You are on page 1of 17

Askep Jiwa Marah

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A. Pengertian kemarahan adalah perasaan jengkelyang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dianggap sebagai ancaman (Stuart dan sundeen,1987;563) pengungkapan kemarahan yang langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk dapat mengerti pearasaan yang sebenarnya . namun demikian , faktor budaya perlu di dipertimbangkan sehingga keuntungan kedua belah pihak dapat tercapai. B. Etiologi

- Faktor Presipitasi Faktor presipitasi dapat bersumber dari : 1. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi 2. lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. 3. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

1.

2.

3.

4.

FaktorPredisposisi Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor pridisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu : Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiayaatau saksi penganiayaan. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive). Bioneurolgis, banyak pendapat bahwa kerusakan, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan. C. Manifestasi Klinis

Muka merah Tegang

Pandangan Tajam Bicara kasar Suara tinggi Melempar barang Agresif

D.

Rentang Respon Marah dan Proses Marah

rentang respon marah

Tabel rentang respon marah


Asertif Klien mampu mengumngkap-kan marah tanpa menyalahkanorang lain Frustasi Klien gagal mencapai tujuan/ kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan alternafif Pasif Klien merasa tidak bisa mengungkap-kan Perasaannya, tidak berdaya dan menyerah Agresif Klien Mengekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong orang lain dengan ancaman Kekerasan Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat yang hilang kontrol, disertai amuk,dan merusak lingkungan

Proses Marah

BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EKSPRESI MARAH A. Konsep Marah 1. Pengertian

kemarahan (anger ) adalah suatu emosi yang terentang mulai dari iritabilitas sampai agretivitas yang dialami oleh semua orang. Biasanya, kemarahan adalah reaksi terhadap stimulus yang tidak menyenangkan atau mengancam (widya Kusuma, 199;2423) kemarahan menurut stuart dan sunden (1987:363) adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap respon kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Budi ana Keliat, 1996;5) kemarahan adalah perasaan jengkelyang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dianggap sebagai ancaman (Stuart dan sundeen,1987;563) pengungkapan kemarahan yang langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk dapat mengerti pearasaan yang sebenarnya . namun demikian , faktor budaya perlu di dipertimbangkan sehingga keuntungan kedua belah pihak dapat tercapai. Kemarahan yang ditekan atau puira-pura tidak marah akan mempersulit klien sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Banyak situasi kehidupan yang menimbulkan kemarahan, misalnya fungsi tubuh yang terganggu sehinga harus masuk kerumah sakit, kontrol diri yang diambil alih oleh orang laen, menderita sakit, peran yang tidak dapat dilakukan karena dirawat dirumah sakit, pelayanan perawat yang terdapat dan banyak hal laen yang dapat meningkatkan emosi klien.

2. Rentang Respon Kemarahan Respon kemarahan dapat berfungsi dalam rentang adaptif maladaptif Rentang respon kemarahan

Assertion adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang laen akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan masalah. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan ini tidak ditemukan alternatif lain. selanjutnya individu merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan dan terlihat pasif. Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang mampu. Agresif adalah prilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak konstruktif dan masih terkontrol. Prilaku yang tampak dapat berupa: muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai disertai kekerasan . Ngamuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kouat disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak dirir sendiri orang lain dan lingkungan.

es Kemarahan Stress cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu . stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan. Respon terhadap marah dapat dapat diungkapkan melalui 3 cara, yaitu: 1. mengungkapkan secara verbal 2. 3. menekan menantang

B. Peran Perawat pada klien Marah 1. Pengkajian Pada dasarnya pengkajian pada klien marah ditujukan pada semua aspek, yaitu biopsikososial-kultural-spiritual. Aspek Biologi Aspek fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin, sehingga tekanan darah meningkat, takhi kardi, wajah merah, pupil melebar, dan frekuensi pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti

