You are on page 1of 19

Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai

Laporan penelitian ini disusun untuk memenuhi Tugas Biologi Bab Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan

Disusun oleh : Chafid Abdulloh Zaen (XII IPA 2 / 7). Muhammad Irfan Noor Alif (XII IPA 2 / 18). Rio Qurniawan (XII IPA 2 / 23). Wiranggit Prihardhani (XII IPA 2 / 29).

SMA NEGERI 2 PURWOREJO 2011 / 2012

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.

Dewasa ini, persaingan global semakin ketat. Hal ini dibuktikan dengan kalah saingnya kedelai produk Indonesia dengan kedelai produk luar negeri terutama produk Amerika Serikat. Hal ini sangat memprihatinkan, karena Indonesia yang notabenenya termasuk negara agraris, yang berarti negara yang mempunyai tanah yang subur dan penyinaran matahari yang baik bisa kalah atau tersaingi dengan Amerika Serikat. Salah satu penyebab kalah saingnya kedelai produk Indonesia terletak pada kualitas kedelai yang buruk, jika dibandingkan dengan kedelai produk luar negeri yang berukuran jumbo dan mempunyai warna yang lebih sehat (putih bersih). Sedangkan kedelai produk Indonesia berukuran kecil-kecil dan warnanya yang agak kusam atau pucat. Penyebab lainnya adalah waktu panen kedelai produk Indonesia yang lebih lama jika dibandingkan dengan kedelai produk luar negeri. Faktor rentang waktu pertumbuhan tanaman kedelai dari mulai ditanam hingga panen ditentukan oleh kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai itu sendiri. Sedangkan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan adalah media tanam atau medium tanam. Oleh karena itulah, kami mengadakan sebuah penelitian yang cukup sederhana tentang pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tanaman, khususnya tanaman kedelai. B. Tujuan Penelitian. Untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. C. Manfaat Penelitian. Untuk lebih menambah pemahaman dan wawasan tentang pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tanaman, khususnya tanaman kedelai. D. Rumuasan Masalah. Apakah ada pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tanaman kedelai?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kajian Pustaka. Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible, yaitu tidak dapat kembali ke bentuk semula. Pertumbuhan disebabkan oleh adanya pembelahan sel (pertambahan jumlah sel) dan oleh adanya pembesaran

a.

b.

a. b. c. d. e.

sel (pertambahan ukuran sel). Pertumbuhan bersifat kuantitatif, yaitu dapat diukur menggunakan alat Auksanometer. Pertumbuhan tumbuhan berlangsung sepanjang hidupnya. Perkembangan adalah suatu proses menuju keadaan yang lebih dewasa atau terspesialisasinya sel-sel menuju ke struktur dan fungsi tertentu atau proses perubahan bentuk (morfogenesis). Perkembangan ditandai dengan adanya kemampuan untuk berkembang biak. Perkembangan bersifat kualitatif, hanya bisa diukur dari perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan. Pertumbuhan dan perkembangan selalu berjalan bersamaan. Terdapat tiga jenis fase pertumbuhan dan perkembangan, yaitu fase pembelahan sel, fase pembesaran ukuran sel, dan fase deferensiasi sel. Pertumbuhan dan perkembangan awal dari tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Potensi biji untuk tumbuh menjadi individu baru, yaitu embrio dan cadangan makanan. Embrio terdiri dari: radikula (embrio akar), plumula (embrio daun), epikotil (embrio pucuk), dan hipokotil (embrio batang). Perkecambahan (Germinasi). Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio atau munculnya plantula (tumbuhan kecil dari dalam biji). Perubahan embrio saat perkecambahan umumnya adalah radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar, selanjutnya plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang dan daun. Berdasarkan letak kotiledon pada saat berkecambah, dikenal dua macam tipe perkecambahan, yaitu hipogeal dan epigeal. Perkecambahan Hipogeal. Terjadi pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon tetap berada di dalam tanah. Perkecambahan Epigeal. Terjadi pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang menyebabkan plumula dan kotiledon terdorong ke permukaan tanah. Kotiledon berada di atas tanah. Proses germinasi di mulai ketika biji menyerap air (imbibisi). Air menyebabkan pecahnya lapisan luar biji dan mendorong hormon & enzim aktif bekerja. Enzim akan mengambil oksigen untuk metabolisme sel, sehingga berlangsung proses oksidasi makanan dalam endosperm (kotiledon) biji hasil pertumbuhan biji. Tahap-tahap dalam germinasi: Imbibisi. Sekresi hormon giberelin dan enzim amilase. Hidrolisis cadangan makanan. Pengiriman bahan makanan dan hormon ke titik tumbuh. Asimilasi (fotosintesis). Pertumbuhan pada tumbuhan dibedakan menjadi: Pertumbuhan primer dan Pertumbuhan sekunder. Proses pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi sifat genetik yang ada di dalam gen dan hormon yang merangsang pertumbuhan. Sedangkan faktor dari luar meliputi nutrien, air, cahaya, suhu udara, oksigen, kelembaban, dan media tanam. Apa itu Kedelai? Kedelai dikenal dengan berbagai nama: sojaboom, soja, soja bohne, soybean,kedele, kacang ramang, kacang bulu, kacang gimbol, retak mejong, kaceng bulu, kacang jepun, dekenana, demekun, dele, kadele, kadang jepun, lebui bawak, lawui,

