Professional Documents
Culture Documents
MENABUNG DISUSUN OLEH : SITI ANISAH RAHMADINAH NIM: 26103050 EPS IIA
Menabung merupakan bagian dari mempersiapkan perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Secara teknis, cara menabung yaitu menyisihkan harta yang dimiliki saat ini untuk memenuhi kebutuhan masa depan. Para pakar keuangan sering kali mengatakan bahwa cara terbijak untuk menabung yaitu mengambil di muka sebesar 10%-20% dari pendapatan.1 Dalam hal ini dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa uang yang ditabung bukanlah sisa dari konsumsi melainkan penyisihan pendapatan secara khusus guna memenuhi kebutuhan dimasa akan datang serta dalam kondisi keperluan mendesak atau dalam taksasi dana masuk dalam kebutuhan yang disebut biaya tak terduga. Kebanyakan orang pasti sudah mengetahui bahwa menabung sangat di anjurkan bahkan oleh orang tua kita dulu. Banyak cara yang dilakukan untuk menabung antara lain di tiang bambu rumah, di lemari, di celengan, di bank dan lain lain. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk mempersiapkan hari esok, sebagaimana yang tercantum di dalam surat Al- Hasyr ayat 18 yang berbunyi:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Secara kontekstual ayat ini menyatakan bahwa hari esok adalah hari akhirat, namun bila kita mengambil maknanya secara ilmu finansial maka ayat ini
menganjurkan kita untuk juga mempersiapkan segala sesuatu untuk hari esok termasuk dana. Adakah kita sudah berfikir bagaimana kita menyiapkan dana untuk membangun rumah, menyiapkan dana pendidikan untuk anak anak kita, menyiapkan dana untuk pergi haji, atau mungkin menyiapkan dana untuk keadaan darurat andaikata kita di timpa musibah sakit atau bahkan kita kena PHK? Atau perusahaan tempat kita bekerja bangkrut? Ya. Setiap orang pastilah tidak menginginkan adanya musibah. Namun ketika Allah SWT sudah berkehendak, kita sebagai manusia tidak lagi dapat mengelak. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk mempersiapkan diri kita untuk menghadapi. Salah satu cara untuk menghadapi kehidupan di hari esok adalah dengan menabung. Jadi tidak ada kata lain untuk tidak menabung. Mari kita mulai menabung di hari ini, jangan tunda tunda lagi. Kenyataan lain mengenai pentingnya menabung adalah ketika tahun ajaran baru masuk sekolah. Kala itu, pegadaian ramai dikunjungi. Alasan mayoritas dari mereka adalah kebutuhan membeli seragam, yaitu dengan menggadaikan barang untuk memenuhi kebutuhan keuangan terkait dengan besarnya biaya pendaftaran ataupun daftar ulang anak mereka. Besarnya dana kebutuhan mereka beragam mulai dari satu juta hingga puluhan juta. Fenomena memasuki tahun ajaran baru ini juga terjadi pada saat menjelang hari raya. Dalam kondisi semacam ini, pegadaian adalah pilihan bagi mereka yang mempunyai barang untuk digadaikan. Bagi yang tidak mempunyai barang untuk digadaikan tentu semakin kesulitan dengan harus mencari pinjaman ke sana ke mari. Lebih parah lagi adalah orangorang yang tidak punya barang dan juga tidak mempunyai tempat untuk meminjam uang. Sekan-akan hidup mereka maju-mundur kena; serba sulit dan seakan-akan kehidupan ini serba pahit. Bermacam-macam penyebab mengapa orang kurang atau bahkan tidak siap untuk mengeluarkan dana untuk pendaftaran atau daftar ulang anak mereka. Ada yang benar-benar orang fakir sehingga tidak banyak uang yang dapat mereka sisihkan untuk kebutuhan pendaftaran atau mendaftarkan ulang anak mereka sekolah, ada juga orang yang tidak siap mengeluarkan dana karena kesalahan pengelolaan keuangan keluarga mereka, sehingga mereka terperosok pada ketidaksiapan dana sekolah anak-anak mereka. Kesalahan pengelolaan keuangan keluarga sehingga mengakibatkan ketidaksiapan menghadapi pengeluaran 3
keuangan yang bukan kebutuhan sehari-hari ini sebenarnya dapat dihindari sejak dini dengan menabung. Menabung adalah sebuah konsep sederhana yang membutuhkan kedisiplinan untuk menyisihkan sebagian penghasilan bagi kebutuhan masa depan; perkawinan, kelahiran anak, sekolah anak, membangun rumah, membangun usaha, membeli kendaraan, berlibur, membayar zakat, menunaikan haji dan sebagainya. Seseorang yang disiplin menabung berarti mempunyai perencanaan keuangan bagi masa depan. Perencanaan keuangan berarti ada harapan-harapan yang ingin dicapai dalam kehidupan. Seseorang dengan harapan dalam kehidupan adalah bagaikan rencana strategis dalam mencapai tujuan. Seseorang yang mempunyai tujuan berarti ia hidup dengan sesungguhnya. Hari demi hari dilalui dengan target dan membuat kehidupan lebih bermakna dan sesungguhnya hidup penuh makna akan membuat seseorang lebih percaya diri dan percaya diri adalah pondasi dari kesuksesan.