meningkatkan kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan reflek cepat. Hal ini disebabkan energi yang dikeluarkan saat marah bertambah. Aspek Emosional Individu yang marah merasa tidak nyama, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin berkelahi, ngamuk, bermusuhan, sakit hati, menyalah gunakan dan menuntut. Prilaku menarik perhatian, dan timbulnya konflik pada diri sendiri perlu dikaji seperti melarikan diri, bolos dari sekolah, mencuri, menimbulkan kebakaran dan penyimpangan seksual. Aspek intelektual Sebagian besar penalaman kehidupan individu didapatkan melalui prosesintelektual.Peran pansa indrasangat penting untuk beradaptasi pada lingkungan yang selanjutnya diolah dengan proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Aspek social Meliputi interaksi social,budsys,konsep rasa percaya dan ketergantungan.Emosi marah sering merangsang kemarahan dari orang lain.dan menimbulkan penolakan dari orang lain. Sebagian klien menyalurkan kemarahan dengan nilaidan mengkritik tingkah laku orang lain,sehingga orang lain merasa sakit hati.Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri menjauhkan diri dari orang lain Aspek spiritual Kepercayaan, nilai, dan moral mempengaruhi ungkapan marah individu. Aspek trrsebut mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan hal ini bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dapat di manifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa. Individu yang percaya kepada tuhan Yang Maha Esa,slalu meminta kebutuhan dan bimbingan kepadaNya. 2. Diagnosa Keperawatan Beberapa kemungkinan diagnosis keperawatan: kesulitan mengungkapkan kemarahan tanpa menyakiti orang lain, sehubungan dengan tidak mengetahui cara ungkapan yang dapat diterima , dimanifestasikan dengan marah disertai suara keras pada orang sekitar. Gangguan komunikasi sehubungan dengan perasaan marah terhadap dan pelayanan yang diterimanya yang dimanifestasikan dengan menghina atau menyalahkan perawat, seperti, anda seharusnya disini sejak satu jam yang lalu. penyesuaian yang tidak efektif sehubungan dengan tidak mampu mengkonfrontasikan kemarahan, dimanifestasikan dengan mengucapkan kata-kata kasar berlebihan. Penyesuaian yang tidak efektif sehubungan dengan penolakan rasa marah yang dimanifestasikan dengan kata-kata saya tidak pernah marah.

1.

2.

3. 4.

5. me.mpunyai potensi untuk mengamuk pada orang lain sehubungan dengan keinginan yang bertolak belakang dengan perawatan rumah sakit, dimanifestasikan dengan menolak mengikuti peraturan rumah sakit dan ingin memukul orang lain. 6. Mempunyai potensi untuk mengamuk pada orang lain yang sehubungan dengan fungsi control otak yang terganggu akibat adanya gangguan neurologis otak dimanifestasikan dengan bingung dan hipersensitif terhadap rangsangan interpersonal. 7. kekuatan marah yang berkepanjangan sehubungan dengan diagnosa baru, situasi baru dan informasi yang kurang. 3. Intervensi dan Implementasi Keperawatan Kesadaran Diri Perawat Perawat sering menganggap bahwa klien merupakan sumber masalah baginya bila klien marah. Bagi perawat yang yang empunyai pengetahuan tentang kemarahan akan dapat membantu klien untuk mngatasi kemarahan. Bagi staf harus menyadari bahwa klien dapat mengungkapkan marah dengan tidak bermusuhan dan memberi dukungan atas uangkapan tersebut. Perawat perlu memahami perasaan sendiri dan reaksinya terhadap kemarahan klien. Batasan ungkapan marah Loomis (1970), dikutipkan dari Stuart dan Sundeen (1987:579) menetapkan 3 batasan ungkapan marah; 1. Menyatakan harapan pada klien dengan cara yang positif 2. Membantu klien menggali alasan dan maksud tingkah laku klien 3. Bersama klien menetapkan alternative cara mengungkapkan marah Control terhadap kekerasan Perawat perlu mengembangkan kemampuannya mengatasi tingkah laku klien yang tidak terkontrol. Dengan empati dan pengamatan yang cermat dan tingkah laku klien, perawat dapat mengantisipasi ledakan kemarahan klien. Aspek Biologi Memberikan cara menyalurkan energi kemarahan dengan cara yang konstruktif melalui aktivitas fisik, seperti; lari pagi, angkat berat, dan aktivitas yang lain yang membantu relaksasi otot seperti olah raga. Dirumah sakit dapat dimodifikasi dengan mobilitas baik pasif maupun aktif misalnya dengan jalan-jalan ditaman, latihan pergerakan tungkai, mendorong kursi roda. Aspek Emosional Perawat dapat membantu klien yang belum mengenal kemarahannya dengan menyatakan seperti Bapak tidak tenang atau ibu marah. Ini membantu klien mengenal kemarahannya. Aspek Intelektual Ketika seseorag tiba-tiba marah, ia perlu diarahkan pada batas orientasi kini dan disini, pada situasi seperti ini perawat dapat;

