderungan kehidupan sosial yang ada di masyarakat. 2. Lembaga-lembaga desa atau organisasi yang eksis dan establish di desa tersebut dan pengaruhnya; organisasi yang perlu untuk diamati meliputi organisasi

pemerintahan desa dan organisasi kemasyarakatan, serta bagaimana pengaruhnya di masyarakat. 3. Figur yang dihormati di desa tersebut, dan pengaruhnya terhadap masyarakat desa itu; perlu untuk diketahui siapa-siapa saja yang menjadi panutan bagi masyarakat setempat dan seberapa luas pengaruhnya terhadap orang-orang yang menganggap mereka sebagai panutan. 4. Prasarana jalan ke desa tersebut; perlu diketahui ketersediaan sarana jalan dan bagaimana keadaannya, serta kendaraan umum yang menuju ke desa tersebut. 5. Konsumen yang akan menjadi pelanggan listrik; perlu diobservasi secara umum seberapa besar keinginan masyarakat setempat terhadap kehadiran listrik. 6. Jumlah kepala keluarga (rumah); apabila terjadi kesulitan, dapat diperkirakan dari berapa jumlah rumah yang ada di desa tersebut.

7. Pola pemukiman penduduk; apakah penduduk tinggal secara terpencar atau menumpuk di suatu tempat yang dapat dianggap sebagai pusat desa. . 8. Mata pencaharian penduduk(secara umum); per KK. 9. Penghasilan penduduk di lokasi itu per bulannya (kira-kira); per KK.

3.1.2.3. Analisa Biaya Investasi


Untuk analisa keuangan ini, diperlukaan data yang akurat tentang harga berbagai komponen PLTMH beserta biaya pembangunannya. Data biaya ini secara keseluruhan meliputi pembangunan fisik dan biaya yang harus dikeluarkan untuk menyiapkan masyarakat setempat. Dengan begitu kita dapat mengetahui kebutuhan biaya pembangunan yang harus dikeluarkan. langkah yang kita lakukan adalah sebagai berikut : 1. Tentukan sifat sumber dana apakah berupa grant, pemerintah. 2. Tentukan masa pengembalian seluruh investasi (Break Event Point) untuk skema pembangunan investasi (murni, atau sebagian dana bantuan). 3. Rancang model pengembalian dana. (kepada investor, bank, atau kas lembaga kredit investasi, atau dana Kemudian langkah-

pengelola PLTMH). 4. Buat proyeksi keuangan lengkap dengan aliran dana, neraca rugi laba, IRR, NPV. 5. Tentukan berapa biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat/konsumen perbulannya. 6. Tentukan perkiraan biaya langganan listrik yang dapat dikeluarkan oleh masyarakat/konsumen perbulannya. Sumber dana perlu diketahui bentuknya untuk mengetahui berapa besar dana yang harus dikembalikan oleh masyarakat setempat melalui pembayaran iuran bulanan, yang berarti menentukan besar iuran bulanan yang harus di bayar oleh pelanggan. Apabila dari dana pembangunan tersebut memang ada bagian yang harus dikembalikan, maka perlu disepakati dengan pihak pemberi dana, berapa lama pinjaman tersebut harus dikembalikan. Kemudian dapat dibuat model pengembaliannya, apabila ternyata 100% dana pembangunan adalah hibah, maka komponen pengembalian pinjaman pada buku keuangan dapat dihapuskan. Selanjutnya dibuat proyeksi keuangan secara lengkap. Kemudian tentukan perkiraan biaya yang harus ditanggung oleh konsumen melalui iuran perbulannya. Dengan demikian kita dapat mengetahui proyeksi keuangan lengkap untuk membangun PLTMH di desa tersebut. Dan juga dapat kita perkirakan kesenimbangunannya dalam hal ekonomi.

Tinggal kita tentukan saja nilai kelayakan pembangunan PLTMH di desa tersebut berdasarkan kriteria anggapan ideal yang telah kita tetapkan.

3.2.

Desain & Engineering

3.2.1. Bangunan Sipil


Setiap lokasi mikrohidro memiliki aspek hidrologi, topografi dan kondisi alam yang berbeda sehingga tidak ada standar desain untuk fasilitas teknik sipil. Pada batas-batas tertentu dapat digunakan desain yang hampir sama untuk beberapa lokasi mikrohidro dengan melakukan modifikasi pada beberapa bagian yang dianggap perlu.

