You are on page 1of 17

TAFSIR AYAT EKONOMI

MENABUNG DISUSUN OLEH : SITI ANISAH RAHMADINAH NIM: 26103050 EPS IIA

FAKULTAS SYARIAH IAIN SUMATERA UTARA 2011


A. PENDAHULUAN

Menabung merupakan bagian dari mempersiapkan perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Secara teknis, cara menabung yaitu menyisihkan harta yang dimiliki saat ini untuk memenuhi kebutuhan masa depan. Para pakar keuangan sering kali mengatakan bahwa cara terbijak untuk menabung yaitu mengambil di muka sebesar 10%-20% dari pendapatan.1 Dalam hal ini dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa uang yang ditabung bukanlah sisa dari konsumsi melainkan penyisihan pendapatan secara khusus guna memenuhi kebutuhan dimasa akan datang serta dalam kondisi keperluan mendesak atau dalam taksasi dana masuk dalam kebutuhan yang disebut biaya tak terduga. Kebanyakan orang pasti sudah mengetahui bahwa menabung sangat di anjurkan bahkan oleh orang tua kita dulu. Banyak cara yang dilakukan untuk menabung antara lain di tiang bambu rumah, di lemari, di celengan, di bank dan lain lain. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk mempersiapkan hari esok, sebagaimana yang tercantum di dalam surat Al- Hasyr ayat 18 yang berbunyi:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Secara kontekstual ayat ini menyatakan bahwa hari esok adalah hari akhirat, namun bila kita mengambil maknanya secara ilmu finansial maka ayat ini

Suwiknyo, Dwi. Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam. h.176

menganjurkan kita untuk juga mempersiapkan segala sesuatu untuk hari esok termasuk dana. Adakah kita sudah berfikir bagaimana kita menyiapkan dana untuk membangun rumah, menyiapkan dana pendidikan untuk anak anak kita, menyiapkan dana untuk pergi haji, atau mungkin menyiapkan dana untuk keadaan darurat andaikata kita di timpa musibah sakit atau bahkan kita kena PHK? Atau perusahaan tempat kita bekerja bangkrut? Ya. Setiap orang pastilah tidak menginginkan adanya musibah. Namun ketika Allah SWT sudah berkehendak, kita sebagai manusia tidak lagi dapat mengelak. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk mempersiapkan diri kita untuk menghadapi. Salah satu cara untuk menghadapi kehidupan di hari esok adalah dengan menabung. Jadi tidak ada kata lain untuk tidak menabung. Mari kita mulai menabung di hari ini, jangan tunda tunda lagi. Kenyataan lain mengenai pentingnya menabung adalah ketika tahun ajaran baru masuk sekolah. Kala itu, pegadaian ramai dikunjungi. Alasan mayoritas dari mereka adalah kebutuhan membeli seragam, yaitu dengan menggadaikan barang untuk memenuhi kebutuhan keuangan terkait dengan besarnya biaya pendaftaran ataupun daftar ulang anak mereka. Besarnya dana kebutuhan mereka beragam mulai dari satu juta hingga puluhan juta. Fenomena memasuki tahun ajaran baru ini juga terjadi pada saat menjelang hari raya. Dalam kondisi semacam ini, pegadaian adalah pilihan bagi mereka yang mempunyai barang untuk digadaikan. Bagi yang tidak mempunyai barang untuk digadaikan tentu semakin kesulitan dengan harus mencari pinjaman ke sana ke mari. Lebih parah lagi adalah orangorang yang tidak punya barang dan juga tidak mempunyai tempat untuk meminjam uang. Sekan-akan hidup mereka maju-mundur kena; serba sulit dan seakan-akan kehidupan ini serba pahit. Bermacam-macam penyebab mengapa orang kurang atau bahkan tidak siap untuk mengeluarkan dana untuk pendaftaran atau daftar ulang anak mereka. Ada yang benar-benar orang fakir sehingga tidak banyak uang yang dapat mereka sisihkan untuk kebutuhan pendaftaran atau mendaftarkan ulang anak mereka sekolah, ada juga orang yang tidak siap mengeluarkan dana karena kesalahan pengelolaan keuangan keluarga mereka, sehingga mereka terperosok pada ketidaksiapan dana sekolah anak-anak mereka. Kesalahan pengelolaan keuangan keluarga sehingga mengakibatkan ketidaksiapan menghadapi pengeluaran 3

