You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ruang cakup sejarah pendidikan sebenarnya hampir seluas sejarah pada umumnya. Bahkan di katakan bahwa inti dari suatu peradaban sesungguhnya adalah pendidikan, dimana upaya upaya untuk mengalihkan kebudayaan kepada generasi berikutnya, dan bagaimana pikiran pikiran, nilai nilai, kepercayaan dan keyakinan telah di ajarkan dari generasi ke generasi. Oleh karenanya sejarah pendidikan sesungguhnya tidak saja perlu bagi orang-orang pendidikan, orang-orang sejarah, pakar pakar pendidikan dan para sejarawan pendidikan, tetapi penting di ketahui oleh semua orang , dan tentunya juga bagi para pengambil keputusan. Betapa tidak masa depan bangsa ikut ditentukan oleh kebijakan kebijakan pendidikan di masa kini, dan agar kita bijak dalam mengambil kebijakan pendidikan di masa kini sudah seharusnya belajar dari pendidikan di masa lalu.

Sejarah pendidikan merupakan sumber pengalaman bagaimana dasar, fungsi, tujuan pendidikan, jenis, jenjang, peserta didik, tenaga kependidikan, tenaga pendidik, kurikulum, sumberdaya pemikiran, kurikulum telah di kembangkan dari waktu kewaktu. Indonesia pernah mengalami masa penjajahan baik oleh bangsa barat maupun pada masa penjajahan Jepang. Sehingga tidak mengherankan apabila pengaruhnya sangat kuat dalam segala bidang, baik di bidang politik, ekonomi, maupun militer. Masa penjajahan juga berpengaruh terhadap sejarah pendidikan di Indonesia. Sejarah pendidikan merupakan bagian dari pada sejarah kebudayaan umat manusia, karena mendidik itu berarti pula suatu usaha untuk menyerahkan atau mewariskan kebudayaan. Dalam hubungan ini pendidikan berarti; pemindahan isi kebudayaan untuk menyempurnakan segala kecakapan anak didik guna mcnghadapi persoalan-persoalan dan harapan-harapan kebudayaannya. Tentu saja tidak semua isi kehudayaan akan kita wariskan kepada generasi muda, kepada anak-anak kita. Yang akan kita serahkan atau kita wariskan hanyalah isi-isi kebudayaan yang sesuai dengan keadaan zaman, tempat dan yang memenuhi hasrat-hasrat manusia pada zaman itu. Untuk memajukan pendidikan suatu bangsa maka kita perlu mempelajari sejarah pendidikan itu sendiri, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Karena dengan

Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah

mernpelajari sejarah pendidikan maka kita dapat mengetahui apa yang sudah dikerjakan oleh pendahulu kita serta hasil yang diperoleh.

B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah : 1. Apa yang di maksud dengan landasan sejarah pendidikan? 2. Bagaimana sejarah pendidikan di dunia dan di Indonesia? C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui maksud dari landasan sejarah pendidikan. 2. Untuk mengetahui sejarah pendidikan di dunia dan di Indonesia. D. Manfaat Mamfaat dari makalah ini adalah : 1. Dapat memberikan pengetahuan tentang landasan sejarah pendidikan. 2. Dapat menambah pengetahuan tentang sejarah pendidikan di dunia dan di Indonesia.

Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan Sejarah Pendidikan Landasan, istilah landasan mengandung arti sebagai alas, dasar atau tumpuan (kamus besar bahasa Indonesia, 1995:560). Istilah landasan dikenal pula sebagai fundasi. Mengacu pada pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa landasan adalah alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari suatu hal ; atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal. Menurut sifat wujudnya dapat dibedakan dua jenis landasan yaitu : (1) landasan yang bersifat material, dan (2) landasan yang bersifat konseptual. Contoh landasan yang bersifat material antara lain berupa landasan pacu pesawat terbang dan fundasi bangunan gedung. Adapun contoh landasan yang bersifat konseptual antara lain berupa dasar Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila dan UUD RI Tahun 1945; landasan pendidikan, dsb. Landasan yang bersifat konseptual identik dengan asumsi, yaitu suatu gagasan, kepercayaan, prinsip, pendapat atau pernyataan yang sudah dianggap benar, yang dijadikan titik tolak dalam rangka berpikir (melakukan suatu studi) dan/atau dalam rangka bertindak. (melakukan suatu praktek).
Istilah sejarah, jika dirujuk dari dua istilah lain adalah tarikh dan history. Dalam bahasa Arab pengertian sejarah dapat dirujuk dari makna istilah tarikh yaitu keterangan yang terjadi pada masa lampau atau masa yang masih ada. Dalarn bahasa Inggris, sejarah atau tarikh disebut history, secara umum berarti pengalaman masa silam manusia. Dari pengertian -pengertian tersebut, sejarah terkait dengan masa silam pengalaman manusia dalam berbagai segi Kehidupan, seperti ekonomi, sosial, poitik dan pendidikan. Dengan demikian sejarah selain memusatkan pada masa silam pengalaman manusia, juga pada masa kini pengalaman manusia. Dengan perkataan lain, sejarah mencoba memahami perkembangan pengalaman manusia dari dulu sampai sekarang.

