You are on page 1of 12

Tugas Makalah Ilmu Perbintangan Bumi dan Antariksa

D I S U S U N OLEH : NAMA / NIM : ATIKA FEBRINA SIANTURI CHRISTIAN S. NASUTION IRDES HIDAYNA SIREGAR SHEILA PRATIWI NASUTION KELOMPOK JURUSAN TAHUN PELAJARAN : X (Sepuluh) : PENDIDIKAN FISIKA 2009 : 2012/2013 409321011 409121014 409321030 4093210

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 2013

BULAN
Pendahuluan
Bulan adalah merupakan benda langit kedua, setelah matahari, yang paling menarik perhatian umat manusia, mengagumi, dan memujanya dan bahkan banyak menimbulkan mitologi tentang bulan. Demikian pula apra ahli ilmu pengetahuan menaruh perhatian yang besar terhadap bulan ini. Dilihat dari luar angkasa, bumi-bulan Nampak sebagai system planet ganda. Walaupun bulan bukan merupakan satelitterbesar dalam tata surya, namun terbesar bandingannya dengan planet utamamya, yaitu seperempat kali ukuran bumi. A. Bulan Bulan moon dalam bahasa inggris luna dalam bahasa romawi artemis dalam bahasa yunani adalah satu-satunya satelit alami yang dimiliki bumi. Jika dilihat dari posisinya bulan adalah benda angkasa yang paling dekat dengan bumi. Bulan juga menjadi benda yang kedua yang paling terang setelah matahari dan satu-satunya permukaan benda langit yang diamati dengan mudah. Bulan adalah bola batu raksasa yang mengitari bumi. Permukaannya gersang, dipenuhi kawah yang berasal dari ledakan meteorit miliaran tahun yang lalu. Bulan mungkin terbentuk saat planet lain bertubrukan dengan bumi muda. Pecahan batuan dari peristiwa itu muncul bersama dan membentuk bulan. Jarak rata-rata bumi-bulan dari pusat ke pusat adalah 384.403 km, sekitar 30 kali diameter bumi. Diameter bulan adalah 3.474 km, sedikit lebih kecil dari seperempat diameter bumi. Ini berarti volume bulan hanya sekitar 2% volume bumi dan tarikan gravitasi di permukaannya sekitar 17% daripada tarikan gravitasi bumi. Bulan beredar mengelilingi bumi sekali setiap 27,3 hari (periode orbit), dan variasi periodik dalam sistem bumi bulan matahari bertanggungjawab atas terjadinya fase-fase bulan yang berulang setiap 29,5 hari (periode sinodik).Massa jenis bulan (3,4 g/cm) adalah lebih ringan dibanding massa jenis bumi (5,5 g/cm), sedangkan massa bulan hanya 0,012 massa bumi atau massanya 1/81 massa bumi. Pada 20 Juli 1969 manusia pertama kali mendarat di bulan dengan Apollo 11-nya. kemudian astronot apollo 11 menempatkan sebuah retroreflektor di permukaan bulan. Retroreflektor adalah sebuah pemantul cahaya yang didesain agar dapat memantulkan sinar datang (seberkas laser) dari bumi ke bulan, kemudian kembali lagi ke bumi dan merupakan bagian dari alat eksperimen pengukur jarak bulan dari bumi. Saat malam datang, bulan memancarkan cahayanya, namun sama seperti planet-planet lain , bulan tidak memiliki sumber cahaya sendiri. bulan dapat dilihat oleh kita dibumi karena mendapat pantulan sinar dari matahari. Rupa bulan dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu: 1. Laut Bulan memiliki bagian-bagian yang tampak gelap, halus, dan datar, yang dinamakan laut atau maria. Laut disini bukan laut seperti di bumi mengandung air. Laut pada bulan