sarupapa tiak, dole, kadule, puwe mon, kacang kuning (aceh) dan gadelei. Berbagai nama ini menunjukkan bahwa kedelai telah lama dikenal di Indonesia.Kedelai merupakan ternadikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga. Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endospperma. Embrio terletak di antara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapai ada pula yang bundar atau bulat agak pipih. Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge). Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicumyang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3). Kedelai berbatang dengan tinggi 30100 cm. Batang dapat membentuk 3 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya. Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong. Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100 250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman.

Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang. Zat apa saja yang dikandung tanah? Beberapa unsur hara yang dibutuhkan tanaman: Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Molibden (Mo), Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl). Unsur hara tersebut tergolong unsur hara Essensial. Berdasarkan jumlah kebutuhannya bagi tanaman, dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Unsur hara makro. Unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar. Unsur hara makro meliputi: a. Nitrogen (N). - Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. - Merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu sendiri. - Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman. - Merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun. - Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
b. Phospat (P). Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman. Merangsang pembungaan dan pembuahan. Merangsang pertumbuhan akar. Merangsang pembentukan biji. Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel. Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan (kurang sehat).

c. -

Kalium (K). Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air. Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun. Besi (Fe). Besi (Fe) merupakan unsure mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero (Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan organik). Mineral Fe antara lain olivin (Mg, Fe)2SiO, pirit, siderit (FeCO3), gutit (FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3) Besi dapat juga diserap dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk khelat. Khelat Fe yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan khelat yang lain. Fe dalam tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma. Penyerapan Fe lewat

2. Unsur hara mikro.


a.

daundianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Dengan demikian pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan efisien. Fungsi Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperanan dalam perkembangan kloroplas. Sitokrom merupakan enzim yang mengandung Fe porfirin. Kerja katalase dan peroksidase digambarkan secara ringkas sebagai berikut: Catalase : H2O + H2O O2 + 2H2O. Peroksidase : AH2 + H2O A + H2O. Fungsi lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses metabolisme. Proses tersebut misalnya reduksi N2, reduktase solfat, reduktase nitrat. Kekurangan Fe menyebabakan terhambatnya pembentukan klorofil dan akhirnya juga penyusunan protein menjadi tidak sempurna Defisiensi Fe menyebabkan kenaikan kaadar asam amino pada daun dan penurunan jumlah ribosom secara drastic. Penurunan kadar pigmen dan protein dapat disebabkan oleh kekurangan Fe. Juga akan mengakibatkan pengurangan aktivitas semua enzim. b. Mangan (Mn). Mangaan diserap dalam bentuk ion Mn++. Seperti hara mikro lainnya, Mn dianggap dapat diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering disemprotkan lewat daun. Mn dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih tempat dari logam yang satu ke organ lain yang membutuhkan. Mangaan terdapat dalam tanah berbentuk senyawa oksida, karbonat dan silikat dengan nama pyrolusit (MnO2), manganit (MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit (MnSiO3). Mn umumnya terdapat dalam batuan primer, terutama dalam bahan ferro magnesium. Mn dilepaskan dari batuan karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan batuan adalah mineral sekunder terutama pyrolusit (MnO2) dan manganit (MnO(OH)). Kadar Mn dalam tanah berkisar antara 300 smpai 2000 ppm. Bentuk Mn dapat berupa kation Mn++ atau mangan oksida, baik bervalensi dua maupun valensi empat. Penggenangan dan pengeringan yang berarti reduksi dan oksidasi pada tanah berpengaruh terhadap valensi Mn. Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein, karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas,ada indikasi dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Defisiensi unsure Mn antara lain: pada tanaman berdaun lebar, interveinal chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua, pada serealia bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda, split seed pada tanaman lupin. c. Seng (Zn). Zn diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Di samping itu, Zn diserap dalm bentuk kompleks khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsure mikro lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadr Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan ZnSiO4). Fungsi Zn antara lain : pengaktif enim anolase, aldolase, asam oksalat dekarboksilase, lesitimase,sistein desulfihidrase, histidin deaminase, super okside demutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, proteinase dan peptidase. Juga berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel dan ruas batang. Ketersediaan Zn menurun dengan naiknya pH, pengapuran yang berlebihan sering menyebabkan ketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tinggi sering menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terytama pada tanah berkapur. Adapun gejala defisiensi Zn antara lain : tanaman kerdil, ruas-ruas batang memendek, daun mengecil dan mengumpul (resetting) dan klorosis pada daun-daun muda dan intermedier serta adanya nekrosis.

