You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu alat untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas.

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia terus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan, walaupun hasilnya belum memenuhi harapan. Hal itu lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Adanya berbagai pembaharuan dalam pengembangan kurikulum merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan inovasi baru dalam dunia pendidikan Indonesia. KTSP ini diharapkan akan membawa perbaikan di dunia pendidikan. Namun demikian harapan KTSP tidak akan membuahkan hasil yang optimal tanpa dukungan dan kerjasama antar semua unsur yang berhubungan dengan pendidikan. Salah satu cerminan kualitas pendidikan di sekolah adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah. Dengan demikian hasil belajar siswa pada suatu mata pelajaran tertentu merupakan salah satu indikator kualitas pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Peningkatan kualitas ilmu pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilakukan pada semua kelompok mata pelajaran yang tertuang dalam Standar Isi. Salah satunya adalah kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika termasuk dalam kelompok mata pelajaran yang membutuhkan pemikiran. Artinya dalam mempelajari matematika diperlukan kemampuan berfikir matematik yaitu kemampuan untuk melaksanakan kegiatan dan proses atau tugas matematik. Karena matematika bersifat abstrak maka perlu suatu cara untuk mengelola proses belajar mengajar sehingga matematika mudah dicerna oleh siswa dengan baik dan lebih berati serta bermanfaat bagi kehidupan mereka.

Luas gabungan dua bangun datar merupakan salah satu pokok bahasan yang diajarkan di kelas VI semester I. Ada beberapa kendala yang dihadapai dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar pokok bahasan ini. Berberapa diantaranya adalah siswa kurang memahami konsep-konsep datar dan suasana pembelajaran yang cenderung kaku karena komunikasi lebih banyak didominasi oleh guru. Adanya kendala tersebut menjadi factor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2006 yang dikembangkan sekarang adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based-Learning). Pengajaran ini menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks belajar bagi siswa tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah.

B. Rumusan Masalah 1. Apakah model pembelajaran berbasis masalah efektif untuk diterapkan pada pokok bahasan luas gabungan dua bangun datar? 2. Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD kelas VI semester I pokok bahasan luas gabungan dua bangun datar?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah diatas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika pokok bahasan luas gabungan dua bangun datar dengan model pembelajaran berbasis masalah.

2. Untuk masalah.

mengetahui dengan

bagaimana

aktivitas model

siswa

dalam

kegiatan berbasis

pembelajaran

menggunakan

pembelajaran

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi siswa Model pembelajaran yang dikembangkan ini diharapkan akan mampu : a. Mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual b. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran c. Belajar dalam suasana yang menyenangkan d. Sebagai peningkatan belajar siswa untuk bekerjasama. 2. Manfaat bagi Guru a. Menambah wawasan guru untuk menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. b. Sebagai umpan balik untuk mengetahui kesulitan siswa. c. Guru lebih terampil menggunakan metode belajar. 3. Manfaat bagi Mahasiswa Peneliti a. Memperoleh pengalaman strategi pembelajaran, melakukan seleksi materi, dan mengembangkan seleksi instrumen. b. memperoleh wawasan tentang pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah yang beroriantasi pada hasil belajar siswa. c. memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru matematika siap melaksanakan tugas di lapangan.

BAB II KAJIAN TEORI 1. Mata Pelajaran Matematika untuk SD Kurikulum 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yag kuat sejak dini. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam

pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi


4

tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Berdasarkan kurikulum 2006 mata pelajaran matematika untuk SD bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaaan atau masalah. e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 2. Masalah dan pemecahan Masalah Salah satu tujuan yang tercantum dalam kurikulum 2006 matematika untuk SD adalah memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Hal ini merupakan tuntutan yang sangat tinggi yang tidak mungkin bisa dicapai

hanya dengan hafalan, latihan pengerjaan soal yang bersifat rutin, serta proses pembelajaran biasa. Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah, seseorang harus mempunyai banyak banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang diberi banyak latihan pemecahan masalah memiliki nilai lebih tinggi dari pada anak yang latihannya lebih sedikit. Menurut Polya, solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaiakan masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang dikerjakan. Keempat fase tersebut saling berhubungan satu sama lain, maka fase-fase tersebut tidak dapat dipisahkan. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu masalah sangat relatif. Jika seseorang dihadapkan pada suatu masalah dengan waktu yang diberikan untuk menyelesaikannya tidak dibatasi, maka kecenderungan orang tersebut tidak akan mengkonsentrasikan pikirannya secara penuh pada proses penyelesaian masalah yang diberikan. Sebaliknya, jika seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah dibatasi dengan waktu yang sangat ketat, maka potensi pikirannya akan dikonsentrasikan secara penuh pada penyelesaian masalah tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mendorong siswa untuk memanfaatkan waktu yang disediakan untuk memecahkan masalah harus dikembangkan dari waktu ke waktu. 3. Model-Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai
6