adalah bagian yang halus, permukaannya datar, warnanya agak gelap, dan tidak baik dalam memantulkan cahaya matahari. 2. Pegunungan Melalui foto-foto teleskop, manusia dapat menentukan lokasi, dan tinggi beberapa pegunungan di bulan.Beberapa puncak tingginya lebih dari 9000 meter diatas permukaan bulan, salah satu pegunungan yang terdapat di bulan adalah pegunungan Apenine. 3. Kawah Bulan Pada permukaan bulan terdapat beribu-ribu kawah dengan berbagai macam ukuran dan diameter yang mencapai 800km 4. Sinar Bulan Sinar bulan adalah sinar yang memancar ke beberapa arah dari beberapa kawah bulan. Sinar bulan tidak menghasilkan bayangan. Menurut penyelidikan dan penelitian sinar bulan terjadi dari gumpalan-gumpalan bahan yang terlempar keluar dari dalam kawah, kemudian memantulkan cahaya yang lebih baik daripada di sekelilingnya sehingga jauh nampak bersinar. 5. Lembah Bulan Dibeberapa dataran di bulan, ditemukan daerah yang berkelok-kelok yang mirip dengan dasar sungai yang sudah tua ataupun seperti dasar jurang. Sebagian ahli geologi memperkirakan bahwa lembah bulan adalah merupakan retakan tua yang berisi debu-debu. Dibulan udara yang mengelilinginya memiliki gravitasi yang sangat kecil, sehingga kita dapat melihat melalui tayangan film para astronot yang melayang-layang, mengambang di udara. Gravitasi bulan kira-kira 1/6 kali dari gravitasi bumi, sehingga menyebabkan daya tarik di bulan lebih lemah untuk mengikat atmosfernya. Inilah yang menyebabkan kondisi dan suhu di permukaan bulan dapat berubah dengan sangat cepat. Di bulan sangat sunyi karena bunyi atau suara tidak bisa merambat. Langit di bulan nampak sangat hitam, tidak biru seperti di bumi. Di bulan tidak ada siklus air. Jarak rata-rata antara bumi dengan bulan adalah 400.000 km. dibandingkan jarak dengan jarak bumi dengan bintang, jarak bulan sebenarnya dekat sekali. Bulan mengelilingi bumi dalam waktu 27,3 hari untuk satu kali perputaran B. Gerak Edar Bulan Bulan melakukan tiga macam gerak sekaligus, yaitu: a. Gerak Rotasi (gerak bulan mengelilingi bumi pada porosnya) Permukaan bulan yang menghadap ke bumi selalu permukaan yang sama, ini disebabkan bulan selain berevolusi mengitari bumi, dan juga berotasi pada sumbunya dengan periode rotasi yang sama dengan periode revolusinya. Namun bila diperhatikan dengan benar, untuk pengamat tertentu di bumi, bulan tidaklah selalu menampakkan permukaan yang tepat sama, tetapi bila sedikit dari 50% untuk satu periode. Gerak bulan dan bumi menyebabkan pada waktu yang berbeda kita bisa melihat permukaan bulan yang sedikit berbeda dan jejak ini dinamakan librasi. Gejala ini pertama kali dijelaskan oleh Galileo.

Ada tiga jenis librasi yang bersifat geometrik yaitu librasi pada bujur, librasi pada lintang, librasi diurnal. 1. Librasi pada bujur, adalah akibat dari gerak evolusi bulan yang berupa elips sehingga kecepatan sudutnya bervariasu. Hal ini menyebabkan kita bisa melihat sedikit disebelah sisi barat dan kemudian sedikit disebelah sisi timurnya, dan masing-masing dalam rentang mendekati 8. 2. Librasi lintang, disebabkan sumbu rotasi bulan tidak tepat tegak lurus bidang orbitnya, tetapi miring dengan sudut 6. Akibatnya kita melihat bulan sekitar 6 di luar kutub utaranya, dan dua minggu kemudian kita melihat 6 di luar kutub selatannya. 3. librasi diurnal, disebabkan rotasi bumi sehingga bagian permukaan bulan yang kita lihat saat ini terbit bergeser sekitar 1 di sebelah timur tepi bulan saat kita lihat waktu akan terbenam. Efek total librasi ini menyebabkan yntuk selang waktu yang lama kita dapat melihat sekitar 60% permukaan bulan yang betul-betul tersembunyi adalah sekitar 40% dan yang selalu nampak sekitar 10% dan yang 20% bervariasi. Sedangkan secara umum jenis librasi bulan ada 3 yaitu, 1. Librasi lintang, dengan librasi lintang dimaksudkan seakan-akan bulan mengangguk, sekali waktu tampak ubun-ubunnya dan pada waktu lain dagunya yang tampak. Terjadinya sebagai berikut: Ekuator bulan tidak sebidang dengan bidang lintasannya, melainkan membentuk sudut sekitar 6,5 dengan arah kemiringan yang relative tetap. Oleh karena itu, dalam peredarannya dalam mengelilingi matahari, sekali waktu tampak kutub utara bulan dan setengah bulan kemudian kutub selatannya. 2. Librasi bujur, dalam hal ini, bulan seakan menggelengkan kepala, sekali waktu tampak telinga kanannya dan waktu lain telinga kirinya. Lintasan bulan mengelilingi bumi berbentuk elips dan bumi terletak pada salah satu titik api (fokus) elips itu. Lihat gambar 4.4 berikut ini:

