You are on page 1of 12

Kewajiban dan Ekuitas

Kewajiban A. Pengertian Kewajiban FASB mendefinisi kewajiban dalam kerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No. 6, prg. 35): Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer asset atau

menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Menurut PSAK No. 57, Kewajiban adalah kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas.

B. Karakteristik Kewajiban secara umum dapat dikatakan bahwa kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu: 1. Pengorbanan manfaat ekonomik masa datang 2. Keharusan sekarang untuk mentransfer asset 3. Timbul akibat transaksi masa lalu

C. Penggolongan Kewajiban Kewajiban digolongkan berdasarkan jangka waktu pelunasan: 1. Kewajiban lancar/jangka pendek (Current Liabilities) Kewajiban yang akan diselesaikan dalam siklus operasi normal atau kewajiban yang akan diselesaikan dalam 12 bulan dari tanggal neraca. Yang termasuk kewajiban ini antara lain: a. Hutang dagang/usaha (account payable) b. Wesel bayar (note payable) c. Biaya-biaya yang masih harus dibayar (accrued payable) d. Pendapatan yang diterima di muka (unearned) e. Panjar dari langganan (advanced from customer)

f. hutang deviden g. hutang pajak 2. Kewajiban jangka panjang (long term liabilities) Kewajiban perusahaan yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun a. Hutang Hipotik b. Hutang Obligasi c. Hutang wesel d. Hutang lain-lain

D. Pengakuan Kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang sebelumnya terjadi. Kewajiban dapat diakui atas dasar kriteria pengakuan yaitu definisi, keterukuran, keterandalan, dan keberpautan. Kam mengajukan empat kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban yaitu: 1. Ketersediaan dasar hukum. Ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan daya paksa hanya merupakan karakteristik pendukung definisi kewajiban. Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti substantif adanya keharusan konstruktif atau demi keadilan. 2. Keterterapan konsep dasar konservatisma. Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan. Keadaan-keadaan tertentu yang menjadikan konsep konservatisma terterapkan dapat memicu pengakuan kewajiban. Implikasi dianutnya konsep konservatisma adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak demikian dengan untung. 3. Ketertentuan substansi ekonomik transaksi. Substansi suatu transaksi dapat memicu pencatatan seluruh kewajiban yang timbul ketika transaksi terjadi meskipun secara yuridis/kontraktual kewajiban baru akan mengikat secara berkala pada saat keharusan sekarang timbul. Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi. 4. Keterukuran nilai kewajiban. Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas keterandalan informasi. Hendriksen dan van Breda menunjukkan saat-saat untuk mengakui kewajiban yaitu: 1. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah mengikat.

2. Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya belum dicatat sebagai aset sebelumnya. 3. Bersamaan dengan pengakuan aset. 4. Pada akhir perioda karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian.

E. Pengukuran Pengukuran yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat terjadinya adalah penghargaan sepakatan (measured considerations) dalam transaksi-transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Hal ini berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang. Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material sehingga jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama dengan jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik (kas) masa datang. Dengan kata lain, untuk kewajiban jangka pendek, kos pendanaan (financing cost) atau kos penundaan (bunga sebagai nilai waktu uang) dianggap tidak material.

F. Penilaian Kalau pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang (the value of current obligation) pada saat terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada setiap saat antara terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin mendekati nilai nominal (face value) kewajiban.

G. Penyajian Pengungkapan Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca atas dasar urutan kelancarannya sejalan dengan penyajian aset. PSAK No. 1 (pasal 39) menggariskan bahwa aset lancar disajikan menurut likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan.

PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Suatu kewajiban diklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek bila (paragraph 44): 1. diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan; atau 2. jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca. Dalam praktek, kewajiban lancar biasanya dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai penuh jatuh temponya. Akun kewajiban lancar biasanya disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban dan ekuitas pemegang saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun itu dapat dicantumkan menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun, atau menurut prefensi likuiditasnya. Sedangkan untuk kewajiban jangka panjang dicantumkan dalam neraca pada klasifikasi kedua, yaitu setelah kewajiban lancar.

Kewajiban Kontinjensi, dan Kewajiban Diestimasi Kewajiban Kontinjensi A. Pengertian Kewajiban kontinjensi adalah: 1. kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu, dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah; atau 2. kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena: a. tidak terdapat kemungkinan besar (not probable ) pemerintah mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis untuk menyelesaikan kewajibannya; atau b. jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.