Yang dimaksud dengan sejarah/historis adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya (Pidarta, 2007: 109). Dari berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa landasan sejarah pendidikan adalah suatu gagasan-gagasan yang bersumber dari konsep dan praktek pendidikan masa

Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah

lampau (sejarah) yang dijadikan titik tolak perkembangan pendidikan masa kini dan masa datang.

B. SEJARAH PENDIDIKAN 1. Di Dunia Umur sejarah pendidikan dunia sudah panjang sekali. Mulai dari zaman purba dan zaman yunani purba, kemudian zaman hellenisme tahun 150-500 SM, ke zaman pertengahan tahun 500-1500-an, zaman reformasi dan kontra reformasi pada tahun 1600an. Sejarah pada zaman purba, pendidikan pada zaman ini belum banyak memberikan kontribusinya kepada pendidikan pada zaman sekarang. Oleh sebab itu pendidikan pada zaman-zaman ini diragukan. Sejarah Pendidikan pada zaman yunani purba dipengaruhi oleh ahli pendidiknya pada waktu itu seperti : 1. Plato,ia memiliki tujuan dalam pendidikan yaitu: a. Membentuk warga negara secara teoritis dan praktis, untuk mengabdi pada negaranya oleh sebab itu pendidikan diselengarkan oleh negara. b. Membentuk manusia akal supaya manusia itu mempergunakan akalnya dengan bijaksana. c. Membentuk manusia berkehendak yaitu manusia yang memiliki sifat- sifat keberanian. d. Membentuk manusia hasrat yaitu manusia yang memiliki rasa keinginan 2. Pyhtagioras ia memiliki tujuan pendidikan untuk membentuk manusia susila, karena menurutnya manusia sejak kecil itu mempunyai kecenderungan berbuat jahat oleh karena itu pendidikan diharapkan membawanya pada kesempurnaan. 3. Socrates pendidikan itu bertujuan untuk membawa manusia pada kebajikan karena adanya ilmu, ia berbeda pendapat dengan phitagoras yang menyatakan bahwa manusia itu memiliki kecenderungan berbuat jahat sejak kecil, justru menurut

Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah

socrates manusia itu memiliki kecenderungan berbuat baik dan kebajikan dengan ilmunya. 4. Aristoteles berpendapat bahwa dalam pendidikan itu harus mengenal pembawaan dan kecenderungan anak, supaya ia mendapat bimbingan sebaik baiknya, dengan latihan dan pembisaan untuk menanamkan kebaikan pada anak akan menambah pengetahuannya akan kebaikan itu. Sejarah pendidikan dunia yang memberikan pengaruh pada pendidikan zaman sekarang meliputi zaman-zaman: (1) Realisme, (2) Rasionalisme, (3) Naturalisme, (4) Developmentalisme, (5) Nasionalisme, (6) Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme, serta (7) Sosialisme. 1. Zaman Realisme, (abad ke-17), Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan alam yang didukung oleh penemuanpenemuan ilmiah baru, pendidikan diarahkan pada kehidupan dunia dan bersumber dari keadaan dunia pula, berbeda dengan pendidikan-pendidikan sebelumnya yang banyak berkiblat pada dunia ide, dunia surga dan akhirat. Realisme menghendaki pikiran yang praktis (PIdarta, 2007: 111-14). Menurut aliran ini, pengetahuan yang benar diperoleh tidak hanya melalui penginderaan semata tetapi juga melalui persepsi penginderaan (Mudyahardjo, 2008: 117). Tokoh-tokoh pada zaman realisme, yaitu : 1) Francis Bacon adalah tokoh pendidikan pada zaman Realisme ini yang pertama menggunakan metode induktif. Pendapat Bacon adalah sebagai berikut: a. Dalam menemukan dan mengembangkan pengetahuan, pandanagan harus diarahkan kepada realita alam ini serta hal-hal praktis yang ada didalamnya. b. Alam lingkungan adalah sumber pengetahuan yang bisa didapat lewat alat-alat indra. c. Menggunakan metode berfikir induktif, yaitu mulai dari menemukan fakta-fakta khusus kemudian dianalisis sehingga menimbulkan simpulan. d. Bila memungkinkan dapat mengembangkan pengetahuan dengan eksperimeneksperimen. e. Penggunaan bahasa daerah lebih diutamakan. 2) Johan Amos Comenius. Yang terkenal dengan bukunya:
Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah 5