3.2.1.1. Bendungan dan Intake


Pada umumnya bendungan untuk instalasi mikrohidro dibedakan menjadi bendungan pemasukan (intake dam), bendungan penyimpan (storage dam) dan bendungan pengatur (regulating dam). Bendungan-bendungan penyimpan dan pengatur membendung air sungai untuk memperoleh tinggi terjun buatan (artificial). Disamping itu bendungan ini menampung, menyimpan dan memasukkan air ke turbin sesuai kebutuhan. Bendungan pemasukan menampung aliran air sungai untuk PLTA jenis aliran sungai langsung (run of river). Konstruksi bendungan untuk mikrohidro dapat berupa bendungan beton, bendungan urugan batu atau tanah, bendungan kerangka baja dan bendungan kayu. Bendungan dilengkapi dengan saluran pelimpahan (spillway) untuk mengalirkan air yang berlebih, pintu air, kolam pengendap pasir, dan pipa kuras. Bila kondisi di lapangan memungkinkan untuk mendapatkan head yang tinggi dan debit air yang cukup maka tidak perlu membangun bendungan. Hal ini banyak di temui pada instalasi mikrohidro dengan daya yang kecil. Sementara itu bangunan intake harus terlidung dari kerusakan akibat banjir. Intake harus selalu berada di bawah permukaan air untuk menjamin suplai air. Intake di tempatkan dekat bendungan atau pada tempat yang secara alamiah berfungsi sebagai bendungan. Intake dapat ditempatkan paralel dengan aliran air (side intake) atau melintang memotong arus (direct intake).

3.2.1.2. Saluran Pembawa (Head Race)


Saluran pembawa (head race) menyalurkan air dari intake sampai ke bak penenang, atau tempat mulainya pipa pesat (penstock). Saluran pembawa dapat berupa saluran terbuka, saluran tertutup atau terowongan. Apabila saluran air tersebut harus memotong sungai, lembah, dan semacamnya, maka dibuatlah bangunan penyalur air (aquaduct) atau sifon (syphon), sesuai dengan keadaan setempat.

3.2.1.3. Pipa Pesat (Penstock)


Sesuai dengan keadaan geografis dan geologi setempat, pipa pesat ini dapat dipasang tanpa penutup msepanjang permukaan tanah atau dipasang dengan dibungkus beton dalam terowongan di bawah tanah. Tergantung kepada keadaannya, mungkin juga dirancang pemasangan dua lajur pipa pesat atau lebih dengan diameter yang lebih kecil, menggantikan satu lajur pipa pesat berdiameter besar. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan pipa pesat yaitu : 1. Tekanan pada pipa pesat 2. Metode penyambungan 3. Diameter dan rugi-rugi gesekan 4. berat dan kemudahan pemasangan 5. Aksesibilitas 6. Kondisi geografis dan geologi 7. Biaya

3.2.1.4. Kolam Pengendap (Settling Basin)


Kolam ini biasanya dibuat dengan memperdalam sebagian saluran penghantar dan menambahnya dengan saluran penguras. Fungsinya adalah untuk mengendapkan pasir dan menyaring kotoran yang hanyut sehingga air yang masuk ke turbin akan relatif bersih.

3.2.1.5. Bak Penenang (Forebay Tank)


Saluran penghantar akan berujung pada bak penenang yang berfungsi untuk menyaring akhir dan untuk mereduksi arus turbulensi air serta kemudian mengarahkannya untuk masuk ke pipa pesat sesuai dengan debit yang diinginkan, kolam atas ini harus dibuat dengan konstruksi beton. Pada saat perencanaan perlu diperhitungkan pula kemungkinan longsornya bak penenang ini mengingat biasanya kolam atas ini diletakkan dibagian paling atas dari suatu tebing yang miring. Untuk menghemat panjang pipa pesat memang biasanya kolam atas ini diletakkan sedekat mungkin diatas powerhouse.

3.2.1.6. Powerhouse (Rumah Pembangkit)


Powerhouse ini bukan seperti bangunan rumah biasa. Di dalam power house, dipasang turbin dan generator yang selalu mendapat beban dinamis dan selalu bergetar, Dalam disain

powerhouse, pondasi turbin - generator harus dipisahkan dari pondasi bangunan powerhouse-nya.

Persoalan ini masih ditambah lagi dengan perlunya saluran pembuang di dalam powerhouse sampai keluar powerhouse. Dalam merencanakan powerhouse, perlu dipikirkan keleluasaan bongkar pasang turbin generator, karena bisa dipastikan setiap tahun turbin air harus diperiksa, artinya akan dibongkar secara berkala.

3.2.2. Fasilitas Elektro-Mekanik 3.2.2.1. Turbin


Perancangan dan pemilihan sebuah turbin air yang baik tergantung pada : 1. Head yang tersedia 2. Perencanaan debit air 3. Daya yang diharapkan sesuai debit dan head yang tersedia 4. Putaran turbin yang akan diteruskan ke generator Metode yang sering dipakai untuk memilih jenis turbin air adalah dengan menentukan kecepatan spesifiknya. Kecepatan spesifik (Ns), merupakan suatu istilah yang dipakai untuk mengelompokkan turbin-turbin atas dasar unjuk kerja dan ukuran perimbangannya..