B. Pengakuan Menurut PSAK 57 paragraf 28, perusahaan tidak diperkenankan mengakui kewajiban kontinjensi.

C. Pengukuran Besaran kewajiban kontinjensi tidak dapat diukur secara eksak. Untuk itu diperlukan pertimbangan profesional oleh pihak yang berkompeten

D. Penyajian dan Pengungkapan Kewajiban kontingensi tidak disajikan pada neraca, namun demikian harus mengungkapkan kewajiban kontingensi pada Catatan atas Laporan Keuangan untuk setiap jenis kewajiban kontinjensi pada tanggal neraca Pengungkapan tersebut dapat meliputi: 1. karakteristik kewajiban kontingensi; 2. estimasi dari dampak finansial yang diukur; 3. indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu aruskeluar sumber daya; 4. kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga Namun pengungkapan diatas tidak perlu dilakukan apabila kecil kemungkinan terjadi arus kas keluar sumber daya dalam pnyelesaian kewajiban.

Kewajiban Diestimasi A. Pengertian Kewajiban diestimasi adalah kewajiban yang waktu dan jumlahnya belum pasti. Kewajiban diestimasi dapat dibedakan dari kewajiban lain, seperti utang dagang dan akrual, karena pada kewajiban diestimasi terdapat ketidakpastian mengenai waktu atau jumlah yang harus dikeluarkan pada masa datang untuk menyelesaikan kewajiban diestimasi tersebut. Beberapa contoh dari kewajiban diestimasi antara lain gugatan, garansi, premi, kontrak memberatkan, dan restrukturisasi.

B. Pengakuan Kewajiban diestimasi harus diakui apabila ketiga kondisi berikut dipenuhi: 1. perusahaan memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu;

2. besar kemungkinan (probable) penyelesaian kewajiban tersebutmengakibatkan arus keluar sumber daya; dan 3. estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.

C. Pengukuran 1. Jumlah yang diakui sebagai kewajiban diestimasi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikam kewajiban kini pada tanggal neraca 2. Dalam menentukan estimasi terbaik suatu kewajiban diestimasi, perusahaan harus mempertimbangkan berbagai resiko dan ketidakpastian yang selalu memengaruhi berbagai peristiwa dan keadilan 3. Jika dampak nilai waktu uang cukup material, jumlah kewajiban diestimasi adalah nilai kini dari perkiraan yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban 4. Peristiwa masa depan yang dapat mempengaruhi jumlah yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kewajiban harus dalam jumlah tercermin provisi jika ada bukti obyektif bahwa peristiwa itu akan terjadi.

D. Pengungkapan PSAK 57 Paragraf 85 menyebutkan untuk setiap jenis kewajiban diestimasi, entitas harus mengungkapkan: 1. nilai tercatat pada awal dan akhir periode; 2. kewajiban diestimasi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk peningkatan jumlah pada kewajiban diestimasi yang ada; 3. jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada kewajiban diestimasi selama periode bersangkutan; 4. jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan; dan 5. peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto. Selain itu, untuk setiap kewajiban diestimasi, perusahaan harus mengungkapkan pula: 1. Uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan saat arus keluar sumber daya terjadi.

2. Indikasi mengenai ketidakpastian saat atau jumlah arus keluar tersebut jika diperlukan dalam rangka menyediakan informasi yang memadai, perusahaan harus mengungkapkan asumsi utama yang mendasari prakiraan peristiwa masa depan sebagaimana diatur pada paragraf 50 3. Jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menyebutkan jumlah aset yang telah diakui untuk estimasi penggantian tersebut

EKUITAS A. Pengertian Untuk perusahaan perseorangan ekuitas sering disebut modal. Untuk perseroan istilah ekuitas (ekuitas pemegang saham atau stockholder equity) lebih merefleksi makna yang dikandungnya. Ekuitas didefinisi secara mekanik atau procedural dalam kaitanya dengan eleman-elemen sekmen keuangan yang lain. Menurut kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan dalam SAK (2009) No 49 ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Menurut PSAK No. 21 Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan, yaitu selisih antara asset dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut. Menurut FASB dalam SFAC No. 6 ekuitas atau aktiva bersih adalah bunga residual dalam aset dari suatu entitas yang tersisa setelah dikurangi kewajiban. Menurut PSAK No.21 Paragraf 03. Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas akan berkurang terutama dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik pembagian keuntungan atau karena kerugian, dan akan bertambah karena investasi pemilik dan hasil usaha. Ekuitas harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas, dan disajikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan akta pendirian yang berlaku, Ekuitas terdiri atas setoran pemilik yang sering kali disebut modal atau simpanan pokok anggota untuk badan hukum koperasi saldo laba dan unsur lain.

