You are on page 1of 82

EKSTRAKSI SIMPLISIA DAUN SAMBILOTO (ANDROGRAPHIS PANICULATA NEES.

) DENGAN METODE MASERASI, PERKOLASI, DAN INFUDASI, SERTA KONTROL KUALITASNYA

Oleh: Ika Kusumaning Arum S (FA/8382) Elsa Fitria Apriani (FA/8383)

TUJUAN PRAKTIKUM
1.

2.

3.

Mengetahui metode yang paling tepat untuk mengisolasi senyawa andrographolide dari daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees.). Mengetahui cara melakukan kontrol kualitas terhadap ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) yang diperoleh. Mengetahui profil kromatogram senyawa (Andrographis paniculata Nees.)

TINJAUAN PUSTAKA
1.

SAMBILOTO Klasifikasi (Anonim, 2005): Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Scrophulariales Famili : Acanthaceae Genus : Andrographis Spesies : Andrographis paniculata Nees

Kandungan Kimia: senyawa lakton (deoxyandrographolide, andrographolide (zat pahit), neoandrographolide, 14 deoxy-11,12 didehydro andrographolide dan homo andrographolide), flavonoid (polymethoxyflavone, andrographin, panicolin, mono-o methilwithin, apigenin-7,4 dimethil ether), ketosa, damar, saponin, dan tanin (Winarto, 2003; Syamsuhidayat dan Robinson, 1991).

Khasiat: menurunkan panas, antidemam, antibiotic, antibakteri, antipiretik, antiradang, antibengkak, antidiare, antitumor dan hepatoprotektor (perlindungan sel hati) (Winarto 2003).

2.

EKSTRAKSI

Penyarian adalah suatu peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari, sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000). Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan terutama sifat dari zat aktif yang akan diambil (Ansel, 1989).

2.A. MASERASI
Yaitu proses perendaman bahan yang sudah halus dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa dalam pelarut tersebut. Pelarut yang digunakan dapat berupa air, etanol, air etanol atau pelarut lain.

Keuntungan metode ini ialah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi ialah pengerjaan yang lama dan penyariannya kurang sempurna.

2.B. INFUNDASI
Yaitu adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih (temperatur terukur 96-98C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Anonim, 2000). Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit Penyarian ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.

2.C. PERKOLASI
Yaitu ekstraksi yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif selsel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh (Anonim, 2000).

Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut (perkolator), yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstraksi yang dialirkan secara terus-menerus dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara terus-menerus, akan terjadi proses maserasi bertahap banyak.

2.D. EKSTRAK TERPURIFIKASI


Yaitu ekstrak yang diperoleh dengan penyarian bertingkat, yang dimaksudkan untuk mendapatkan kandunagn zat aktif lebih besar dengan tingkat kemurnian yang lebih tigngi. Penyarian pertama dan seterusnya memiliki derajad polaritas yang berbeda.

3. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS


Menggunakan 2 fase, yaitu fase diam (stationary) dan fase gerak (mobile). Pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relatif pada 2 fase tersebut. Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Gerakan fase gerak menyebabkan perbedaan migrasi dari penyusun cuplikan. Inilah yang dipakai sebagai dasar pemisahan kromatografi. Tanpa perbedaan dalam kecepatan migrasi dari dua senyawa tidak mungkin terjadi pemisahan. Keuntungan dari kromatografi antara lain metode pemisahan cepat dan mudah, peralatan murah dan sederhana, campuran yang kompleks dapat dipisahkan dengan mudah, hanya membutuhkan campuran cuplikan yang sangat sedikit serta dapat dilakukan pengulangan (Sastrohamidjojo, 1985).

CARA KERJA

Maserasi

Ekstrak Terpurifikasi

Perkolasi

Infundasi

Pembuatan Ekstrak Kering (Formula Obat)

KONTROL KUALITAS

Susut Pengeringan

KLT dan Densitometri

DATA DAN ANALISIS DATA

KLT DAN DENSITOMETRI

KADAR ANDROGRAPHOLIDE

PEMBAHASAN

1. MASERASI
250 g serbuk + 1,25 L etanol 96%

mencegah terjadinya penguapan etanol, mencegah kontaminasi jamur, kapang, dan mikroorganisme lainnya.

Masukkan ke dalam toples

Semipolar mampu mengekstraksi senyawa andrographolide yang cenderung bersifat non polar.

memecah gradien konsentrasi meningkatkan kontak antara cairan penyari dengan serbuk bahan ekstraksi lebih efektif.