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Menghadapi intensitas kemarahan klien Mendorong ungkapan rasa marah klien Membuat kontak fisik dengan klien Menyertakan klen dalam kelompok Memeriksa keadaan fisik klien Kalau perlu menjaga jarak untuk melindungi diri Memberikan laporan pada perawat yang dinas berikutnya Aspek Sosial Bermain peran memungkinkan klien mengeksplorasi perasaan marah dengan melakukan; Mengkaji pengalaman marah masa lalu Bermain peran dalam mengungkapkan marah Mengembangkan cara pengungkapkan marah yang konstruktif Mempelajari cara mengintegrasikan pengalaman Membagi perasaan dengan anggota kelompok bermain Aspek Spiritual Bila klien marah kepada Tuhan atau kekuatan supranatural karena yakin bahwa penyakitnya adalah hukuman dari Tuhan, maka perawat menberi dorongan agar klien mengungkapkan perasaannya atau memanggil pemimpin agama bila perawat merasa tidak adekuat. Perawat dapat mendengarkan dengan penuh perhatian sehingga memungkinkan terjadi diskusi tentang nilainilai spiritual yang meliputi beberapa jauh klien telah mencapai tujuan hidupnya tentang kehilangan orang terdekat dan kematian seseorang. 4. Evaluasi Evaluasi pada klien marah harus berdasarkan observasi perubahan tingkat laku dan respon subjektif klien. Maynard dan Vhitty, 1979 (dikutip dari Stuart dan Sundeen, 1987;582) mengajukan beberapa pertanyaan pada evaluasi: 1. Bagaimana perasaan tentang pengalamannya? 2. Bagaimana respon orang lain terhadapnya? 3. Apakah ada kesempatan konfrontasi dengannya? 5. Fungsi Positif Marah Fungsi Energi : Marah dapat meningkatkan energi Fungsi ekspresi : Ekspresi marah yang aseratif Sehat : Marah untuk menunjukkan harga diri memproyeksikan konsep diri positif : Kemarahan merupakan pertahanan ego dalam menanggapi kecemasan yang meningkat karena konflik eksternal setelah marah lega Patentianting fungtion : Kemarahan dapat meninkatkan potensi : Membedakan ekspresi seseorang: marah, sedih atau gembira

1. 2. 3. 4. 5.

l Fungtion

nasi

6. Respon Perawat Terhadap Kemarahan Klien Perawat juga dapat memberi respon sama terhadap keluarga seperti terhadap klien: Dalam kajian kesehatan mental; pasien dengan kepribadian antisocial dan perilaku menyimpang menunjukkan celaan, intoleransi, dan gangguan moral secara umum yang lebih besar dari pasien-pasien lainnya. Sebagai seseorang yang membutuhkan pertolongan klien-klien tersebut terlihat seakan memiliki moral yang lemah. Namun disisi lain sebenarnya mereka sanggup untuk mengatasi permasalahannya jika ia mau berusaha. Sebagaimana layaknya manusia yang ingin dihargai dan sukses dalam usahanya. Respon perawat terhadap kasus seperti ini umumnya dipengaruhi latar belakang social budaya. Perawat dengan pengalaman yang memiliki kasus serupa dengan keluarganyadapat menimbulkan dendam akibat trauma yang dialaminya atau malah tidak memperhatikan kebutuhan klien. Oleh karena itu diperlukan kemuliaan dan evaluasi diri yang kritis. Hal yang paling efektif dalam membantu klien adalah dengan sering memperbaiki diri klien sendiri melalui kesadaran diri dan pemahaman sikap manusia. Respon perawat terhadap keluarga Perawat dapat juga memberi respon sama terhadapkeluarga seperti terhadap klien, beberapa hal perlu dikaji: Warisan keluarga dari generasi kegenarasi Pola hubungan keuarga yang memudahkan klien berprilaku menyimpang Kurannya perhatian dan pendidikan keluarga Terlalu overprotektif

1. 2. 3. 4.