B. Komponen Ekuitas Pemegang Saham Atas dasar segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham diklasifikasi atas dasar dua komponen penting yaitu: 1. Modal setoran (contributed capital) terdiri dari : a. Modal saham (capital stock) sebagai modal yuridis. Modal yuridis ini timbul karena adanya ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain. Modal yuridis juga merupakan jumlah rupiah minimal yang harus disetor oleh investor sehin gga membentuk modal yuridis (legal capital). Contohnya antara lain : penerbitan saham baru, kapitalisasi laba ditahan, deviden saham, konversi obligasi. b. Modal setoran lain/setoran tambahan. Menurut PSAK (2009) Tambahan Modal Disetor terdiri dari berbagai macam unsur penambah modal, seperti; agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih rendah dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya, tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan lain sebagainya . Akun Tambahan Modal Disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos laba/rugi usaha maupun laba/rugi luar biasa . 2. Modal bentukan atau Laba ditahan (retained earnings) pada dasarnya adalah terbentuk dari akumulasi laba yang telah dipindahkan dari akun ikhtisar laba rugi. terdiri atas : a. Laba atau rugi (dari statement laba-rugi) b. Deviden c. Rekapitalisasi d. Devisit e. Koreksi f. Perubahan akuntansi

C. Tujuan Penyajian Ekuitas Pada umumnya tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang berkepentingan, tentang efisiensi dan kepengurusan manajemen. Tujuan lainnya adalah menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek investasi

pemilik dan pemegang ekuitas lainnya. Informasi tentang kewajiban yuridis perseroan terhadap para pemegang saham dan pihak lainnya juga merupakn tujuan penyajian ekuitas pemegang saham ini.

D. Ruang lingkup ekuitas yang diatur dalam PSAK No 21 yaitu : 1. Perusahaan BUMN/D Ditinjau dari bentuk hukum dan ekuitas, BUMN/D dapat dibedakan menjadi: a. Perusahaan Jawatan (Perjan) : Sebagai BUMN, modal Perusahaan Jawatan tidak terpisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). b. Perusahaan Umum (Perum) : Sebagai BUMN, modal Perusahaan Umum yang disetor merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dari APBN dan tidak terdiri atas saham. Dari sudut akuntansi ekuitas, kecuali modal yang tidak terdiri dari saham, pada prinsipnya cara pengklasifikasian dan penyajian adalah sama dengan PT (Persero). c. PT (Persero) : PT (Persero) adalah BUMN berbentuk perseroan terbatas yang mayoritas sahamnya dimiliki negara. Dari sudut akuntansi ekuitas, tidak ada perbedaan antara suatu PT (Persero) dengan Perseroan Terbatas. d. Disamping BUMN tersebut di atas, terdapat Perusahaan Negara (PN) : yang secara khusus dibentuk berdasarkan suatu peraturan perundangan pendirian, yang di dalamnya mengatur juga mengenai modal. e. Modal suatu Perusahaan Daerah adalah kekayaan yang terpisah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah . 2. Perusahaan Swasta Ditinjau dari sudut bentuk hukum dan ekuitas, perusahaan swasta dapat berbentuk: a. Perusahaan Perorangan : Perusahaan Perorangan bukan suatu badan hukum, dan modalnya tidak terbagi atas saham. Harta kekayaan pribadi pemilik perusahaan terikat pada hutang piutang usaha perorangan. b. Persekutuan Perdata : Persekutuan Perdata bukan suatu badan hukum, dan modalnya tidak terdiri atas saham. c. Firma : Modal Firma tidak terbagi atas saham dan para anggota Firma bertanggungjawab renteng atas kewajiban Firma sebagai suatu persekutuan orang.

d.

Commanditaire Vennootschap (C.V.) : Modal suatu persekutuan C.V. harus dipisahkan antara Modal Pesero Aktif dan Modal Pesero Komanditer. Pesero aktif adalah pesero yang bertindak aktif sebagai pengurus C.V. Pesero Komanditer adalah pesero tidak aktif sebagai pengurus C.V. dan hanya bertanggungjawab sebatas modal C.V. yang menjadi bagiannya.

e.

Perseroan Terbatas (PT) : Modal Perseroan Terbatas terdiri atas saham. Tanggung jawab persero terbatas pada jumlah modal saham yang disetor apabila PT telah disahkan Menteri Kehakiman.