Rendam selama 5 hari, aduk tiap hari

Serkai dengan kain flanel di atas penangas air. Disertai pengurangan tekanan menggunakan bantuan kipas angin sambil diaduk-aduk hingga diperoleh ekstrak kental. Pengurangan tekanan bertujuan untuk menghindari pemanasan berlebih yang dapat merusak zat aktif berupa senyawa andrographolide. Pemanasan yang berlebihan dan oksidasi dapat merusak kandungan kimia pada ekstrak.

+ 750 ml etanol 96 %

Diamkan selama 2 hari tanpa pengadukan

Uapkan

Dari hasil percobaan, diperoleh ekstrak berwarna hijau lumut, memiliki konsistensi kental serta bau khas, dengan rendemen sebesar 5,52%. Kelemahan maserasi: tidak ada pergantian cairan penyari suatu saat dapat terjadi kejenuhan penyari oleh kandungan zat aktif zat aktif masih banyak tersisa di dalam sel ekstraksi zat aktif kurang optimal.

Namun demikian, hasil KLT menunjukkan bahwa kadar andrographolide yang tersari dengan metode maserasi lebih tinggi daripada metode lainnya, yaitu sebesar 1,571 x 10-3 mg.

Pada sampel maserasi, ketika dilihat dibawah sinar tampak terdapat bercak pada Rf 1,00 berwarna hijau tua, dilihat dibawah sinar UV 254 terdapat bercak dengan Rf 0,13, 0,55 dengan peredaman ungu dan 1,00 dengan peredaman hijau sedangkan di lihat di bawah sinar UV 366 terdapat bercak pada Rf 1,00 dengan fluoresensi coklat kemerahan.

2. EKSTRAK TERPURIFIKASI
Ekstrak terpurifikasi merupakan ekstrak yang terbebas dari zat ballast. Pada proses ini digunakan cairan penyari dengan polaritas yang berbeda dengan penyari untuk maserasi, yaitu heksan. Dipilih heksan ini karena senyawa andrographolide (yang bersifat cenderung kurang polar) tidak larut dalam heksan, sehingga yang terlarut hanya kandungan pengotor yang terdapat dalam bahan. Ekstrak terpurifikasi memiliki ketajaman aktivitas yang lebih baik dari ekstrak tidak terpurifikasi dan lebih ekonomis dibanding dengan isolat senyawa aktif menguntungkan.

Ekstrak terpurifikasi adalah bagian yang tidak larut heksan karena andrographolide tidak larut dalam heksan. Filtrat larut heksannya pun di uapkan dan dilakukan kontrol kualitas Dari hasil percobaan diperoleh rendemen ekstrak terpurifikasi sebesar 4,44% dari 25 gram hasil maserasi dengan warna hijau pekat, konsistensi kental, dan bau khas. Dari data densitometri diperoleh kadar andrographolide pada ekstrak terpurifikasi sebesar -2,847 x 10-3 mg, sedangkan pada heksan tidak dihasilkan bobot andrographolide karena andrographolide tidak larut dalam heksan. Kadar andrographolide yang diperoleh dari ekstrak terpurifikasi lebih kecil daripada maserasi. Hal ini tidak sesuai teori dimana seharusnya ekstrak terpurifikasi menghasilkan kadar yang lebih tinggi. Hal ini dapat terjadi karena ekstrak maserasi yang dihasilkan berbentuk cair dan terdapat endapan yang disebabkan oleh adanya serbuk- serbuk halus yang ikut tersaring selama proses. Ketika purifikasi, banyak ekstrak yang larut pada pelarut heksan, padahal andrographolide ini tidak larut di dalamnya

Pada sampel ekstrak terpurifikasi, ketika dilihat dibawah sinar tampak terdapat bercak pada Rf 1,00 berwarna hijau, dilihat dibawah sinar UV 254 terdapat bercak dengan Rf 0,13, 0,55 dengan peredaman ungu dan 1,00 dengan peredaman hijau sedangkan di lihat di bawah sinar UV 366 terdapat bercak pada Rf 1,00 dengan fluoresensi coklat kemerahan. Pada sampel larut heksan, ketika dilihat dibawah sinar tampak terdapat bercak pada Rf 1,00 berwarna hijau, dilihat dibawah sinar UV 254 terdapat bercak dengan Rf 0,55 dengan peredaman ungu dan 1,00 dengan peredaman hijau sedangkan di lihat di bawah sinar UV 366 terdapat bercak pada Rf 1,00 dengan fluoresensi coklat kemerahan.