d.

Tembaga (Cu). Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap dalam bentuk senyaewa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate acid). Dalam getah tanaman bik dalam xylem maupun floem hampir semua Cu membentuk kompleks senyawa dengan asam amino. Cu dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam bentuk kompleks. Dalam tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4), luvigit (Cu3AsS4), tetrahidrit [(Cu,Fe)12SO4S3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit [Cu2(OH)2CO3], adirit [(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4]. Kebanyakan Cu terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh plastosianin. Senyawa ini mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-masing molekul mengandung satu atom Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pafda klorofil, karotenoid, plastokuinon dan plastosianin. Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase, askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin.Adapun gejala defisiensi / kekurangan Cu antara lain : pembungaan dan pembuahan terganggu, warna daun muda kuning dan kerdil, daun-daun lemah, layu dan pucuk mongering serta batang dan tangkai daun lemah. e. Molibden (Mo). Molibden diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan toksis relatif besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman juga berbahaya bagi hewan yang memakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat hara mikro yang lain. Pada daun kapas, kadar Mo sering sekitar 1500 ppm. Umumnya tanah mineral cukup mengandung Mo. Mineral lempung yang terdapat di dalam tanah antara lain molibderit (MoS), powellit (CaMo)3.8H2O. Molibdenum (Mo) dalam larutan sebagai kation ataupun anion. Pada tanah gambut atau tanah organik sering terlihat adanya gejala defisiensi Mo. Walaupun demikian dengan senyawa organik Mo membentuk senyawa khelat yang melindungi Mo dari pencucian air. Tanah yang disawahkan menyebabkan kenaikan ketersediaan Mo dalam tanah. Hal ini disebabkan karena dilepaskannya Mo dari ikatan Fe (III) oksida menjadi Fe (II) oksida hidrat. Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan xantine oksidase. Gejala yang timbul karena kekurangan Mo hampir menyerupai kekurangan N. Kekurangan Mo dapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun menjadi pucat dan mati dan pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo dimulai dari daun tengah dan daun bawah. Daun menjadi kering kelayuan, tepi daun menggulung dan daun umumnya sempit. Bila defisiensi berat, maka lamina hanya terbentuk sedikit sehingga kelihatan tulang-tulang daun lebih dominan. f. Boron (B). Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya berkisar antara 7-80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat B(OH)4-. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5%dari kadar total boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga banyak terjerap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan Al3+ dan atau Si4+. Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara lain turmalin (H2MgNaAl3(BO)2Si4O2)O20 yang mengandung 3%-4% boron. Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami metomorfosis. Mineral lain yang mengandung boron adalah kernit (Na2B4O7.4H2O), kolamit (Ca2B6O11.5H2O), uleksit (NaCaB5O9.8H2O) dan aksinat. Boron diikat kuat oleh mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3). Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di samping itu boron juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari. Gejal

defisiensi hara mikro ini antara lain : pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas rendah, buah yang sedang berkembang sngat rentan, mudah terserang penyakit.

g.