keuangan yang bukan kebutuhan sehari-hari ini sebenarnya dapat dihindari sejak dini dengan menabung. Menabung adalah sebuah konsep sederhana yang membutuhkan kedisiplinan untuk menyisihkan sebagian penghasilan bagi kebutuhan masa depan; perkawinan, kelahiran anak, sekolah anak, membangun rumah, membangun usaha, membeli kendaraan, berlibur, membayar zakat, menunaikan haji dan sebagainya. Seseorang yang disiplin menabung berarti mempunyai perencanaan keuangan bagi masa depan. Perencanaan keuangan berarti ada harapan-harapan yang ingin dicapai dalam kehidupan. Seseorang dengan harapan dalam kehidupan adalah bagaikan rencana strategis dalam mencapai tujuan. Seseorang yang mempunyai tujuan berarti ia hidup dengan sesungguhnya. Hari demi hari dilalui dengan target dan membuat kehidupan lebih bermakna dan sesungguhnya hidup penuh makna akan membuat seseorang lebih percaya diri dan percaya diri adalah pondasi dari kesuksesan.

B. Konsep Tabungan Dalam Islam


Tabungan dalam Islam jelas merupakan sebuah konsekuensi atau respon dari prinsip ekonomi Islam dan nilai moral Islam yang menyebutkan bahwa manusia haruslah hidup hemat dan tidak bermewah-mewah serta mereka (diri sendiri dan keturunannya) dianjurkan ada dalam kondisi yang tidak fakir. Jadi dapat dikatakan bahwa motifasi utama orang menabung disini adalah nilai moral hidup sederhana (hidup hemat) dan keutamaan tidak fakir. Dalam bahasan tabungan pada ilmu ekonomi konvensional, dijelaskan bahwa tabungan merupakan selisih dari pendapatan dan konsumsi. Tanpa dijelaskan secara detil apa yang menjadi motifasi dari tabungan tersebut. Dalam teori konvensional ini, relatif terlihat bahwa tabungan merupakan sebuah konsekuensi dari pendapatan yang tidak digunakan. Sehingga fungsi tambahan menabung atau kecenderungan menabung marjinal (Marginal Propensity to Save; MPS) menjadi MPS = 1 MPC, dimana MPC merupakan kecenderungan mengkonsumsi marjinal (Marginal Propensity to Consume) dari seorang individu. Penjelasan kecenderungan tabungan ini juga disinggung dalam bahasan teori permintaan uang (Money Demand). Kita ketahui bahwa dalam wacana konvensional permintaan uang memiliki tiga motif utama, yaitu motif transaksi 4

