Professional Documents
Culture Documents
A. Pengertian Obat
Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Bab I pasal 1 tidak disebutkan mengenai pengertian obat, tetapi pengertian
tentang sediaan farmasi. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat
tradisional dan kosmetik.10
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
43/Menkes/SK/II/1988 tentang Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB),
obat adalah tiap bahan atau campuran bahan yang dibuat, ditawarkan untuk
dibuat, ditawarkan untuk dijual atau disajikan untuk digunakan dalam
pengobatan, peredaran, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit, suatu
kelainan fisik atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan, atau dalam
pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organis pada manusia atau
hewan.11
Beberapa istilah yang perlu diketahui tentang obat, antara lain :12
1.Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk
serbuk, cairan, salep, tablet, pil, supositoria, atau bentuk lain yang
mempunyai nama teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia (FI) atau
buku lain.
2.Obat paten yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama
si pembuat atau yang dikuasakan dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik
yang memproduksinya.
3.Obat baru adalah obat yang terdiri atau berisi suatu zat baik sebagai bagian
yang berkhasiat maupunan mutunya terjamin yang tidak berkhasiat,
misalnya lapisan, pengisi, pelarut, bahan pembantu atau komponen lain
yang belum dikenal, hingga tidak diketahui khasiat dan keamanannya.
4.Obat esensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan bagi masyarakat terbanyak yang meliputi diagnosa, profilaksis
terapi dan rehabilitasi yang diupayakan tersedia pada unit pelayanan
kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya.13 Konsep obat esensial
merupakan pendekatan untuk menyediakan pelayanan bermutu dan
terjangkau, yang diwujudkan dengan Daftar Obat Esensial Nasional.14
*)
SUTOPO PATRIA JATI, AKK-FKM UNDIP
1
2
5.Obat generik berlogo adalah obat esensial yang tercantum dalam Daftar
Obat Esensial Nasional (DOEN) dan mutunya terjamin karena diproduksi
sesuai dengan persyaratan CPOB dan diuji ulang oleh Pusat Pemeriksaan
Obat dan Makanan Departemen Kesehatan (PPOM Depkes). PPOM
Depkes saat sekarang telah menjadi Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
2
3
3
4
4
5
5
6
C. Manajemen Obat
Manajemen obat di rumah sakit merupakan salah satu unsur penting
dalam fungsi manajerial rumah sakit secara keseluruhan, karena ketidak
efisienan akan memberikan dampak negatif terhadap rumah sakit baik secara
medis maupun secara ekonomis. Tujuan manajemen obat di rumah sakit
adalah agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat dibutuhkan, dalam
6
7
jumlah yang cukup, mutu yang terjamin dan harga yang terjangkau untuk
mendukung pelayanan yang bermutu.5, 10
Manajemen obat merupakan serangkaian kegiatan kompleks yang
merupakan suatu siklus yang saling terkait, pada dasarnya terdiri dari 4
fungsi dasar yaitu seleksi dan perencanaan, pengadaan, distribusi serta
penggunaan.5
Dalam sistem manajemen obat, masing-masing fungsi utama terbangun
berdasarkan fungsi sebelumnya dan menentukan fungsi selanjutnya. Seleksi
seharusnya didasarkan pada pengalaman aktual terhadap kebutuhan untuk
melakukan pelayanan kesehatan dan obat yang digunakan, perencanaan
dan pengadaan memerlukan keputusan seleksi dan seterusnya. Siklus
manajemen obat didukung oleh faktor-faktor pendukung manajemen
(management support) yang meliputi organisasi, keuangan atau finansial,
sumber daya manusia (SDM), dan sistem informasi manajemen (SIM). Setiap
tahap siklus manjemen obat yang baik harus didukung oleh keempat faktor
tersebut sehingga pengelolaan obat dapat berlangsung secara efektif dan
efisien. Siklus pengelolaan obat tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:5
Seleksi/
Perencanaan
Dukungan
Manajemen:
Penggunaan - Organisasi Pengadaan
- Pembiaya
an
- Manajeme
n
informasi
Distribusi
7
8
8
9
9
10
10
11
(2) Hitung jumlah kebutuhan tiap obat per episode sakit untuk
masing-masing kelompok penyakit
c) Menentukan obat dan jumlahnya
(1) Hitung jumlah kebutuhan tiap obat untuk tiap penyakit
(2) Jumlahkan obat sejenis menurut nama obat, dosis, bentuk
sediaan, dan lain-lain
Perencanaan dengan menggunakan metode morbiditas ini lebih
ideal, namun prasyarat lebih sulit dipenuhi. Sementara
kelemahannya yaitu seringkali standar pengobatan belum tersedia
atau belum disepakati dan data morbiditas tidak akurat.20
2) Metode konsumsi20
Metode konsumsi adalah suatu metode perencanaan obat
berdasarkan pada kebutuhan riil obat pada periode lalu dengan
penyesuaian dan koreksi berdasarkan pada penggunaan obat tahun
sebelumnya. Metode ini banyak digunakan di Apotek.