B A B III TINJAUAN KASUS 1. IDENTITAS KLIEN Nama Umur Jenis kelamin Status Perkawinan Pendidikan Pekerjaan Agama Suku/Bangsa Alamat Tanggal MRS Tangggal Pengkajian Diagnosa Medik : Tn. HS : 23 tahun ; Laki Laki ; Belum Menikah ; SD kelas IV : Tukang bongkar pasang sepeda atau bengkel ; Islam : Jawa/Indonesia : Babatan, jln, Menganti wiyung Gg I/27 ; 1 10 - 2010 : 7 10 2010 sampai 9 10 - 2010 : -

2. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT. Klien mengamuk dan mengomel di rumah orang lain dan rumahnya sendiri . 3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Klien pernah masuk rumah sakit pada tahun 1996 sebanyak 2 kali yaitu pada tanggal 2 9 1996 dan tanggal 26 11 1996. Pada tahun 1997 klien menderita penyakit jiwa skizofreni hebefrenik gangguan persepsi halusinasi dengar dan dirawat selama 4 kali di rumah sakit daerah Menur Surabaya. Masalah Keperawatan : Resiko tinggi kekambuhan. 4. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum Kepala : Rambut kusam, tidak teratur dan tidak rapi, sclera putih, mata tidak merah dan tidak tampak anemic, hidung simetris, tidak ada stomatitis dan gigi tampak kotor dan berbau. Leher : Tidak terdapat pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Turgor kulit baik, tidak ada distensi abdomen, tidak nyeri tekan dan tidak pembesaran hati. Kuku agak panjang dan kotor dan pada ekstremitas bagian kiri terjadi hemiphrese. Masalah keperawatan : Kurang perawatan diri B. Tanda tanda vital: Tekanan darah : 120/70 mmHg Nadi : 100x/menit. Suhu dan pernapasan : 36C/22x/menit 5. PSIKOSOSIAL 1. Konsep diri. a. Gambaran diri. : Klien mengatakan dirinya biasa-biasa saja, dan bagian tubuh yang ia sukai adalah semuanya karena itu merupakan miliknya. b. Identitas diri. Dirinya adalah anak kelima dari enam bersaudara . Dulu klien bekerja di bengkel, klien mengatakan ia puas dengan kerrjanya karena ia laki-laki. c. Peran : Klien mengatakan bahwa ia sekolhnya hanya sampai dengan kelas IV SD, lalu keluar dan bekerja di bengkel. d. Ideal diri. Klien pernah mengungkapakan untuk menjadi penjual kaset nyaji. Klien mengharapkan ia cepat sembuh dari penyakit dan mau bertemu dengan guru ngajinya. Klien mengatakan ia suka untuk nyaji. Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri {harga diri } e. Harga diri. Selama di rumah sakit klen tidak banyak bergaul dengan kawan-kawannya karena ia agak gagap dan sering mengatakan bahwa ia tidak bias bergoyang karena kakinya agak pincang. 2. Hubungan social. klien mengatakan ia lebih banyak berdiam di rumah dan tidak banyak bergaul dengan kawankawannya tetapi berbicara seperlunya dengan ibunya. Klien mengatakan sering ikut nyaji bersama guru nyaji bahkan sampai tidur di Mesjid. Masalah keperawatan : Menarik diri