(transaction), motif berjaga-jaga (precautionary) dan motif spekulasi (speculation). Dalam Islam motif spekulasi tidak diakui, karena aktivitas ekonomi berupa spekulasi (maysir) dilarang secara syariah. Sehingga motif yang ada untuk memegang uang hanyalah motif untuk transaksi dan berjaga-jaga atau dengan kata lain motif untuk konsumsi (memenuhi kebutuhan) dan menabung. Tingkat tabungan dari seorang individu dalam teori Islam juga tidak terlepas dari pertimbangan kemashlahatan ummat secara keseluruhan. Pada kondisi tertentu dimana masyarakat begitu membutuhkan harta atau dana, maka individu yang memiliki dana lebih, akan mengurangi tingkat tabungannya atau lebih tepatnya mengurangi tingkat kekayaannya untuk membantu masyarakat yang kekurangan. Mekanisme ini dapat berupa mekanisme sukarela atau mekanisme yang mengikat, artinya negara memiliki wewenang dalam memaksa individu yang berkecukupan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, dengan mengenakan pajak khusus atau dikenal dengan nawaib pada masyarakat golongan kaya. Dengan demikian tingkat tabungan dalam Islam memiliki korelasi yang kuat dengan kondisi ekonomi. Bagaimana hubungan tingkat tabungan ini dengan tingkat investasi dalam sebuah perekonomian Islam? Tabungan dalam ekonomi Islam tidak begitu kuat dihubungkan dengan investasi. Karena ketika tabungan dimotifasi oleh alasan berjaga-jaga, hidup hemat dan sederhana, maka tidak relevan akumulasi tabungan ini kemudian digunakan untuk investasi yang mekanismenya dalam Islam menggunakan skema bagi-hasil yang memiliki risiko rugi. Risiko yang dimiliki investasi bagi hasil tidak begitu sinkron dengan alasan para pemilik uang untuk menahan uangnya berupa tabungan. Meskipun hubungan itu akhirnya terjadi akibat mekanisme perbankan syariah saat ini yang menggunakan benchmark konvensional, dimana pos tabungan berjaga-jaga masyarakat dapat digunakan oleh bank pada sisi pembiayaannya, konsekuensinya pada sisi pendanaan bank syariah memberikan bonus kepada para nasabah tabungan yang bermotif berjaga-jaga tersebut. Selain itu, berdasarkan motif dan realita masyarakat Islam seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan konsumsi dan permintaan, bahwa masyarakat Islam terdiri atas masyarakat muzakki, mid-income dan mustahik, dapat disimpulkan bahwa mereka yang aktif dalam menabung adalah mereka yang masuk dalam golongan muzakki dan mid-income. Dan akumulasi tabungan secara teori akan relatif kecil jika dibandingkan akumulasi investasi, yang berarti juga 5

peran tabungan dalam perekonomian akan relatif kecil. Dengan demikian tabungan tergantung pada besarnya pendapatan yang porsinya ditentukan oleh kebutuhan berjaga-jaganya. Dan ini perlu dirumuskan lebih spesifik untuk dapat mengkalkulasikan posisi dan peran tabungan dalam perekonomian. Sementara itu apa yang diyakini dalam konvensional bahwa tabungan atau excess income yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang akan menjadi potensi investasi dapat saja dibenarkan dalam Islam, sepanjang memang kebutuhan mereka pada konsumsi pokok dan motif berjaga-jaga telah terpenuhi. Walaupun begitu menyebutkan kelebihan tersebut sebagai tabungan juga mungkin kurang tepat, karena memang ada intensif dari si pemilik untuk menggunakan kelebihan tersebut sebagai modal untuk men-generate keuntungan selanjutnya (investasi). Sehingga tabungan jenis ini merupakan potensi investasi yang harus menjadi perhatian para regulator dalam rangka membuat sebuah kebijakan, baik di sektor riil maupun di sektor moneter. Secara sederhana para regulator harus memastikan tersedianya usaha-usaha ekonomi atau produk keuangan syariah yang mampu menyerap potensi investasi, sehingga waktu memegang uang oleh setiap pemilik dana akan ditekan seminimal mungkin. Dengan kata lain, penyediaan regulasi berupa peluang usaha atau produk-produk keuangan syariah akan semakin meningkatkan velocity dalam perekonomian. Dengan demikian perhatian regulasi moneter tidak tertuju pada konsep money supply seperti yang dianut konvensional, tapi lebih pada velocity perekonomian. Selama Anda tidak memiliki angsa bertelur emas atau mesin pembuat uang (money machine) maka Anda sendiri yang harus menjadi money machine. Berapa pun penghasilan Anda tidak menjamin bahwa Anda akan hidup nyaman di masa depan. Karena, bukan uang yang Anda hasilkan yang akan menyelamatkan Anda akan tetapi uang yang Anda sisihkan atau simpan yang berperan. ~ Syafir Senduk (Pakar Ekonomi dan Keuangan) ~

C. TEKS AYAT DAN TERJEMAH

Artinya: Yusuf berkata, Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.

Artinya: Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.