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
a) Pastikan beberapa kondisi berikut:
(1) Dapatkah diasumsikan pola pengobatan periode yang lalu
baik atau rasional?
(2) Apakah suplai obat periode itu cukup dan lancar?
(3) Apakah data stok, distribusi, dan penggunaan obat lengkap
dan akurat?
(4) Apakah banyak terjadi kecelakaan (obat rusak, tumpah,
kadaluarsa) dan kehilangan obat?
(5) Apakah jenis obat yang akan digunakan sama?
b) Lakukan estimasi jumlah kunjungan total untuk periode
yang akan datang
(1) Hitung kunjungan pasien rawat inap maupun rawat jalan pada
periode yang lalu
(2) Lakukan estimasi periode yang akan datang dengan
memperhatikan:
a) Perubahan populasi daerah cakupan pelayanan,
perubahan cakupan pelayanan
b) Pola morbiditas, kecendrungan perubahan insidensi
11
12
12
13
dasarnya obat dibagi dalam tiga golongan yaitu golongan A jika obat
tersebut mempunyai nilai kurang lebih 80 % sedangkan jumlah obat
tidak lebih dari 20 %, golongan B jika obat tersebut mempunyai nilai
sekitar 15 % dengan jumlah obat sekitar 10 % - 80 %, dan golongan C
jika obat mempunyai nilai 5 % dengan jumlah obat sekitar 80 % - 100
%.5
Analisa juga dapat dilakukan dengan metode VEN (Vital, Esensial
dan Non Esensial) untuk koreksi terhadap aspek terapi, yaitu dengan
menggolongkan obat kedalam tiga kategori. Kategori V atau vital yaitu
obat yang harus ada yang diperlukan untuk menyelamatkan
kehidupan, kategori E atau essensial yaitu obat yang terbukti efektif
untuk menyembuhkan penyakit atau mengurangi pasienan, kategori N
atau non essensial yaitu meliputi berbagai macam obat yang
digunakan untuk penyakit yang dapat sembuh sendiri, obat yang
diragukan manfaatnya dibanding obat lain yang sejenis.5 Analisa
kombinasi metode ABC dan VEN yaitu dengan melakukan pendekatan
mana yang paling bermanfaat dalam efisiensi atau penyesuaian dana.2
2. Pengadaan
Pengadaan obat merupakan kegiatan untuk merealisasikan
1
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui :
a. Pembelian :
1) Secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi)
2) Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar
farmasi/rekanan
b. Produksi/pembuatan sediaan farmasi:
1) Produksi Steril
2) Produksi Non Steril
c. Sumbangan/droping/hibah pembelian secara tender.
Tujuan pengadaan adalah memperoleh obat yang dibutuhkan
dengan harga layak, mutu baik, pengiriman obat terjamin tepat waktu,
proses berjalan lancar tidak memerlukan waktu dan tenaga yang
berlebihan.5
Pengadaan memegang peranan yang penting, karena dengan
pengadaan rumah sakit akan mendapatkan obat dengan harga, mutu dan
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
5) Ruang Konsultasi
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
hitung berapa
persen yang tidak
cocok = Y/X x 100%
2 4
45
46
46
47
1 2 3 4
47
48
Sumber: Pudjaningsih, D., Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di Farmasi Rumah
Sakit. Magister Manajemen Rumah Sakit, UGM.
48
49
DAFTAR PUSTAKA
3. Charles J.P. Siregar., Lia Amalia. Farmasi Rumah Sakit : Teori dan
Penerapan. Jakarta : EGC ; 2003.
9. Istinganah., dkk. Evaluasi Sistem Pengadaan Obat dari Dana APBD Tahun
2001-2003 Terhadap Kesediaan dan Efisiensi Obat [Jurnal]. Manajemen
Pelayanan Kesehatan Vol. 09/No. 01/Maret 2006.
11. Wiyono Djoko. Manajemen Mutu. Teori Strategi dan Aplikasi. Vol. I. Surabaya
: Airlangga University Press ; 1999.