Klor(Cl). Klor merupakan unsure yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar tanaman dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman, misalnya daun. Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering. Kadar Cl yang terbaik pada tanaman adalah antara 340-1200 ppm dan dianggap masih dalam kisaran hara mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh mineral, sehingga sangat mobil dan mudah tercuci oleh air draiinase. Sumber Cl sering berasal dari air hujan, oleh karena itu, hara Cl kebanyakan bukan menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah keracunan tanaman. Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion lain,untuk tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap hara makro yang penting. Juga berperan dalam fotosistem II dari proses fotosintesis, khususnya dalam evolusi oksigen. Adapun defisiensi klor adalh antara lain : pola percabangan akar abnormal, gejala wilting (daun lemah dan layu), warna keemasan (bronzing) pada daun, pada tanaman kol daun berbentuk mangkuk.

Pasir. Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut diakibatkan oleh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik, dan kimiawi. Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50 /-1- 2 mm), debu (berukuran 2-50u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2ju. Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit.Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam. Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses misahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan memupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal. Penggunaan pasir seoagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman.

Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk digunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci terlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat menyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis). B. Hipotesis. Ada pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel. 1. Populasi: tanaman kedelai. 2. Sampel: 12 tanaman kedelai. B. 1. 2. 3. C. 1. 2. 3. 4. Variabel Penelitian. Variabel manipulasi: media tanam. Variabel respons: pertambahan tinggi. Variabel kontrol: cahaya, air, suhu, kelembaban. Rancangan Penelitian. Polibek 1 3 : tanah. Polibek 4 6 : pasir. Polibek 7 9 : tanah dan pasir dengan perbandingan sama rata. Polibek 9 12 : merang.

D. Alat dan Bahan Penelitian. Alat. 1. Polibek 12 buah. 2. Pot besar 1 buah. 3. Penggaris. 4. Buku dan alat tulis. Bahan. 1. 2. 3. 4. Biji kedelai. Tanah. Pasir. Merang.

E. Cara Kerja. 1. Menyiapkan alat dan bahan. 2. Menanam 25 biji kedelai ke dalam sebuah pot besar dan tidak ada pengamatan selama 2 hari pertama. 3. Memberi nama polibek dengan angka 1-12. 4. Mengisi polibek 1-3 dengan tanah. 5. Mengisi polibek 4-6 dengan pasir. 6. Mengisi polibek 6-9 dengan tanah dan pasir. 7. Mengisi polibek 9-12 dengan merang. 8. Memasukkan tanaman kedelai yang sudah ditanam 7 hari sebelumnya ke dalam masing-masing polibek. 9. Mengamati dan mencatat pertumbuhan tanaman kedelai dari hari ke 8 sampai hari ke 14. 10. Memasukkan data dalam tabel.

3. Pada medium tanah+pasir , pertambahan tinggi tanaman kedelai lebih cepat dibandingkan pada medium tanah, yaitu memiliki rata-rata pertambahan tinggi sebesar 1,55 cm. Ini dipengaruhi oleh campuran unsur-unsur hara yang terkandung dalam tanah dan pasir. 4. Pada medium merang, pertambahan tinggi tanaman kedelai lebih cepat dibandingkan pada medium tanah, yaitu memiliki rata-rata pertambahan tinggi sebesar 1,48 cm. Ini dipengaruhi oleh unsur-unsur hara yang terkandung dalam merang seperti Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tanaman kedelai lebih cepat tumbuh pada medium tanah + pasir dibandingkan pada medium merang, medium tanah, dan medium pasir. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh medium tanam terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. B. Saran. Percobaan ini hendaknya dilakukan berulang kali agar diperoleh hasil yang lebih valid.