a. Jangua Linguarum reserata atau pintu terbuka bagi bahasa, tahun 1631. adalah buku pelajaran bahasa, yaitu cara untuk memudahkan mempelajri bahasa latin, dengan jalan menuliskan bahasa latin pada sebelah kiri dan bahasa daerahnya disebelah kanan. b. Orbic Pictus atau gambar dunia. Tahun 1651. Adalah pelajaran bahasa yang menyempurnakan dengan memasukan gambar-gambar kedalamnya. Dengan cara ini anak-anak menjadi lebih mudah mempelajari bahasa latin itu. c. Didactika Magna atau buku didaktik yang besar. Tahun 1632. Merupakan buku yang menceritakan tentang didaktik atau cara mengajar. Comnesius menghendaki metode yang sesuai dengan perkembangan alamiah atau hukum-hukum alam, dengan cara: a) Belajar melelui peragaan atau cari sendiri di alam terbuka dengan observasi atau penelitian sehingga anak-anak akan mendapat jawaban dari alam itu sendiri. b) Pelajaran harus maju selangkah demi selangkah, dari yang mudah ke yang sukar, c) ekspresi dengan kata merupakan hal yang penting untuk mengetahui apa yang telah mereka fahami. Prinsip-prinsip pendidikan yang dikembangkan pada zaman ini meliputi: a. Anak-anak harus belajar dari alam, b. Belajar dengan metode induktif , c. Mementingkan aktivitas anak, d. Mengutamakan pengertian, e. Ekspresi kata untuk menyatakan pengertian menjadi penting, f. Belajar melalui bahasa ibu, g. Belajar dibantu oleh gambar-gambar h. Materi dipelajari satu demi satu dari yang gampang ke yang susah, i. Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak, j. Pendidikan bersifat demokratis,yaitu sesuai dengan perkembangan anak.

Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah

2. Zaman Rasionalisme, (abad 18) Aliran ini bertujuan memberikan kekuasaan bagi manusia untuk berfikir sendiri dan bertindak untuk dirinya. Karena latihan-latihan yang diperlukan untuk memperkuat akal atau resiko. Dengan tokohnya : 1) John Locke. Teorinya yang terkenal adalah teori tabularasa atau a blank sheet of paper. Mendidik adalah menulis kertas putih itu. manusia tidak mewarisi pengetahuan, tetapi pengetahuannya sendiri. Aufklarung adalah keadaan jiwa manusia setelah diterangi oleh intelek. Proses belajar menurut Jhon Locke ada tiga langkah, yaitu: a. Mengamati hal-hal yang ada diluar diri manusia. b. Mengingat apa yang telah diamati dan dihafalkan. c. Berfikir. 3. Zaman Naturalisme, (abad 18) Selanjutnya pada abad ke-18 ini muncul pula aliran baru yaitu naturalis sebagai reaksi terhadap aliran rasionalis. Tokohnya, yaitu : J.J Rousseau. Naturalisme menentang

kehidupan yang tidak wajar sebagai akibat dari Rasionalisme, seperti gaya hidup yang diperhalus, cara hidup yang dibuat-buat, sampai dengan korupsi. Naturalisme menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati. Pembaharuan pendidikan Rousseau menulis buku dengan judul Emile. Dituliskan kalimat inti dari maksud bukunya yaitu: segala sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam dan segala sesuatu menjadi jelek manakala ia sudah berada di tangan manusia. Rousseau ingin kembali ke alam yang wajar, pendidikan alam, alamlah yang menjadi guru. Menurut Rousseau ada tiga asas pengajar yaitu: 1. Asas pertumbuhan 2. Asas aktifitas 3. Asas individualis 4. Zaman Developmentalisme, (abad 19) Developmentailisme, penganut aliran ini memandang proses pendidikan sebagai suatu perkembangan jiwa. Pendidikan adalah suatu proses perkembangan yang berlangsung dalam setiap individu. Tokoh-tokoh aliran ini ialah:

Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah

1). Pestalozzi, Tujuan pendidikan adalah meningkatkan derajat sosial seluruh umat manusia. Dengan mengembangkan semua aspek individualnya yaitu otak, tangan tangan dan hati mereka. Sesudah mengetahui hukum-hukum perkembangan anak, adalah menyediakan syarat-syarat tertentu agar kekuatan-kekuatan anak bisa berkembang dengan baik. Inilah merupakan hakikat pendidikan Pestalozzi. 2). Herbart yang menginginkan pembentukan manusia yang susila yang bermoral tinggi. Tujuan pendidikannya ialah membentuk watak susila, melaui pengembangan minat yang seluas-luasnya. Dasar teori pemikiran Herbert adalah psikologi asosiasi. Tanggapan yang jelas akan membuat hubungan atau asosiasi Herbartsering pula disebut Psikologi Tanggapan. Ada lima langkah dalam proses belajar mengajar: Persiapan, Presentasi, Asosiasi, Generalisas, Aplikasi. 3). Frobel bermaksud mengembangkakn semua kapasitas dan kekuatan yang laten pada anak-anak. Frobel yakin, anak-anak lahir berbekal potensi-potensi. Tujuan

pendidikannya adalah mengembangkan semua potensi itu akan menjadi aktual. Pendidikan Frobel adalah perkembangan yang diawasi. Titik berat pendidikannya adalah kreativitas. Artinya agar pendidikan anak berhasil dengan baik, dibutuhkan kreaifitas anak itu sendiri mengembangkan dirinya. Tujuan akhir pendidikan Frobel adalah mencapai integritas diri dengan alam atau kosmos ini, sesuai dengan kehendak Tuhan penciptanya. 4). Stanli Hall. Tujuan pendidikannya adalah mengembangkan semua kekuatan-kekuatan yang ada sehingga memperoleh keperibadian yang harmonis. berikut:
Konsep pendidikan yang dikembangkan oleh aliran ini meliputi:

a. Mengaktualisasi semua potensi anakyang masih laten, membentuk watak susila dan kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan derajat social manusia. b. Pengembangan ini dilakukan sejalan dengan tingkat-tingkat perkembangan anak yang melalui observasi dan eksperimen c. Pendidikan adalah pengembangan pembawaan (nature) yang disertai asuhan yang baik (nurture). d. Pengembangan pendidikan mengutamakan perbaikan pendidikan dasar dan pengembangan pendidikan universal. 5. Zaman Nasionalisme, (abad 19)
Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah 8

Zaman nasionalisme muncul pada abad ke-19 sebagai upaya membentuk patriotpatriot bangsa dan mempertahankan bangsa dari kaum imperialis. Tokoh-tokohnya adalah La Chatolais (Perancis), Fichte (Jerman), dan Jefferson (Amerika Serikat). Konsep pendidikan yang ingin diusung oleh aliran ini adalah: a. Menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan negara, b. Mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani, dan kejuruan, c. Materi pelajarannya meliputi: bahasa dan kesusastraan nasional, pendidikan kewarganegaraan, lagu-lagu kebangsaan, sejarah dan geografi Negara, dan pendidikan jasmani. Akibat negatif dari pendidikan ini adalah munculnya chaufinisme, yaitu kegilaan atau kecintaan terhadap tanah air yang berlebih-lebihan di beberapa Negara, seperti di Jerman, yang akhirnya menimbulkan pecahnya Perang Dunia I (Pidarta, 2007: 120-21). 6. Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme. (abad 19) Abad ke-19 ditandai oleh liberalisme dan positivisme. Bukti-bukti liberalisme antara lain sekolah sekolah dipakai untuk memperkuat kedudukan penguasa pemerintahan.yang banyak pengetahuan dialah yang berkuasa, yag mengarah ke individualisme. Sebagai reaksi terhadap dampak liberalisme, positivisme, dan individualisme, munculah aliran sosial dalam pendidikan pada abad ke-20. tokoh-tokohnya ialah Paul Natorp dan george Kerchensteiner di Jerman serta John Dewey, di amerika serikat. Tokoh ini berpendapat masyakat mempunyai arti yang lebih esensial daripada individu. Buku-buku John Dewey yang terkenal dalah (1) The School and societi tentang tujuan sosial dan sekolah, dan (2) How The Think. Dewey berpendapat bahwa segala sesuatu harus ditimbang menurut kegunaan praktisnya bagi kehidupan sosial. Proses belajar mengajarnya mempunyai dua aspek: a. Aspek Psikologis b. Aspek Sosiologis Ahli pendidik lain yang juga terkenal pada abad ke-20 adalah Maria Montessori, Ovide Decroly, dan Hellen Parkurst. Montessori. Masa peka ini memberi dorongan untuk aktif sendiri. Sekolah perlu menyediakan bermacam-macam alat untuk: 1. Melatih fungsi motoris
Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah 9

