You are on page 1of 5

Nama NIM Kelas Mata Kuliah

: Devi Purwanti : 2119090051 : IV-B.2 : Pedagogik materi Subjek

PEDAGOGI MATERI-SUBYEK: PENTINGNYA KONTEN PEDADGOGI DALAM PEMBELAJARAN SAINS (ACCEBEL) Pengetahuan tentang konten pedadogi dari suatu materi pelajaran materi subjek harus dimiliki bagi seorang pengajar. Aspek konten dimaksud, adalah salah satu aspek yang secara bersamaan dengan aspek sintaktik dan aspek substantif membentuk struktur suatu materi subjek. Aspek sintaktik mencakup perumusan dan cara validasi pengetahuan sedangkan aspek substantif mencakup organisasi konten ilmu. Konten merupakan pengetahuan sains yang semestinya dikuasai oleh pengajar mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori (Siregar, 1998). Pendapat sinis yang menyatakan bahwa pengajaran yang dilangsungkan oleh guru bukan merupakan upaya mentranfer ilmu pengetahuan atau memberikan ilmu pengetahuan yang salah perlu secara serius ditanggapi dalam kontek upaya pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran yang merupakan upaya mengarahkan siswa untuk dapat menjangkau aspek konten, sintaktikal maupun substantif hasil kegiatan penelitian ilmiah saintis, tidak akan tercapai tanpa dibarengi adanya pengetahuan strategi pengajaran yang di terapkan dengan tepat oleh guru. Hasil kegiatan penelitian ilmiah saintis sebagai suatu kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis yang disebut wacana (Tim penyusun kamus, 2002), selanjutnya ditransformasikan kedalam model teoritis atau matematik menjadi suatu bentuk eksplanasi ilmiah. Wacana yang merupakan representasi materi subjek inilah yang selanjutnya diramu dengan menggunakan kemampuan pedagogi, psikologi guru sebagai suatu bentuk eksplanasi pedagogis hingga mudah diajarkan serta mudah dijangkau oleh siswa. Sebagaimana pedagogi dimengerti sebagai suatu

pengetahuan

tentang

strategi

pengajaran

(Enfield,

2000).

Selanjutnya,

pengetahuan konten pedagogi Pedagogical Content Knowledge (PCK) menurut Loughran et al. dalam De Jong (2006) didefinisikan sebagai pengetahuan seorang guru atau pengajar dalam menyuguhkan situasi mengajar untuk membantu pembelajar mengerti konten fakta sains. Berdasarkan uraian singkat di atas timbul petanyaan yaitu: benarkah guru tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan atau mengajarkan ilmu pengetahuan yang salah pada siswa? Apa peran penting pengetahuan konten pedagogi dalam pembelajaran sains? Pengetahuan konten pedagogi dalam pembelajaran sains sangat penting ditinjau dari konteks awal wacana para saintis hingga menjadi eksplanasi pedagogik. Wacana yang merupakan hasil kegiatan ilmiah para saintis yang ditransformasikan ke model teoritis atau matematik hanya dapat dengan mudah dimengerti oleh rekan sejawat para ahli sains. Model ini sangat sulit di pahami oleh siswa tanpa ada keterlibatan aspek psikologi dan pedagogi. Pengungkapan fungsi intelektual tugas mengajar dilihat dalam

hubungannya dengan komponen dan organisasi pengetahuan dasar dari tugas mengajar. Salah satu jawabanya yang dianggap tepat adalah pandangan Shulman (1987) dalam Siregar (1998). Shulman mengidentifikasikan tujuh pengetahuan dasar tugas mengajar yang diperlukan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi subjek. Pengetahuan dasar tersebut mencakup: 1. Pengetahuan materi subjek, merujuk pada banyaknya dan organisasi pengetahuan guru yang mencakup baik konten, aspek substantif, maupun aspek sintaktikalnya. 2. Pengetahuan pedagogi umum, merujuk pada prinsip-prinsip dan strategi pengelolaan dan oganisasi kelas yang menyangkut pengetahuan umum. Prinsip dan strategi mengajar juga dikendalikan oleh keyakinan, dan pengetahuan praktis guru. 3. Pengetahuan konten pedagogikal, adalah pengetahuan dalam