3. Spiritual (nilai dan keyakinan).. Klien beragama Islam dan ingin sholat lima waktu dan di rumah sakit jiwa daerah Menur klien sering Sholat tapi tidak lima waktu. 6. STATUS MENTAL 1. Penampilan.: Pasien menggunakan seragam rumah sakit daerah jiwa menur, tampak tidak terlalu rapi, nampak kotor, rambut acak-acak, agak kotor dan berbau. Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri. 2. Pembicaraan : dalam berkomunikasi dengan perawat pasien berbicara agak pelo, gagap, terkadang kalimat yang diucapkan tidak jelas didengar . Namun demikian pasien dapat bercerita tentang masa lalunya. Masalah keperawatan : Gangguan komunikasi verbal 3. Aktivitas motorik: pasien tampak lemah lesuh dan tidak ada gerakan-gerakan motorik yang hebat. Pasien tidak merontak atau mengamuk Masalah keperawatan : Aktivitas intolerans 4. Alam perasaan : Pasien tampak tenang dan terkesan sedih, ia mengatak sedih karena dibisiki orang supaya ia cepat pulang. Masalah keperawatan adalah: Gangguan interpersonal 5. Afek : Afek pasien terinci tidak jelas, pasien bereaksi bila ada stimulus emosi dan emosi yang ditampilkan terkadang berubah-ubah. 6. Interaksi selama wawancara : Selama wawancara pasien sangat kooperatif serta Selalu mempertahankan pendapatnya. Masalah keperawatan : Gangguan komunikasi verbal 7. Persepsi : Pasien mengalami halusinasi pendengaran. Pasien mengatakan bahwa ia sering dibisiki untuk cepat pulang dan apabila ia tidak mendengar bisikan tersebut maka orang yang yang membisikinya akan mengamuk. Masalah keperawatan : Gangguan persepsi halusinasi pendengaran 8. Proses pikir: Saat berbicara pasien agak pelo/gagap dalam pembicaraan dan proses berpikirnya bagus . Tidak lompat-lompat pembicaraannya. 9. Isi pikir : Pasien merasa takut terhadap orang yanmg membisikan sesuatu untuk dia . Ia percaya bahwa apabila ia tidak mendengar bisikan dari orang itu maka ia akan mengamuk. Masalah keperawatan : Ketakutan 10. Tingkat kesadaran ; Pasien tampat bingung, orientasi terhadap waktu dan tempat dan orang jelas. 11. Memori : Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang dan gangguan daya ingat jangka pendek. Saat ditaya tentang kejadian masa lalu pasien menceritakan dengan baik dan benar. 12. Daya tilik diri: Pasien sering mengatakan bahwa dirinya sekarang berada di rumah sakit jiwa karena mengalami gangguan jiwa.

7. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG 1. Makan : Nafsu makan klien baik yaitu klien dapat menghabiskan porsi yang disiapkan. Dapat makan sendiri tanpa bantuan orang lain. Tidak mempunyai pantangan makan dan membersihkan alat makan sendiri setelah makan. 2. BAB / BAK : Klien mengatakan pola BAK/BAB baik, tidak mengalami gangguan, dalam hal ini klien dapat BAB dan BAK lancar. 3. Mandi : Klien dapat mandi sendiri tanpa bantuan orang lain. Klien jarang mandi 4. Berpakaian : klien memakai baju yang disiapkan oleh rumah sakit jiwa sendiri. 5. Istirahat dan tidur : Klen dapat tidur walaupuan kadang mendengar bisikan orang 6. Penggunaan obat : Klien dapat minum obat secara teratur, 2 x sehari. Terkadang perawat lupa memberikan maka klien sendiri dating dan memintanya. Obat yang didapat yaitu : CPZ dan halloperidol per oral. 7. Pemeliharaan : Perawatan lanjut akan dilakukan oleh keluarga di rumah, keluarga harus mengawasi aktivitas pasien di rumah.

8. MEKANISME KOPING . Adaptif : Pasien dapat menunjukkan kemampuan kemampuan; berbicara dengan orang lain, teknik relaksasi, dan olah raga. 2. Maladaptif : Reaksi lambat atau sedih, mencederai diri dan menghindar. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN. Resiko tinggi kekerasan terhadap diri sendiri Aktivitas intolerans. Defisit perawatan diri, Koping individu dan keluarga tidak efektif. Kurang pengetahuan. Resiko tinggi kekambuhan Gangguan konsep diri {harga diri} Menarik diri Gangguan komunikasi verbal Gangguan hubungan interpersonal Gangguan persepsi halusinasi pendengaran Ketakutan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

9. ASUHAN KEPERAWATAN A. ANALISA DATA Data subyektif : Klien mengatakan bahwa ia sering mendengar bisikan orang di saat ia menyendiri di tengah malam. Data obyektif : Klien nampak tidak tenang, sering cemas dan ketakutan kalau-kalau orang yang membisikinya mengamuk, ekspresi wajah nampak tegang. Dari data ini diganosa yang akan diangkat adalah resiko tinggi kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain kemungkinan penyebabnya adalah halusinasi pendengaran.