3.2.2.2. Transmisi Daya Mekanik


Transmisi daya bertujuan untuk menyalurkan daya poros turbin ke poros generator. Elemenelemen transmisi daya yang digunakan terdiri dari : sabuk (belt), pulley, kopling, bantalan (bearing) dan cone clamp. Belt berfungsi untuk menyalurkan daya poros turbin ke poros generator. Belt harus cukup tegang sesuai dengan jenis dan ukurannya. Pulley disamping sebagai tempat/dudukan belt juga berfungsi untuk menaikkan putaran sehingga putaran generator sesuai dengan putaran daerah kerjanya. Sedangkaan kopling, bantalan dan cone clamp merupakan komponen/elemen pendukung. 3.2.2.3. Sistem Kontrol Frekuensi dan tegangan listrik yang dihasilkan oleh generator dipengaruhi oleh kecepatan putar generator. Perubahan kecepatan putar generator akan menimbulkan perubahan frekuensi dan tegangan listrik; pada batas-batas tertentu perubahan tersebut tidak membahayakan. Tujuan pengontrolan dalam mikrohidro adalah untuk menjaga sistem elektrik dan mesin agar selalu berada pada daerah kerja yang diperbolehkan. Semua peralatan listrik didesain untuk beroperasi pada frekuensi dan tegangan tertentu. Bila beroperasi pada frekuensi dan tegangan yang berbeda dapat mengakibatkan peralatan listrik cepat rusak.

3.2.2.4. Generator
Generator berfungsi untuk mengkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik. Untuk PLTMH dengan daya listrik terpasang di bawah 20 kW, biasanya dipergunakan IMAG ( Induction Motor as Generator)

3.2.3. Transmisi & Distribusi


Untuk instalasi mikrohidro ada beberapa bentuk sistem transmisi dan distribusi yang dapat dipakai. Pada dasarnya bentuk-bentuk tersebut dapat digolongkan menjadi sistem radial dan sistem loop (tertutup).

3.2.3.1. Pemilihan Tegangan


Tegangan sistem transmisi dapat berupa tegangan tinggi atau tegangan rendah. Untuk saluran transmisi yang panjang, penggunaan sistem tegangan tinggi dapat mengurangi rugi-rugi daya selama penghantaran tenaga listrik. Penggunaan sistem tegangan tinggi memerlukan transformator. Dengan demikian biaya yang dikeluarkan menjadi lebih mahal. Penggunaan transformator menuntut adanya pemeliharaan di samping memerlukan isolator yang mahal sebagai alat pelengkap kabel.

3.2.3.2. Penghantar
Material konduktor (kabel induk) yang sering dipilih adalah antara alumunium atau tembaga (copper). Untuk instalasi tegangan rendah banyak digunakan penghantar tembaga. Tembaga yang digunakan untuk penghantar umumnya tembaga elektrolistis dengan kemurnian di atas 99,5%.

3.2.3.3.Tiang dan Perlengkapannya


Tiang listrik untuk jaringan tegangan rendah biasanya terdiri dari tiang tunggal. Tiang-tiang listrik dapat dibuat dari baja, beton bertulang atau kayu, dan dibuat dengan sistem konus. Penggunaan kayu untuk tiang listrik dapat menekan biaya, tetapi memerlukan proses pengawetan karena kelemahan dari tiang kayu adalah mudah kropos dan mudah patah. Jenis kayu yang banyak dipakai , terutama untuk jaringan distribusi adalah kayu ulin, rasamala, jati. Karena kekerasan dan kekuatannya , kayu ulin dapat digunakan tanpa diawetkan.

3.2.3.4. Perlengkapan Pengaman 3.2.3.4.1. Sekering


Sekering dipergunakan untuk melindungi jaringan listrik terhadap gangguan arus lebih. Sekering terdiri dari penghantar kecil yang dapat melebur, biasanya terbiat dari perak, timah, seng atau paduan logam lainnya yang mempunyai titik lebur rendah. Untuk sistem tegangan rendah, fungsi sekering sebagai pengaman ini dapat digantikan dengan menggunakan MCB (Mini Circuit Breaker).

3.2.3.4.2. Pemutus Rangkaian (Circuit Breaker)


Pemutus rangkaian (Circuit Breaker) adalah peralatan sakelar yang mampu mengalirkan dan memutuskan aliran listrik . Pemutus rangkaian berfungsi sebagai pengaman dari arus beban lebih atau arus hubung singkat, atau pengaman kedua-duanya dan sebagai sakelar yang mempunyai beban berat untuk mengatasi kenaikan beban sakelar.

3.2.3.4.3. Perlindungan Terhadap Petir


Sambaran petir langsung pada kawat fasa jaringan distribusi, dapat menimbulkan arus induksi sebesar 200.000 A atau lebih. Arus sebesar itu dapat merusak perlengkapan instalasi listrik, sehingga perlu dibuang ke bumi dengan menggunakan sistem penangkal petir.

3.2.3.5.Instalasi Kabel Rumah


Menggunakan sistem dan perlengkapan yang sudah distandarisasi oleh PLN.

4.

PELAKSANA & SUMBER DAYA

Perusahaan pelaksana studi kelayakan ini akan membentuk suatu tim pelaksana, yang terdiri dari beberapa tenaga ahli dan surveyor, untuk melakukan seluruh kegiatan studi kelayakan dan desain engineering PLTMH ini seperti yang telah diuraikan dalam Bab 3 di atas. Perusahaan ini akan mengambil posisi sebagai konsultan untuk seluruh kegiatan yang dilakukan hingga diperoleh laporan akhir (Final Report) pekerjaan studi kelayakan ini yang dapat diterima oleh seluruh pihak yang berkepentingan, khususnya pihak pemberi pekerjaan.

You might also like