Kontrol kualitas: susut pengeringan ekstrak Susut pengeringan menunjukkan banyaknya kadar air dan zat yang mudah dalam sampel. Tujuan dilakukan uji susut pengeringan ini adalah untuk memberikan batasan minimal tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Pada percobaan diperoleh susut pengeringan sebesar 0,09% dengan pemanasan sebanyak 3 kali.

3. PERKOLASI

Dilakukan dalam bejana tertutup. Berfungsi untuk melunakkan sel, memperpendek tebal lapisan batas, serta mempercepat penetrasi cairan penyari ke dalam sel kemudian melarutkan senyawa aktif.
100 gram serbuk simplisia dibasahi selama 3 jam menggunakan 50 ml pelarut etanol 96%.

Sebelumnya diberi kapas dan dilapisi dengan kertas saring pada bagian bawahnya agar tidak ada serbuk yang ikut keluar bersama cairan penyari.

masukkan ke dalam perkolator

Serbuk dimasukkan ke dalam perkolator sambil sedikit ditekan, tetapi tidak boleh terlalu mampat agar tidak mengganggu aliran cairan penyari.

Next slide

Cairan penyari dituang secara perlahan-lahan dari atas perkolator sampai berada selapis di atas serbuk simplisia (500 ml etanol 96%).

Perkolator ditutup dan dibiarkan selama 1 hari sehingga serbuk terjenuhi oleh penyari.

Perkolator dibuka dan diatur tetesannya agar menetes dengan kecepatan 1 ml/menit.

Kecepatan adalah faktor kritis. Apabila kecepatan alir terlalu cepat, maka penyarian menjadi kurang efektif karena kontak antara cairan penyari dan serbuk bahan yang terlalu singkat sehingga belum terjadi keseimbangan konsentrasi di dalam dan di luar sel. Hal ini menyebabkan proses perkolasi membutuhkan cairan penyari yang lebih banyak. Sebaliknya jika kecepatan aliran terlalu lama, hal ini menyebabkan terjadinya inefisiensi waktu.

Lamanya waktu harus cukup supaya cairan penyari dapat memasuki semua rongga dari struktur bahan dan melarutkan semua zat yang mudah larut.

Selama proses perkolasi cairan penyari ditambahkan berulang-ulang sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari.
80 ml perkolat awal disisihkan dan tidak digunakan karena masih banyak mengandung zat pengotor.

Proses perkolasi dilanjutkan hingga 500 mg perkolat terakhir yang keluar tidak meninggalkan sisa saat penguapan pada cawan porselen.

Hal ini sebenarnya tidak boleh dilakukan, tetapi karena dikhawatirkan ekstrak yang diperoleh tidak cukup untuk uji kontrol kualitas, maka perkolat awal digunakan.

Perkolat yang dihasilkan kemudian diuapkan di atas penangas air hingga diperoleh volume 20 ml dan dicampur dengan perkolat awal yang disisihkan.

Dalam perkolasi terdapat tiga tahap penyarian yaitu tahap pengembangan bahan pada saat pembasahan, tahap perendaman atau maserasi antara, dan tahap perkolasi sebenarnya dimana terjadi penetesan dan penampungan perkolat juga penggantian cairan penyari. Dari hasil percobaan diperoleh rendemen ekstrak kental sebesar 6,23 % dengan warna hijau, konsistensi kental-lengket, dan bau khas. Rendemen yang didapat lebih banyak daripada maserasi, namun kadar andrographolidenya lebih kecil, yaitu -3,996 x 10-3 mg. Pada sampel perkolasi, ketika dilihat dibawah sinar tampak terdapat bercak pada Rf 1,00 berwarna hijau, dilihat dibawah sinar UV 254 terdapat bercak dengan Rf 0,13, 0,55 dengan peredaman ungu dan 1,00 dengan peredaman hijau sedangkan di lihat di bawah sinar UV 366 terdapat bercak pada Rf 1,00 dengan fluoresensi coklat kemerahan.

Padahal, cara perkolasi dianggap lebih baik dibanding dengan maserasi karena:

Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah,sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari.Karena kecilnya saluran kapiler tersebut,maka kecepatan pelarutan cukup untuk mengurangi lapisan batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

Hal ini dapat terjadi karena pada larutan penyari pada maserasi lebih banyak dibanding maserasi. Proses perkolasi, hanya menggunakan 0,5 L penyari, sedangkan pada maserasi, penyari yang digunakan yaitu 2 L.