Gambar 4.4 Librasi bujur, bulan seolah-olah menggelengkan kepala. Ketika bulan di posisi BL, titik P menghadap ke bumi, sehingga setengah bagian bulan tampak dari bumi. Dalam posisi BL, titik P menghadap ke titik pusat lingkaran bulan, sehingga yang tampak dari bumi belahan bulan lebih ke kiri (tekinga kiri). Demikian juga bulan ketika di posisi BL. Pada posisi ini batas bagian bualan yang tampak lebih bergeser ke kanan. 3. Librasi paralak, kesan ini diperoleh, jika orang mengamati bulan dari dua titik yang berbeda di bumi. Belahan bulan yang kelihatan oleh orang di Tokyo (belahan bumi utara), berbeda dengan belahan yang tampak dari Melbourn (belahan bumi selatan), berarti beda lihat. b. Gerak Revolusi (gerak bulan mengelilingi bumi) Umumnya dikatakan bulan mengorbit mengitari bumi, tetapi sebenarnya bumi maupun bulan mengitari pusat massa bersama. Karena massa bumi yang sangat besar dibandingkan dengan bulan, maka pusat massa bersama system bumi-bulan terletak sekitar 1600 km dibawah permukaan bumi, disisi yang menghadap bulan. Pusat massa bersama ini disebut pula barysenter. Karena bumi berotasi pada sumbunya, maka letak barysenter ini terus berubah posisinya secara kontinu terhadap pusat bumi (Gambar 3.1). Bulan selain bergerak mengitari bumi (revolusi) jiga berputar pada sumbunya (rotasi). Kita selalu melihat permukaan bulan yang sama. Dahulu orang menganggap hali ini

Gambar 3.1 Barysenter system bumi-bulan bergerak mengitari matahari

disebabkan bulan itu diam tidak berotasi. Bila demikian halnya, maka permukaan bulan yang menghadap ke bumi akan selalu berubah (Gambar 3.2.a) dan kita tidak akan bisa mengamati seluruh sisi permukaan bulan itu. Sebenarnya bulan berotasi dengan periode yang sama dengan periode revolusinya mengitari bumi.

Gambar 3.2 (a) Bila bulan tidak berotasi (b) Periode rotasi bulan sama dengan periode revolusinya Akibatnya permukaan bulan yang menghadap ke bumi selalu permukaan yang sama (Gambar 3.2 b), sedang sisi lainnya selalu tersembunyi dari permukaan bumi. Sesuai dengan hukum Kepler I, pada dasarnya orbit bulan berbwntuk elips dan bumi berada pada salah satu titik fokusnya namun bidang orbit bulan ini miring 5 terhadap bidang eliptika (Gaambar 3.3). Lintasan bulan ini memotong eliptika di dua titik pada sisi yang berlawanan di bola langit. Kedua titik ini, A dan B, disebut simpul dari orbit bulan dan garis yang menghubungkan titik A dan B disebut garis simpul. Titik simpul dimana bulan melewati eliptika sementara bulan bergerak arak ke utara disebut simpul naik, dan simpul dimana bulan melewati eliptika sementara bulan bergerak arah selatan dinamakan simpul menurun.

Gambar 3.3 Orbit bulan dan eliptika berpotongan di dua titik simpul A dan B dan

dengan sudut 5. Karena gangguan tarikan gravitasi matahari, maka orbit bulan terus berubah secara perlahan, sehingga garis simpul mengalami regresi disekitar eliptika waktu 18,6 tahun. Demikian pula gangguan planet-planet eksentrisitas orbitnya juga berubah. Ada dua jenis bulan yang berguna untuk meramalkan gerhana yaitu : a) Bulan nodik atau bulan draconik yaitu selang waktu antara dua saat melewati simpul yang sama yang lamanya 27,21220 hari dan, b) Bulan anomalistik, selang waktu dua saat melewati perigee yang lamanya 27,25455 hari. Namun tidak pada setiap bulan baru atau bulan penuh akan terjadi gerhana karena bidang orbit bulan miring sedikit (sekitar 5) terhadap bidang eliptika, oleh karena itu bulan baru biasanya berada sedikit di atas atau di bawah garis bumi matahari (Gambar 3.4). Demikian pula bulan penuh biasanya lewat sedikit di sebelah utara atau selatan bayingbayang bumi. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang eliptika ini dinamakan titik simpul (A dan B). Periode Sideris dan Sinodis Periode revolusi bulan mengitari bumi satu putaran sempurna adalah 27 d 7h 43m (11,5)s atau 27,32166 hari, dan periode ini disebut periode sideris. Tetapi selama satu bulan sideris ini, bumi dan bulan bersama telah berkisar mengitari matahari sekitar 27 atau 1/13 perjalanan mengitari matahari (Gambar 3.6).