KTI Pengaruh media tanam terhadap perkecambahan


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam merupakan media / tempat dimana tanaman / biji dapat tumbuh dan berkembang di dalamnya, misalnya tanah, sekam, kapas, dan lainnya. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Dalam penelitian ini digunakan 3 media tanam yang berbeda untuk menanam biji kedelai (Glycine max (L) Merr.), yaitu tanah liat, kapas, dan sekam. Dalam hal ini, dapat terlihat bahwa kegunaan masing-masing media tanam itu berbeda, tidak hanya kegunaannya saja tetapi pengaruhnya terhadap perkecambahan suatu biji. Pengaruh tersebut dapat disebabkan karena setiap media tanam mengandung unsur dan struktur yang berbeda. Pertumbuhan dan perkembangan suatu kecambah biji akan selalu berbeda tergantung media tanam yang dipakai dan unsur yang terdapat dalam media tanam tersebut. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui media tanam manakah yang paling sesuai untuk perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) secara signifikan. B. Rumusan Masalah 1. Adakah pengaruh media tanam terhadap kecepatan perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) pada masing-masing gelas? 2. Biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) pada gelas manakah yang paling cepat berkecambah? C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh media tanam terhadap kecepatan pertumbuhan kecambah pada biji kedelai. 2. Mengetahui biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) yang mengalami perkecambahan paling cepat diantara media tanah liat, kapas dan sekam.

D. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca tentang pengaruh media tanam terhadap kecepatan perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.), mengetahui jenis media tanam yang paling baik untuk perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.), serta sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut. E. Batasan Masalah Dalam karya tulis ini kami hanya membahas tentang pengaruh media tanam (tanah liat, kapas, dan sekam) terhadap kecepatan perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.). BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Biji Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) a. Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping Sub Kelas : Ordo : Famili : Fabaceae (suku Genus : Glycine Spesies : Glycine max (L.) Merr.

(Tumbuhan) dua dikotil) Rosidae Fabales polong-polongan) /

(Backer and van Den Brink, 1965) b. Morfologi Biji kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 14 biji. Biji umumnya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berkisar antara 6 30g/100 biji. Warna biji bervariasi antara kuning, hijau, coklat dan hitam (Fachruddin, 2000).Biji biji kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji (lesta) dan tidak mengandung jaringan endosperm. Embrio

terbentuk di antara keping biji. Bentuk biji pada umumnya bulat lonjong, tetapi ada yang bundar dan bulat agak pipih, dengan besar dan bobot biji kedelai antara 530g/100 biji (Lamina, 1989). (, 2010)

2. Perkecambahan a. Proses Perkecambahan Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, antara lain tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji melunak. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat..Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah. b. Faktor Dalam yang Mempengaruhi Perkecambahan Biji Ukuran benih Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002). Penghambat perkecambahan Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi. c. Faktor Luar yang Mempengaruhi Perkecambahan Biji Air Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum

terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979). Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air antara lain: o Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi pengembangan embrio dan endosperm. o Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji. o Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai fungsinya. o Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh, dimanaakan terbentuk protoplasma baru. Suhu Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35C (Sutopo, 2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh giberelin. Oksigen Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen CO2. Cahaya Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya bervariasi tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979). Media Media yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Banyak media tanam yang bisa dipilih untuk tanaman. Meskipun begitu, sebagian besar kegiatan pertanian dan pertamanan sampai saat ini masih bergantung kepada tanah. Mahluk hidup di dalam tanah membantu memecah materi sisa tumbuhan dan bangkai hewan menjadi zat hara, yang kemudian diserap oleh akar tumbuhan. (, 2011)

3. Jenis Media Tanam

a.

Media Tanah Liat Tanah liat adalah partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Tanah liat mengandung leburan silika dan atau aluminium yang halus. Unsur-unsur (silikon, oksigen, dan aluminum) adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Tanah liat terbentuk dari proses pelapukan batuan silikat oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi. Tanah liat membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral tanah liat yang mendominasinya. (, 2012) b. Media Kapas Kapas adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (tanaman kapas), tumbuhan 'semak' yang berasal dari daerah tropika dan subtropika. Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap air. (, 2012) c. Media Sekam Sekam adalah bagian dari bulir padi-padian (serealia) berupa lembaran yang kering, bersisik, dan tidak dapat dimakan, yang melindungi bagian dalam (endospermium dan embrio). Dalam pertanian, sekam dapat dipakai sebagai campuran pakan, alas kandang, dicampur di tanah sebagai pupuk, dibakar, atau arangnya dijadikan media tanam. (, 2012) B. Hipotesis Berdasarkan studi literatur diatas maka dapat diajukan higelasesis sebagai berikut: 1. Ada pengaruh jenis media tanam terhadap kecepatan perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L.) Merr.). 2. Media tanam yang paling baik dalam proses perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L.) Merr.) adalah media kapas.

