You are on page 1of 10

1.1 Pengertian Berpikir Berpikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya.

Berpikir adalah proses sensoris, mengingat dalam belajar, mempersepsi dan memori atau ingatan menggunakan lambang, visual atau grafis dengan menarik kesimpulan serta problem solving. Berpikir bertujuan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan atau decision making, memecahkan permasalahan dan yang menghasilkan yang baru atau creativity. Berpikir merupakan daya yang paling utama dan ciri khas yang membedakan manusia dengan hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai bahasa sedangkan hewan tidak mempunyai. Ada yang mengatakan hewan mempunyai bahasa akan tetapi bahasa hewan bukanlah bahasa seperti bahasa yang digunakan oleh manusia melainkan bahasa instink. Singkatnya, manusia memiliki dan mampu berbahasa maka manusia berpikir, karena bahasa adalah alat terpenting bagi berpikir. Karena eratnya hubungan antara bahasa dan berpikir Plato pernah mengatakan dalam bukunya (Sophistes) berbicara itu berpikir yang keras (terdengar) dan berpikir itu adalah berbicara batin Berpikir adalah satu keaktipan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berpikir dengan tujuan untuk menemukan pemahaman terhadap sesuatu yang kita kehendaki. Ciri yang paling utama dari berpikir adalah adanya Abstraksi, yang artinya anggapan lepasnya kualitas atau relasi dari benda-benda,kejadian-kejadian dan situasi-situasi yang mula-mula dihadapi sebagai kenyataan. Dalam arti sempit berpikir adalah meletakkan atau mencari hubungan antara abstraksi-abstraksi. Dalam hal ini berpikir erat hubungannya dengan daya-daya jiwa yang lain seperti :

a. Tanggapan, memegang peranan penting dalam berfikir, meskipun adakalanya dapat menggangu jalannya berpikir. b. Ingatan merupakan syarat yang harus ada dalam berpikir, karena memberikan pengalaman-pengalaman dari pengamatan yang sudah lampau. c. Pengertian merupakan hasil dari berpikir yang dapat memberi bantuan yang besar dalam proses berpikir.

1.2 Macam - macam cara berpikir Dari penjelasan diatas berpikirorang mengolah, mengoraganisasikan bagian-bagian dari pengetahuannya, sehingga pengalaman dan pengetahuan yang tidak teratur menjadi tersusun menjadi kebulatan yang dapat dipahami. Dalam hal ini orang dapat mendekati masalahtersebut dalam beberapa cara : 1. Berpikir Induktif Berpikir induktif adalah suatu proses dalam berfikir yang berlangsung dari khusus menuju yang umum. Artinya mencari sifat/cirri tertentu dari berbagai fenomena kemudian menarik kesimpulan bahwa sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena. Tepat tidaknya kesimpulan (cara berpikir) yang diambil secara induktif tergantung kepada sampel fenomena yang diambil. Makin banyak jumlah sampel yang diambil maka semakin besar pula validitas dari kesimpulan tersebut, begitu sebaliknya. 2. Berpikir Deduktif Berpikir deduktif adalah suatu proses berpikir yang berlangsung dari umum menuju yang khusus. Cara perpikir ini, orang bertolak dari teori, prinsip atau kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah bersifat umum. Sebagai contohnya: Semua manusia akan mati (kesimpulan umum) Anam adalah manusia (kesimpulan khusus) Anam akan mati (Kesimpulan Deduktif) Selain itu adapula kesimpulan deduktif yang tidak dapat diterima kebenarannya atau biasa disebut silogisme semu. Sebagai contoh : manusia bernafas dengan paru-paru (Kesimpulan umum) Anjing bernafas dengan paru-paru (kesimpulan khusus) Oleh karena itu Anjing adalah manusia (Kesimpulan yang salah) 3. Berpikir Analogis Berpikir analogis adalah berpikir dengan jalan menyamakan atau membandingkan dari fenomena-fenomena yang oernah dialaminya. Cara berpikir ini beranggapan bahwa kebenaran dari fenomena yang dialami berlaku pula pada fenomena yang sekarang. Cara berpikir ini kebanarannya kurang dapat dipercaya karena ditentukan olehfaktor kebetulan bukan berdasarkan perhitungan yang tepat, dengan kata lain validasi kebenarannya sangat rendah.