Gambar 3.6 Kedudukan bulan pada periode sideris (A) dan sideris (C). Misalnya pada awalnya bumi di E1 dan bulan di A, dalam fase bulan penuh. Setelah 27 hari, bulan telah mengitari bumi satu putaran, kembali ke posisi semula di bola langit.

Tetapi selama satu periode sideris ini, bumi telah berada di E 2 sehingga bulan berada di posisi B. Untuk mencapai posisi fase yang sama (bulan penuh) bulan harus berada di C, dan untuk itu diperlukan waktu sekitar 2 hari lagi, tepatnya untuk mencapai posisi oposisi ini lagi waktunya menjadi 29 hari. Periode dari satu fase ke fase yang sama berikutnya ini disebut periode sinodis. Jadi kita mengenal ada dua jenis bulan yaitu bulan sideris yaitu periode revolusi bulan terhadap bintang, dan bulan sinodis yaitu periode revolusi bulan terhhadap matahari. Itulah sebabnya bulan tampak bergerak di bola langit arah ke timur rerata 13 tiap harinya, sedang matahari sendiri juga bergerak arah ke timur pula rerata 1 tiap hari sehingga bulan akan tampak bergerak arah ke timur dari matahari 12 perhari, dan sudut ini setara dengan 50 menit. Itulah sebabnya bulan tampaknya terbit terlambat 50 menit tiap hari. Gerak perpindahan 13 per 24 jam berarti gerak sekitar busur di langit, dan jarak ini sama dengan diameter bulan itu sendiri berpindah arah ke timur tiap jam. Perpindahan ini dapat diamati dari posisi bulan terhadap bintang tetap di langit tiap jam. Orbit bulan selalu mengalami perubahan secara gradual karena gangguan dari gravitasi matahari. Akibatnya titik simpangnya bergeser ke barat sepanjang ekliptika dan menempuh satu putaran penuh di bola langit dalam waktu sekitar 18,6 tahun. Hal ini menyebabkan kemiringan orbit bulan terhadap ekliptika bervariasi dari 4 57 sampai 520, atau secara rerata 59. Pergeseran titik simpul ini dinamakan regresi simpul bulan (lihat Gambar 3.4). Perubahan kemiringan orbit bulan terhadap ekliptika ini menyebabkan sudut inklinasi orbit bulan terhadap ekuator langit bervariasi antara 23 + 5 atau 28 sampai 23 - 5 atau sekitar 18. Karena orbit bulan sebenarnya berupa elips, maka sesuai dengan hukum Kepler II, kecepatan orbit bulan juga bervariasi. Oleh karena itu pergeseran bulan arah ke timur di bola langit juga tidak seragam, sehingga keterlambatan terbitnya bulan tiap hari bervariasi antara 38 sampai 66 menit. c. Gerak bulan mengelilingi matahari bersama-sama dengan bumi Karena gerak edar bulan tersebut dengan arah negatif, artinya arah edarnya berlawanan dengan arah jarum jam. Bidang orbit bulan mengelilingi bumi berupa elips dan membentuk sudut 5 terhdap bidang orbit bumi mengelilingi matahari (eliptika). Salakh satu sifat unik dari bulan adalah kala rotasinya sama dengan revolusinya. Hal ini menyebabkan wajah bulan yang kelihatan dari bumi selalu sama.