2. Melatih fungsi sensoris 3. Belajar bahasa Antara lain La Chalotais di Perancis, Fichte di Jerman, dan Jefferson di ameriak serikat. Tujuan pendidikan mereka adalah untuk menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan negara. Yang diutamakan negara adalah: a. Pendidikan sekuler b. Pendidikan jasmani c. Pendidikan kejuruan Untuk mensukseskan pendidikan pendidikan-pendidikan tersebut: a. Bahasa dan kesusastraan nasional b. Pendidikan kewarganegaraan c. Lagu-lagu kebangsaan d. Sejarah negara e. geografi Negara f. Pendidikan jasmani Di Jerman oleh Hitler, di Italia oleh Musolini, dimana pendidikan nasional juga digerakan diluar sekolah. Akibat negatif pendidikan ini adalah munculnya Chaufinisme di Jerman, yaitu kegilaan terhadap tanah air, yang menimbulkan bencana perang dunia I. 6. Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme. (abad 19) Zaman ini lahir pada abad ke-19. Liberalisme berpendapat bahwa pendidikan adalah alat untuk memperkuat kedudukan penguasa/pemerintahan yang dipelopori dalam bidang ekonomi oleh Adam Smith dan siapa yang banyak berpengetahuan dialah yang berkuasa yang kemudian mengarah pada individualisme. Sedangkan positivisme percaya kebenaran yang dapat diamati oleh panca indera sehingga kepercayaan terhadap agama semakin melemah. Tokoh aliran positivisme adalah August Comte. 7. Zaman Sosialisme (abad 20) Aliran sosial dalam pendidikan muncul sebagai reaksi terhadap dampak liberalisme, positivisme, dan individualisme. Tokoh-tokohnya adalah Paul Nartrop, George

Kerchensteiner, dan John Dewey.

Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah

10

Menurut aliran ini, masyarakat memiliki arti yang lebih penting daripada individu. Ibarat atom, individu tidak ada artinya bila tidak berwujud benda. Oleh karena itu, pendidikan harus diabdikan untuk tujuan-tujuan social. 2. Di INDONESIA Pendidikan di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno/tradisional yang dimulai dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh Islam, zaman penjajahan, dan zaman merdeka. Mudyahardjo (2008) dan Nasution (2008) menguraikan masing-masing zaman tersebut secara lebih terperinci. Berikut ini adalah uraian dan rincian perjalanan sejarah pendidikan Indonesia: 1. Zaman Pengaruh Hindu dan Budha Hinduisme and Budhisme datang ke Indonesia sekitar abad ke-5. Hinduisme dan Budhisme merupakan dua agama yang berbeda, namun di Indonesia keduanya memiliki kecenderungan sinkretisme, yaitu keyakinan mempersatukan figur Syiwa dengan Budha sebagai satu sumber Yang Maha Tinggi. Motto pada lambang Negara Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika , secara etimologis berasal dari keyakinan tersebut. Tujuan pendidikan pada zaman ini sama dengan tujuan kedua agama tersebut. Pendidikan dilaksanakan dalam rangka penyebaran dan pembinaan kehidupan bergama Hindu dan Budha. 2. Zaman Pengaruh Islam (Tradisional) Islam mulai masuk ke Indonesia pada akhir abad ke-13 dan mencakup sebagian besar Nusantara pada abad ke-16. Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia sejalan dengan perkembangan penyebaran Islam di Nusantara, baik sebagai agama maupun sebagai arus kebudayaan. Pendidikan Islam pada zaman ini disebut Pendidikan Islam Tradisional. Tujuan pendidikan Islam adalah sama dengan tujuan hidup Islam, yaitu mengabdi sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa taala sesuai dengan ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah 11