1.3 Proses Berpikir


Berpikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. . Langkah proses berpikir : a. pembentukan pengertian Pengertian dibentuk melalui empat tingkat, yaitu : 1. Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis.

2. Membanding-bandingkan ciri-ciri tersebut untuk ditemukan ciri-ciri mana yang sama,


mana yang tidak sama, mana yang selalu ada, mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.

3. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang ciri-cirinya yang tidak hakiki,


menangkap ciri-ciri yang hakiki. b. pembentukan pendapat Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : 1. Pendapat afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang mengiyakan yang secara tegas menyatakan keadaan sesuatu.

2.

Pendapat negatif, yaitu pendapat yang menidakkan yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal.

3.

Pendapat modalitas atau kebarangkalian, yaitu pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal.

c. penarikan kesimpulan Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Keputusan dibedakan menjadi : 1. Keputusan deduktif, yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum.

2. Keputusan deduktif, keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus,
jadi berlawanan dengan keputusan induktif.

3. Keputusan analogis, yaitu keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau
menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada.

1.4 Pengertian Belajar pendapat para ahli psikologi dalam memandang Belajar: 1. Skinner (1958) memberikan definisi belajar Learning is a process progressive behavior adaptation. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga memebutuhkan proses yang berarti belajar membutuhkan waktu untuk mencapai suatu hasil. 2. McGeoch (1956) memberikan definisi belajar learning is a change in performance as a result of practice. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, yang disebabkan oleh proses latihan. 3. Kimble memberikan definisi belajar Learning is a relative permanent change in behavioral potentiality occur as a result of reinforced practice. Dalam definisi tersebut terlihat adanya sesuatu hal baru yaitu perubahan yang bersifat permanen, yang disebabkan oleh reinforcement practice. 4. Horgen (1984) memberikan definisi mengenai belajar learning can be defined as any relatively, permanent change in behavior which occurs as a result of practice or experience suatu hal yang muncul dalam definisi ini adalah bahwa perilaku sebagai akibat belajar itu disebabkan karena latihan atau pengalaman. Bertitik tolak dari hal tersebut diatas dapat dikemukakan beberapa hal mengenai belajar sebagai berikut: Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in behavior or performance). Setelah belajar individu akan mengalami perubahan dalam perilakunya. Perilaku dalam arti luas dapat overt behavior atau covert behavior. Karena itu perubahan itu daoat dalam segi kognitif, afektif, dan dalam segi psikomotor. Perubahan perilaku itu dapat actual, yaitu yang menampak, tetapi juga dapat bersifat potensial, yang tidak menampak pada saat itu, tetapi akan nampak di lain kesempatan. Perubahan yang disebabkan karena belajar itu bersifat relative permanen, yang berarti perubahan itu akan bertahan dalam waktu yang relative lama, tetapi di pihak lain perubahan tersebut tidak akan menetap terus menerus, hingga suatu waktu hal tersebut dapat berubah lagi sebagai akibat belajar.

Perubahan perilaku baik yang bersifat aktual maupun potensial yang merupakan hasil belajar, merupakan akibat dari latihan dan pengalaman.

Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Menurut Wikipedia, pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pengertian pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Magner (1962) mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik sesuaikompetensi. Sedangkan Dejnozka dan Kavel (1981) mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yangmenggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Pengertian lain menyebutkan bahwa, tujuan pembelajaran adalah pernyataan mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir priode pembelajaran (Slavin, 1994). Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur

sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Penyusunan Tujuan Pembelajaran Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam rangkaian pengembangan desain pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan apa dan bagaimana harus melakukan tahap lainnya. Apa yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis materi pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif. 1.7 Tujuan Belajar Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup. Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, yakni: 1. Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir,

mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif menurut Bloom, et.al (Winkel, 1999; Dimyati & Modjiono, 1994) dibedakan atas 6 tingkatan dari yang sederhana hingga yang tinggi, yakni: a. Pengetahuan (knowledge), meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. b. Pemahaman (comprehension), meliputi kemampuan menangkap arti dan makna dari hal yang dipelajari. Ada tiga subkategori dari pemahaman, yakni: 1) Translasi, yaitu kemampuan mengubah data yang disajikan dalam suatu bentuk ke dalam bentuk lain. 2) Interpretasi, yaitu kemampuan merumuskan pandangan baru 3) Ekstrapolasi, yaitu kemampuan meramal perluasan trend atau kemampuan meluaskan trend di luar data yang diberikan c. Penerapan (aplication), meliputi kemampuan menerapkan metode dan untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. kaidah

d. Analisis (analysis), meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Analisis dapat pula dibedakan atas tiga jenis, yakni: 1) Analisis elemen, yaitu kemampuan mengidentifikasi dan merinci elemen-elemen dari suatu masalah atau dari suatu bagian besar. 2) Analisis relasi, yaitu kemampuan mengidentifikasi relasi utama antara elemenelemen dalam suatu struktur. 3) Analisis organisasi, yaitu kemampuan mengenal semua elemen dan relasi dari struktur kompleks. e. Sintesis (synthesis), meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan memperhatikan unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk struktur atau sistem baru. Dilihat dari segi produknya, sintesis dapat dibedakan atas: 1) Memproduksi komunikasi unik, lisan atau tulisan 2) Mengembangkan rencana atau sejumlah aktivitas 3) Menurunkan sekumpulan relasi-relasi abstrak f. Evaluasi (evaluation), meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang sesuatu atau beberapa hal dan pertanggungjawabannya berdasarkan kriteria tertentu. 2. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaian perasaan sosial. Ranah efektif menurut Karthwohl dan Bloom (Bloom.,et.al,1971) terdiri dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga yang kompleks, yakni: a. Penerimaan (reseving) yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena atau stimuli tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan untuk memperhatikan hal tersebut. b. Pemberian respon (responding) yakni kemampuan memberikan respon secara aktif terhadap fenomena atau stimuli. c. Penilaian atau penentuan sikap (valuing) yakni kemampuan untuk dapat memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian tertentu. d. Organisasi (organization), yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk menentukan keterhubungan diantara nilai-nilai. e. Karakterisasi, yakni kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang. 3. Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang

bersifat manual dan motorik. Ranah psikomotor menurut Simpson (Winkel, 1999;Fleishman & Quaintance, 1984) dapat diklasifikasikan atas:

a.

Persepsi (perception), meliputi kemampuan memilah-milah 2 perangsang atau lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing perangsang.

b.

Kesiapan melakukan suatu pekerjaan (set), meliputi kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

c.

Gerakan terbimbing (mechanism), meliputi kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerak peniruan.

d. Gerakan terbiasa, meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar, karena sudah dilatih sebelumnya. e. Gerakan kompleks (complex overt response), meliputi kemampuan untuk melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari beberapa komponen secara lancar, tepat, dan efisien. f. Penyesuaian pola gerakan (adaptation), meliputi kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. g. Kreativitas, meliputi kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

HUBUNGAN BERPIKIR DENGAN BELAJAR


DISUSUN OLEH 1. Nurul Aprisa 2. Ainul Mardiah 3. Achmad Arifin 4. Eko Budi Wiguna 5. Chika Fitrinanda 6. Citra 7. Asmahul Husna 8. Septika Reza 9. Shinta Yulia 10. Harry maha Pekan

Dosen : Dra. Nurhayati

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

You might also like