Data subyektif : Klien mengatakan ia jarang mandi, malas sikat gigi dan malas untuk merawat diri. Data obyektif : klien nampak kotor, rambut tidak tersisir, gigi nampak kotor, baju yang dipakai belum diganti. Dari data ini dapat ditarik masalah keperawatan adalah kurang perawatan diri berhubungan dengan aktivitas yang intolerans. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko tinggi kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi pendengaran yang ditandai dengan pasien mengatakan sering dibisiki orang saat menyendiri ditengah malam. Klien nampak tidak tenang sering cemas dan ketakutan, ekspresi wajah tampak tegang. 2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan aktivitas intolerans yang ditandai dengan klien mengatakan jarang mandi, gigi tidak pernah disikat, dan malas untuk mandi dan perawatan diri. C. PERENCANAAN Untuk diagnosa I. Tujuan jangka panjang yaitu; klien tidak akan melakukan kekerasan terhadap diri sendiri atau terhindar dari kekerasan , dan tujuan jangka pendek yaitu: setelah 3 4 hari perawatan pasien dapat mengendalikan halusinasinya, dengan criteria evaluasi; klien tidak lagi mengeluh mendengar bisikan orang, klien nampak tenangdan tidak ketakutan. Rencana intervensi dan rasional yang dapat ditegakan: 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan teknik komunikasi terapeutik. R/ : Agar pasien dapat mengungkapkan dan menceritakan segala masalah yang dihadapi dengan terbuka tanpa rasa takut. 2. Kaji secara komprehensif terhadap adanya tanda-tanda dan gejala-gejala kekerasan dan penyebab dari masalah tersebut. R/: Agar dapat memberikan data yang akurat tentang masalah yang timbul. 3. Bantu klien untuk memecahakan masalahnya sehingga pasien dapat mengenal dan mengendalikan halusiansinya. R./ ; Dengan memberikan bantuan dan support maka akan memudahkan pasien dalam memecahkan masalahnya. 4. Anjurkan klen untuk memilih dan menentukan cara yang tepat untuk menyalurkan emosi yang digunakan. R/ : memberikan kebebasan kepada klien untuk memilih alternatif pemecahan masalah dapat meningkatakan harga diri pasien dan memandirikan pasien. 4. Berikan terapi somatic. R/. Mempercepat proses penyembuhan dan melaksanakan fungsi interdependent. Untuk diagnosa II: Perencanaan meliputi: Tujuan jangka panjang, klien akan meningkatakan kebersihan diri sedangakan tujuan jangka pendek, selama 3 4 hari perawatan klien akan menunjukan dan meningkatkan kebersihan diri yaitu ; mandi 2 x sehari, gigi tampak bersih dan rambut tertata rapi. Intervensi dan rasional yang dapat ditegakan adalah;

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan teknik komunikasi terapeutik. R/. Agar pasien dapat terbuka dalam mengungkapakn segala masalah 2. Berikan dorongan dan motivasi untuk klien untuk meningkatkan kebersihan R/. Meningkatkan keinginan klien untuk merawat diri 3. Anjurkan klien untuk mandi dan sikat gigi 2 x sehari. R/ : Untuk meningkatkan kebersihan diri. 4. Berikan terapi somatic. R/. Untuk mempercepat proses penyembuhan dan fungsi interdependent. D. IMPLEMENTASI Untuk diagnosa I Membina hubungan saling percaya melalui komunikasi teraupeutik, melalui menyapa pasien dengan ramah, perkenalakan diri pada pasien dengan sopan, dan menjelaskan tujuan pertemuan dan interaksi, selalu kontak mata selama interaksi, menunjukan sikap empati dan penuh perhatian pada pasien 1. Menggali lebih jauh tentang penyebab timbulnya masalah resiko melakukan kekerasan seperti ; kebiasaan amuk, ekspresi wajah tegang, berusaha melukai diri sendiri dan orang lain, mengajak pasien untuk berkomunikasi sambi mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya atau masalah dengan mengatakan semua perawat siap membantu. 2. Membantu klien untuk memecahkan masalah yang dihadapi pasien yaitu mengadakan kontak dengan pasien sesering mungkin, mengobservasi perilaku yang berhubungan dengan halusinasi baik verbal maupun non verbal, bersama dengan klien mengidentifikasi tentang munculnya halusinasi, suasana timbulnya halusinasi, isi halusinasi dan frekuensi timbulnya, mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya saat terjadi halusinasi dan mengajak klien untuk membicarakan hal-hal yang nyata di lingkungan, dan juga. 3. Mendiskusikan bersama klien tentang cara mencegah halusinasi seperti berbicara dengan orang lain, mengatakan bahwa hal itu tidak benar. 4. Memberikan dan menyiapkan obat peroral sebagai terapi medik; CPZ 2 x 10 mg dan stelazine 2 x 250 mg. Untuk diagnosa keperawatan yang kedua implementasi sebagai berikut : 1. Mengadakan hubungan interpersonal dengan pasien dan mengadakan pendekatan terhadap pasien melalui; meluangkan waktu bersama/menemani klien, mengajak klien berkomunikasi dengan sikap yang bersahabat, berbicara ramah, dengan kata-kata yang jelas dan mudah dimengerti oleh pasien. 2. Menganjurkan klien untuk membersihkan diri dan merawat diri seperti ; mandi kurang lebih 2 x sehar, sikat gigi sebelum mandi, membantu klien untuk membersihkan diri seperti memotong kuku klien.