D. ARTI KOSAKATA

Berturut-turut =

Maka tinggalkanlah dan biarkanlah =

Sedikit =


Kamu makan =

Tahun-tahun kekeringan (panceklik) dan sangat sulit =

Kalian menjaga dan menyimpan untuk dijadikan benih =

Mereka memakan =

Apa yang kamu sediakan =

E. Hadist
Rasulullah saw sudah mengajari kita untuk menabung sejak belasan ribu tahun yang lalu. Simak perkataan beliau yang bijaksana berikut ini: Allah akan memberikan rahmat kepada seseorang yang berusaha dari yang baik, membelanjakan uang secara sederhana, dan dapat menyisihkan kelebihan untuk menjaga saat dia miskin dan membutuhkannya. [HR Muslim & Ahmad] Menyisihkan kelebihan atau menabung, dalam hadits ini dijelaskan maksudnya yaitu untuk berjaga-jaga pada saat miskin dan membutuhkan. Memang sudah menjadi hukum alam bahwa roda perekonomian terus berputar seperti roda pedati. Terkadang kita berada di atas, namun roda yang terus berputar bisa menempatkan kita pada posisi yang paling bawah. Bila ditinjau lebih cermat lagi, ada pelajaran berharga yang bisa kita petik dari hadits ini. Yaitu rumus menabung ala Rasulullah saw, dimana dijelaskan bahwa orang yang mendapatkan rahmat Allah bisa menyisihkan kelebihan, yaitu orang yang berusaha dengan usaha yang baik dan membelanjakan uang secara sederhana. Ada dua syarat untuk bisa menabung, yaitu sumber penghasilan dari usaha yang baik dan pengeluaran yang sederhana. Pengertian sederhana mungkin sulit untuk ditentukan batasan rupiahnya. Katakanlah A memiliki penghasilan Rp 10 juta per bulan dan pengeluarannya Rp 8 juta, sedangkan B berpenghasilan Rp 3 juta dan semua penghasilannya dihabiskan bulan itu juga. Mana yang lebih sederhana, A atau B? Lalu bagaimana dengan seorang komlomerat yang penghasilannya terus mengalir bukan cuma dalam hitungan bulan namun dalam hitungan hari? Apakah ia dikatakan sederhana atau mewah jika menggunakan mobil Jaguar yang tak sampai 1% dari total asetnya? Sulit memang untuk menilai kesederhanaan, namun dalam hal ini, pada umumnya ada dua batasan yang biasanya digunakan masyarakat dalam menilai seseorang itu hidup sederhana atau mewah;

Batasan pertama yaitu kemampuannya sendiri. Seseorang dikatakan hidup sederhana jika ia bisa hidup dalam batasan kemampuannya sendiri. Sebaliknya, seseorang akan dikatakan hidup mewah jika ia memaksakan diri dengan gaya hidup di luar batas kemampuannya. Batasan kedua yang bisa kita katakan sebagai hidup sederhana adalah lingkungan. Walaupun seseorang mampu untuk membeli mobil merk apa saja berapapun yang ia mau, namun jika hal itu menimbulkan kesenjangan terhadap lingkungannya, maka bisa dikatakan itu bukanlah hidup sederhana.

F. MAKNA IJMALI (GLOBAL)


Dari metode menabung, ada satu kepastian bahwa anjuran menabung ini sudah ada pada zaman nabi Yusuf as. Tertulis di dalam Al-Quran surat Yusuf; Ayat 43 : Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Hai orang-orang yang terkemuka: Terangkanlah kepadaku tentang tabir mimpiku itu jika kamu dapat menabirkan mimpi. Ayat 46 : (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya. Ayat 47 : Yusuf berkata: Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Ayat 48 : Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Ayat 49 : Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur. 10