pedoman gurudalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran diperlukan perangkat pembelajaran yang dapat disusun dan dikembangkanm oleh guru. Perangkat-perangkat itu meliputi buku guru, buku siswa, lembar tugas atau lembar kerja siswa, media bantu seperti komputer, transparansi, film, pedoman pelaksanaan pembelajaran, seperti kurikulum dan lain-lain. Menurut Arends (dalam Abbas, 2000:10) model pembelajaran terdiri dari model pembelajaran langsung (direct instruction), model pembelajaran kooperatif ( cooperatif learning), model pembelajaran berbasis masalah ( problem based learning), model pembelajran diskusi (discussion), model pembelajaran strategi (learning strategy). 4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (menurut Arends dalam Abbas, 2000:13). Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting, di mana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah penggunaannya di dalam tingkat berpikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar. Ciri-ciri model pembelajaran berbasisi masalah : a. Pengajuan masalah atau pertanyaan

Pengajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsipprinsip atau ketrampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin Meskipun pengajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, Matematika, Ilmu-ilmu Sosial), masalah yang akan diselidiki telah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. c. Penyelidikan autentik Pengajaran berbasis masalah siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari. d. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya Pengajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. 5. Pokok Bahasan Luas Gabungan Dua Bangun Datar Bangun datar gabungan adalah bangun datar yang terdiri dari beberapa bangun datar. Bangun datar tersebut bisa berupa delapan macam bangun datar, yaitu persegi, persegi panjang, lingkaran, segitiga, belah

ketupat, layang-layang, trapesium, dan jajar genjang. Langkah-langkah menentukan luas segi banyak : a. Tentukan bangun datar apa saja yang membentuknya b. Tentukan luas dari setiap bangun datar yang membentuknya c. Jumlah atau kurangkan luas dari keseluruhan bangun datar yang membentuknya No. Nama Bangun Datar 1. 2. Persegi Persegi panjang 3. 4. 5. 6. 7. 8. Segitiga Lingkaran Trapesium Jajar genjang Belah ketupat Layang-layang
1 alas tinggi 2

Luas

Keliling

sisi sisi
panjang lebar

4 sisi
2 ( panjang + lebar )

sisi + sisi + sisi


d atau 2 r

rr
1 jumlah sisi sejajar tinggi 2
alas tinggi

1 diagonal1 diagonal 2 2 1 diagonal1 diagonal 2 2

Contoh :

T
20 cm 10 cm

14 cm

A. Kerangka Berpikir Penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu strategi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2006. Dengan strategi pembelajaran ini penguasaan konsep yang diajarkan akan mudah ditangkap oleh siswa karena dalam pembelajaran ini siswa akan mengalami dan melakukan berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki dalam kehidupan nyata. Pembelajaran berbasis masalah yang digunakan terdiri dari lima tahapan utama yang yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Dalam pembelajaran ini perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif tetapi perolehan pengetahuan prosedural. Oleh karena itu, untuk mengetahui hasil belajar siswa tidak cukup hanya dilakukan dengan tes. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan
10

yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelidikan mereka. Hasil belajar akan lebih baik dan tertanam dalam diri siswa melalui suatu proses pembelajaran yang dilakukan sendiri oleh siswa. Untuk itu agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan harapan, dalam penelitian tindakan ini peneliti melakukan pembelajaran matematika dengan pembelajaran berbasis masalah melalui dua siklus dimana dalam setiap siklus dilakukan pendalaman materi dan evaluasi dengan mengutamakan proses pembelajaran agar mendapat hasil yang lebih optimal. Siswa akan dibiasakan berinteraksi dengan siswa lain melalui belajar kelompok. Siswa belajar bersama-sama dalam kelompoknya yang terdiri dari berbagai macam tipe, artinya kelompok tersebut bersifat heterogen dan didalamnya terdiri dari siswa yang tergolong pandai, sedang dan lemah. Jika ada anggota kelompok yang tidak jelas maka anggota kelompok yang merasa mampu akan menjelaskan pada siswa tersebut. Dengan demikian pembelajaran akan menyenangkan dan berarti bagi siswa yang selanjutnya akan menimbulkan semangat belajar siswa dan diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat. B. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah Dengan model pembelajaran berbasis masalah hasil belajar siswa SD kelas VI pokok bahasan luas gabungan dua bangun datar akan lebih meningkat.

11

BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VI SDN Karangbesuki III Malang. Dengan jumlah siswa sebanyak 40 anak. Dari 40 siswa mempunyai karakteristik yang berbeda. B. Setting Penelitian Penelitian PEMBELAJARAN tindakan kelas yang berjudul MODEL UNTUK

BERBASIS

MASALAH

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SEMESTER I POKOK BAHASAN LUAS GABUNGAN DUA BANGUN DATAR yang akan dilaksanakan di SD Negeri Karangbesuki III Malang dengan alasan : 1. Sudah mengetahui kondisi siswa ketika peneliti melakukan praktek mengajar (magang) 2. Tempatnya yang berada di Malang dan dekat dengan rumah peneliti sehingga lebih mudah dijangkau peneliti. 3. Sudah mengetahui model pembelajaran yang sudah ada di sekolah tersebut.