mengorganisasikan konten, yang cocok untuk tugas mengajar. Ini mencakup

representasinya dalam bentuk yang bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman pembelajar. 4. Pengetahuan kurikulum, merujuk pada materi dan program yang berfungsi sebagai alat khusus bagi guru dalam menentukan tujuan pengajaran pada berbagai jenjang kelas. 5. Pengetahuan pembelajar dan karakteristiknya, untuk mengembangkan pengajaran. 6. Pengetahuan konteks pendidikan, berkaitan dengan cara bekerjanya kelompok kecil disekolah hingga pada bagaimana organisasi sekolah dan pembiayaan sekolah. 7. Pengetahuan tentang tujuan akhir persekolahan, membicarakan maksud, nilai dan tujuan, dasar filosofi, dan dasar sejarah. Terlihat bahwa: (menggunakan pendapat Selley di atas) pembelajaran yang dilangsungkan oleh guru menyuguhkan pada siswa ilmu pengetahuan dengan kemampuan eksplanasi yang lebih tinggi, sedangkan pengetahuan konten pedagogi guru memiliki posisi sentral dalam keberhasilan proses pembelajaran siswa. Transformasi konten diarahkan pada pembelajar agar dapat mengikuti proses belajar mengajar, sedangkan pengajar terlibat secara intensif pada aspek pedagogi. Kemampuan segi pedagogi seorang guru sains merujuk pada: tindakan, strategi dan metodologi yang digunakan oleh guru sains; interaksi dengan siswa dalam rangka meningkatkan pembelajaran dan sikap; pengorganisasian kelas secara efektif; menggunakan teknologi dan meningkatkan pembelajaran; menggunakan konsep-konsep utama dan bertumpu pada siswa dalam

menyuguhkan pembelajaran baru. Standar kemampuan pedagogi guru, sebagaimana yang diusulkan dalam National Science Education Standar (NSES), contoh kriteria calon guru, guru pemula dan guru professional seperti pada table berikut:

Level calon guru Level guru pemula Level guru professional A. Merencanakan dan A. Merencanakan dan A. Menunjukkan melaksanakan strategi terus menerus kemampuan pembelajaran sains melakukan berbagai menggunakan strategi yang sesuai untuk alternatif kegiatan alternatif pada saat pembelajar dengan untuk suatu konsep; menemui tuntutan latar belakang dan dapat mengidentifikasi pembelajaran yang gaya belajar yang perbedaan pokok bervariasi dan secara berbeda. pembelajar pada sistematik melakukan banyak siswa. aktivitas pembelajaran yang bervariasi. B. Menunjukkan B. Secara B. Menerapkan aturan kemampuan berkesinambungan interaksi soaial dan mendorong siswa mengajarkan sains kelompok sebagai secara efektif dalam dengan baik secara dasar untuk belajar pembelajaran sains, individu maupun konseptual dan inkuiri, baik secara individu kelompok , mengikuti serta menggunakan atau dalam kerja kebebasan ruang strategi untuk kelompok pada gerak pembelajar memfasilitasi berbagai kegiatan dalam kebutuhan siswa dalam belajar. pengorganisasian membentuk dan kelompok berdasarkan mengorganisasi umur dan latar kelompok secara belakang. mandiri. C. Indentifikasi sasaran C. Menunjukkan C. Siap mengungkapkan dan mengajukan alas kefleksibelan dalam latar belakang tindakan an yang baik dan merencanakan dan dan dapat merubah rasional, bertumpu menerapkan strategi strategi secara cepat pada kebutuhan siswa, mengajar, dan untuk memperoleh untuk memilih strategi memakai observasi keuntungan suatu khusus pembelajaran langsung seta asesmen kesempatan yang sains. dalam mengungkapkan didapat untuk bisa tindakan sampingan. diajarkan serta dari tinjauan yang sesaat. D. Menggunakan D. Berkesinambungan D. Mengindetifikasi teknologi yang tepat, menggunakan teknologi informasi termasuk komputer, teknologi yang ada sebagai landasan untuk menyuguhkan dalam pengajaran. pengajaran, belajar dan pengajaran sains. Termasuk siswa dalam praktek sains dan juga rangka pemanfaatan memberi dorongan teknologi untuk pada siswa baik dalam pencarian, penggunaan teknologi mendapatkan maupun dalam rangka informasi dan proses pemahaman sains dan

data; teknologi pembelajaran. berkaitan pada proses inkuiri. E. Menggunakan E. Membangun daftar E. Memiliki kemampuan berbagai metode repertoire materi mengembangkan mengajar untuk mengajar dan siklus secara tepat rangkaian menyuguhkan konsep belajar untuk materi yang penting dari sudut menyuguhkan konsep berhubungan secara pandang yang berbeda; dari beberapa sudut tematik dan siklus dan menggunakan pandang. belajar digunakan pada siklus belajar untuk pengajaran konsep dari beberapa bentuk sudut pandang pengajaran. berbeda. F. Mengidentifikasi F. Memulai identifikasi F. Berkesinambungan miskonsepsi siswa sistematik dan mencegah miskonsepsi yang umum terjadi mencegah miskonsepsi dan kekhilafan atau kehilafan siswa atau kekhilafan konsepsi serta konsepsi dalam konsep dan menggunakan asesmen mengajar, sumbernya, merencanakan sebagai landasar untuk dan ketepatan kegiatan serta lebih merekonstruksi tanggapan mengajar. pelaksanaan diskusi, penerimaan konsep juga perubahannya. secara saintifik berserta keterkaitannya.

You might also like