Pelajaran yang di dapat dari kisah nabi Yusuf ini sungguh luar biasa. Kehidupan yang kita lalui tidak selalu indah. Adakala kita bisa bersenang senang, hidup berkecukupan, namun kadang kala kita mengalami masa sulit, dimana kita mengalami hal-hal di luar dugaan dan di luar kemampuan finansial kita. Biasanya pada saat hidup senang kita acapkali lupa untuk menabung. Pada saatnya di timpa musibah yang membutuhkan dana yang besar, barulah kita menyesal karena tidak menabung disaat memiliki uang. Penyesalan memang selalu datang kemudian. Oleh sebab itulah Allah SWT sudah memberikan sebuah pelajaran melalui kisah nabi Yusuf as. agar umat-Nya tidak mengalami masa-masa sulit seperti yang di kisahkan. Namun sayang sekali banyak dari kalangan umat Islam yang tidak mempunyai tabungan. Yang ada di pikiran kebanyakan kita adalah hidup untuk saat ini, padahal seharusnya umat Islam mempunyai cara pandang yang jauh melebihi umat lainnya Dijelaskan juga bahwa Yusuf berkata kepada delegasi raja dan para pembesar kerajaan, seraya menerangkan kepada mereka apa yang wajib mereka lakukan untuk menghadapi bahaya yang akan menimpa negara dan penduduknya sebagaimana ditunjukkan dalam mimpi itu sebelum tawil mimpi itu benar-benar terjadi. Yaitu, agar menanam gandum selama tujuh tahun berturut-turut tanpa terputus, kemudian hasil panen itu disimpan pada tangkainya dengan cara menjaga agar tidak terkena ulat sebagai akibat dari kelembaban. Sehingga, nantinya gandum itu bisa untuk makanan umat manusia atau ternak pada saat yang diperlukan. Sedikit sajalah yang kalian ambil untuk kalian makan pada setiap tahun dengan cara hemat, sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan secukupnya saja untuk menghilangkan lapar. Dan tujuh tahun inilah pentawilan mimpi dari tujuh ekor lembu yang gemuk-gemuk. Adapun tangkai-tangkai yang hijau, pada hakikatnya setiap tangkai adalah merupakan tawil dari penanaman satu tahun.2

Ahmad Musthtafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra. 1988. h.290

11

G.MAKNA RINCI
1. Di dalam Tafsir Al-Azhar oleh Prof. Dr. Hamka, mengatakan bahwa Kamu akan berladang tujuh tahun dengan kerja keras. Tujuh tahun lamanya tanahmu akan subur, hujanpun cukup, atau banjir sungai Nil akan melimpah. Tetapi sungguhpun demikian, kesuburan tanah itu pun hanya akan dapat memberi hasil yang berlimpah-limpah apabila dikerjakan dengan ; kerja keras membanting tulang. Maka apa yang kamu ketam, hendaklah kamu tinggalkan pada tangkainya, kecuali sedikit dari yang kamu makan.3 2. Menurut Tafsir Jalalain oleh Imam Jalaludin Al-Mahalliy dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi, bahwa hal ini mengatakan tabir daripada tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk.4 3. Di dalam Tafsir Rahmat, dikatakan bahwa maksud dari ayat tersebut adalah mimpi Al-Aziz tidak dapat ditabirkan oleh pembesarpembesarnya. Sahabat Yusuf semasa ia dalam penjara memberitahu bahwa Yusuf sanggup menerangkan tabir mimpi tersebut. Melalui kemampuan Yusuf mentabir mimpi, maka seluruh kerajaan menjadi mawas dan bersiaga untuk menghadapi sesuatu yang akan terjadi (dalam hal ini musim yang berubah-ubah).5 4. Di dalam________________, dikatakan bahwa yang dimaksud Yusuf yaitu kamu bertanam tujuh tahun lamanya seperti biasa, maka apa yang sudah kamu panen biarkan saja tetap ditangkainya, kecuali sedikit untuk dimakan. Tujuan membiarkan hasilnya tetap ditangkainya dan sedikit untuk dimakan yaitu untuk cadangan makanan ketika datang masa sulit selama tujuh tahun. 5. Menurut Tafsir Quran Karim, Yusuf menerangkan takwil mimpi itu, yaitu hendaklah kamu menanam gandum tujuh tahun berturut-turut, pendapatan

3 4

Prof. Dr. Hamka. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas. 2002. h. 241 Imam Jalaluddin Al-Mahalliy dan As-Suyuthi. Tafsir Jalalain. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset. 1995. h. 964 5 H. Oemar Bakry. Tafsir Rahmat. Jakarta: Mutiata. 1981. h. 457

12

hasilnya hendaklah kamu simpan pada tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan sekedar menutupi kelaparan.