4. INFUNDASI

Sebanyak 30 gram serbuk dimasukkan di dalam panci A dan ditambah 330 ml aquadest. Perlu diperhatikan bahwa bahan yang dapat diinfundasi adalah bahan yang tahan terhadap pemanasan. Panci B diisi dengan air ledeng secukupnya hingga panci A terendam. Panci A ditutup, selanjutnya panci dipanaskan di atas penangas air selama 15 menit dihitung saat air pada panci bawah telah mendidih ( suhu 90C ). Infusa diserkai selagi panas untuk memisahkan dari ampasnya. Kemudian infusa diuapkan dengan penurunan tekanan di atas penangas air hingga diperoleh ekstrak kental.

Dari percobaan diperoleh rendemen ekstrak kental sebesar 21,37% dengan warna coklat-kemerahan, konsistensi kental-lengket, dan bau khas. Rendemen yang didapat memang lebih besar dibandingkan metode ekstraksi lainnya. Namun, kadar andrographolide yang didapat memiliki kadar paling kecil, yaitu -8,864 x 10-3 mg. Secara visual, pada KLT tidak terdapat bercak, hal ini sangat mungkin terjadi karena senyawa andrographolide yang bersifat cenderung non polar tidak larut dalam air panas.

5. EKSTRAK KERING

Formula obat anti kolesterol yang digunakan adalah sebagi berikut : R/ Daun jati belanda 5 gram Daun kemuning 2 gram Akar kelembak 5 gram Rimpang temulawak 3 gram Rimpang kunyit 3 gram Daun sambiloto 3 gram

Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak hasil purifikasi dari maserasi. Ditambah bahan pengisi (avicel) dan diaduk dalam mortir panas.

HASIL KLT EKSTRAK KERING

Terdapat bercak dengan Rf 0,38, 0,53 dan 0,73 berwarna kuning di sinar tampak, peredaman kuning di sinar UV 254 dan fluoresensi kuning di UV 366. Bercak yang terlihat pada totolan campuran berbeda dengan sampel pada perkolasi, maserasi, ekstrak terpurifikasi, dan infundasi yaitu berwarna kuning. Campuran ini merupakan formula obat antikolesterol yang mengandung berbagai macam ekstrak, yaitu ekstrak kemuning, jati belanda, kelembak, temulawak, kunyit, dan sambiloto, sehingga bercak kuning tersebut berasal dari kandungan senyawa dari sampel lain.

Kadar andrographolide dalam ekstrak campuran ini justru sangat kecil, yaitu hanya -8,370 x 10-3 mg.

KLT
Pada pembanding, dibawah sinar tampak tidak terdapat bercak apapun. Dibawah UV 254, terdapat bercak pada ketiga pembanding sebesar 0,13 dengan peredaman ungu. Sedangkan di bawah UV 366nm tidak terlihat bercak apapun. Dilihat dari Rf pembanding di UV 254, hasil KLT yang memiliki Rf dan warna yang sama dengan pembanding adalah metode maserasi, perkolasi dan ekstrak terpurifikasi Dapat disimpulkan bahwa ekstrak yang diperoleh dari metode diataslah yang mengandung andrographolide

KESIMPULAN
1.

2.

3.

4.

Serbuk daun sambiloto mengandung senyawa andrographolide Pada ekstraksi senyawa andrographolide, digunakan pelarut etanol yang bersifat semipolar, karena andrographolide cenderung bersifat kurang polar, sehingga tidak larut dalam heksan. Kontrol kualitas ekstrak meliputi sifat organoleptis (warna, konsistensi, bau), rendemen, susut pengeringan, dan analisis KLT. Pada penetapan susut pengeringan, tercapai bobot tetap setelah menit ke-330 atau pemanasan ke-3 ( persentase susut pengeringan kurang dari 0,25% yaitu 0,09%).

5.

6.

7.

8.

Metode ekstraksi yang menghasilkan senyawa andrographolide dari daun sambiloto dengan kadar paling besar adalah metode maserasi. Pada pembanding, dibawah sinar tampak tidak terdapat bercak apapun. Dibawah UV 254, terdapat bercak pada ketiga pembanding sebesar 0,13 dengan peredaman ungu. Sedangkan di bawah UV 366nm tidak terlihat bercak apapun. . Bercak yang sesuai dengan pembanding terdapat pada ekstrak dari maserasi, perkolasi dan ekstrak terpurifikasi dengan Rf 0,13 . Ekstrak hasil infundasi bersifat tidak stabil, mudah terkena kontaminasi mikroorganisme karena pelarutnya menggunakan air. Kadar senyawa andrographolide dalam ekstrak hasil purifikasi lebih kecil daripada kadar pada ekstrak hasil maserasi, hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana seharusnya ekstrak purifikasi akan menghasilkan senyawa dengan kadar lebih tinggi.