12

C. Subjek dan Objek Penelitian Subjek Objek : Siswa SD kelas 6 : Luas gabungan dua bangun datar

D. Langkah-langkah Penelitian 1. Rencana Tindakan a. Pada tahap perencanaan, dilakukan penentuan materi pelajaran yang akan disajikan kepada siswa yaitu pokok bahasan luas gabungan dua bangun datar atau luas segi banyak. Selanjutnya permasalahan diidentifikasi dan masalah dirumuskan. b. Menyusun RPP dengan sub pokok bahasan luas gabungan dua bangun datar kolaborasi antara mahasiswa peneliti dengan guru kelas penelitian. c. Membuat kunci jawaban masalah yang disajikan. d. Membuat lembar kegiatan siswa (LKS), materi luas gabungan dua bangun datar beserta kunci jawabannya e. Membuat contoh soal luas gabungan dua bangun datar dan membuat PR beserta kunci jawabannya f. Membuat kisi-kisi soal untuk tes evaluasi g. Membuat soal tes evaluasi 1 beserta kunci jawabannya h. Menyiapkan prasarana yang diperlukan dalam penyampaian materi pelajaran. Prasarana tersebut antara lain spidol, kertas manila, selotip, dan sebagainya. i. Membuat lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran berbasis masalah untuk guru j. Membuat lembar pengamatan untuk siswa, sebagai berikut :
13

Aktivitas siswa Kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran berbasis masalah

Rubrik penskoran kinerja siswa dalam memecahkan masalah Diskusi siswa dalam kelompok

k. Membuat angket refleksi siswa terhadap pembelajaran l. Menyiapkan alat peraga luas gabungan dua bangun datar m. Membuat daftar pembagian kelompok untuk diskusi 2. Pengamatan a. Guru kelas penelitian sebagai observer mengamati jalannya kinerja peneliti sebagai guru dalam pengelolaan pembelajaran matematika berbasis masalah. b. Observer secara umum memiliki lima tugas, yaitu : Mengamati kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran Mengamati aktivitas belajar siswa, Mengamati kinerja siswa dalam pembelajaran berbasis masalah 3. Refleksi Hasil pada tahap pengamatan dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, kemudian peneliti dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya yang dilakukan. Refleksi ini dilakukan dengan mendiskusikan Mengamati kinerja siswa dalam pemecahan masalah Mengamati diskusi siswa dalam kelompok.

14

hasil pengamatan, data angket dan hasil evaluasi untuk mendapat kesimpulan. E. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Hasil pengamatan observer b. Hasil tes evaluasi tertulis siswa kelas VI semester I 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Evaluasi tertulis Evaluasi di gunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar hasil belajar matematika siswa, mengukur keberhasilan dan efisiensi pembelajaran yang di lakukan serta seberapa jauh siswa menyerap materi pelajaran yang telah disampaikan. Evaluasi ini dilakukan pada akhir siklus setelah proses pembelajaran selesai. Evaluasi dibuat dalam tiga tipe soal yaitu pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi dan pemecahan masalah. Setiap soal yang dikerjakan oleh siswa dianalisis dan nilai dari setiap soal digabung untuk mendapatkan nilai keseluruhan. b. Angket Angket digunakan untuk mengetahui pendapat siswa setelah diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah. Angket yang digunakan, yaitu angket langsung dimana angket ini diberikan kepada siswa setelah evaluasi pada akhir siklus dan siswa diminta untuk mengisinya. c. Observasi

15

Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Observasi dilaksanakan siswa secara langsung yang berarti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap subjek yang diteliti. F. Indikator Kinerja Sebelum menentukan indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini perlu didefinisikan pegertian ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal sebagai berikut : a. Ketuntasan Individual Seorang siswa dikatakan telah mencapai ketuntasan individual jika siswa tersebut telah menguasai materi matematika ( pokok bahasan luas gabungan dua bangun datar) sekurang-kurangnya 70%, ditandai dengan nilai akhir matematika (pokok bahasan luas gabungan dua bangun datar) 70 atau lebih. b. Ketuntasan Klasikal Satu kelas dikatakan telah mencapai ketuntasan klasikal jika banyak siswa telah mencapai ketuntasan individual sekurang-kurangnya 85%. Dengan ketentuan butir a dan b hanya berlaku di SDN Karangbesuki III Malang. Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil jika nilai rata-rata kelas (yang dikenai tindakan pembelajaran) pada tiap siklus minimal 72 dan angka ketuntasan kelas tiap siklus terpenuhi (berdasarkan kriteria ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal).

16

17

You might also like