3. Memberikan dorongan dan motivasi klien agar dapat meningkatkan kebersihan diri melalui; memberitahu bahwa dengan mandi orang menjadi segar dan cepat sembuh, mandi dapat memperlancar sirkulasi darah, dan membantu klien merapikan tempat tidurnya. 4. Memberikan dan menyiapkan obat kepada pasien dengan dosis yang sama.

E. EVALUASI Evaluasi dilaksanakan pada tanggal 3 12 2000 pukul 08 WIB. Untuk diagnosa : Resiko tinggi melakukan kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain: S : Klien mengatakan ia masih mendengar bisikan orang di saat menyendiri di malam hari. O : Klien nampak tidak tenang, ekspresi wajah sedikit tegang. A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan : Mengobservasi perilaku pasien yang berhubungan dengan halusinasi baik Bersama pasien mengidentifikasi tentang waktu munculnya halusinasi dan frekuensi serta isi dari halusinasi. Mendiskusikan metode yang digunakan saat halusinasi. Memberikan obat per oral sebagai terapi medik : CPZ dan Stelazine dalam dosis yang sama. E : Intervensi belum terlaksana secara optimal S : Klien mengatakan masih mendengar bisikan tadi malam. O : Ekspresi wajah masih agak tegang. A ; Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan : I : = Mendorong klien mengungkapkan perasaan saat halusinasi dan mengajak klien membicarakan hal-hal yang nyata di lingkungan. = Memberikan obat per oral sebagi terapi medik CPZ dan Stelazine dalam dosis yang sama. E ; Intervensi dapat dilaksanakan Evaluasi tanggal 5 12 2000 pukul 08. 00 WIB S : Klien mengatakan tadi malam ia tidak mendengar bisikan orang. O : wajah nampak tidak tegang. A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan. {Intervensi yang dilanjutkan yaitu memberikan obat CPZ dan Stelazine). Untuk diagnosa keperawatan : Kurang perawatan diri berhubungan dengan aktivitas intolerans. Evaluasi tanggal 04 12 2000, pukul 08.00 WIB. S : Klien mengatakan ia sudah mandi dan sikat gigi O : Klien nampak segar dan rambut rapi. A : Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN a. Proses marah Kemarahan diawali dengan adanya stressor yang berasal dari internal ataupun eksternal. Hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada system individu (Distrupsion & Loss). Hal yang terpenting adalah bagaimana seorang individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau menjengkelkan tersebut (personal meaning). B. SARAN Adapun saran dan kritik membangun dari para pembimbing tetap kami harapkan, sebagai sarana motivasi yang dapat membuat kami lebih baik dari pada sebelumnya. Dengan harapan makalah ini dapat memberi manfaat yang lebih bagi pembaca maupun penulis. Amien

DAFTAR PUSTAKA Yosep Iyus, S. Kp., M. Si., 2010, Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi), Reflika Aditama, Bandung http://supriatng.blogspot.com/2009/07/askep-jiwa-marah.html

You might also like