Pendidikan Islam Tradisional ini tidak diselenggarakan secara terpusat, namun banyak diupayakan secara perorangan melalui para ulamanya di suatu wilayah tertentu dan terkoordinasi oleh para wali di Jawa, terutama Wali Songo. Sedangkan di luar Jawa, Pendidikan Islam yang dilakukan oleh perseorangan yang menonjol adalah di daerah Minangkabau.. 3. Zaman Pengaruh Nasrani (Katholik dan Kristen) Bangsa Portugis pada abad ke-16 bercita-cita menguasai perdagangan dan perniagaan Timur-Barat dengan cara menemukan jalan laut menuju dunia Timur serta menguasai bandarbandar dan daerah-daerah strategis yang menjadi mata rantai perdagaan dan perniagaan (Mudyahardjo, 2008: 242). Di samping mencari kejayaan (glorious) dan kekayaan (gold), bangsa Portugis datang ke Timur (termasuk Indonesia) bermaksud pula menyebarkan agama yang mereka anut, yakni Katholik (gospel). Pada akhirnya pedagang Portugis menetap di bagian timur Indonesia tempat rempah-rempah itu dihasilkan. Namun kekuasaan Portugis melemah akibat peperangan dengan raja-raja di Indonesia dan akhirnya dilenyapkan oleh Belanda pada tahun 1605 (Nasution, 2008: 4). Dalam setiap operasi perdagangan, mereka menyertakan para paderi misionaris Paderi yang terkenal di Maluku, sebagai salah satu pijakan Portugis dalam menjalankan misinya, adalah Franciscus Xaverius dari orde Jesuit. Sedangkan pengaruh Kristen berasal dari orang-orang Belanda yang datang pertama kali tahun1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dengan tujuan untuk mencari rempah-rempah. Untuk menghindari persaingan di antara mereka, pemerintah Belanda mendirikan suatu kongsi dagang yang disebut VOC (vreenigds Oost Indische Compagnie) atau Persekutuan Dagang Hindia Belanda tahun 1602 (Mudyahardjo, 2008: 245). Sikap VOC terhadap pendidikan adalah membiarkan terselenggaranya Pendidikan Tradisional di Nusantara, mendukung diselenggarakannya sekolah-sekolah yang bertujuan menyebarkan agama Kristen. Kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh VOC terutama dipusatkan di bagian timur Indonesia di mana Katholik telah berakar dan di Batavia (Jakarta), pusat administrasi colonial. Tujuannya untuk melenyapkan agama Katholik dengan menyebarkan agama Kristen Protestan, Calvinisme (Nasution, 2008: 4-5).
Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah 12

4. Zaman Kolonial Belanda VOC pada perkembangannya diperkuat dan dipersenjatai dan dijadikan benteng oleh Belanda yang akhirnya menjadi landasan untuk menguasai daerah di sekitarnya. Lambat laun kantor dagang itu beralih dari pusat komersial menjadi basis politik dan territorial. Setelah pecah perang kolonial di berbagai daerah di tanakh air, akhirnya Indonesia jatuh seluruhnya di bawah pemerintahan Belanda. Pada tahun 1816 VOC ambruk dan pemerintahan dikendalikan oleh para Komisaris Jendral dari Inggris. Mereka harus memulai system pendidikan dari dasar kembali, karena pendidikan pada zaman VOC berakhir dengan kegagalan total. Ide-ide liberal aliran Ufklarung atau Enlightement, yang mana mengatakan bahwa pendidikan adalah alat untuk mencapai kemajuan ekonomi dan social, banyak mempengaruhi mereka. Oleh karena itu, kurikulum sekolah mengalami perubahan radikal dengan masuknya ide-ide liberal tersebut yang bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual, nilai-nilai rasional dan sosial. Pada awalnya kurikulum ini hanya diterapkan untuk anak-anak Belanda selama setengah abad ke-19. Setelah tahun1848 dikeluarkan peraturan pemerintah yang menunjukkan bahwa pemerintah lambat laun menerima tanggung jawab yang lebih besar atas pendidikan anakanak Indonesia sebagai hasil perdebatan di parlemen Belanda dan mencerminkan sikap liberal yang lebih menguntungkan rakyat Indonesia. Sejak dijalankannya Politik Etis tampak kemajuan yang lebih pesat dalam bidang pendidikan selama beberapa dekade. Pendidikan yang berorientasi Barat ini meskipun masih bersifat terbatas untuk beberapa golongan saja, antara lain anak-anak Indonesia yanorang tuanya adalah pegawai pemerintah Belanda, telah menimbulkan elite intelektual baru. Golongan baru inilah yang kemudian berjuang merintis kemerdekaan melalui pendidikan. Perjuangan yang masih bersifat kedaerahan berubah menjadi perjuangan bangsa sejak berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 dan semakin meningkat dengan lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928.

Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah

13

Setelah itu tokoh-tokoh pendidik lainnya adalah Mohammad Syafei dengan Indonesisch Nederlandse School-nya, Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa-nya, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan Pendidikan Muhammadiyah-nya yang semuanya mendidik anak-anak agar bisa mandiri dengan jiwa merdeka (Pidarta, 2008: 125-33). Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS (Indonesisch Nederlandse School) di Sumatera Barat pada tahun 1926. Maksud utama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka. Tujuan pendidikan INS adalah : a. Mendidik anak-anak ke arah hidup yang merdeka, melalui pendidikan hidup mandiri b. Menanamkan kepercayaan kepada diri sendiri, membina kemauan keras, dan membiasakan berani bertanggung jawab c. Membiayai diri sendiri dengan semboyan cari sendiri dan kerja sendiri d.Mengembangkan anak secara harmonis, yang mencakupasoek perasaan, kecerdasan, dan keterampilan e. Mengembangkan sikap sosial f. Menyesuaikan pendidikan g.Membiasakan bekerja Tokoh pendidik nasional berikutnya adalah Ki Hajar Dewantara, yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Dalam mempelajari Taman Sioswa akan di temui asa-asa Taman Siswa 1922 dan dasar-dasar Taman Siswa 1947. Pada tahun 1922 Taman Siswa bersikap non-Cooperation, tidak mau bekerja sama denagn penjajah bahkan diberi subsidi pun tidak bersedia. Setelah Indonesia merdeka, maka asa Taman Siswa 1922 itu disesuaikan denagn perubahan tujuan perjuangan dan zaman. Asas-asas Taman Siswa tahun 1922 adalah : a. Kemerdekaan untuk mengatur diri sendiri b. Asas kemerdekaan dalam cipta, karsa, dan karsa c. Asas kebudayaan Indonesia sendiri d. Asas kerakyatan e. Asas kekuatan sendiri f. Asas hidup di atas kaki sendiri g. Asas mengabdi kepada anak Asas diatas direvisi pada tahun 1947 menjadi dasar-dasar Taman Siswa. Ada lima dasar pendidikan,diberi nama Panca Darma yaitu
Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah 14

(1) Kemerdekaan (4) Kodrat Alam (2) Kebudayaan (5) Kebangsaan (3) Kemanusiaan. Isi kurikulum/rencana pelajaran Taman Siswa bersifat kultur nasional. Tiap-tiap mata pelajaran diberikan sebagai bagian dari peradaban bangsa. Segala pelajaran harus dapat membangkitkan perasaan cinta kepada tanah air dan bangsa, itu dipentingkan nyanyian nasional, cerita pahlawan bangsa. Disamping pendidikan kecerdasan, dipentingkan juga pendidikan kesusilaan dan kebudayaan yang bersifat kebangsaan. Tokoh ketiga adalah K.H. Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi agama Islam pada tahun 1912 di yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi pendidikan agama Islam. Asas pendidikan Muhamdiyah adalah Islam, berpedoman kepada Al-Quran dan hadits, serta berlangsung seumur hidup. Tujuan umum Muhamadiayh menurut KH. Ahmad Dahlam yang disimpulkan oleh Amir Hamzah adalah membentuk manusia muslim yang (a) Baik budi, alim dalam agama (b) Luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia (ilmu umum) (c)Bersedia berjuang kemajuan masyarakatnya. Kemudian di dalam konferensi di Pekalongan tanggal 25 Juli 1955 rumusan itu di ubah menjadi: Membentuk manusia muslim, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat dan negara. Ada lima butir yang dijadikan dasar pendidikan yaitu : 1. Tajdid, yaitu kesediaan jiwa berdasarkan pemikiran baru untuk mengubah cara berpikir dan cara berbuat 2. Kemasyarakatan 3. Aktivitas 4. Kreativitas 5. Optimisme Fungsi lembaga pendidikan ciptaan Ahmad dahlan adalah sebagai berikut : a. Sebagai alat dakwah b. Tempat pembibitan dan pembinaan kader c. Merupakan wahana untuk melasanakan amal para anggota organisasi
Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah 15