(transaction), motif berjaga-jaga (precautionary) dan motif spekulasi (speculation). Dalam Islam motif spekulasi tidak diakui, karena aktivitas ekonomi berupa spekulasi (maysir) dilarang secara syariah. Sehingga motif yang ada untuk memegang uang hanyalah motif untuk transaksi dan berjaga-jaga atau dengan kata lain motif untuk konsumsi (memenuhi kebutuhan) dan menabung. Tingkat tabungan dari seorang individu dalam teori Islam juga tidak terlepas dari pertimbangan kemashlahatan ummat secara keseluruhan. Pada kondisi tertentu dimana masyarakat begitu membutuhkan harta atau dana, maka individu yang memiliki dana lebih, akan mengurangi tingkat tabungannya atau lebih tepatnya mengurangi tingkat kekayaannya untuk membantu masyarakat yang kekurangan. Mekanisme ini dapat berupa mekanisme sukarela atau mekanisme yang mengikat, artinya negara memiliki wewenang dalam memaksa individu yang berkecukupan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, dengan mengenakan pajak khusus atau dikenal dengan nawaib pada masyarakat golongan kaya. Dengan demikian tingkat tabungan dalam Islam memiliki korelasi yang kuat dengan kondisi ekonomi. Bagaimana hubungan tingkat tabungan ini dengan tingkat investasi dalam sebuah perekonomian Islam? Tabungan dalam ekonomi Islam tidak begitu kuat dihubungkan dengan investasi. Karena ketika tabungan dimotifasi oleh alasan berjaga-jaga, hidup hemat dan sederhana, maka tidak relevan akumulasi tabungan ini kemudian digunakan untuk investasi yang mekanismenya dalam Islam menggunakan skema bagi-hasil yang memiliki risiko rugi. Risiko yang dimiliki investasi bagi hasil tidak begitu sinkron dengan alasan para pemilik uang untuk menahan uangnya berupa tabungan. Meskipun hubungan itu akhirnya terjadi akibat mekanisme perbankan syariah saat ini yang menggunakan benchmark konvensional, dimana pos tabungan berjaga-jaga masyarakat dapat digunakan oleh bank pada sisi pembiayaannya, konsekuensinya pada sisi pendanaan bank syariah memberikan bonus kepada para nasabah tabungan yang bermotif berjaga-jaga tersebut. Selain itu, berdasarkan motif dan realita masyarakat Islam seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan konsumsi dan permintaan, bahwa masyarakat Islam terdiri atas masyarakat muzakki, mid-income dan mustahik, dapat disimpulkan bahwa mereka yang aktif dalam menabung adalah mereka yang masuk dalam golongan muzakki dan mid-income. Dan akumulasi tabungan secara teori akan relatif kecil jika dibandingkan akumulasi investasi, yang berarti juga 5
peran tabungan dalam perekonomian akan relatif kecil. Dengan demikian tabungan tergantung pada besarnya pendapatan yang porsinya ditentukan oleh kebutuhan berjaga-jaganya. Dan ini perlu dirumuskan lebih spesifik untuk dapat mengkalkulasikan posisi dan peran tabungan dalam perekonomian. Sementara itu apa yang diyakini dalam konvensional bahwa tabungan atau excess income yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang akan menjadi potensi investasi dapat saja dibenarkan dalam Islam, sepanjang memang kebutuhan mereka pada konsumsi pokok dan motif berjaga-jaga telah terpenuhi. Walaupun begitu menyebutkan kelebihan tersebut sebagai tabungan juga mungkin kurang tepat, karena memang ada intensif dari si pemilik untuk menggunakan kelebihan tersebut sebagai modal untuk men-generate keuntungan selanjutnya (investasi). Sehingga tabungan jenis ini merupakan potensi investasi yang harus menjadi perhatian para regulator dalam rangka membuat sebuah kebijakan, baik di sektor riil maupun di sektor moneter. Secara sederhana para regulator harus memastikan tersedianya usaha-usaha ekonomi atau produk keuangan syariah yang mampu menyerap potensi investasi, sehingga waktu memegang uang oleh setiap pemilik dana akan ditekan seminimal mungkin. Dengan kata lain, penyediaan regulasi berupa peluang usaha atau produk-produk keuangan syariah akan semakin meningkatkan velocity dalam perekonomian. Dengan demikian perhatian regulasi moneter tidak tertuju pada konsep money supply seperti yang dianut konvensional, tapi lebih pada velocity perekonomian. Selama Anda tidak memiliki angsa bertelur emas atau mesin pembuat uang (money machine) maka Anda sendiri yang harus menjadi money machine. Berapa pun penghasilan Anda tidak menjamin bahwa Anda akan hidup nyaman di masa depan. Karena, bukan uang yang Anda hasilkan yang akan menyelamatkan Anda akan tetapi uang yang Anda sisihkan atau simpan yang berperan. ~ Syafir Senduk (Pakar Ekonomi dan Keuangan) ~
Artinya: Yusuf berkata, Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.
Artinya: Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.
D. ARTI KOSAKATA
Berturut-turut =