6. Menurut Tafsir Al-Mishbah, mengatakan bahwa Nabi Yusuf as. memahami bahwa tujuh ekor sapi sebagai tujuh tahun masa pertanian, dengan alasan bahwa sapi digunakan untuk membajak maka kegemukan sapi adalah lambang kesuburan. Sedangkan sapi kurus adalah masa sulit di bidang pertanian, yakni panceklik. Bulir-bulir gandum lambang pangan yang tersedia. Setiap bulir sama dengan setahun. Demikian juga sebaliknya.6 7. Dalam Tafsir Al-Maraghi, Nabi Yusuf as. berkata kepada delegasi raja seraya menerangkan apa yang wajib mereka lakukan untuk menghadapi bahaya yang akan menimpa Negara dan penduduknya. Yaitu agar menanam kemudian menyisakan/mengumpulkan sebagian hasil panen untuk persiapan dikala musim panceklik suatu saat tiba. 7

6 7

M. Quraish Syihab. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati. 2009. h.112 Ahmad Mushthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra. 1988. h. 290-191

13

H.PESAN HUKUM AYAT EKONOMI


Dalam ilmu ekonomi, menabung (saving) adalah suatu tindakan yang harus kita lakukan guna untuk mengantisipasi kondisi darurat ataupun berguna untuk kebutuhan di masa mendatang. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan syariat Islam yang mana menabung, menyisihkan harta dan berhemat adalah hal yang perlu kita lakukan yang merupakan suatu tindakan yang juga mensyukuri nikmat Allah swt. Lewat ayat ini, yang diperkuat dengan hadist yang terlampir, jelas terlihat bahwasanya menabung adalah sesuatu yang diharuskan. Hal ini disebabkan manfaat dari menabung yang sangat kita butuhkan untuk pegangan masa depan.

I. PESAN AYAT DAN KONTEKSTUALITASNYA DENGAN PERSOALAN EKONOMI


Menabung (saving) dan kontektualitasnya terhadap persoalan ekonomi yaitu dengan menabung, kita dapat mempersiapkan diri untuk masa akan datang. Menabung juga akan membantu kita untuk memiliki modal (capital) ketika kita ingin melakukan suatu usaha sehingga kegiatan ekonomi berlangsung secara produktif. Menabung bisa digerakkan untuk perputaran modal demi kesejaheraan kehidupan kita.

J. KESIMPULAN DAN PENUTUP


Perilaku menabung merupakan bagian dari ajaran yang dibenarkan oleh ekonomi Islam berdasarkan QS. Yusuf: 47-48 tersebut. Meskipun penjelasan ayat tersebut bersifat makro yaitu agregat skala negara, namun tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan pada bidang garapan mikro yaitu secara individu atau rumah tangga. Dan hal ini tampaknya patut kita pikirkan secara baik dan galakkan mulai dari saat ini. 14

DAFTAR PUSTAKA
Al-Mahalliy, Imam Jalaluddin dan As-Suyuthi. Tafsir Jalalain. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 1995. Al-Maraghi, Ahmad Musthtafa. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra. 1988. Bakry, H. Oemar. Tafsir Rahmat. Jakarta: Mutiata. 1981. Hamka, Prof. Dr. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas. 2002. Huda, Nurul et al. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Kencana. 2008. Sukirno, Sadono. Ekonomi Makro. Jakarta: Rajawali Pers. 1994. Suwiknyo, Dwi. Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010. Syihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati. 2009 ____________. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan. 1997. Yunus, Prof. Dr. H. Mahmud. Tafsir Quran Karim. Jakarta: PT Hidakarya Agung. 1993.