d. Syukur kepada nikmat Tuhan e. Sumbangan terhadap masyarakat dan negara dalam bidang pendidikan 5. Zaman Kolonial Jepang Perjuangan bangsa Indonesia dalam masa penjajahan Jepang tetap berlanjut sampai cita-cita untuk merdeka tercapai. Meskipun demikian, ada beberapa segi positif dari penjajahan Jepang di Indonesia. Di bidang pendidikan, Jepang telah menghapus dualisme pendidikan dari penjajah Belanda dan menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi semua orang. Selain itu, pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstruksikan oleh Jepang untuk di pakai di lembaga-lembaga pendidikan, di kantor-kantor, dan dalam pergaulan seharihari. Hal ini mempermudah bangsa Indonesia untuk merealisasi Indonesia merdeka. Pada tanggal 17 Agustus 1945 cita-cita bangsa Indonesia menjadi kenyataan ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan kepada dunia. 6. Zaman Kemerdekaan (Awal) Setelah Indonesia merdeka, perjuangan bangsa Indonesia tidak berhenti sampai di sini karena gangguan-gangguan dari para penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia dating silih berganti sehingga bidang pendidikan pada saai itu bukanlah prioritas utama karena konsentrasi bangsa Indonesia adalah bagaimana mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih dengan perjuangan yang amat berat. Tujuan pendidikan belum dirumuskan dalam suatu undang-undang yang mengatur pendidikan. Sistem persekolahan di Indonesia yang telah dipersatukan oleh penjajah Jepang terus disempurnakan. Namun dalam pelaksanaannya belum tercapai sesuai dengan yang diharapka bahkan banyak pendidikan di daerah-daerah tidak dapat dilaksanakan karena faktor keamanan para pelajarnya. Di samping itu, banyak pelajar yang ikut serta berjuang mempertahankan kemerdekaan sehingga tidak dapat bersekolah.

Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah

16

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan 1. Landasan sejarah pendidikan adalah suatu gagasan-gagasan yang bersumber dari konsep dan praktek pendidikan masa lampau (sejarah) yang dijadikan titik tolak perkembangan pendidikan masa kini dan masa datang. 2. Sejarah Pendidikan dunia di mulai dari zaman purba, namun belum berpengaruh terhadap pendidikan zaman sekarang. 3. Sejarah pendidikan dunia yang memberikan pengaruh pada pendidikan zaman sekarang meliputi zaman-zaman: (a) Realisme, (b) Rasionalisme, (c) Naturalisme, (d) Developmentalisme, (e) Nasionalisme, (f) Liberalisme, Positivisme, dan

Individualisme, serta (g) Sosialisme. 4. Sejarah pendidikan di Indonesia telah ada sejak zaman kuno, namun sejarah pendidikan yang paling berpengaruh hingga sekarang adalah saat bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan yang melahirkan tiga tokoh pendidikan yang berjuang melalui pendidikan yaitu : Mohammad Syafei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan. B. Saran .

Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah

17

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. Landasan Sejarah pendidikan.
http://stitattaqwa.blogspot.com/2012/06/landasan-sejarah-pendidikan.html. Diakses 24 September 2012 tanggal

Inda, N.2011.Landasan Historis Pendidikan.


http://blog.unsri.ac.id/enika/landasan-pendidikan/landasan-historispendidikan/mrdetail/42133/. Diakses tanggal 5 Oktober 2012.

Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Nasution, S. 2008. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Pidarta, Made. 2007. Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kelompok V |Pendidikan dan Landasan Sejarah

18

You might also like