DESTILASI MINYAK ATSIRI KAYU KRANGEAN (LITSEA CUBEBA L.)

Oleh: Ika Kusumaning Arum S (FA/8382) Elsa Fitria Apriani (FA/8383)

TUJUAN

Mahasiswa dapat memahami prinsip dan dapat melakukan penyarian minyak atsiri dengan metode destilasi

TINJAUAN PUSTAKA
1.

Krangean (Litsea cubeba Pers.)

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Rhamnales Suku : Lauraceae Marga : Litsea Jenis : Litsea cubeba Pers.

Kulit batang dan daun tumbuhan krangean (Litsea cubeba Pers.) mengandung saponin, flavonoida, dan tanin (Hutapea, J.R., 1994). Buah mengandung senyawa asam laurat, asam kaprik, asam oleat, minyak atsiri, glikosida, resin, dan alkaloid (Perry, M. Lily, 1980). Buah tumbuhan krangean digunakan sebagai lalapan (Suku Batak Toba), bahan pembuat parfum (Cina), membuat balsem dan salep (Jawa), mengobati demam dan mengatasi kedinginan (Kalimantan Timur), (Mackinnon, K., 2000). Kulit batang digunakan untuk penawar bisa akibat gigitan serangga, dan buah sebagai obat batuk (Hutapea, J.R., 1994).

2.

Sinamaldehid Adalah turunan sinamat yang merupakan komponen utama minyak kayu manis. Struktur kimia sinamaldehid terdiri dari inti benzen yang tersubstitusi oleh sistem terkonjugasi. Sistem terkonjugasi pada sinamaldehid akan mempengaruhi aktivitasnya sebagai senyawa tabir surya (Shaat, 1990).

3.

Minyak Atsiri

Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti di dalam rambut kelenjar (famili Labiatae), di dalam selsel parenkim (famili Piperaceae), di dalam saluran minyak yang disebut vittae (famili umbelliferae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (famili Pinaceae dan Rutaceae), terkandung di dalam semua jaringan (famili Coniferae) (Claus, P.Edward, 1961). Parameter yang digunakan untuk tetapan fisik minyak atsiri antara lain bobot jenis, indeks bias dan putaran optik.

4.

Destilasi Destilasi Air Pada metode ini, bahan tumbuhan direbus dalam air mendidih dalam satu wadah. Minyak atsiri akan dibawah oleh uap air yang kemudian didinginkan dengan mengalirkanya melalui pendingin. Hasil sulingan adalah minyak atsiri yang belum murni. Perlakuan ini sesuai untuk minyak atsiri yang tidak rusak oleh pemanasan (Guenther, 1987). Destilasi Uap Air Bahan tumbuhan yang akan disuling dengan metode penyulingan air dan uap ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlubang-lubang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Ketel diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di bawah saringan, uap air akan naik bersama minyak atsiri kemudian dialirkan melalui pendingin. Hasil sulingan adalah minyak atsiri yang belum murni (Guenther, 1987).

Destilasi Uap Pada metode ini bahan tumbuhan dialiri dengan uap panas dengan tekanan tinggi. Uap air selanjutnya dialirkan melalui pendingin dan hasil sulingan adalah minyak atsiri yang belum murni. Cara ini baik digunakan untuk bahan tumbuhan yang mempunyai titik didih yang tinggi (Guenther, 1987).

5.

Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa Molekul senyawa organik pada spektrometer massa, ditembak dengan berkas elektron dan menghasilkan ion bermuatan positip yang mempunyai energi yang tingggi karena lepasnya elektron dari molekul yang dapat pecah menjadi ion yang lebih kecil. Spektrum massa merupakan gambaran antara limpahan relatif lawan perbandingan massa/muatan (Sastrohamidjojo, 1985).

CARA KERJA

1. DESTILASI UAP AIR

2. DESTILASI AIR

3. KONTROL KUALITAS MINYAK ATSIRI


Minyak atsiri yang diperoleh dibuat larutan 10% dalam toluen, kemudian ditotolkan pada silika gel F254 Fase gerak : toluen-etil asetat (97:3 v/v) Deteksi : UV 254 nm; UV 366 nm; disemprot vanilin asam sulfat kemudian dipanaskan 105o C selama 3 menit, diamati perubahan warna yang terjadi Pembanding : Sinamaldehid (1 mg/ml) volume penotolan 2, 4, 6 L Sampel : Destilat minyak atsiri volume penotolan 2 L Jarak pengembangan: 7 cm

DATA DAN ANALISIS DATA

You might also like