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Jalan Bromo 1 no.5 dimulai dari tanggal 3 sampai 7 Agustus 2012. B. Alat Pada penelitian ini dibutuhkan gunting kertas untuk melubangi gelas air mineral bekas yang digunakan sebagai gelas. C. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain: 1. Biji kedelai (Glycine max (L.) Merr.) 15 butir 2. Air 3. Gelas bekas air mineral 3 buah 4. Tanah liat 5. Sekam 6. Kapas D. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Cara Kerja Menyiapkan dan membersihkan tiga gelas air mineral kosong. Melubangi bagian bawah sebanyak tiga lubang. Memasukkan tiga media tanam yang berbeda ( pada masing-masing gelas) Menyiapkan biji kedelai yang telah direndam air selama 50 menit. Menyirami masing-masing gelas dengan 10 ml air. Memasukkan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) pada gelas, masing-masing lima biji. Mengamati pertumbuhan tiap hari (selama 5 hari). Variabel bebas Variabel kontrol intensitas Variabel terikat : Media tanam (tanah liat, sekam, kapas). Jenis biji kedelai, volume air yang disiramkan, cahaya matahari, suhu. : Waktu perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.). : gelas,

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan membandingkan antara media tanam dan waktu perkecambahan yang dibutuhkan tanaman. Parameter yang diamati yaitu mulai munculnya radikula. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tanaman uji yang digunakan selama penelitian adalah biji kedelai (Glycine max (L) Merr.). Sampel ditentukan secara random, dibuat menjadi 3 kelompok dan diletakkan pada 3 gelas dengan media tanam yang berbeda. Gelas A diisi media tanah liat, gelas B media kapas dan gelas C media sekam. Selama penelitian berlangsung, biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) yang berkecambah paling awal adalah pada media kapas. Pada hari pertama semua biji di masingmasing gelas belum mengalami perkecambahan. Biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) pada media kapas tumbuh pada hari kedua setelah penanaman, pada media tanah liat berkecambah di hari ketiga setelah penanaman sedangkan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) media sekam berkecambah di hari keempat setelah penanaman. Keterangan dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Waktu Perkecambahan Biji Kedelai (Glycine max (L) Merr.) pada Media Tanah Liat, Kapas dan Sekam. Hari ke1 2 3 4 5 Keterangan : : Belum berkecambah + : Sudah Berkecambah Gelas Gelas A B V V V v v v v Gelas C v v

Gelas A Gelas B Gelas C

: Tanah Liat : Kapas : Sekam

B. Pembahasan

Berdasarkan tabel pengamatan, biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) pada media kapas berkecambah paling cepat karena kapas dapat menjaga kelembapan yang lebih lama dan lebih baik daripada media tanah maupun sekam, selain itu tekstur kapas yang lembut sangat sesuai untuk akar tanaman kedelai (Glycine max (L) Merr.) yang masih muda dan lemah. Namun kekurangan media kapas ini akan nampak setelah perkecambahan usai karena pada media kapas tidak terdapat unsur hara. Media tanah liat memiliki kerapatan yang tinggi sehingga sulit untuk ditembus oleh akar tanaman yang masih muda. Selain itu daya serap tanah liat lebih rendah daripada daya serap kapas. Pada sekam, tingkat kerapatannya sangat rendah yang menyebabkan sangat sedikit air yang tersimpan. Sementara pada proses perkecambahan, komponen utama yang diperlukan adalah air sehingga media tanam yang paling cocok adalah media yang memiliki daya serap tinggi dan dapat menjaga kelembapan dengan baik. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Media tanam berpengaruh pada kecepatan perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.). 2. Dari ketiga media tanam yang diamati, biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) yang ditanam pada media kapas mengalami perkecambahan paling cepat. B. Saran Penggunaan media kapas sebaiknya dikenalkan pada masyarakat sebagai media perkecambahan yang baik karena memiliki daya serap air yang tinggi

You might also like