C. Fase Bulan Karena revolusinya mengitari bumi, maka posisi bulan terhadap bumi dan matahari selalu berubah. Bulan tidak memancarkan cahaya sendiri, tetapi dia tampak bersinar karena memantulkan cahaya matahari. Itulah sebabnya mengapa permukaan bulan yang tampak bersinar selalu berubah, dari cahaya bulan yang berbentuk sabit tipis sampai dengan bersinar dalam bentuk bulatan penuh. Perubahan bentuk rupa-rupa bulan ini disebut pula perubahan fase bulan. Ketika bulan dan matahari berada pada sisi yang berlawanan dari bumi atau saat oposisi permukaan bulan yang menghadap ke bumi sepenuhnya mendapat cahaya matahari sehingga dari bumi kita melihat permukaan bulan bersinar penuh atau yang kita sebut bulan purnama (Gambar 3.3a). Sedangkan ketika bulan dan matahari berada pada sisi yang sama (Gambar 3.4b), maka pengamat di bumi akan melihat bulan sabit dan pada saat ini disebut fase bulan baru. Bila bulan berada tepat diantara bumi dan matahari sehingga matahari tampak tertutup bulan, maka akan terjadilah gerhana matahari. Demikian pula ketika bulan dan matahari tepat pada satu garis pada sisi yang berlawanan terhadap bumi (fase bulan penuh), sehingga bulan memasuki bayang-bayang bumi maka ini akan menghasilkan perhana bulan. Jika gerhana hanya terjadi pada bulan baru dan pada bulan penuh. Gerhana hanya akan terjadi bila saat bulan baru ataupun bulan penuh, bulan berada pada atau dekat salah satu simpul ini. Garis yang melalui pusat bumi yang menguhubungkan kedua simpul orbit bulan dinamakan garis simpul (garis AB pada gambar 3.4).

Gambar 3.4 (a) Bulan dan matahari berada pada sisi yang berlawanan, bulan penuh (b) Bulan dan matahari berada pada sisi yang sama terhadap bumi, bulan baru Gambar 3.5 memperlihatkan berada posisi bulan dalam orbitnya mengitari bumi. Posisi di A menunjukkan saat bulan berkonjungsi, hampir seluruh permukaan bulan yang menghadap ke bumi itu gelap, sehingga pada saat ini kita tidak melihat bulan sama sekali dan saat ini disebut fase bulan baru. Beberapa hari setelah bulan baru, bulan mencapai posisi B, sebagian kecil dari belahan siang bulan bisa dilihat dan bulan sabit terlihat membesar. Pada hari-hari ini bulan disebut dalam fase bulan sabit membesar (waxing crescent). Sekitar satu minggu setelah bulan baru, bulan mencapai seperempat dari lintasannya dan berada di posisi C dan saat ini disebut fase kuartir pertama. Pada saat ini garis bumi-bulan tegak lurus dengan garis bumi-matahari, dan setengah dari siang hari bulan tampak dari bumi sehingga bulan tampak sebagai bulan setengah.

Gambar 3.5 Fase-fase bulan Selama seminggu setelah fase kuartir pertama bulan yang besinar tampak makin membundar dan pada posisi D yang disebut fase waxing gibbous. Akhirnya satu minggu setelah kuartir pertama, bulan sampai diposisi E dimana bulan dan matahari beroposisi. Permukaan bulan yang menghadap ke matahari, juga menghadap ke bumi, dan saat ini bulan pada fase bulan penuh. Selama dua minggu bundaran bulan makin menyusut berturutan mencapai posisi F (fase waxing gibbous), posisi G (fase kuartir kedua), posisi H (sabit mengecil), dan kembali lagi ke posisi A, bulan baru. Periode dari satu bulan baru ke bulan baru berikutnya 29,5. Bulan mengedari bumi dan berputar pada sumbunya dalam waktu yang sama yaitu, 27,3 hari, bulan menjalani 360/27,3 = 13,2 dari garis edarnya. Karena arahnya sama dengan arah revolusi dan rotasi bumi, bulan setiap hari ketinggalan 13,2 atau 13,2 x 4 menit = 52,8 menit (rotasi bumi setiap 1 ditempuh dalam waktu 4 menit). Akibatnya, setiap hari kita selalu melihat bulan terbit terlambat 52,8 menit dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Derlina & Eva, (2011), Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Medan : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. http://wwwbendalangit.blogspot.com/2011/03/mengenal-rupa-bulan-dan-bagian.html http://soekamajoe.blogspot.com/2012/09/contoh-makalah-planet-bumi-dan-bulan.html http://id.wikipedia.org/wiki/Bulan Surya, Yohanes, (1997), Olimpiade Fisika, Jakarta : PT Primatika Cipta Ilmu. Suwitra, Nyoman, (2001), Astronomi Dasar, Singaraja : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.

You might also like