15

PERBEDAAN MENABUNG DAN BERINVESTASI Banyak di antara kita, yang menyadari pentingnya menabung. Tapi, tidakbanyakyang mengetahui tujuan menabung. Bahkan, parahnya lagi, masih ada yang belum bisa membedakan pengertian menabung dengan berinvestasi. Hal mendasar yang membedakan menabung dengan berinvestasi adalah adanya ketidakjelasan dalam hal : * Tujuan atau kebutuhan secara spesifik, misalnya untuk pendidikan anak, memiliki rumah, atau persiapan pensiun * Seberapa besar dana yang akan dibutuhkan untuk tujuan dimaksud * Kapan kebutuhan itu diperlukan dan jangka waktu (berapa lama) untuk mencapai waktu tersebut * Pilihan/alternatif investasi yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut * Strategi mencapai tujuan tersebut. Berinvestasi adalah suatu proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut. Apakah Anda pernah memikirkan tentang kebutuhan masa depan Anda (keluarga) secara finansial? Misalnya, kebutuhan akan proteksi asuransi, rumah dan mobil, pendidikan anak, ibadah umrah atau haji, perjalanan wisata, dan kebutuhan masa pensiun? Jika ya, apakah Anda pernah memikirkan jumlah dana yang dibutuhkan? Juga, kapan Anda membutuhkannya? Semua kebutuhan Anda di atas akan sangat mungkin tercapai apabila Anda melakukan perencanaan sejak dini. Sekarang anda tinggal pilih di antara kedua cara di atas. Yang jelas, berinvestasi lebih banyak memberikan keuntungan ketimbang menabung karena dalam berinvestasi ada unsur perencanaan (akan kebutuhan masa depan). Sedangkan, dalam menabung tidak jelas. MENGAPA INVESTASI ITU PERLU ? Seseorang melakukan investasi karena dipicu oleh kebutuhan akan masa depan. Tapi sayang, banyak di antara kita yang belum memikirkan kebutuhan akan masa depan. Padahal, kalau saja mereka tahu semakin ke depan, biaya hidup seseorang semakin bertambah. Apakah Anda termasuk kelompok yang seperti itu? Jika tidak, berarti, Anda tergolong kelompok yang peduli dengan masa depan. Seseorang yang menyadari bahwa kebutuhan masa depan akan lebih besar, tentu mereka akan menyempatkan diri berhemat dalam mengelola keuangannya. Mereka jelas akan melakukan perencanaan (investasi) guna memenuhi kebutuhan tersebut. Selain kebutuhan akan masa depan, seseorang melakukan investasi karena dipicu oleh banyaknya ketidakpastian atau hal yang tidak terduga dalam hidup ini (keterbatasan dana, kondisi kesehatan, musibah, kondisi pasar investasi) dan laju inflasi yang tinggi. Itulah tantangan tambahan yang perlu kita hadapi. Tapi, dengan adanya alternatif instrumen (efek) investasi memungkinkan seseorang bisa memenuhi kebutuhan masa depan, dengan menentukan prioritas kebutuhan, menetapkan perencanaan yang baik serta implementasi secara disiplin. INSTRUMEN INVESTASI Ada beberapa cara untuk investasi, di antarnya melalui: * Deposito * Obligasi * Saham * Reksadana Di mana tiap2 Instrumen Investasi tersebut mempunyai "risk" (resiko) dan "return" (hasil investasi) yg berbeda. Konsep "high risk-high return, low risk-low return" berlaku di sini. Risk & Return: * Deposito: resiko rendah, hasil rendah. * Obligasi: resiko menengah, hasil menengah * Saham: resiko tinggi, hasil tinggi * Reksadana: ~~ Reksadana Pasar Uang: risiko rendah, hasil rendah ~~ Reksadana Pendapatan Tetap: resiko sedang, hasil sedang ~~ Reksadana Campuran: resiko sedang/tinggi, hasil sedang/tinggi ~~ Reksadana Saham: resiko tinggi, hasil tinggi BERINVESTASI SECARA LANGSUNG ? Ada beberapa persyaratan yang perlu dimiliki seseorang untuk dapat berinvestasi secara langsung, khususnya investasi obligasi dan saham, antara lain * Dana yang relatif besar untuk dapat melakukan diversifikasi * Pengetahuan dan kemampuan menganalisis masing-masing jenis instrumen (efek) investasi, serta menganalisis perusahaan penerbit (emiten) * Kemampuan menganalisis kondisi makro-ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja masing-masing instrumen * Memiliki akses terhadap sumber-sumber informasi, seperti informasi bursa untuk memantau harga-harga instrumen serta berita-berita berkaitan dengan kondisi pasar

16

investasi * Menguasai manajemen portofolio investasi untuk mengelola suatu portofolio investasi yang terdiversifikasi * Akses terhadap jasa pialang (broker) serta jasa penitipan dan administrasi investasi (bank kustodian).

17

You might also like