You are on page 1of 1

Hikayat Raja Syaif Zulyazan

Raja Syaif Zulyazan yang memerintah di Negeri Medinah Ahmarah. Sebenarnya ia adalah putra Raja Tubaa Zulyazan dari Yaman dari hasil perkawinannya dengan Komariah, seorang budak Habsyi. Karena khawatir kerajaannya direbut oleh anaknya, Komariah membuang Syaif Zulyazan ketika ia masih berumur 40 hari di hutan. Bayi itu kemudian ditemukan oleh seorang pemburu dan selanjutnya diserahkan kepada Raja Malikul Afrah, bayi itu kemudian diberi nama Wahsa Alfalah. Semula Wazir Sakardiwan menasehati Raja Malikul Afrah karena pada pipi kedua bayi itu ada tanda yang sama, yaitu warna bijau. Akan tetapi RajaMalikul Afrah tidak bersedia menjalankan saran Wazir Sakardiwan.Ia tetap memelihara kedua anak itu itu sampai dewasa. Menjelang dewasa, Wahsa Alfalah dikirimkan oleh Raja Malikul Afrah berguru ilmu pedang kepada seorang ahli. Kemudian setelah dewasa Wahsa Alfalah melamar Sitti Syamah. Atas nasehat Wazir Sakardiwan, Wahsa Alfalah diminta lebih dahulu membinasakan kepala perampok yang bernama Sadun Al Zanji dan mendapat kitab Tarikh Alfalah. Dengan keberanian dan kesaktiannya, Wahsa Alfalah dapat memenuhi semua persyaratan itu. Akhirnya Wahsa Alfalah hidup bahagia dan memerintah di Negeri Median Ahmarah setelah jin Aksah berhasil membunuh Komariah. Seperti halnya dengan cerita fiksi Islam yang lain, Hikayat Raja Syaif Zulyazan sarat dengan ajaran hidup. Ajaran hidup yang patut diteladani itu, antara lain ketika Raja Malikul Afrah dengan penuh kebijaksanaan tidak menuruti saran Mazir Sakardiwan untuk membunuh kedua bayi itu, yaitu Wahsa Alfalah dan Sitti Syamah. Sebagai seorang raja, yang dapat dianggap sebagai kalifatullah di atas bumi ini, Raja Malikul Afrah mencoba untuk berpikir rasional. Walaupun pada waktu itu kebiasaan membuang atau membunuh anak lazim dilakukan oleh raja-raja atau pembesar istana Raja Malikul Afrah tidak melakukan perbuatan keji itu. Perbuatannya yang bijak ini juga mencerminkan ketakwaan dan keimanannya kepada Allah SWT.Keputusan yang diambilnya saat itu tidak salah.Wahsa Alfalah setelah dewasa ternyata menjadi seorang pemuda tampan yang baik budi, berani, ulet, dan bertanggung jawab. Syarat yang diajukan oleh Wazir Sakardiwan untuk membunuh kepala perampok Sadun al Zanji dan mencuri Tarikh Alfalah dipenuhinya setelah ia berjuang keras dan menghadapi bahaya yang menghadangnya.

You might also like