49
50
15. Anief Moh. Apa yang Perlu Diketahui tentang Obat. 4th ed. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press ; 2003.
17. Ida Prista Maryetty. Regulasi Obat yang Mempengaruhi Peresepan. (Online).
fkuii.org/tiki-
download_wiki_attachment.php?attId=199&page=pengobatan_rasional_hand
out diakses tanggal 18 Maret 2008.
19. Direktur Jendral Bina Kefarmasian dan Pelayanan Farmasi. Kebijakan Obat
Nasional (KONAS). (Online).
Http://www.litbang.depkes.go.id/download/lokakarya/ Loknas
Bandung/Konas-Obat.pdf, diakses tanggal 18 Maret 2008.
20. Suryawati Sri. Efisiensi Pengelolaan Obat di Rumah Sakit [Tesis]. Yogyakarta
: Magister Manajemen Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada ; 1997.
25. Soerjono Seto, Yunita Nita, Lily Triana, Manajemen Farmasi. Surabaya :
Airlangga University Press : 2004.
50
51
32. Notoatmodjo Soekidjo. Metodologi Penelitian. 3th ed. Jakarta : Rhineka Cipta
; 2005.
33. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. 1st ed. Bandung : Alfabeta ; 2005.
37. Hartono Joko Puji. Analisis Proses Perencanaan Kebutuhan Obat Publik
untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) di Puskesmas Sewilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya [Tesis]. Semarang : Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Konsentrasi AKK Universitas Diponegoro ; 2007.
51
10
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Jakarta, 2004.
11
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43/Menkes/SK/II/1988 tentang
Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta. 1988.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 3th ed. Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa. Balai Pustaka, Jakarta, 1990.
12
Anief Moh. Apa yang Perlu Diketahui tentang Obat. 4th ed. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 2003.
13
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1375.A/Menkes/ SK/IX/2002 tentang Daftar Obat
Esensial nasional 2002. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ditjen Yanfar dan Alkes,
Jakarta, 2002.
14
Ida Prista Maryetty. Regulasi Obat yang Mempengaruhi Peresepan. (Online). fkuii.org/tiki-
download_wiki_attachment.php?attId=199&page=pengobatan_
rasional_handout , diakses tanggal 18 Maret 2008.
15
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sistem Kesehatan Nasional. Depkes RI,
Jakarta, 2004.
16
Direktur Jendral Bina Kefarmasian dan Pelayanan Farmasi. Kebijakan Obat Nasional
(KONAS). (Online). Http://www.litbang.depkes.go.id/download/ lokakarya/LoknasBandung/Konas-
Obat.pdf, diakses tanggal 18 Maret 2008.
17
Sri Suryawati. Efisiensi Pengelolaan Obat di Rumah Sakit. Tesis. MMR UGM, Yogjakarta, 1997.
18
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pengelolaan Obat Kabupaten/Kota. Jakarta, 2001.
19
Dono Utomo. Pengembangan Sistem Informasi Farmasi Untuk Pengambilan Keputusan Inventori
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Jiwa Gondohutomo Semarang. Tesis. MIKM Undip. Semarang.
2006.
20
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Jakarta, 2004.
21
Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Barang dan Jasa
Pemerintah.
22
Liliek Sulistyaningsih. Evaluasi Manajemen Obat di Rumah Sakit Umum daerah Wangaya
Kotamadya Dati II Denpasar. MMR. UGM. 1998.
23
Soerjono Seto, Yunita Nita, Lily Triana, Manajemen Farmasi, Surabaya: Airlangga University
Press, 2004.
24
Panjaitan Richard. Penggunaan Obat Rasional. (Online). www.depkes.go.id/ downloads/ rakerkes,
diakses tanggal 20 Maret 2008.
25
Suryawati Sri. Meningkatkan Penggunaan Obat Secara Rasional Melalui Perubahan Perilaku.
Materi Kursus. Magister Manajemen dan Kebijakan Obat Universitas Gadjah Mada bekejasama
dengan Yayasan melati Nusantara. Yogyakarta ; 1997.
26
Budiono Santoso. Penggunaan Obat dan Prinsip Pengobatan Rasional. Program Pengembangan
Eksekutif. Magister Manajemen Rumah Sakit bekerjasama dengan Pusat Studi Farmakologi Klinik
dan Kebijakan Obat Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta ; 1997.
30
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. (Online). http://farmasiistn.blogspot.com/2008/
01/instalasi-farmasi-rumah-sakit.html diakses tanggal 22-4-2008.
31
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta :
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia ; 2007.