3. Koperasi sesui UU-RI Koperasi adalah badan hukum. Modal pokok koperasi adalah simpanan pokok anggota, mirip saham atas nama, tak dapat dipindahtangankan dan dapat diambil kembali bila anggota keluar dari keanggotaan koperasi. Ekuitas koperasi atau kekayaan bersih koperasi adalah simpanan pokok, simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil usaha termasuk cadangan.

E. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (2009) NOMOR 21 TENTANG AKUNTANSI EKUITAS 1. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Bukan PT Akuntansi untuk ekuitas Badan Usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan,misalnya Koperasi. 2. Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT : Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa dan akun Tambahan Modal Disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor.

F. PERUBAHAN MODAL SETORAN Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran dengan berbagai masalah teoritis adalah : 1. Pemesanan saham (stock subscribtion)

Pada umumnya pada saat perseroan didirikan atau pada saat melakukan penawaran public perdana (initial public overing atau IPO), perusahaan telah menetapkan apa yang disebut modal dasar (autorise capital stock). Dengan autorisasi tersebut perusahaan akan mencetak serftifikat saham. Jumlah rupiah saham pesanan dapat diakui sebagai modal setoran hanya apabila kedua syarat berikut dipenuhi : a. jumlah rupiah yang disepakati dalam pemesanan merupakan klaim yuridis bagi perusahaan terhadap pemesan dan tidak dapat dibatalkan b. harga pemesanan tersebut akan ditagih penerbit dalam periode yang cukup pasti dan tidak terlalu lama. 2. Obligasi terkonversi (convertible bonds) Dalam hal tertentu, perusahaan menerbitkan obligasi dengan karakteristik bahwa obligasi tersebut dapat ditukarkan dengan saham biasa atas kehendak dari pemegang obligasi dalam periode konvesrsi yg telah ditentukan. 3. Saham Prioritas terkonversi ( convertible stock ) Nilai nominal saham Prioritas plus premium/diskon ditranfer ke modal pemegang saham dan premium/diskon modal saham biasa. Tidak ada untung atau rugi yang diakui pada saat konversi tersebut. Ini berarti jumlah rupiah ini yang mula-mula diterima pada saat menerbitkan saham prioritas dianggap sebagai modal setoran mula-mula untuk saham biasa. 4. Diveden saham (stock devidends) Dividen saham adalah distribusi dividen dalam bentuk saham yang sejenis dengan saham yang mula-mula diterbitkan. Bila distribusi dividen saham tidak disertai dengan kapitalisasi laba ditahan, dividen saham akan menyerupai pemecahan saham (stock split). Pemecahan saham adalah penurunan nilai nominal per saham dengan cara menukar tiap satu saham yang beredar dengan 2 atau lebih saham baru yang nilai nominal per sahamnya merupakan pecahan dari nilai nominal saham semula. 5. Hak beli saham, opsi, dan waran (stock rights, Stock options, and warrant) Hak Beli adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk membeli sejumlah saham (proposional dengan pemilikan). Hal ini biasanya dimaksudkan untuk mempertahankan pemilikan pemegang saham lama. Pada umumnya hak beli saham umurnya tdk lama dan harga yang ditawarkan biasanya lebih rendah dari harga

pasar saham bersangkutan. Opsi Saham adalah instrument yang digolongkan sebagai sekuritas turunan-saham atau derivative-saham. Disebut turunan karena harus ada sekuritas yang menjadi basis (underlying securities). Waran adalah kupon pembelian saham yang dijual/diterbitkan oleh perusahaan kepada non pemegang saham. Pemegang waran dapat membeli sejemlah saham dengan membayar sejumlah uang kas tertentu pada waktu tertentu. 6. Saham Treasury (Treasury stocks) Transaksi yang jelas mengurangi modal setoran adalah penarikan saham untuk sementara menjadi saham treasuri. Beberapa alasan perusahaan melakukan penarikan kembali saham sebagai saham treasuri adalah: a. Saham tersebut akan diterbitkan kembali kepada karyawan dalam program opsi saham. b. Saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam transaksi penggabungan usaha.

G. PERUBAHAN LABA DITAHAN Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba ditahan yaitu laba atau rugi periodic dan pembagian dividen. Laba yang dipindahkan dari akun Laba-Rugi (income summary) adalah laba yang merupakan selisih seluruh elemen transaksi operasi.

You might also like